Anda di halaman 1dari 23

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

1. SOP POSISI SEMI FOWLER DAN FOWLER

POSISI SEMI FOWLER

A.Pengertian :

Cara berbaring pasien dengan posisi setengah duduk

B. Tujuan :

1) Mengurangi sesak napas

2) Memberikan rasa nyaman

3) Membantu memperlancar keluarnya cairan

4) Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan

C. Di lakukan pada :

1) Pasien sesak napas

2) Pasien pasca bedah, bila keadaan umum pasien baik, atau bila pasien suah benar- benar sadar

D. Persiapan :- Persiapan alat

1) Sandaran punggung atau kursi

2) Bantal atau balok penahan kaki tempat tidur bila perlu

3) Tempat tidur khusus

(functional bed) jika perlu- Persiapan pasien, perawat, dan lingkungan

1) Perkenalkan diri anda pada klien, termasuk nama dan jabatan atau peran dan jelaskan apa
yang akan dilakukan.

2) Pastikan identitas klien

3) Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebut yang dapatdipahami oleh klien

4) Siapkan peralatan

5) Cuci tangan

6) Yakinkan klien nyaman dan memiliki ruangan yang cukup dan pencahayaanyang cukup untuk
melaksanakan tugas
7) Berikan privasi klien

E. Prosedur :

1) Pasien di dudukkan, sandaran punggung atau kursi di letakkan di bawah atau diatas kasur di
bagian kepala, di atur sampai setengah duduk dan di rapikan. Bantaldi susun menurut kebutuhan.
Pasien di baringkan kembali dan pada ujung kakinyadi pasang penahan.

2) Pada tempat tidur khusus (functional bed) pasien dan tempat tidurnya langsung diatur
setengah duduk, di bawah lutut di tinggikan sesuai kebutuhan. Kedua lengandi topang dengan
bantal.

3) Pasien di rapikan.

F. Hal – hal yang harus di perhatikan

1) Perhatikan keadaan umum pasien

2) Bila posisi pasien berubah, harus segera di betulkan

3) Khusus untuk pasien pasca bedah di larang meletakkan bantak di bawah perut.

4) Ucapkan terima kasih atas kerjasama klien

5) Dokumentasikan hasil prosedur dan toleransi klien pada format yang tepat

POSISI FOWLER

A. DEFINISI

Suatu kegiatan untuk memposisikan pasien setengah duduk atau kepala dinaikkan

B. TUJUAN

1.Membantu mengatasi masalah kardiovaskular atau pernafasan

2.Membantu pasien beraktivitas ( makan, minum, membaca dll)

3.Menurunkan tekanan intra abdomen

4.Memperlancar uterine drainage pada wanita post partum

C. INDIKASI

1.Pasien dengan masalah kardiovaskuler

2.Pasien wanita post partum untuk memperlancar uterine drainage


D. PERSIAPAN PASIEN

Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan tindakan

E. PESIAPAN ALAT

1.Tempat tidur

2.Bantal kecil 2 buah

3.Bantal biasa 3 buah

4.Handuk gulung

5.Footboard / bantalan kaki

6.Sarung tangan

F. CARA KERJA

1Memperkenalkan diri

2.Beritahu dan jelaskan kepada klien tentang prosedur yang akan dilakukan danlihat respon klien

3.Dekatkan alat ke klien

4.Cuci tangan dan gunakan sarung tangan

5.Minta klienuntuk memfleksikaN lutut sebelum kepala dinaikkan

6.Naikkan kepala tempat tidur 150

– 450 untuk fowler rendah dan 450

– 900untuk fowler tinggi

7. Letakan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah disana

8.Letakan bantal kecil dibawah kepala klien

9.Letakkan bantal kecil di bawah kaki mulai dari lutut sampai tumit

10.Pastikan tidak ada tekanan pada area popletia dan lutut dalam keaadan fleksi

11. Letakkan gulungan handuk di samping masing-masing paha

12.Topang kaki dengan bantalan kaki

13.Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan jika ada kelemahan pada klien
14.Dokumentasikan tindakan

