MKN Des2008 41 PDF
MKN Des2008 41 PDF
LAPORAN KASUS
• Trauma Radiologis:
Trauma bedah pada percabangan nervus - Foto toraks
vagus masih merupakan komplikasi - CT Scan
operasi yang sering ditemukan pada - MRI
operasi leher dan mediastinum. Operasi - Barium swallow
struma adalah penyebab paling sering
2
diantara trauma bedah lainnya. Trauma DIAGNOSA BANDING
17
non bedah misalnya trauma dileher bisa 1. Laringitis
disebabkan oleh kecelakaan lalu-lintas, 2. Neoplasma disekitar plika vokalis yang
18
fraktur leher, cekikan sekeliling leher mengganggu pergerakan plika vokalis.
seperti ketika bergulat, pukulan ringan 3. Kelumpuhan laring yang disebabkan oleh
2,16 18
pada bagian anterior leher Trauma saat penyakit otot.
4
melakukan intubasi juga dapat 4. Kelainan kongenital laring.
2
menyebabkan paralise pita suara.
• Infeksi PENATALAKSANAAN
Penyebab paling sering adalah infeksi Paralise Aduktor Plika Vokalis Unilateral
2,4
tuberkulosis paru. Pasien biasanya datang dengan keluhan
• Neurologis suara serak atau parau dan terasa berat.
4
Wallenberg syndrome, syringomyelia, Pernafasan biasanya tidak menjadi masalah.
myasthenia Gravis.
2
1. Konservatif
• Idiopatik Yaitu berupa rehabilitasi oleh ahli
20 % dari kasus tidak diketahui terapi wicara (speech therapy) dan
penyebabnya.
4
medikamentosa dengan obat-obatan
neurotropik. Terapi konservatif biasanya
GEJALA KLINIS selama 6-12 bulan, karena masih diharapkan
• Jika satu plika vokalis yang paralise dapat terjadi kompensasi dari plika vokalis
4,19
menyebabkan perubahan suara pada yang sehat dalam masa itu. Suara dan
kualitas suaranya menjadi serak atau pergerakan plika vokalis akan kembali normal
6
parau, mendesah, pelan dan tidak bisa (spontaneous recovery) dalam waktu 1 tahun.
2,4
nyaring.
• Kedua plika vokalis paralise membuat A B
penderita menjadi susah bernafas
disebabkan udara yang melewati trakea
17
terhambat.
• Pada beberapa penderita dijumpai juga
keluhan disfagia dan mudah teraspirasi
2,4
makanan dan minuman.
• Kesulitan untuk batuk pada paralise plika
Gambar 3. Gambaran paralise plika vokalis dan
vokalis bilateral yang berada pada posisi kompensasinya, dilihat dengan kaca
abduksi (intermediate) sehingga sekret laringoskopi indirect
17
terkumpul di trakea. A. Paralise plika vokalis sebelah kiri.
• Pada bayi dan anak-anak: susah bernafas, B. Plika vokalis yang sehat menyeberang
kearah yang paralise ketika fonasi
menangis lemah, aspirasi, stridor,
4,9 (dari kepustakaan 21)
sianosis.
2. Operatif
DIAGNOSIS Prinsip utama dari tindakan bedah untuk
4,7,16-7
Diagnosis ditegakkan berdasarkan: paralise plika vokalis unilateral adalah
Anamnesa dan pemeriksaan fisik rutin memindahkan posisi plika vokalis paralisis ke
Laringoskopi indirect medial agar dapat digunakan oleh plika vokalis
Laringoskop fiberoptik yang sehat untuk menghasilkan getaran suara.
4
satu saraf dari otot-otot leher sehingga otot- Kulit leher didesinfeksi dengan betadin
otot plika vokalis tidak atrofi dan memiliki dan alkohol
23
tonus yang baik serta posisi lebih ke medial. Dibuat marker dan garis insisi di kulit
Beberapa ahli melakukan kombinasi tiroplasti leher dengan surgical marker
medialisasi dengan reinervasi pedikel otot-otot
5
saraf.
