Anda di halaman 1dari 9

Delfitri Munir Peran Gen HLA-DQB1...

LAPORAN KASUS

Paralise Aduktor Plika Vokalis Unilateral yang Ditatalaksana dengan


Tiroplasti Medialisasi Menggunakan Gore-Tex
Devira Zahara, Abdul Rachman Saragih
Departemen Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

279 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 4 y Desember 2008


Gambar 1. Gambaran laring dilihat dari atas
dengan kaca laringoskopi indirect
1. Pangkal lidah. 5. Plika Vokalis
2. Valekula 6. Fosa Piriformis
3. Epiglotis. 7. Plika Aryepiglotik
4. Plika vestibularis 8. Kartilago Aritenoid
(dari kepustakaan 14)

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 4 y Desember 2008 280


Devira Zahara dkk. Paralise Aduktor Plika Vokalis Unilateral...

ƒ Nervus Laringeal Superior


Terbagi atas cabang sensori interna yang
mempersarafi bagian anterior laring, turun
sampai ke glotis dan cabang eksterna yang
merupakan motorik terhadap otot
11
krikotiroidea eksterna.
Gambar 2. Posisi plika vokalis dilihat dengan kaca
ƒ Nervus laringeal rekuren laringoskopi indirect
Nervus laringeal kiri berputar mengelilingi A. Bernafas biasa.
arkus aorta sebelum mencapai laring B. Inspirasi dalam.
dilekukan antara trakea dan esofagus. C. Fonasi.
(dari kepustakaan 15)
Nervus laringeal rekuren kanan melewati
arteri subklavia dan berjalan ke atas antara
11-2 KEKERAPAN
trakea dan esofagus.
Penyebab paling sering paralise plika
4,9,15
vokalis adalah trauma operasi. Woodson
FISIOLOGI
dan Miller mendapatkan penyebab karena
Laring berfungsi untuk proteksi jalan
trauma operasi 42%, idiopatik 25%,
nafas, respirasi dan fonasi. Fungsi laring untuk 4
malignansi 23%, lain-lain 13% kasus. Pada
proteksi adalah mencegah makanan dan benda
dewasa paralise plika vokalis bagian kiri lebih
asing masuk kedalam trakea, dengan jalan
sering terjadi daripada yang kanan, disebabkan
menutup aditus laring dan rima glotis secara
nervus laringeal rekuren sebelah kiri lebih
bersamaan. Cara menutup aditus laring yaitu
panjang jalannya daripada yang sebelah
dengan pengangkatan laring ke atas akibat 2,4,9,15
kanan. David mendapatkan paralise
kontraksi otot-otot ekstrinsik laring.
nervus laringeal rekuren kiri 78%, nervus
Penutupan rima glotis terjadi karena adduksi
laringeal rekuren kanan 16% dan kedua nervus
plika vokalis. Kartilago kiri dan kanan 4
6% kasus. Di RSUP. H. Adam Malik, dari
mendekat karena adduksi otot-otot
3,13 Januari 2004 sampai dengan Desember 2007
instrinsik.
dijumpai kasus paralise plika vokalis sebanyak
Fungsi respirasi dari laring adalah dengan
35 kasus terdiri dari 13 kasus disebabkan oleh
mengatur besar kecilnya rima glotis. Bila otot
pembesaran jantung, 8 kasus disebabkan oleh
krikoaritenoid posterior berkontraksi akan
tumor di leher dan paru, 5 kasus diduga
menyebabkan prosesus vokalis kartilago
disebabkan oleh infeksi TB paru, 4 kasus
aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima
karena trauma operasi, selebihnya belum
glotis terbuka (abduksi), terjadilah inspirasi.
diketahui penyebabnya.
Ekspirasi menyebabkan plika vokalis berada
3
pada posisi adduksi.
ETIOLOGI
Fungsi untuk fonasi dengan membuat
Paralisis plika vokalis dapat disebabkan oleh:
suara serta menentukan tinggi rendahnya
• Kongenital
nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh
Beberapa kasus pada bayi yang baru lahir
peregangan plika vokalis. Bila plika vokalis
dengan stridor dijumpai adanya paralise
dalam adduksi maka otot krikotiroid akan 2,4
baik satu atau kedua plika vokalisnya.
merotasikan kartilago tiroid kebawah dan
• Malignansi
kedepan menjauhi kartilago aritenoid. Pada
Satu dari tiga kasus paralise nervus
saat yang bersamaan otot krikoaritenoid
laringeal rekuren disebabkan oleh kanker
posterior akan menahan atau menarik
dimana 50% disebabkan oleh kanker
kartilago aritenoid kebelakang. Plika vokalis
diparu-paru, 20% di esofagus, dan 10%
kini dalam keadaan efektif untuk berkontraksi.
kanker tiroid. Selebihnya meliputi
Sebaliknya kontraksi otot krikoaritenoid akan
keganasan di fosa kranii posterior,
mendorong kartilago aritenoid ke depan,
karsinoma nasofaring, paraganglioma di
sehingga plika vokalis mengendor. Kontraksi
vagal, jugular dan karotis, metastase dan
dan mengendornya plika vokalis akan 2,4,16
3,14 limpoma.
menentukan tinggi rendahnya nada.