2. SOP MEMBERIKAN O2 DENGAN SIMPLE MASK

3. SOP MELATIH NAFAS DALAM

PENGERTIAN

Melatih pasien melakukan nafas dalam

TUJUAN

1. Meningkatkan kapasitas paru

2. Mencegah atelektasis

KEBIJAKAN

Pasien dengan gangguan paru obstruktif & restriktif

PETUGAS

Perawat

PERALATAN -

PROSEDUR PELAKSANAAN

A. Tahap PraInteraksi

1. Mengecek program terapi

2. Mencuci tangan

B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

C. Tahap Kerja

1. Menjaga privacy pasien

2. Mempersiapkan pasien

3. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan


satu tangan di abdomen

4. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik

nafas dalam melalui hidung hingga 3 hitungan,

jaga mulut tetap tertutup)

5. Meminta pasien merasakan mengembangnya

abdomen (cegah lengkung pada punggung)

6. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan

7. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3

hitungan (lewat mulut, bibir seperti meniup)

8. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen

dan kontraksi dari otot

9. Merapikan pasien

D. Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan

2. Berpamitan dengan klien

3. Mencuci tangan

4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

4. SOP MELATIH BATUK EFEKTIF

PENGERTIAN
Latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan mengganggu di saluran nafas dengan cara
dibatukkan
TUJUAN
1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret
2. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laborat
3. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret
KEBIJAKAN
1. Klien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi secret
2. Pemeriksaan diagnostik sputum di laboratorium
PETUGAS : Perawat
PERALATAN
1. Kertas tissue
2. Bengkok
3. Perlak/alas
4. Sputum pot berisi desinfektan
5. Air minum hangat
PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Tahap PraInteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mempersiapkan pasien
3. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen
4. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung hingga 3
hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
5. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada punggung)
6. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
7. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti
meniup)
8. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot
9. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut bila
tidur miring)
10. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan nafas dan
batukkan dengan kuat
11. Menampung lender dalam sputum pot
12. Merapikan pasien
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
5. SOP POSTURAL DRAINAGE

Pengertian Postural drainage adalah tindakan keperawatan untuk melepaskan sekresi dari
berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gravitasi.

yang dipilih untuk didrainase berdasarkan pada :

1. Pengetahuan akan kondisi klien dan proses penyakitnya

2. Pemeriksaan fisik dada

3. Hasil pemeriksaan rontgen dada

Tujuan 1. Mempercepat pengeluaran sekret

2. Mencegah terkumpulnya sekret pada saluran nafas

3. Mencegah terjadi ateletaksis

Indikasi

1. Pasien tirah baring lama

2. Pasien dengan peningkatan produksi sputum

3. Fibrosis kistik

4. Bronkietaksis

5. Atelektasis

6. Pneumonia

Kontraindikasi

1. Tension pnemothoraks

2. Hemoptisis

3. Gangguan kardiovaskular (hipertensi, hipotensi, infark miokard, aritmia)

4. Tekanan intrakranial yang meningkat

5. Cedera kepala dan leher

6. Emfisema
7. Fistula bronkopleura

8. Tumor paru

9. Tuberkulosis

10. Osteoporosis

11. Edem paru

12. Efusi pleura luas

13. Kondisi dimana dada sangat nyeri

Kebijakan Standar Operasional Prosedur Tindakan Keperawatan RSUD Ulin Banjarmasin


