Anda di halaman 1dari 7

The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

EFEKTIVITAS INFUSA KULIT JERUK PURUT (Citrus hystrix DC.)


TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans
PENYEBAB SARIAWAN SECARA in vitro

Zakiyatul Khafidhoh1), Sri Sinto Dewi1), Arya Iswara1)


1
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
Email: zackia2301@yahoo.com; sintomun@yahoo.com; iswara.arya2011@yahoo.com

Abstract
Candida albicans is a normal flora in the oral mucosa, tongue, and palate, but it could become
the pathogenic one. If the amounts were excess so that it could cause thrush. Kaffir lime peel
infusion contains saponins, tannins, flavonoids, coumarin which are active antifungal
compound. The purpose of this study was to examine the effectiveness of kaffir lime peel
infusion to the growth of Candida albicans which causes thrush with a consentration of 10%,
15%, 20% and contact time of 5 minutes, 10 minutes, 15 minutes. Method of this study used an
experimental research laboratory. Suspension Candida albicans 100 mL with dilution 10-4 of
McFarland 0,5 and contacted to the kaffir lime peel infusion 10%, 15%, 20% with three
repetitions. After 5 minutes, 10 minutes, and 15 minutes put 100 μL and then inoculated into
SGA antibiotics then incubated at 37˚C for 48 hours. Based on the results of this study
concluded that kaffir lime peel infusion can inhibit the growth of Candida albicans. The best
results was the 20% consentration and contact time of 15 minutes with an average colonies of
3×104 CFU/100 µL. The higher consentration of kaffir lime peel infusion the more able to
inhibit the growth of Candida albicans and the longer the contact time kaffir lime peel infusion,
the more can inhibit the growth of Candida albicans.

Keywords: Infusion, Citrus hystrix DC., Candida albicans.

1. PENDAHULUAN Salah satu tanaman herba yang memiliki


kandungan senyawa aktif yang diharapkan
Candida albicans adalah spesies fungi dapat dijadikan obat tradisional yaitu kulit
yang ditemukan pada beberapa bagian tubuh jeruk purut. Kandungan kulit jeruk purut
orang yang sehat, seperti di dalam mulut, adalah saponin, tanin, flavonoid, dan
kerongkongan, usus, saluran genital, feses, di kumarin.(Dalimartha, 2008; Suryaningrum,
bawah kuku dan kulit (Bahari, 2012). 2011; Suparni & Wulandari, 2012).
Sariawan atau Kandidiasis Senyawa kulit jeruk purut yang
Pseudomembranosa (Thrush) adalah infeksi menunjukkan aktivitas antifungi yaitu
oportunistik yang disebabkan oleh saponin yang bereaksi dengan mengganggu
pertumbuhan jamur permukaan, Candida membran sel fungi, salah satunya yaitu
albicans yang berlebihan. Biasanya Candida albicans (Septiadi dkk., 2013).
ditemukan pada mukosa rongga mulut, lidah, Selain itu kandungan senyawa antifungi lain
dan palatum lunak (Langlais et al., 2009). seperti tanin, mempengaruhi perubahan
Perkembangan pelayanan kesehatan permeabilitas membran sel yang dapat
tradisional tampak semakin pesat sekitar menyebabkan penurunan volume sel (Lim et
32% masyarakat Indonesia menggunakan al., 2006). Sama halnya dengan saponin dan
obat tradisional seiring dengan adanya trend tanin, flavonoid juga dapat merusak
masyarakat memilih back to nature dan juga membran sel sehingga terjadi perubahan
didukung dengan adanya kebijakan Menteri permeabilitas sel (Anggara dkk., 2014).
Kesehatan RI tahun 1999 untuk Sedangkan kumarin merusak sel dengan
mengembangkan dan memanfaatkan tanaman membentuk pori-pori dinding sel sehingga
obat asli Indonesia (Notoatmodjo, 2007).