281 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 4 y Desember 2008


Laporan Kasus

• Trauma ƒ Radiologis:
Trauma bedah pada percabangan nervus - Foto toraks
vagus masih merupakan komplikasi - CT Scan
operasi yang sering ditemukan pada - MRI
operasi leher dan mediastinum. Operasi - Barium swallow
struma adalah penyebab paling sering
2
diantara trauma bedah lainnya. Trauma DIAGNOSA BANDING
17
non bedah misalnya trauma dileher bisa 1. Laringitis
disebabkan oleh kecelakaan lalu-lintas, 2. Neoplasma disekitar plika vokalis yang
18
fraktur leher, cekikan sekeliling leher mengganggu pergerakan plika vokalis.
seperti ketika bergulat, pukulan ringan 3. Kelumpuhan laring yang disebabkan oleh
2,16 18
pada bagian anterior leher Trauma saat penyakit otot.
4
melakukan intubasi juga dapat 4. Kelainan kongenital laring.
2
menyebabkan paralise pita suara.
• Infeksi PENATALAKSANAAN
Penyebab paling sering adalah infeksi Paralise Aduktor Plika Vokalis Unilateral
2,4
tuberkulosis paru. Pasien biasanya datang dengan keluhan
• Neurologis suara serak atau parau dan terasa berat.
4
Wallenberg syndrome, syringomyelia, Pernafasan biasanya tidak menjadi masalah.
myasthenia Gravis.
2
1. Konservatif
• Idiopatik Yaitu berupa rehabilitasi oleh ahli
20 % dari kasus tidak diketahui terapi wicara (speech therapy) dan
penyebabnya.
4
medikamentosa dengan obat-obatan
neurotropik. Terapi konservatif biasanya
GEJALA KLINIS selama 6-12 bulan, karena masih diharapkan
• Jika satu plika vokalis yang paralise dapat terjadi kompensasi dari plika vokalis
4,19
menyebabkan perubahan suara pada yang sehat dalam masa itu. Suara dan
kualitas suaranya menjadi serak atau pergerakan plika vokalis akan kembali normal
6
parau, mendesah, pelan dan tidak bisa (spontaneous recovery) dalam waktu 1 tahun.
2,4
nyaring.
• Kedua plika vokalis paralise membuat A B
penderita menjadi susah bernafas
disebabkan udara yang melewati trakea
17
terhambat.
• Pada beberapa penderita dijumpai juga
keluhan disfagia dan mudah teraspirasi
2,4
makanan dan minuman.
• Kesulitan untuk batuk pada paralise plika
Gambar 3. Gambaran paralise plika vokalis dan
vokalis bilateral yang berada pada posisi kompensasinya, dilihat dengan kaca
abduksi (intermediate) sehingga sekret laringoskopi indirect
17
terkumpul di trakea. A. Paralise plika vokalis sebelah kiri.
• Pada bayi dan anak-anak: susah bernafas, B. Plika vokalis yang sehat menyeberang
kearah yang paralise ketika fonasi
menangis lemah, aspirasi, stridor,
4,9 (dari kepustakaan 21)
sianosis.
2. Operatif
DIAGNOSIS Prinsip utama dari tindakan bedah untuk
4,7,16-7
Diagnosis ditegakkan berdasarkan: paralise plika vokalis unilateral adalah
ƒ Anamnesa dan pemeriksaan fisik rutin memindahkan posisi plika vokalis paralisis ke
ƒ Laringoskopi indirect medial agar dapat digunakan oleh plika vokalis
ƒ Laringoskop fiberoptik yang sehat untuk menghasilkan getaran suara.
4