Tahun 2014

Prosedur Persiapan alat

1. Bantal

2. Ranjang yang dapat mengatur posisi klien

3. Tisue

4. Handscon bersih

5. Segelas air hangat

6. Pot sputum dengan desinfektan

Persiapan pasien

1. Mengucapkan salam

2. Menyebut/menanyakan nama pasien

3. Mengenalkan diri dan instansi

4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum melakukan tindakan

6. Membawa dan meletakkan alat di dekat pasien.


Prosedur

1. Mencuci tangan

2. Memasang masker dan sarung tangan bersih

3. Pilih area tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian semua


bidang paru, data klinis dan gambar photo dada

4. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat. Bantu
klien untuk memilih posisi sesuai kebutuhan dan ajarkan klien memposisikan postur
lengan dan posisi kaki yang tepat. Letakan bantal untuk menyangga dan kenyamanan.
Minta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit

5. Selama posisi lakukan perkusi dan vibrasi dada di area yang didrainage

6. Berikan tisue untuk membersihkan sputum yang keluar

7. Setelah posisi pertama, minta klien duduk napas dalam dan batuk effektif.
Tampung sekret dalam pot sputum

8. Minta klien untuk istirahat sebentar dan minum sedikit

9. Ulangi langkah 6-12. Setiap tindakan tidak lebih dari 20-30 menit pada bidang
paru lain yang terjadi bendungan

6. SOP MELAKUKAN PENGHISAPAN LENDER

A. PENGERTIAN
Melakukan tindakan penghisapan lendir di jalan nafas

B. TUJUAN

Mengeluarkan secret/cairan pada jalan nafas

Melancarkan jalan nafas

C. INDIKASI

aPasien tidak sadar

Pasien yang tidak mampu mengeluarkan lender sendiri


D. PERALATAN

Bak instrument berisi: pinset anatomi 2, kasa secukupnya

NaCl atau air matang

Canule suction

Perlak dan pengalas

Mesin suction

Kertas tissue

E. PROSEDUR PELAKSANAAN

-Tahap PraInteraksi

Mengecek program terapi

Mencuci tangan

Menyiapkan alat

-Tahap Orientasi

Memberikan salam dan sapa nama pasien

Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

-Tahap Kerja

Memberikan posisi yang nyaman pada pasien kepala sedikit Ekstensi

Memberikan Oksigen 2 – 5 menit

Meletakkan pengalas di bawah dagu pasien

Memakai sarung tangan

Menghidupkan mesin, mengecek tekanan dan botol penampung


Memasukkan kanul section dengan hati-hati (hidung ± 5 cm, mulut ±10 cm)

Menghisap lendir dengan menutup lubang kanul, menarik keluar perlahan sambil memutar (+ 5
detik untuk anak, + 10 detik untuk dewasa)

Membilas kanul dengan NaCl, berikan kesempatan pasien bernafas

Mengulangi prosedur tersebut 3-5 kali suctioning

Mengobservasi keadaan umum pasien dan status pernafasannya

Mengobservasi secret tentang warna, baud an volumenya

-Tahap Terminasi

Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan

Merapikan pasien dan lingkungan

Berpamitan dengan pasien

Membereskan dan kembalikan alat ketempat semula

Mencuci tangan

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

7. SOP MEMBERIKAN OBAT SESUAI PROGRAM TERAPI

1. Pemberian obat melalui oral


Pemberian obat melalui oral merupakan pemberian obat melalui mulut dengan tujuan
mencegah, mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan jenis obat.

Persiapan alat:
1. Obat-obatan
2. Tempat obat
3. Daftar buku obat/ jadwal pemberian obat
4. Air minum dalam tempatnya

Langkah-langkah
a. Membagi obat ketempat obat:
· Mencuci tangan
· Membaca instruksi pada daftar obat
· Mengambil obat-obatan
· Menyiapkan obat dengan tepat menurut daftar obat (obat masih dalam kemasan)
· Menyiapkan obat cair beserta gelas obat
b. Membagi obat ke pasien:
· Mencuci tangan
· Mengambil daftar obat kemudian obat diteliti kembali sambil membuka bungkus
obat.
· Menuangkan obat cair kedalam gelas obat, jaga kebersihan etiket obat
· Membawa obat dan daftar obat ke pasien sambil mencocokan nama pada tempat
tidur dengan nama daftar obat
· Memastikan pasien benar dengan meanggil nama pasien sesuai dengan nama pada
daftar obat
· Memberi obat satu per satu ke pasien sambil menunggu sampai pasien selesai
minum
c. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap obat
dengan mencatat hasil peberian obat
d. Mencuci tangan