31
menyebabkan kematian sel (Widodo dkk., dinding sel jamur karena flavonoid akan
2012). membentuk kompleks dengan protein
membran sel. Pembentukan kompleks
2. KAJIAN LITERATUR menyebabkan rusaknya membran sel karena
terjadi perubahan permeabilitas sel dan
Kulit Jeruk Purut hilangnya kadungan isi sel di dalam
Permukaan kulit jeruk purut sangat sitoplasma yang mengakibatkan
kasar karena terdapat banyak tonjolan. Buah terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya
jeruk purut berbentuk membulat dan sel (Anggara dkk., 2014).
berukuran kecil, umumnya berdiameter
antara 4-5 cm. Bila dibelah, terlihat kulit Kumarin
buah jeruk purut cukup tebal (Haryadi, Kumarin adalah senyawa metabolit
2013). sekunder yang dapat larut dalam air dengan
jumlah yang sangat sedikit (Sabnis, 2007).
Aktivitas Antifungi pada Kandungan Mekanisme kerja kumarin yaitu dengan
Kimia Kulit Jeruk Purut merusak sel dengan membentuk pori-pori
dinding sel sehingga merubah struktur dan
Saponin fungsi membran plasma yang menyebabkan
Saponin adalah metabolit sekunder yang meningkatkannya transmembran dan
terdapat pada berbagai jenis tumbuhan dan kebocoran asam amino dan isi sitoplasma
menunjukkan aktivitas antifungi. Saponin lainnya sehingga sel-sel pun menyusut dan
mudah larut dalam air dan tidak larut dalam hancur (Widodo dkk., 2012).
eter (Ryzki, 2014). Mekanisme antifungi
pada saponin yaitu dari kemampuan Morfologi dan Identifikasi Candida
molekul-molekul kompleks dengan sterol albicans
dalam membran fungi, sehingga
menyebabkan pembentukan pori-pori di lipid Dalam biakan spesies Candida albicans
bilayer yang dapat menghilangkan integritas berbentuk sel ragi (blastospora atau yeast),
membran dan meningkatkan permeabilitas dan oval (berukuran 3-6 µm). Candida
seluler (Turk F. M. et al., 2006; Coleman et albicans memperbanyak diri dengan
al., 2010). membentuk tunas yang akan terus
memanjang membentuk hifa semu. Candida
Tanin albicans merupakan jamur yang
pertumbuhannya cepat yaitu sekitar 48-72
Tanin merupakan senyawa kimia pada jam. Kemampuan Candida albicans tumbuh
tanaman yang larut dalam air dengan berat pada suhu 37˚C merupakan karakteristik
molekul antara 500-3000 gr/mol (Fajriati, penting untuk identifikasi. Spesies yang
2006). Tanin berperan dalam mempengaruhi patogen akan tumbuh secara mudah pada
perubahan permeabilitas membran sel yang suhu 25˚C-37˚C (Komariah, 2012).
dapat menyebabkan penurunan volume sel, Dalam media agar, spesies Candida
sel-sel berlubang dan menyusut lalu menghasilkan koloni halus, berbentuk bulat
kehilangan fungsi metabolisme dan akhirnya cembung, berwarna krem dengan aroma ragi.
hancur (Lim et al., 2006; Negri et al., 2014). Sedangkan uji mikroskopis dengan KOH
10% Candida albicans akan membentuk oval
Flavonoid budding yeast dan pengecatan sederhana
Flavonoid merupakan senyawa aktif Candida albicans akan berbentuk oval
dalam tumbuhan yang dapat larut dalam air berwarna ungu. Dua tes morfologis
(Sandjaja, 2009). Flavonoid akan sederhana membedakan Candida albicans
mendenaturasi protein sel dan mengerutkan yang paling patogen, dari spesies Candida
dinding sel sehingga dapat melisiskan lainnya yaitu pertama, diinkubasi dalam