ƒ Laringostroboskopi Tindakan bedah berupa:


ƒ Elektromiografi (Laryngeal -EMG)
ƒ Laboratorium

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 4 y Desember 2008 282


Devira Zahara dkk. Paralise Aduktor Plika Vokalis Unilateral...

ƒ Augmentasi plika vokalis dilakukan monitoring posisi plika vokalis dan


Augmentasi plika vokalis dapat dicapai rima glotis dengan laringoskop optik fleksibel
dengan menyuntikkan bahan tertentu di plika dan video monitor. Kelemahan cara ini yaitu
vokalis yang paralisis (palsy). Beberapa terjadinya pergeseran atau rotasi dari kartilago
5
material yang dapat digunakan, yaitu teflon, yang dipasang.
5
gelfoam, lemak, fasia, dsb.

ƒ Bedah kerangka laring


Disebut juga dengan laringoplasti,
tiroplasti, atau laryngeal framework surgery
merupakan suatu teknik pembedahan untuk
memperbaiki suara dengan merubah tulang-
tulang rawan laring sebagai rangka dari plika Gambar 5. Tiroplasti medialisasi dengan kombinasi
vokalis dengan menggunakan implan melalui kartilago dan silastik (dari kepustakaan
jendela tiroid. Tujuannya adalah untuk 5)
merubah posisi atau panjang dari plika vokalis.
Isshiki membagi tiroplasti menjadi 4 tipe, Perkembangan berikutnya yaitu
yaitu: medialisasi (tipe1), lateralisasi (tipe 2), diproduksinya bahan dan desain berbeda
relaksasi (tipe 3) dan peregangan (tipe 4).
4,21-3 untuk implan, antara lain bahan implan dari
Isshiki merekomendasikan penggunaan silastik. Implan silastik yang banyak digunakan
tiroplasti tipe I untuk terapi paralisis aduktor buatan Montgomery. Implan telah tersedia
plika vokalis unilateral. dalam berbagai macam bentuk dan ukuran.
Berbagai bahan dan cara telah dilakukan Pemasangannya mudah dan praktis. Operator
untuk membantu mempertahankan plika hanya melakukan pengukuran besarnya celah,
5
vokalis berada dalam posisi di garis tengah saat lalu memilih implan yang sesuai.
fonasi. Pada awalnya untuk mengganjal Perkembangan yang terakhir yaitu
digunakan potongan kartilago tiroid yang ditemukannya bahan implan dari expanded
didapatkan saat membuat lubang. Namun polytetrafluoroethylene (Gore-Tex). Penggu-
hasilnya masih kurang memuaskan oleh naan bahan ini dilakukan pertama kali oleh
karena kartilago tiroid yang dipasang Hoffman dan McCulloth tahun 1999. Bahan
bentuknya segi empat dengan ketebalan yang implan ini berupa lembaran tipis dan lunak
sama sehingga tidak dapat mendorong plika yang dapat dipotong-potong menjadi pita
vokalis kearah medial secara optimal, panjang. Gore-Tex merupakan bahan implan
terutama di bagian posterior.
5 yang biokompatibel, inert, tipis, mudah
dibentuk sesuai kebutuhan, lunak seperti fasia,
mudah dipasang, reaksi pembentukan jaringan
ikat minimal, insiden adesi minimal, non
fraying, dan dapat disterilisasi ulang sampai 3
kali. Tingkat medialisasi yang optimal dapat
segera diperoleh hanya dengan menambah
atau mengurangi bagian pita panjang Gore-
Gambar 4. Tiroplasti medialisasi dengan kartilago
(dari kepustakaan 5)
Tex saat insersi. Dengan bahan implan ini
dilaporkan hasil perbaikan kualitas suara yang
5,24
Silastik (silikon keras) atau kartilago baik sekali.
tambahan ini ditempatkan di bawah ujung
posterior lubang untuk lebih memedialisasikan ƒ Reinervasi
plika vokalis di daerah itu. Potongan kartilago Tucker mempopulerkan transfer otot dan
tiroid yang diletakkan di tepi inner nervus ke otot krikoaritenoid posterior untuk
perichondrium ini digerakkan kearah anterior penanganan paralise plika vokalis unilateral.
dan posterior untuk menentukan posisi yang Syaratnya adalah sendi krikotiroid tidak
paling optimal sehingga didapati suara yang difiksasi dan nervus yang digunakan pada graft
paling nyaring. Bagian luar difiksasi dengan tidak tepengaruh oleh proses yang
benang nonabsorable. Selama pembedahan menyebabkan paralise. Menggunakan salah