2. Pemberian obat melalui sublingual


Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang absorpsinya
baik melalui jaringan, kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah diberikan sendiri.
Karena tidak melalui lambung, sifat kelabilan dalam asam dan permeabilitas usus tidak
perlu dipikirkan.

Persiapan :
1. Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.

Langkah-langkah :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Memberikan obat kepada pasien.
4. Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga
terlarut seluruhnya.
5. Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama
obat belum terlarut seluruhnya.

3. Pemberian obat melalui intrakutan (IC)


Pemberian obat intra kutan merupakan cara memberikan atau memasukkan obat kedalam
jaringan kulit.Pemberian obat dengan cara ini mempunyai efek local. Tujuannya adalah
untuk melakukan tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Lokasi
dipilih sehingga reaksi inflamsi dapat diamati. Daerah yang lebih disukai dalah yang
tidak banyak mengandung pigmen, berkeratin tipis, dan tidak berambut seperti
permukaan ventral dari lengan bawah, daerah klavikula pada dada, daerah scapula pad
punggung, dan permukaan medial paha.

Persiapan alat :
1. Spuit 1 cc
2. Kapas alcohol 70%
3. Alat tulis
4. Obat injeksi
5. Daftar obat
6. Piala ginjal
7. Bak injeksi (dilapisi kasa steril)
8. Cairan pelarut
9. Perlak dan alasnya

Langkah-langkah
1. Mencuci tangan
2. Menjelaskan prosedur tindakan
3. Menyiapkan dosis obat
4. Memasang perlak
5. Menentukan lokasi tusukan
6. Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan disuntik
7. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap keatas dengan sudut 15 – 20 derajat
8. Masukkan obat perlahan-lahan hingga terjadi gelembung
9. Tarik spuit dan jangan lakukan masase
10. Lingkari batas pinggir gelembung dengan alat tulis
11. Bereskan alat-alat
12. Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat, tanggal dan waktu, serta jenis obat.

4. Pemberian obat melalui subkutan (SC)


Pemberian obat melalui subkutan (SC) adalah pemberian obat melalui suntikan kebawah
kulit yang dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau sepertiga bagian dari
bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilicus (abdomen).
Pemberian obat melalui SC memiliki efek sistemmik. Lokasi untuk suntikan dipilih
dimana terdapat bantalan lemak dengan ukuran memadai. Pemberian obat dengan cara ini
pada umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunkan untuk
mengontrol kadar gula darah.
Persiapan alat:
1. Spuit
2. Kapas alcohol 70%
3. Obat injeksi
4. Daftar buku obat
5. Bak injeksi
6. Bengkok
7. Perlak dan alasnya

Langkah-langkah
1. Mencuci tangan
2. Jelaskan prosedur tindakan
3. Menyiapkan dosis obat setelah itu tempatkan pada bak injeksi
4. Menentukan lokasi
5. Desinfeksi dengan menggunakan kapas alcohol pada lokasi
6. Menusukkan jarum injeksi dengan sudut 45 o
7. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan hingga habis
8. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol. Masukkan spuit yang telah terpakai
kedalam bengkok
9. Membereskan alat
10. Mencuci tangan
11. Mengobservasi reaksi pasien

5. Pemberian obat melalui intravena langsung (IV)


Pemberian obat melalui intravena langsung (IV) adalah pemberian obat yang dilakukan
melalui vena, diantaranya vena mediana cubiti/ cephalika (lengan), vena saphenous
(tungkai), vena jugularis (leher), dan vena frontalis / temporalis (kepala) dengan tujuan
untuk memberikan obat dengan rekasi cepat dan langsung masuk ke pembuluh darah.

