Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KATARAK

Dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah III

Dosen pengampu : Ns. Faridah Aini, S.Kep., M.Kep., SP.KMB

DISUSUN OLEH :

1. PUTRI AMALIA INDAH (010116A002)


2. HASANUDDIN (010116A042)
3. HIDAYATUN NAFI’AH (010116A044)
4. IDA KUSUMAWATI (010116A045)
5. KHOIRUNNISA (010116A048)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas karunianya makalah ini dapat diselesaikan guna memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yang berjudul “ KATARAK”

Makalah ini adalah salah satu pendukung untuk memenuhi kebutuhan


Mahasiswa dan Mahasiswi yang aktif, terampil, berani menyampaikan pendapat
dan mampu bekerja sama dengan rekan-rekannya. Kami meyadari keterbatasan
dalam menyusun makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak terutama kepada Dosen pembimbing.

Semoga makalah ini bermanfaat, memberi motivasi serta semangat dalam


hal pembelajaran dari berbagai pihak.

Ungaran, 28 April 2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kebutaan di Indonesia (1,5 persen) tertinggi di Wilayah
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara. Hal itu terutama
disebabkan ketidakseimbangan antara insiden (kejadian baru) katarak
yang besarnya 210.000 orang pertahun dengan jumlah operasi katarak
yang hanya 80.000 orang pertahun. Akibatnya, terjadi backlog
(penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi.
Masalah gizi, masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan
menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan di daerah
subtropis. Sekitar 16-22 persen penderita katarak yang dioperasi
berusia di bawah 55 tahun. Hal itu diduga berkaitan erat dengan faktor
degeneratif akibat masalah gizi.
Katarak dapat disembuhkan melalui operasi katarak yang
merupakan prosedur yang paling umum dilakukan dalam oftalmologi
dan didukung oleh sepasang kacamata. Hampir sebagian besar
penglihatan normal dapat dikembalikan melalui operasi pengangkatan
lensa opacifier, difasilitasi oleh implantasi lensa inrtaokular. Untuk
mengurangi beban kebutaan dari katarak dibutuhkan cakupan bedah
yang cukup dan hasil bedah yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi katarak?
2. Apa saja klasifikasi katarak?
3. Apa etiologi katarak?
4. Apa patofisiologi katarak?
5. Apa manifestasi klinis katarak?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang katarak?
7. Apa saja penatalaksanaan katarak?
8. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit katarak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi katarak
2. Untuk mengetahui klasifikasi katarak
3. Untuk mengetahui etiologi katarak
4. Untuk mengetahui patofisiologi katarak
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis katarak
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang katarak
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis katarak
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan katarak

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya
jernih dan bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani
cataracta yang berarti air terjun. Hal ini disebabkan karena pasien
katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun
didepan matanya (Ilyas, 2006).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.
Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat
kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma
mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar
matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain (Smeltzer & Bare,
2002).
Katarak merupakan penyakit mata yang dicirikan
dengan adanya kabut pada lensa mata. Lensa mata normal transparan
dan mengandung banyak air, sehingga cahaya dapat menembusnya
dengan mudah. Walaupun sel-sel baru pada lensa akan selalu
terbentuk, banyak faktor yang dapat menyebabkan daerah di dalam
lensa menjadi buram, keras, dan pejal. Lensa yang tidak bening
tersebut tidak akan bisa meneruskan cahaya ke retina untuk diproses
dan dikirim melalui saraf optik ke otak.

B. KLASIFIKASI
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering
dijumpai. Satu-satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan
penglihatan yang semakin kabur.
2. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a) Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera
sesudahnya. Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui
penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor genetik,
yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik,
atau beerkaitan dengan berbagai sindrom.
b) Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait
dengan sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama
disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun tembus.
Penyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes
dan obat.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera
benda asing di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena
lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan
kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat
penyakit intraokular pada fisiologi lensa. Katarak biasanya
berawal didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai
seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular yang sering
berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau
rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasanretina.

5. Katarak akibat penyakit sistemik


Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan
sistemik berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi
miotonik, dermatitis atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe,
Werner atau Down.
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun
1930-an sebagai akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang
digunakan untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang
diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam
bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
7. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior
akibat katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah
terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.