32
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

media yang mengandung protein seperti


serum (Tes germ tube atau GTT) selama Tahap Perlekatan (adesi) dan Penetrasi
sekitar 90-120 menit pada suhu 37˚C, sel-sel
Adesi adalah interaksi antara sel
ragi Candida albicans akan mulai
Candida albicans dengan sel pejamu yang
membentuk perpanjangan filamentausa.
merupakan syarat berkembangnya infeksi.
Kedua, tes fermentasi gula dimana Candida
Kemampuan melekat pada sel inang
albicans dapat memfermentasi glukosa dan
merupakan tahap penting dalam merusak sel
sukrosa tetapi tidak dapat memfermentasi
dan penetrasi (invasi) ke dalam sel inang.
laktosa (Jawetz et al, 2005).
Enzim fosfolipase yang dimiliki oleh
Candida albicans akan memberikan
Patogenesis Candida albicans
kontribusi dalam mempertahankan infeksi.
Iritasi fisik karena penetrasi terus menerus
Menurut Komariah (2012) terdapat
dapat menyebabkan luka lokal yang dapat
beberapa tahapan patogenesis Candida
digunakan sebagai jalan masuk jamur.
albicans dalam rongga mulut sebagai berikut.
Sariawan atau Kandidiasis
Tahap Akuisisi
Pseudomembranosa (Thrush)
Tahap akuisisi adalah masuknya sel
jamur ke dalam rongga mulut. Umumnya Rongga mulut merupakan habitat
terjadi melalui minuman dan makanan yang sejumlah besar spesies mikroorganisme yang
terkontaminasi oleh Candida albicans. hidup berdampingan satu sama lain sebagai
mikrobiota normal. Ada lebih dari 20 spesies
Tahap Stabilitas Pertumbuhan Candida, yang paling umum jamur mulut
oportunistik yang terjadi pada individu yang
Tahap stabilitas pertumbuhan adalah
sehat adalah Candida albicans. Candida
keadaan ketika Candida albicans yang telah
albicans sebenarnya merupakan flora normal
masuk melalui akuisisi dapat menetap,
yang dapat ditemukan dalam rongga mulut
berkembang, dan membentuk populasi dalam
yang sehat pada konsentrasi rendah (20 sel/cc
rongga mulut. Hal itu berkaitan erat dengan
saliva) (Adwan et al., 2012).
interaksi antara sel jamur dengan sel epitel
Sariawan atau kandidiasis
rongga mulut hospes. Pergerakan saliva yang
pseudomembranosa (Thrush) adalah infeksi
terjadi secara terus menerus mengakibatkan
oportunistik yang disebabkan oleh
sel Candida albicans tertelan bersama saliva
pertumbuhan jamur permukaan, Candida
dan keluar dari dalam rongga mulut
albicans yang berlebihan. Biasanya
dikarenakan saliva memiliki kemampuan
ditemukan pada mukosa rongga mulut, lidah,
untuk menurunkan perlekatan Candida
dan palatum lunak (Mumpuni & Pratiwi,
albicans. Jika penghilangan lebih besar dari
2013).
akuisisi maka tidak terjadi kolonisasi. Jika
penghilangan sama banyak dengan akuisisi
Infusa
maka agar terjadi kolonisasi diperlukan
faktor predisposisi. Jika penghilangan lebih
kecil daripada akuisisi maka Candida Infusa adalah sediaan cair yang dibuat
albicans akan melekat dan bereplikasi, hal dengan mengekstraksi simplisia nabati
ini merupakan awal terjadinya infeksi. dengan air pada suhu 90˚C selama 15 menit.
Beberapa faktor predisposisi seperti Pembuatan dengan cara pemanasan simplisia
pemakaian gigi palsu, khususnya jika di atas pemanas air selama 15 menit terhitung
mengakibatkan rasa sakit dan diiringi kondisi mulai suhu mencapai 90˚C sambil sesekali
rongga mulut yang tidak bersih, dapat diaduk. Setelah itu diangkat dan dilakukan
menjadi substrat bagi pertumbuhan Candida penyarian dalam keadaan panas (Anief,
albicans. 2007; Mulyana dkk., 2013).