KASUS
Seorang wanita, JS, 69 tahun, suku Batak,
datang ke RS Swasta di Medan dengan
keluhan utama suara serak setelah menjalani
operasi struma 1 tahun yang lalu. Pasien
merasa mudah capek bila bersuara dan sedikit
kesulitan bila harus mengucapkan kalimat-
kalimat panjang. Batuk dan sesak nafas tidak
dijumpai. Dilakukan anestesi lokal lidokain
Status presens dalam batas normal. 1:100.000 terutama di daerah yang akan
Status Lokalisata: diinsisi.
Laringoskopi indirek dan optik: paralise
aduktor plika vokalis dextra (pita suara tidak
dapat menutup sempurna saat fonasi, pita
suara kanan tidak dapat bergerak, sedang yang
kiri bergerak bebas)
8. Marieb EN, Mallat J. Human Anatomy. 17. Kumar S. Fundamentals Of Ear, Nose, &
rd Throat Diseases And Head-Neck Surgery.
3 ed, Benjamin Cummings, New th
6 ed. The New Book Stall, Calcuta,
York, 2001. pp. 609-14. 1996. pp. 380-404.
9. Becker W, Naumann HH, Pfaltz CR. Ear, 18. Ballenger JJ. Penyakit Neurologik laring.
Nose and Throat Diseases A Pocket Dalam: Penyakit Telinga, Hidung,
nd
reference. 2 ed. Thieme med Publishers, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid 1.
New York, 1994. pp. 388-94. Edisi 13, Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1994.
pp. 580-617.
10. Lee KJ. The Larynx. In: Essential
Otolaryngology Head and Neck Surgery. 19. Maqbool M. Laryngeal Paralysis. In: Ear
th
th Nose & Throat Diseases. 6 ed, Jaypee
8 ed, Mc Graw – Hill Medical Brothers Medical Publishers PVT. LTd,
Publishing Division, New York, 2003. New Delhi,1993. pp. 443-50.
pp.724-69.
20. Benjamin B. Vocal Cord Paralysis. In:
11. Ballenger JJ. Anatomi Laring. Dalam: Endolaryngeal Surgery. Martin Dunitz
Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Ltd, London, 1998. pp. 125-41
Kepala dan Leher. Jilid 1. Edisi 13. 21. Howard D. Neurological affections of the
Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1994. pp. 424- pharynx and larynx. In: Hibbert J, Kerr
34. AG.Ed. Scottt-Brown’s Otolaringology,
Laringology and Head and Neck Surgery.
12. Higler AB. Anatomi Dan Fisiologi Laring. th
6 Ed. Butterworth-Heinemann, Great
Dalam: Boies Buku Ajar Penyakit THT. Britain, 1997. pp.5/9/1-19
Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
22. Dhingra PL. Laryngeal Paralysis. In:
Jakarta, 1997. pp. 369-77. rd
Diseases of Ear, Nose and Throat. 3 ed,
13. Corbridge RJ. The Larynx. In: Essential Elsevier, New Delhi, 2004. pp. 358-64.
ENT Practice A Clinical Text, Arnold, 23. Herman C. Medialization Thyroplasty for
London, 1998. pp. 40-60. Unilateral Vocal Cord Paralysis. In:
AORN Journal, 2002. pp. 512-21
14. Maran AGD. Vocal Cord Paralysis In:
Logan Turner’s Diseases of the Nose, 24. Hoffman HT,Mc Culloch TM.
Throat
th
and Ear. 10 ed, PG Publishing Medialization Laryngoplasty With Gore-
Pte Ltd, Singapore, 1990. pp. 180-4.
Tex. In: Operative techniques in
Otolaryngology-Head and Neck Surgery,
vol10, No.1 (Mar), 1999, pp.6-8.