283 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 4 y Desember 2008


Laporan Kasus

satu saraf dari otot-otot leher sehingga otot- ƒ Kulit leher didesinfeksi dengan betadin
otot plika vokalis tidak atrofi dan memiliki dan alkohol
23
tonus yang baik serta posisi lebih ke medial. ƒ Dibuat marker dan garis insisi di kulit
Beberapa ahli melakukan kombinasi tiroplasti leher dengan surgical marker
medialisasi dengan reinervasi pedikel otot-otot
5
saraf.

KASUS
Seorang wanita, JS, 69 tahun, suku Batak,
datang ke RS Swasta di Medan dengan
keluhan utama suara serak setelah menjalani
operasi struma 1 tahun yang lalu. Pasien
merasa mudah capek bila bersuara dan sedikit
kesulitan bila harus mengucapkan kalimat-
kalimat panjang. Batuk dan sesak nafas tidak
dijumpai. ƒ Dilakukan anestesi lokal lidokain
Status presens dalam batas normal. 1:100.000 terutama di daerah yang akan
Status Lokalisata: diinsisi.
Laringoskopi indirek dan optik: paralise
aduktor plika vokalis dextra (pita suara tidak
dapat menutup sempurna saat fonasi, pita
suara kanan tidak dapat bergerak, sedang yang
kiri bergerak bebas)

Pasien Didiagnosa dengan Paralise Aduktor


Plika Vokalis Dextra
Penatalaksanaan
Dilakukan operasi tiroplasti medialisasi
dengan Gore-Tex
ƒ Penderita dalam posisi supine dengan ƒ Insisi kulit dengan arah horizontal sesuai
bahu diganjal bantal tipis agar leher sedikit garis lipatan kulit dipertengahan lamina
ekstensi. tiroid sepanjang 4-5 cm, dimulai dari garis
ƒ Diberikan oksigen melalui kanula nasalis tengah ke lateral sampai tepi anterior
dan pemasangan peralatan untuk monitor muskulus sternokleidomastoid.
fungsi vital seperti irama jantung,
tensimeter, pulse oximeter.
ƒ Dilakukan pemeriksaan laringoskopi optik
fleksibel transnasal untuk memastikan
adanya paralisis plika vokalis, lokalisasi,
dan besarnya gap. Laringoskop ini
dihubungkan dengan monitor televisi.