Struktur Mata Internal

1. Sklera
Lapisan paling luar dan kuat ( bagian “putih” mata). Bila
sklera mengalami penipisan maka warnanya akan berubah menjadi
kebiruan. Dibagian posterior, sklera mempunyai lubang yang
dilalui saraf optikus dan pembuluh darah retina sentralis. Dibagian
anterior berlanjut menjadi kornea. Permukaan anterior sklera
diselubungi secara longgar dengan konjungtiva. Sklera melindungi
struktur mata yang sangat halus serta membantu mempertahankan
bentuk biji mata.
2. Khoroid
Lapisan tengah yang berisi pembuluh darah. Merupakan
ranting-ranting arteria oftalmika, cabang dari arteria karotis
interna. Lapisan vaskuler ini membentuk iris yang berlubang
ditengahnya, atau yang disebut pupil (manik) mata. Selaput
berpigmen sebelah belakang iris memancarkan warnanya dan
dengan demikian menentukan apakah sebuah mata itu berwarna
biru, coklat, kelabu, dan seterusnya. Khoroid bersambung pada
bagian depannya dengan iris, dan tepat dibelakang iris. Selaput ini
menebal guna membentuk korpus siliare sehingga terletak antara
khoroid dan iris. Korpus siliare itu berisi serabut otot sirkulerndan
serabut-serabut yang letaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran.
Kontraksi otot sirkuler menyebabkan pupil mata juga berkontraksi.
Semuanya ini bersama-sama membentuk traktus uvea yang terdiri
dari iris, korpus siliare, dan khoroid. Peradangan pada masing-
masing bagian berturut-turut disebut iritis, siklitis, dan khoroiditis,
atau pun yang secara bersama-sama disebut uveitis. Bila salah satu
bagian dari traktus ini mengalami peradangan, maka penyakitnya
akan segera menjalar kebagian traktus lain disekitarnya.
3. Retina
Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan
serabut, yaitu sel-sel saraf batang dan kerucut. Semuanya termasuk
dalam konstruksi retina yang merupakan jaringan saraf halus yang
menghantarkan impuls saraf dari luar menuju jaringan saraf halus
yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optikus,
yang merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan biji mata.
Titik ini disebut titik buta, oleh karena tidak mempunyai retina.
Bagian yang paling peka pada retina adalah makula, yang terletak
tepat eksternal terhadap diskus optikus, persis berhadapan dengan
pusat pupil.
4. Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung
dengan sklera yang putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri
atas beberapa lapisan. Lapisan tepi adalah epithelium berlapis
yang tersambung dengan konjungtiva.

5. Bilik anterior (kamera okuli anterior)


Terletak antara kornea dan iris.
6. Iris
Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan
selaput khoroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar
(otot polos). Kelompok yang satu mengecilkan ukuran pupil,
sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil itu
sendiri.
7. Pupil
Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah
dalam iris, dimana cahaya dapat masuk untuk mencapai retina.
8. Bilik posterior (kamera okuli posterior)
Terletak diantara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun
bilik posterior yang diisi dengan aqueus humor.
9. Aqueus humor
Cairan ini berasal dari badan siliaris dan diserap kembali ke
dalam aliran darah pada sudut iris dan kornea melalui vena halus
yang dikenal sebagai Saluran Schlemm.
10. Lensa
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan
transparan. Tebalnya ±4 mm dan diameternya 9 mm.Dibelakang
iris, lensa digantung oleh zonula (zonula zinni) yang
menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior
lensa terdapat humor aqueus dan disebelah posterior terdapat
vitreus humor. Kapsul lensa adalah membran semipermiabel yang
dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis
epitel subkapular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteks nya.
Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar sub epitel
terus diproduksi sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang
elastik. Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada dalam jaringan tubuh lainnya. Kandungan
kalium lebih tinggi di lensa daripada di jaringan lainnya. Asam
askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun
tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, maupun saraf
dalam lensa.
11. Vitreus humor
Daerah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga
retina yang diisi dengan cairan penuh albumen berwarna keputih-
putihan seperti agar-agar. Berfungsi untuk memberi bentuk dan
kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan antara
retina dengan selaput khoroid dan sklerotik.
C. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa
mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang
diturunkan, peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut
sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang
disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang
terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada
anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua
nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks,
dan subkapsularis lensa.
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan
kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras
pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda
dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana
mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Pada usia 60 tahun
hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa keruh.
Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi
progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata
nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya. Perkembangan katarak
untuk menjadi berat memakan waktu dalam bulan hingga tahun.
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih
cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya
kekeruhan lensa sepertidiabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra violet
B dari cahaya matahari, efek racun dari merokok, dan alkohol, gizi
kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola mata. Obat
tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason,
klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin, medrison,
neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi
tertentu dan penyakit seperti diabetes melitus dapat mengakibatkan
timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak
komplikata (Ilyas, 2006) .
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan
yangberbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun
sistemik, seperti diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi
dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak
dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila
tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen.