33
Infusa merupakan ekstraksi yang 10-4, dikontakkan pada tiap tabung yang sudah
menggunakan pelarut polar yaitu air. berisi konsentrasi infusa kulit jeruk purut
Senyawa yang memiliki kepolaran yang 10%, 15%, dan 20% dengan tiga kali
sama akan lebih mudah tertarik atau terlarut pengulangan. Waktu yang sudah
dengan pelarut yang memiliki tingkat menunjukkan 5 menit, 10 menit, 15 menit
kepolaran yang sama, sehingga infusa kulit diambil 100µl, diratakan ke dalam media
jeruk purut adalah cara efektif untuk SGA antibiotik. Perlakuan kontrol negatif
mendapatkan isolasi komponen senyawa larutan uji infusa kulit jeruk purut dipipet
aktif saponin, tanin, flavonoid dan kumarin masing-masing konsentrasi 10%, 15%, dan
karena senyawa-senyawa tersebut dapat larut 20% sebanyak 100µL dan diratakan ke media
dalam pelarut air (Sutrisna dkk., 2010; SGA antibiotik dan perlakuan kontrol positif
Hanuraga dkk., 2013; Hussein et al., 2011). suspensi Candida albicans standart
McFarland 0,5 pengenceran 10-4 tanpa
3. METODE PENELITIAN perlakuan diambil sebanyak 100 µL
diratakan pada media SGA antibiotik.
Metode Penelitian ini menggunakan Perataan dilakukan dengan triangel cara
penelitian eksperimental laboratorium aseptis kemudian diinkubasi dengan suhu
dengan rancangan static group comparison. 37˚C selama 48 jam. kemudian diamati dan
Sampel pemeriksaan berupa swab lesi dihitung adanya pertumbuhan koloni
mukosa rongga mulut penderita sariawan Candida albicans. Data dianalisis dengan uji
yang dilakukan pembiakan pada SGA statistik SPSS dengan uji two-way ANOVA.
ditambah tetrasiklin pada suhu 37˚C selama
48 jam. Hasil biakan dilakukan uji
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
makroskopis, uji mikroskopis, uji fermentasi
dan germ tube test. Jeruk purut dicuci bersih Berdasarkan data menunjukkan bahwa
dengan aquades steril untuk menghindari infusa kulit jeruk purut dapat menghambat
kontaminan kemudian pisahkan kulit dengan pertumbuhan koloni Candida albicans yang
buahnya dengan cara diiris bagian kulitnya ditunjukkan pada hasil rata-rata jumlah
dan diblender. Timbang 1,5 gram masukkan koloni Candida albicans yang dikontakkan
dalam tabung reaksi yang dilarutkan dengan dengan infusa kulit jeruk purut lebih rendah
15 mL aquades steril dan homogenkan dibandingkan dengan jumlah koloni Candida
(Konsentrasi 10%), timbang 2,25 gram albicans kontrol positif tanpa kontak dengan
masukkan dalam tabung reaksi yang rata-rata yaitu 35×104 CFU/100 µL (Tabel
dilarutkan dengan 15 mL aquades steril dan 1). Jumlah koloni Candida albicans semakin
homogenkan (Konsentrasi 15%), timbang 3 menurun dengan meningkatnya konsentrasi
gram masukkan dalam tabung reaksi yang dan waktu kontak infusa kulit jeruk purut.
dilarutkan dengan 15 mL aquades steril dan Konsentrasi 20% dan waktu kontak 15 menit
homogenkan (Konsentrasi 20%). Tabung merupakan konsentrasi dan waktu kontak
masing-masing konsentrasi ditutup dengan yang paling mampu menghambat
aluminium foil. Larutan kulit jeruk purut pertumbuhan Candida albicans (Gambar 1).
dengan konsentrasi 10%, 15%, dan 20% Hal ini disebabkan karena adanya zat-zat
dipanaskan dengan waterbath dengan suhu aktif yang tekandung pada infusa kulit jeruk
90˚C selama 15 menit dengan sesekali purut yaitu saponin, tanin, flavonoid dan
tabung dikocok, kemudian disaring dengan kumarin yang dapat menghambat
kain kasa steril secara aseptis dan ditampung pertumbuhan Candida albicans (Alfiah dkk.,
di dalam tabung reaksi steril. Hasil biakan 2015).
(+) atau koloni Candida albicans diambil dan
diencerkan dalam larutan NaCl fisiologis
0,85% steril dan dibuat sama kekeruhannya
dengan larutan McFarland 0,5. Diambil 100
µl suspensi Candida albicans pengenceran

34
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

Tabel 1. Pertumbuhan Koloni Candida albicans dengan variasi konsentrasi dan waktu kontak
infusa kulit jeruk purut.

Jumlah Candida albicans(×104 CFU/100 µL)


Pengulangan Konsentrasi dan Waktu Kontak
10% 15% 20%
5’ 10’ 15’ 5’ 10’ 15’ 5’ 10’ 15’
I 9 7 5 8 5 4 7 4 2

II 8 7 5 7 6 3 6 5 3

III 9 8 6 9 6 4 7 4 3

Rata-rata 9 8 6 8 6 4 7 5 3

Kontrol (−) 0 0 0

Kontrol (+) 35

menunjukkan perbedaan signifikan terhadap


10
9
jumlah koloni Candida albicans. Walaupun
Jumlah Koloni Candida albicans

8 pada masing-masing konsentrasi dan waktu


7 kontak menunjukkan perbedaan signifikan
(x104 CFU/100 µL)

5 menit
6
5
10 menit namun secara statistik pengaruh konsentrasi
4 15 menit dan waktu kontak dinyatakan tidak
3 menunjukkan perbedaan signifikan terhadap
2
1
jumlah koloni Candida albicans dengan nilai
0 p>0,05 (p=0,557) (Tabel 2).
10% 15% 20%

Konsentrasi Infusa Kulit Jeruk Purut


Tabel 2. Uji two-way ANOVA Pertumbuhan
Candida albicans setelah
dikontakkan dengan infusa kulit
jeruk purut
Gambar 1. Pertumbuhan Koloni Candida
albicans dengan variasi konsentrasi dan Pertumbuhan Candida albicans
waktu kontak infusa kulit jeruk purut. Variabel Mean p
Konsentrasi 14,704 ,000a
Berdasarkan hasil uji two-way ANOVA Waktu Kontak 34,037 ,000a
untuk konsentrasi menunjukkan bahwa nilai Konsentrasi*Waktu Kontak ,315 ,557b
p<0,05 (p=0,000), sehingga dapat Keterangan:
a: menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05).
disimpulkan bahwa seluruh konsentrasi
b: tidak menunjukkan perbedaan signifikan
menunjukkan perbedaan signifikan terhadap (p>0,05).
jumlah koloni Candida albicans. Sedangkan
untuk waktu kontak menunjukkan bahwa Pada konsentrasi 20% didapatkan data
nilai p<0,05 (p=0,000), sehingga dapat yang menunjukkan bahwa larutan uji
disimpulkan bahwa seluruh konsentrasi mengandung kadar senyawa aktif yang lebih

35
tinggi sehingga dapat mempengaruhi nilai p<0,05 (p=0,000), namun secara
permeabilitas membran sel sehingga statistik pengaruh konsentrasi dan waktu
meningkat yang menyebabkan cairan kontak dinyatakan tidak menunjukkan
intraseluler tertarik keluar, penurunan perbedaan signifikan terhadap jumlah koloni
volume sel, sel menyusut, hancur dan Candida albicans dengan nilai p>0,05
mengalami kematian sel sehingga sel (p=0,557).
Candida albicans berkembang lebih sedikit
dibandingkan dengan konsentrasi 10% dan 6. REFERENSI
15%. Sesuai hasil penelitian Sari (2014),
bahwa ekstrak daun belimbing wuluh sudah Adwan, G., et al. 2012. Assessment of
dapat menghambat pertumbuhan Candida antifungal activity of herbal and
albicans pada konsentrasi 20%. Menurut conventional toothpastes against
Alfiah dkk (2015) meningkatnya konsentrasi clinical isolates of Candida albicans.
ekstrak menyebabkan meningkatnya Asian Pacific Journal of Tropical
kandungan bahan aktif yang berfungsi Biomedicine: 375–379.
sebagai antijamur sehingga kemampuannya Alfiah, R. R., dkk. 2015. Efektivitas Ekstrak
dalam menghambat pertumbuhan suatu Metanol Daun Sembung Rambat
jamur juga semakin besar. (Mikania micrantha kunth) Terhadap
Pada waktu kontak 15 menit didapatkan Pertumbuhan Candida albicans.
data yang menunjukkan bahwa larutan uji Protobiont: 52-57.
berinteraksi lebih lama sehingga lebih Anggara, E. D., dkk. 2014. Uji Aktivitas
banyak koloni Candida albicans yang dapat Antifungi Fraksi Etanol Infusa Daun
dihambat dibandingkan dengan waktu kontak Kepel (Stelechocarpus Burahol,
5 menit dan 10 menit. Sesuai dengan Hook F&Th.) terhadap Candida
Siskawati (2013) bahwa makin lama waktu albicans. Yogyakarta: Universitas
kontak jumlah koloni Candida albicans Muhammadiyah Semarang.
tampak semakin berkurang, karena waktu Anief, M. 2007. Farmasetika. Yogyakarta:
kontak dengan infusum kulit delima tersebut Gadjah Mada University Press.
bertambah, maka akan menambah efektifitas Bahari, H. 2012. Cara Mudah Atasi
kerja daya antifunginya. Waktu kontak yang Keputihan. Yogyakarta: BukuBiru.
paling efektif dalam menurunkan Coleman, J. J., et al. 2010. Characterization
pertumbuhan jumlah koloni Candida of plant-derived saponin natural
albicans adalah pada waktu kontak 15 menit. products against Candida albicans.
ACS Chem Biol, 321-332.
5. SIMPULAN Fajriati, I. 2006. Optimasi Metode Penentuan
Tanin (Analisis Tanin secara
Infusa kulit jeruk purut dapat Spektrofotometri dengan Pereaksi
menghambat pertumbuhan Candida albicans Orto-Fenantrolin). Kaunia, 107-120.
penyebab sariawan secara in vitro dimana Hanuraga, R. A., dkk. 2013. Kajian Aktivitas
konsentrasi 20% dan waktu kontak 15 menit Infusa Daun Mimba (Azadirachta
yang paling mampu menghambat indicaJuss.) Sebagai Obat Herbal
pertumbuhan Candida albicans dengan rata- Pereda Osteoarthritis. Indonesian
rata jumlah koloni 3×104 CFU/100 µL. Pharmacy Student Journal, 6-12.
Semakin tinggi konsentrasi infusa kulit jeruk Haryadi, N. K. 2013. Jeruk-Jeruk Bumbu.
purut, maka semakin dapat menghambat Surakarta: Arcita.
pertumbuhan Candida albicans. Semakin Hussein, A. M., et al. 2011. Antioxidative,
lama waktu kontak infusa kulit jeruk purut, Antibacterial and Antifungal
maka semakin dapat menghambat Activities of Tea Infusions from
pertumbuhan Candida albicans. Pada Berry Leaves, Carob and Doum.
masing-masing konsentrasi dan waktu kontak Polish Journal of Food and Nutrition
menunjukkan perbedaan signifikan dengan Science, 201-209.

36
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

Jawetz, et al. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Siskawati, N. 2013. Daya Hambat Infusum
2. Jakarta: Salemba Medika. Kulit Delima Putih (Punica
Komariah, R. S. 2012. Kolonisasi Candida granatum L.) Kering dan Basah
dalam Rongga Mulut. Majalah terhadap Pertumbuhan Candida
Kedokteran FK UKI, 39-47. albicans Penyebab Sariawan.
Langlais, R. P., et al. 2009. Atlas Berwarna Semarang: Universitas
Lesi Mulut Yang Sering Ditemukan Muhammadiyah Semarang.
Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran Suparni, I. & Wulandari, A. 2012. Herbal
EGC. Nusantara. Yogyakarta: ANDI.
Lim, S., et al. 2006. Antimicrobial Activities Suryaningrum, E. R. 2011. Efek Antifungi
of Tannins Extracted From Perasan Kulit Jeruk Purut (Citrus
Rhizophora Apiculata Barks. Journal hystrix) terhadap pertumbuhan
of Tropical Forest Science, 59-65. Trichophyton mentagrophytes secara
Mulyana, C., dkk. 2013. Pengaruh in vitro. Surakarta: FK UNS.
Pemberian Infusa Daun Katuk Sutrisna, E., dkk. 2010. Efek Infusa Daging
(Sauropus androgynus (L.) Merr.) Buah Mahkota Dewa (Phaleria
Terhadap Kadar Trigliserida Serum Macrocarpa (Sceff.) Boerl.)
Darah Kambing Kacang Jantan Terhadap Penurunan Kadar Asam
Lokal. Jurnal Medika Veterinaria: Urat Darah Mencit Putih Jantan
135-137. Yang Diinduksi Dengan Potassium
Mumpuni, Y. & Pratiwi, E. 2013. 45 Oxonate. Pharmacon, 19-24.
Masalah & Solusi Penyakit Gigi & Turk, F. M., et al. 2006. Saponins versus
Mulut. Andi Publisher. plant fungal pathogens. Journal of
Negri, M., et al. 2014. Early State Research Cell and Molecular Biology, 13-17.
on Antifungal Natural Products Widodo, G. P., dkk. 2012. Mechanism of
(Review). Molecules, 2925-2956. Action of Coumarin against Candida
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan albicans by SEM/TEM Analysis. ITB
Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: J. Sci, 145-151.
PT. Rineka Cipta.
Ryzki, A. 2014. Dasar-dasar Farmakognosi
Kelas X: Buku SMK Farmasi
Kurikulum 2013.
Sabnis, R.W. 2007. Handbook of Acid-Base
Indicators. U.S.: CRC Press.
.
Sandjaja. 2009. Kamus Gizi: Pelengkap
Kesehatan Keluarga. Jakarta: Buku
Kompas.
Sari, M. 2014. Pengaruh Ekstrak Daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi
L.) dalam Menghambat
Pertumbuhan Jamur Candida
Albicans secara in vitro. Medan:
Universitas Negeri Medan.
Septiadi, T., dkk. 2013. Uji Fitokimia dan
Aktivitas Antijamur Ekstrak
Teripang Keling (Holoturia atra)
Dari Pantai Bandengan Jepara
Terhadap Jamur Candida albicans.
Journal Of Marine Research, 76-84.

37

Anda mungkin juga menyukai