ƒ Insisi diperdalam sampai memotong otot


plastisma, lalu otot Sternohioid (strap
muscle) di retraksi ke lateral dengan hook
trakeostomi. Selama diseksi disuntikkan
beberapa kali lidokain di otot sekitar
daerah pembedahan.

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 4 y Desember 2008 284


Devira Zahara dkk. Paralise Aduktor Plika Vokalis Unilateral...

ƒ Lalu inner perichondrium diundermining


dengan elevator secara sirkumferensial dari
bawah permukaan kartilago tiroid sampai
4 mm ke arah anterior, inferior, dan
posterior dari lubang.
ƒ Diseksi diteruskan sampai tampak thyroid ƒ Dilakukan pemeriksaan dengan
notch, membran krikotiroid, dan kartilago laringoskop fiberoptik untuk evaluasi
krikoid. Perdarahan yang ada dikauter dan posisi plika vokalis dan penilaian suara
diligasi. sebelum pemasangan implan
ƒ Setelah tampak lamina kartilago tiroid, ƒ Melalui lubang yang dibuat di kartilago
dilanjutkan dengan diseksi otot tirohioid. tiroid dimasukkan pita Gore-Tex yang
sebelumnya telah dioles dengan salep
antibiotika dengan menggunakan elevator.

ƒ Dengan elevator, pita Gore-Tex


dimasukkan dan didorong terutama ke
arah posterior, inferior, dan anterior.
ƒ Selama proses insersi pita Gore-Tex,
dilakukan evaluasi posisi plika vokalis
ƒ Selanjutnya dilakukan insisi perikondrium dengan laringoskop fiberoptik dan monitor
(outer perichondrium) di atas lamina televisi serta dinilai perubahan suara
tiroid ipsilateral dengan bentuk menderita sampai menjadi lebih nyaring
melengkung mulai dari medial ke lateral. (optimal)
ƒ Ekstensi lamina (kartilago) tiroid ƒ Setelah didapatkan suara yang optimal,
diperoleh dengan menggunakan pengait proses insersi pita Gore-Tex dihentikan.
yang memungkinkan retraksi medial dan ƒ Pita Gore-Tex difiksasi dengan 2 jahitan
rotasi laring. Lapangan operasi dengan vicryl 4.0, mula-mula benang
dipertahankan dengan memasang dilingkarkan ke pita Gore-Tex lalu diikat,
retraktor. pita dimasukkan secara sirkumferensial,
ƒ Dengan menggunakan bor dibuat lubang lalu jarum benang tersebut ditembuskan
di kartilago tiroid dengan ukuran vertikal 7 ke kartilago tiroid di atas lubang kemudian
mm, dan horizontal 12 mm. Lokasi lubang diikat.
adalah 1 cm posterior dari midline laring ƒ Dilakukan pemeriksaan laringoskopi
dan 4 mm di atas tepi bawah kartilago fiberoptik ulang yang terakhir untuk
lamina tiroid. memastikan posisi plika vokalis pasca
medialisasi dengan Gore-Tex.