D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan
refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada
zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak seperti
kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya
dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi
lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
menderita katarak.

E. Manifestasi Klinis
1. penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena
kehilangan penglihatan tadi, temuan objektif biasanya meliputi
pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina
tak akan tampak dengan oftalmoskop.
2. pandangan kabur atau redup
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus
pada retina. menyilaukan yang
3. susah melihat di malam hari.
4. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu
atau putih.

F. Pemeriksaan penunjang
1. USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada mata
selain katarak
2. Biometri untuk mengukur power IOL jika pasien akan
dioperasi katarak
3. Retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan
setelah operasi

G. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemuka n obat yang dapat mencegaah
katarak. Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat
proses bertambah keruhnya lensa untuk menjadi katarak. Meski telah
banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresifitas atau
mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan
.Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh
keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam
penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita.
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan
penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan
semakin banyak dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi
umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak
mata atau diberikan secara topikal. Operasi dilakukan dengan insisi
luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi
(lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular. Insisi harus dijahit.
Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan
melalui insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior
(fakoemulsifikasi).

H. Komplikasi
1. Hilangnya vitreous.
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selam operasi maka gel
vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan
resiko terjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini
membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument yang
mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa
intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris.
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode
pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada
lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini
membutuhkanperbaikan segera dengan pembedahan.
3. Endoftalmitis.
Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang
terjadi.

I. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Biodata

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,


agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor
register.

2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk
menemukan masalah primer pasien, seperti kesulitan
membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau hilangnya
daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah
masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan
berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat
mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah
mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang
terakhir diderita pasien.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kacamata atau lensa kontak?, Apakah pasien
mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau
jauh?
d) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama
atau kakek-nenek.
3. Pemeriksaan fisik
Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika
mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp
memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi
lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak
didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi
steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain
yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara
lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi
sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata
sebelumnya
4. Perubahan po.la fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon)
adalah sebagai berikut :
a. Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan,
adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan
apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat,
makanan atau yang lainnya.
b. Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau
perawatan diri
c. Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur
seperti insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering
terbangun.
d. Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet
apa yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum
dan setelah sakit mengalami perubahan atau tidak, adakah
keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang
drastis dalam 3 bulan terakhir.
e. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan
atau kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi
sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
f. Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan
bicara, mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien
berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada
kaji kualitas nyeri.
g. Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya
seperti harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas
diri dan gambaran akan dirinya.
h. Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien
menerima dan menghadapi perubahan yang terjadi pada
dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.
i. Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir
dan adakah masalh saat menstruasi.
j. Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem
pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman
dukungan keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan atas sakit yang diderita.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu
snellen, keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi,
maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat
berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan
akan dilakukan pembedahan.
6. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a) ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan
kurangnya pemahaman mengenai tindakan operasi yang
akan dilakukan.
b) Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan
penglihatan.
c) Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori/ perubahan status
organ indera.
2. Post Operasi
a) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
b) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan
terputusnya kontinuitas jaringan pasca operasi.
c) Resiko cedera berhubungan dengan kehilangan
penglihatan perifer sementara dan persepsi sekunder
terhadap pembedahan mata.
d) ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