Persiapan alat:
1. Spuit
2. Kapas alcohol 70%
3. Obat injeksi
4. Daftar buku obat
5. Bak injeksi
6. Bengkok
7. Perlak dan alasnya
8. Torniquet
9. K/P plester
Langkah-langkah
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Menyiapkan dosis obat dan tempatkan pada bak injeksi.
4. Menentukan lokasi injeksi
5. Meletakkan perlak kecil dibawah lengan yang akan di pungsi.
6. Melakukan pembendungan vene dengan torniquet pada bagian atas daerah/ lokasi
pungsi.
7. Desinfeksi dengan menggunakan kapas alcohol pada lokasi
8. Menusukkan jarum injeksi dengan sudut 15-90o
9. Lakukan aspirasi, bila ada darah masukkan obat perlahan-lahan hingga habis
10. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol kalau perlu diplester.
11. Membereskan alat-alat
12. Mencuci tangan
13. Mengobservasi reaksi obat.

6. Pemberian obat melalui wadah cairan intravena (drip)


Pemberian obat melalui wadah cairan intravena merupakan cara memberikan obat dengan
menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena dengan tujuan
untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapiutik dalam darah.

Persiapan Alat :
1. Spuit
2. Obat dalam tempatnya.

3. Wadah cairan.
4. Kapas alcohol

Langkah-langkah
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Periksa indentitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah wadah/kantong cairan.
5. Lakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan hentikan aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah
dan masukkan obat perlahan-lahan.
7. Tarik spuit kemudian jalankan kembali aliran serta periksa kecepatan infus.
8. Cuci tangan.
9. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.

7. Pemberian obat melalui selang intravena (per infus)


Peralatan
1. Spuit.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Selang intravena.
4. Kapas alcohol.

Langkah-langkah
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Periksa indentitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena.
5. Lakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan hentikan aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah
selang intravena dan masukkan obat perlahan-lahan.
7. Tarik spuit kemudian jalankan kembali aliran serta periksa kecepatan infus.
8. Cuci tangan.
9. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya

8. Pemberian obat melalui intramuscular (IM)


Pemberian obat IM merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukkan obat
kedalam jaringan otot. Pemberian obat dengan cara ini mempunyai efek sistemik. Biasanya efek
obat lebih cepat terjadi daripada pemberian obat melalui SC. Lokasi penyuntikan adalah pada
daerah dengan ukuran otot yang memadai dan terdapat sedikit syaraf/pembuluh darah yang
besar, seperti pada paha (Vastus Lateralis), Ventro Gluteal (dengan posisi berbaring), Dorso
Gluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid).

Peralatan :
1. Spuit.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Kapas alcohol.
4. Cairan pelarut.
5. Bak injeksi.
6. Bengkok.

Langkah-langkah :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian letakkan
pada bak injeksi.
4. Menentukan lokasi penyuntikan.
5. Disinfeksi dengan kapas alcohol tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
6. Lakukan penyuntikan dengan sudut 90º
7. Lakukan aspirasi. Bila tidak ada darah, masukkan obat secara perlahan-lahan.
8. Tarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas alcohol.
9. Membereskan alat-alat.
10. Mencuci tangan.
11. Catat reaksi, jumlah dosis, dan waktu pemberian.

9. Pemberian obat melalui anus atau rectum


Pemberian obat melalui anus/rectum (suppositoria) dilakukan dengan cara memasukkan obat
melalui anus/rekktum.

Tujuan :
1. Memberikan efek local dan sistemik.
2. Menjadikan lunak feses
3. Merangsang BAB

Peralatan :
1. Obat suppositoria dalam tempatnya.
2. Sarung tangan.
3. Kain kasa.
4. Vaselin/pelicin/pelumas.
5. Kertas tisu.
6. Bengkok.

Langkah-langkah :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang dilakukan.
3. Menawarkan pasien untuk buang air kecil/besar.
4. Bebaskan pakaian bagian bawah dan letakkan bengkok dibawah anus.
5. Gunakan sarung tangan.
6. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
7. Oleskan pelicin pada ujung obat suppositoria.
8. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan obat sambil menyuruh pasien
menarik nafas panjang. Selama 20 menit pasien istirahat baring.
9. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu,.
10. Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok.
11. Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya.
12. Membersihkan alat dan mengembalikan pada tempatnya.
13. Cuci tangan.
14. Catat obat, jumlah/dosis, dan cara pemberian.

10. Pemberian obat melalui vagina


Pemberian obat yang melalui vagina bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan
mengobati saluran vagina/ servix.

Peralatan :
1. Obat dalam tempatnya.
2. Sarung tangan
3. Kain kasa.
4. Kertas tisu.
5. Pelicin/pelumas.
6. Pengalas/handuk bawah.
7. Bengkok

Langkah-langkah :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Membuka pakaian bawah, menutupi dengan pengalas/handuk bawah.
4. Memberikan posisi dorsal recumbent.
5. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
6. Gunakan sarung tangan
7. K/P melumasi suppositoria tipis-tipis.
8. Renggangkan labia minora agar tampak meatus vagina dengan tangan kiri
9. Masukan obat sepanjang dinding kanal vagina posterior sampai 8-10 cm atau sedalam
mungkin.
10. Mengeluarkan jari tangan dan membuka sarung tangan.
11. Memberikan supine selama 5-10 menit, meninggikan panggul dengan 1 bantal.
12. Cuci tangan.
13. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.

11. Pemberian obat topikal

a. Kulit
Pemberian obat yang dilakukan pada kulit dengan tujuan mempertahankan hidrasi, melindungi
permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Obat ini dapat berupa krem,
lotion, aerosol, dan sprey.

Peralatan :
1. Obat yang diperlukan
2. Kapas lidi steril
3. Kasa steril
4. Bengkok.

Langkah-langkah :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Membersihkan kulit dengan kasa steril.
4. Mengoleskan obat pada kulit.
5. Merapikan pasien dan lingkungannya
6. Cuci tangan

b. Mata
Pemberian obat dengan cara meneteskan atau mengoleskan obat pada mata.

Peralatan :
1. Bengkok.
2. Kapas.
3. Obat
4. K/P pipet.

Langkah-langkah :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Sikap psien duduk atau tidur terlentang dengan kepala ditengadahkan.
4. Membuka kelopak mata bawah dengan telunjuk jari kiri.
5. Meneteskan obat tetes mata pada permukaan konjungtiva kelopak mata bawah.
6. Membersihkan air mata yang keluar dengan kapas.
7. Apabila obat mata jenis salep, pegeng aplikator salep di atas pinggir kelopak mata
kemudian tekan salep sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah.. Setelah
selesai anjurkan pasie untuk melihat ke bawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak
mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan mengerakkan kelopak mata.
8. Membereskan alat.
9. Cuci tangan.

c. Telinga
Pemberian obat yang dilakukan dengan meneteskan atau mengoleskan obat pada telinga. Pada
umumnya obat ini diberikan pada gangguan infeksi telinga (misal, otitis).

Peralatan :
1. Kapas bulat.
2. Handuk.
3. Obat yang sudah ditentukan.
4. Lidi kapas steril.
5. Bengkok.

Langkah-langkah :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Membantu pasien dalam posisi tidur miring, telinga yang sakit mengerah ke atas.
4. Meletakkan handuk dibawah bahu pasien.
5. Membersihkan liang telinga dengan lidi kapas.
6. Mengisi pipet dengan obat yang sudah disediakan.
7. Menarik daun telinga dan di angkat ke atas dengan hati-hati.
8. Menetesi obat melalui sisi atau dinding telinga untuk mencegah terhalang oleh gelembung
udara, sesuai dosis yang ditentukan.
9. Membersihkan bekas cairan obat dengan kapas bulat.
10. Merapikan pasien, lingkungan, dan alat.
11. Cuci tangan.
12. Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.

d. Hidung
Pemberian obat yang dilakukan dengan meneteskan obat pada hidung. Pada umumnya dilakukan
pada seseorang yang mengalami keradangan hidung (rhinitis) atau naso pharing.

Peralatan :
1. Handuk
2. Kapas/tisu.
3. Bengkok.
4. K/P pipet.

Langkah-langkah :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Pasien diberi sikap berbaring tengadah dengan kepala lebih rendah dari bahu.
a. Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
b. Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
c. Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
4. Mengisi pipet dengan obat yang sudah ditentukan.
5. Menetesi hidung :
a. Menetesi obat ke dalam lubang hidung sesuai dosis yang ditentukan.
b. Pasien dianjurkan untuk tengadah atau berbaring selama 5-10 menit supaya obat tidak
mengalir keluar.
6. Membersihkan tetesan dengan kapas / tisu
7. Merapikan dan mengembalikan alat.
8. Cuci tangan.
9. Catat cara, tanggal, dan dosis pemberian.

8. SOP MEMBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN

1. Pengertian

- Penkes adalah informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan informasi tersebut agar
mereka menjadi lebih tahu dan lebih sehat (budiro,1998)

- Penyuluhan atau pendidikan kesahatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan


kesempatan yang berdasarkan perinsip perinsip untuk belajar mencapai sutau keadaan, dimanan
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat tahu bagai
mana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara
kelompok dan meminta pertolongan bila perlu.

2. Tujuan

- Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan
memleihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.

- Tebentuknya perilaku sehat terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai
dengan konsep hidup sehat baikfisik, mental dan sosoial sehingga dapat menurunkan angka
kesatikan dan kematian.

- Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong atau mengatasi dirinya sendiri


dalam bidang kesehatan.

- Meningkatkan perilaku peroroangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan


(WHO).

3. Indikasi

- Semua masyarakat, individu kelompok atau keluarga

4. Kontraindikasi

- Tidak ada

5. Peralatan
- Media pendidikan kesehatan (brosur, leflet, lembar balik, dan lain – lain)

- Proyektor

- Laptop

- Peralatan lain jika dengan demontrasi

6. Prosedur

A. Fase Pra Interaksi

1. Verifikasi data

2. Mempersiapkan lata dan bahan atau media

B. Fase Orientasi

1. Mengucapkan salam

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan

4. Menjelaskan prosedur atau langkah langkah PENKES

5. Menanyakan kesiapan klien atau kontrak waktu

6. Appresepsi

C. Fase kerja

1. Mengatu posisi yang nyaman untuk klien

2. Menjelaskan pengertian penyakit (sesuai topik PENKES)

3. Menjelaskan penyebab atau etiologi (sesuai topik PENKES)

4. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit (sesuai topik PENKES)

5. Menjelaskan pencegahan penyakit (sesuai topik PENKES)

6. Menjelaskan penatalaksanaan atau perawatan penyakit (sesuai topik PENKES)

7. Menjelaskan atau melakukan demonstrasi atau simulasi (prosedur atau tindakan kalau ada
.... (mengukur TD/Suhu, membuat LGG, justimun dan lain lian sesuai topik Penkes)

D. Fase terminasi
1. Evalusai (dapat dilakukan sebelum dan sesudah PENKES)

2. Menyampaikan rencana tindak lanjut (Sebagai Follow Up)

3. Pmanitan (appresiasi/ucapan terima kasih dan permintaan maaf ada kekurangan)

Anda mungkin juga menyukai