285 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 4 y Desember 2008


Laporan Kasus

expanded polytetrafluoroethylene (Gore-


Tex). Kelebihan tiroplasti medialisasi dengan
Gore-Tex yaitu murah, aman, pemasangannya
Sebelum
Operasi Pasca Operasi mudah, dan angka keberhasilannya tinggi.
Sesuai dengan persetujuan dari pasien dan
keluarga maka dilakukan tindakan tersebut
pada pasien ini.
ƒ Daerah operasi diirigasi dengan NaCl Penyebab paralise pasien ini adalah
0,9%. trauma saat operasi struma 1 tahun lalu.
ƒ Dipasang penrose drain, kemudian luka Prosedur operasi terdiri dari penempatan
insisi dijahit lapis demi lapis implan ke dalam kantung yang dibentuk
ƒ Keadaan umum pasca operasi baik dengan diseksi inner perichondrium tulang
rawan tiroid melalui lubang kecil di lamina
ƒ Anjuran pasca operasi: istirahat suara total
kartilago tiroid.
48 jam
Evaluasi 1 bulan pasca bedah didapatkan
suara sudah nyaring, jauh lebih baik
Follow up Pasca Operasi
dibandingkan sebelum operasi. Disimpulkan,
o Penrose drain dibuka pasca operasi hari III
perbaikan kualitas suara sebesar 90%.
o Pasca operasi hari IV dilakukan
laringoskopi optik, hasilnya pita suara
KESIMPULAN
edema, suara serak (+) tetapi lebih baik Telah dilaporkan satu kasus paralisis
dari sebelum operasi dan pasien pulang aduktor plika vokalis unilateral pada seorang
berobat jalan. wanita berusia 69 tahun yang ditatalaksana
o Pasca operasi hari X dilakukan dengan tiroplasti medialisasi dengan Gore-Tex
laringoskopi optik, hasilnya pita suara dengan perbaikan kualitas suara sebesar 90%.
sedikit edema tetapi telah dapat menutup
sempurna, suara sudah nyaring tapi masih
sedikit serak, jahitan dibuka. DAFTAR PUSTAKA
o Pasca operasi hari XV, dilakukan 1. Vocal Cord Paralysis.Available from:
laringoskopi optik, hasilnya pita suara http://www.nidcd.nih.gov/health/voice
dapat menutup sempurna, suara sudah vocalparal.
nyaring tapi masih sedikit serak.
o Pasca operasi hari XXX, hasil laringoskopi 2. Willat DJ, Stell PM. Vocal Cord Paralysis.
optik pita suara edema (-) dan dapat In: Paparella MM, Shumrick DA,Ed.
menutup sempurna, suara sudah nyaring Otolaringology. Vol III. 3 ed, WB
Saunders Company, Philadelphia 1991.
pp. 2289- 304.
DISKUSI
Pasien ini datang dengan keluhan suara 3. Hermani B, Kartosoediro S. Suara Parau.
serak setelah menjalani operasi strumektomi Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
satu tahun yang lalu. Setelah dilakukan Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT Kepala
pemeriksaan terutama laringoskopi optik Leher. Edisi ke-5, Balai Penerbit FK UI,
pasien didiagnosa sebagai paralise aduktor Jakarta 2001. pp. 90-4.
plika vokalis dextra, karena tampak pita suara
4. Miller RH, Nemechek AJ. Hoarseness and
kanan saat fonasi tidak bergerak. Walaupun
Vocal Cord Paralysis. In: Bailey BJ, Ed.
usia pasien sudah 69 tahun, tetapi pasien
Otolaryngology Head and Neck Surgery-
tetap ingin menjalani operasi ini, karena nd
Otolaryngology. Vol.II. 2 ed, Lippincot-
pasien merasa mudah capek bila berbicara
Raven, Philadelphia 1998. pp. 741-80
sehingga mengganggu aktivitasnya.
Berbagai bahan dan cara pernah 5. Kentjono WA. Penanganan Paralisis
dilakukan untuk membantu mempertahankan Aduktor Korda Vokalis Unilateral
plika vokalis berada dalam posisi di garis Tiroplasti Medialisasi Dengan Gore-Tex
tengah saat fonasi. Perkembangan yang (Pengalaman di Surabaya). Dalam: Media
terakhir yaitu dilakukannya tindakan PERHATI. Volume 11. Surabaya, 2005.
medialisasi dengan bahan implan dari pp.35-55.

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 4 y Desember 2008 286


Devira Zahara dkk. Paralise Aduktor Plika Vokalis Unilateral...

6. Koufman JA. Laryngoplastic 15. Weir N. Anatomy of the larynx and


Phonosurgery. Available from url: tracheobronchial tree. In: Gleeson M,
http//www.bgsm.edu/voice/phonosurgery Kerr AG. Ed.Scottt-Brown’s
th
Otolaringology, Basic Sciences. 6 Ed,
.html.
ButterworthHeinemann, Great Britain,
7. Sani A. Gore-Tex Thyroplasty In The 1997. pp.1/12/1-28
Management of Unilateral Vocal Cord 16. Hollinshead WH. Anatomi For
Palsy (Abstract). Dalam: Media Surgeons,The head and Neck. Volume 1,
PERHATI. Volume 11. Surabaya, 2005. A Hoeber - Harper International Edition,
pp.58 New York, 1980. pp.425-53.

8. Marieb EN, Mallat J. Human Anatomy. 17. Kumar S. Fundamentals Of Ear, Nose, &
rd Throat Diseases And Head-Neck Surgery.
3 ed, Benjamin Cummings, New th
6 ed. The New Book Stall, Calcuta,
York, 2001. pp. 609-14. 1996. pp. 380-404.
9. Becker W, Naumann HH, Pfaltz CR. Ear, 18. Ballenger JJ. Penyakit Neurologik laring.
Nose and Throat Diseases A Pocket Dalam: Penyakit Telinga, Hidung,
nd
reference. 2 ed. Thieme med Publishers, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid 1.
New York, 1994. pp. 388-94. Edisi 13, Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1994.
pp. 580-617.
10. Lee KJ. The Larynx. In: Essential
Otolaryngology Head and Neck Surgery. 19. Maqbool M. Laryngeal Paralysis. In: Ear
th
th Nose & Throat Diseases. 6 ed, Jaypee
8 ed, Mc Graw – Hill Medical Brothers Medical Publishers PVT. LTd,
Publishing Division, New York, 2003. New Delhi,1993. pp. 443-50.
pp.724-69.
20. Benjamin B. Vocal Cord Paralysis. In:
11. Ballenger JJ. Anatomi Laring. Dalam: Endolaryngeal Surgery. Martin Dunitz
Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Ltd, London, 1998. pp. 125-41
Kepala dan Leher. Jilid 1. Edisi 13. 21. Howard D. Neurological affections of the
Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1994. pp. 424- pharynx and larynx. In: Hibbert J, Kerr
34. AG.Ed. Scottt-Brown’s Otolaringology,
Laringology and Head and Neck Surgery.
12. Higler AB. Anatomi Dan Fisiologi Laring. th
6 Ed. Butterworth-Heinemann, Great
Dalam: Boies Buku Ajar Penyakit THT. Britain, 1997. pp.5/9/1-19
Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
22. Dhingra PL. Laryngeal Paralysis. In:
Jakarta, 1997. pp. 369-77. rd
Diseases of Ear, Nose and Throat. 3 ed,
13. Corbridge RJ. The Larynx. In: Essential Elsevier, New Delhi, 2004. pp. 358-64.
ENT Practice A Clinical Text, Arnold, 23. Herman C. Medialization Thyroplasty for
London, 1998. pp. 40-60. Unilateral Vocal Cord Paralysis. In:
AORN Journal, 2002. pp. 512-21
14. Maran AGD. Vocal Cord Paralysis In:
Logan Turner’s Diseases of the Nose, 24. Hoffman HT,Mc Culloch TM.
Throat
th
and Ear. 10 ed, PG Publishing Medialization Laryngoplasty With Gore-
Pte Ltd, Singapore, 1990. pp. 180-4.
Tex. In: Operative techniques in
Otolaryngology-Head and Neck Surgery,
vol10, No.1 (Mar), 1999, pp.6-8.

287 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 4 y Desember 2008

Anda mungkin juga menyukai