no Diagnosa Noc Nic


1 Gangguan persepsi Mandiri Meningkatkan
sensori perseptual ketajaman penglihatan
- Tentukan
penglihatan b.d dalam batas situasi
ketajaman
gangguan penerimaan individu, mengenal
penglihatan, catat
sensori/status organ gangguan sensori dan
apakah satu atau
indera, lingkungna berkompensasi terhadap
dua mata terlibat.
secara terapetik perubahan.
- Orientasikan
dibatasi. Ditandai Kriteria Hasil :
klien tehadap
dengan :  Mengenal gangguan
lingkungan
- menurunnya sensori dan
- Observasi tanda-
ketajaman berkompensasi
tanda
penglihatan terhadap perubahan.
disorientasi.
- perubahan respon  Mengidentifikasi
- Pendekatan dari
biasanya terhadap /memperbaiki
sisi yang tak
rangsang. potensial bahaya
dioperasi, bicara
dalam lingkungan.
dengan
menyentuh.
- Ingatkan klien
menggunakan
kacamata katarak
yang tujuannya
memperbesar
kurang lebih 25
persen, pelihatan
perifer hilang dan
buta titik
mungkin ada.
- Letakkan barang
yang
dibutuhkan/posisi
bel pemanggil
dalam
jangkauan/posisi
yang tidak
dioperasi.

2. Kecemasan b.d kurang Mandiri  Pasien


terpapar terhadap mengungkapkan dan
- Kaji tingkat
informasi tentang mendiskusikan rasa
kecemasan pasien
prosedur tindakan cemas/takutny
dan catat adanya
pembedahan  Pasien tampak rileks
tanda- tanda
tidak tegang dan
verbal dan
melaporkan
nonverbal.
kecemasannya
- Beri kesempatan
berkurang sampai
Pasien untuk
pada tingkat dapat
mengungkapkan
diatasi.
isi pikiran dan
 Pasien dapat
perasaan
mengungkapkan
takutnya.
keakuratan
- Observasi tanda pengetahuan tentang
vital dan pembedahan
peningkatan
respon fisik
pasien.

Edukasi

- Beri penjelasan
pasien tentang
prosedur tindakan
operasi, harapan
dan akibatnya.
- Beri penjelasan
dan suport pada
pasien pada
setiap melakukan
prosedur tindakan
- Lakukan orientasi
dan perkenalan
pasien terhadap
ruangan, petugas,
dan peralatan
yang akan
digunakan
3 Resiko Cedera - Menyatakan  Diskusikan apa yang
berhubungan dengan pemahaman terjadi pada
kerusakan factor yang pascaoperasi tentang
penglihatan. terlibat dalam nyeri, pembatasan
kemungkinanced aktivitas,
era penampilan, balutan
- Mengubah mata.
lingkungan sesuai  Beri pasien posisi
indikasi untuk bersandar, kepala
meningkatkan tinggi atau miring ke
keamanan sisi yang tak sakit
sesuai keinginan.
 Batasi aktivitas
seperti
menggerakkan
kepala tiba-tiba,
menggaruk mata,
membongkok.
 Ambulasi dengan
bantuan; berikan
kamar mandi khusus
bila sembuh dari
anastesi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak merupakan penyakit mata yang dicirikan
dengan adanya kabut pada lensa mata. Lensa mata normal
transparan dan mengandung banyak air, sehingga cahaya dapat
menembusnya dengan mudah. Walaupun sel-sel baru pada lensa
akan selalu terbentuk, banyak faktor yang dapat menyebabkan
daerah di dalam lensa menjadi buram, keras, dan pejal. Lensa yang
tidak bening tersebut tidak akan bisa meneruskan cahaya ke retina
untuk diproses dan dikirim melalui saraf optik ke otak.
Adapun klasifikasi katarak yaitu :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
2. Katarak anak- anak
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
5. Katarak akibat penyakit sistemik
6. Katarak toksik
7. Katarak ikutan

Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat


mencegah katarak. Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk
memperlambat proses bertambah keruhnya lensa untuk menjadi
katarak.

B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan kita mampu
memahami mengenai berbagai penyakit, salah satunya adalah
katarak. Sehingga sebagai calon perawat diharapkan mampu
menganalisis dan memberikan penatalaksanaan apabila terjadi
kasus katarak.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek,Glora M,Dkk. 2013. Bursing Interventions Classification Edisi 5.


ELSEVER.

Moothead Sue. Mation Meridean Dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification


Edisi 5. ELSEVER

Ester, Monica.Dkk. 2016. Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta. EGC

Illyas, Sidarta.2009 Ilmu Penyakit Mata.Jakarta.Balai Penerbit FKUI.

Tamsuri. A .2011.Klien Gtangguan Mata Dan Penglihatan.Jakarta.EGC

Smeltzer, C. Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8


Volume 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai