Oleh :
Kelompok 3
Kelas 2.4
1
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang
Widhi Wasa, karena atas berkat rahmat beliau penulis mampu menyelesaikan tugas
“Keperawatan Maternitas” dengan membahas tentang “Konsep Dasar Perawatan dan
Asuhan Keperawatan Ibu Hamil” dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak selaku pembimbing yang telah memberikan penulis tugas, serta petunjuk
kepada penulis. Sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan tugas.
2. Orang tua yang juga turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai
kesulitan sehinga tugas ini selesai.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai. Sekian dan terima kasih.
“Om Santi, Santi, Santi Om”
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………...………..…………………………………...…. 1
1.2 Rumusan Masalah …………….………………………...………………...……. 2
1.3 Tujuan ……………………………………………………..………...…………. 2
1.4 Manfaat ……..................……………………………………….……………..... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kehamilan …………………...……....………………....................… 4
2.2 Siklus Menstruasi ……………………………………...……………………….. 9
2.3 Patofisiologi Kehamilan ……………………………………………………...... 14
2.4 Perubahan Fisik, Fisiologi, dan Psikologis Ibu Hamil ………..…..……...……. 19
2.5 Diagnosa Medis Ibu Hamil ...……………………...………………………..…. 31
2.6 Asuhan Keperawatan Ibu Hamil ……..………………...………....………..….. 33
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1) Apa pengertian dari kehamilan?
2) Bagaimana siklus menstruasi pada ibu hamil?
3) Bagaimana patofisiologi dari kehamilan?
4) Bagaimana perubahan fisik, fisiologi, dan psikologis dari ibu hamil?
5) Apa saja diagnosa medis dari ibu hamil?
6) Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil?
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai konsep dasar dan asuhan keperawatan pada ibu hamil.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui pengertian dari kehamilan.
2) Untuk mengetahui siklus menstruasi pada ibu hamil.
3) Untuk mengetahui patofisiologi dari kehamilan.
4) Untuk mengetahui perubahan fisik, fisiologi, dan psikologis dari ibu hamil.
5) Untuk mengetahui diagnosa medis dari ibu hamil.
6) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil.
1.4 MANFAAT
Selain tujuan, adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1) Makalah ini secara praktis diharapkan dapat meyumbangkan pemikiran
terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan konsep dasar dan
asuhan keperawatan pada ibu hamil.
2) Hasil makalah ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang pengertian; siklus
menstruasi; patofisiologi kehamilan; perubahan fisik, fisiologi dan
5
psikologis ibu hamil; diagnosa medis ibu hamil; asuhan keperawatan ibu
hamil; pemeriksaan ibu hamil dan asuhan keperawatan pada ibu hamil.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Kehamilan Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10
bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. (Prawirohardjo,2009.p.213).
Masa-masa kehamilan
8
mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi, dan kesedihan. Fokus
wanita adalah pada dirinya sendiri yang akan menimbulkan ambivalensi
mengenai kehamilannya seiring usahanya menghadapi pengalaman kehamilan
buruk yang pernah ia alami sebelumnya, efek kehamilan terhadap kehidupannya
kelak (terutama jika ia memiliki karir), tanggung jawab yang baru atau tambahan
yang akan ditanggungnya, kecemasan yang akan berhubungan dengan
kemampuannya untuk menjadi seorang ibu, masalah-masalah keuangan dan
rumah tangga, dan keberterimaan orang terdekat terhadap kehamilannya.
Perasaan ambivalen ini biasanya berakhir dengan sendirinya seiring ia
menerima kehamilannya, sementara itu, beberapa ketidaknyamanan pada
trimester pertama, seperti nausea kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan
emosional, semua ini dapat mencerminkan konflik dan depresi yang ia alami dan
pada saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilannya.
Trimester pertama sering menjadi waktu yang menyenangkan untuk melihat
apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Hal ini akan terlihat
jelas terutama pada wanita yang telah beberapa kali mengalami keguguran dan
bagi para tenaga kesehatan profesional wanita yang cemas akan kemungkinan
terjadi keguguran kembali atau teratoma. Berat badan sangat bermakna bagi
wanita hamil selama trimester pertama. Berat badan dapat menjadi salah satu uji
realitas tentang keadaannya karena tubuhnya menjadi bukti nyata bahwa dirinya
hamil.
Validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa
dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang merupakan bukti adanya
kehamilan. Bukti yang paling kuat adalah terhentinya menstruasi. Hasrat seksual
pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang satu dan yang lain.
Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara
umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal
ini memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap pasangan 4 masing-
masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta
kasih tanpa seks. Libido secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea,
depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan
9
masalah-masalah lain merupakan hal yang sangat normal terjadi pada trimester
pertama.
10
mahkluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang
bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini
membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan
gejala persalinan muncul. Trimester ketiga merupakan waktu, persiapan yang
aktif terlihat dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara
perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan.
Pergerakan janin dan pembesaran uterus, keduanya menjadi hal yang terus
menerus mengingatkan tentang keberadaan bayi. Wanita tersebut lebih protektif
terhadap bayinya. Sebagian besar spekulasi mengenai jenis kelamin dan wajah
bayi itu kelak.
Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita dapat menjadi
lebih bergantung pada orang lain lebih lanjut dan lebih menutup diri karena
perasaan rentannya. Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik
yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek,
berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari
pasanagannya. Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual
yang terjadi pada trimeseter sebelumnya akan menghilang karena abdomennya
yang semakin besar menjadi halangan. Alternatif untuk mencapai kepuasan
dapat membantu atau dapat menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa tidak
nyaman dengan cara-cara tersebut.
11
2.2 SIKLUS MENSTRUASI
Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari
setelah ovulasi (Bobak, 2004). Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala
akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal
merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan
perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal,
ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya
bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama
siklus menstruasi (Greenspan, 1998).
Adapun siklus menstruasi adalah sebagai berikut.
a) Gambaran klinis menstruasi
Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan
menstruasi terjadi setiap 25-35 hari dengan median panjang siklus adalah 28
hari. Wanita dengan siklus ovulatorik, selang waktu antara awal menstruasi
hingga ovulasi-fase folikular-bervariasi lamanya. Silus yang diamati terjadi
pada wanita yg mengalami ovulasi, selang waktu antara awal perdarahan
menstruasi-fase luteal-relatif konstan dengan rata-rata 14±2 hari pada
kebanyaan wanita (Grenspan, 1998). Lama keluarnya darah menstruasi juga
bervariasi; pada umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8
hari masih dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari
fragmen-fragmen klupasan endrometrium yang bercampur dengan darah
yang banyaknya tidak menentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila
kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran
sangat mugkin ditemukan. Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini
disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam
endometrium.
Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu
periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu
25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per di dan kandungan besi Hb 3,4
mg per g, volume darah inini mengandung 12-29 mg besi dan
mengambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi
12
untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun
(Cunningham, 1995).
13
b. Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi
Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya
endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi
dan berlangsung ± 4 hari.
c. Fase intermenstruasi atau fase proliferasi
Setelah luka sembuh, akan terjadi penebalan pada
endometrium ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5
sampai hari ke-14 dari siklus menstruasi.
1. Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-
7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis
dan adanya regenerasi epitel.
2. Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari
ke-10. Fase ini merupakan transisi dan dapat dikenali dari
epitel permukaan yang berbentuk torak yang tinggi.
3. Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11
sampai hari ke-14 Fase ini dapat dikenali dari permukaan
yang tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis.
d. Fase pramestruasi atau fase sekresi.
Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai hari ke-28. Fase
ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk
kelenjarnya berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan
mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Bagian
dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang
dapat diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur dan
dibuahi. Fase sekresi dibagi menjadi 2 tahap, yaitu:
1. Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis
dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan.
2. Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam
endometrium berkembang dan menjadi berkelok-kelok
dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung
glikogen dan lemak. Akhir masa ini, stroma endometrium
berubah kearah sel-sel; desisua, terutama yang ada
14
diseputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini
memudahkan terjadinya nidasi (Hanafiah, 1997).
15
13. Selama haid, pada hari bermulanya diambil sebagai hari pertama dari
siklus yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari FSH sampai
mencapai kadar 5 ng/ml (atau setara dengan 10 mUI/ml), dibawah
pengaruh sinergis kedua gonadotropin, folikel yang berkembang ini
menghasilkan estradiol dalam jumlah yang banyak. Peningkatan serum
yang terus menerus pada akhir fase folikuler akan menekan FSH dari
hipofisis.
14. Dua hari sebelum ovulasi, kadar estradiol mencapai 150-400pg/ml.
Kadar tersebut melebihi nilai ambang rangsang untuk pengeluaran
gonadotropin pra-ovulasi. Akibatnya FSH dan LH dalam serum akan
meningkat dan mencapai puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang
sama pula, kadar estradiol akan kembali menurun. Kadar maksimal LH
berkisar antara 8 dan 35 ng/ml atau setara dengan 30-40 Mui/, dan FSH
antara 4-10 ng/ml atau setara dengan 15-45 Mui/ml.
15. Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini
folikel akan mulai pecah dan satu hari kemudian akan timbul ovulasi.
Bersamaan dengan ini dimulailah pembentukan dan pematangan korpus
luteum yang disertai dengan meningkatnya kadar progesteron, sedangkan
gonadotropin mulai turun kembali. Peningkatan progesterone tersebut
tidak selalu memberi arti, bahwa ovulasi telah terjadi dengan baik,
karena pada beberapa wanita yang tidak terjadi ovulasi tetap dijumpai
suhu basal badan dan endometrium sesuai dengan fase luteal.
16. Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum. Sekresi
progesterone terus menerus meningkat dan mencapai kadar antara 6 dan
20 mg/ml. Estradiol yang dikeluarkan terutama dari folikel yang besar
yang tidak mengalami atresia, juga tampak pada fase luteal dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dari pada selama permulaan atau
pertengahan fase folikuler. Produksi estradiol dan progesterone maksimal
dijumpai antara hari ke-20 dan 23. (Jacoeb, 1994)
16
2.3 PATOFISIOLOGI KEHAMILAN
a) Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan
20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari,
berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena
penyakit seperti appendisitis, pielititis, dan sebagainya. (Joseph, 2011)
Mual dan muntah disebabkan oleh kombinasi hormon estrogen dan
progesteron, walaupun belum diketahui secara pasti dan hormon human
chorionic gonadotropin juga berperan dalam menimbulkan mual dan muntah,
menurunnya tekanan sfingter esofageal bagian bawah, meningkatnya tekanan
interagastik, menurunnya kompetensi sfinger pilori dan kegagalan mengeluarkan
asam lambung. Konstipasi tersebut disebakan oleh efek hormon progesteron
yang menyebabkan relaksasi otot polos dan peningkatan waktu transit dari
lambung dan usus dapat meningkat absorbsi cairan. Kelainan gastrointestinal
tersebut bisa timbul pada saat kehamilan atau oleh kelainan yang sebelumnya
sudah ada dan akan bertambah berat sewaktu hamil. (Prawirohardjo, 2010. Hal:
814-815)
Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tetapi
beberapa faktor predisposisi yaitu:
1) Faktor adaptasi hormonal
Pada wanita hamil yang kurang darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum dapat dimasukan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah
wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi
rahim pada kemilan kembar dan hamil mola hidatidosa.
a. Anemia
Selama kehamilan tresemester pertama, wanita hamil mengalami
anemia saat kadar hemoglobinnya kurang dari 11 gr/dl atau kadar
hematokritnya urun sampai dibawah 37%. Efek anemia pada
kehamilan ialah timbul rasa letih, stres meningkat (bobak.2004.h;
737). Pada wanita hamil yang kurang darah lebih sering terjadi
17
hiperemesis gravidarum dapat dimasukan dalam ruang lingkup faktor
adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia (Manuaba.2010.h; 230).
b. Primigravida
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap
hormon estrogen dan korionik gonadotropin, sedangkan pada
kehamilan kembar dan molahidtidosa, jumlah hormon yang
dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hiperemesis
gravidarum (Manuaba, 2010. Hal: 230).
c. Molahidatidosa
Kehamilan molahidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang
tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi
korialis mengalami perubahan hidropik. Untuk memperkuat
diagnosis maka dilakukan pemeriksaan kadar Human Chorionic
Gonadotropin (hCG) dalam darah atau urin (Wiknjosastro, 2006. Hal:
342-345). Pada kehamilan molahidratidosa kadar hCG lebih tinggi
dan terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron yang
memicu terjadinya mual muntah yang berlebihan atau hiperemesis.
(Prawirohardjo, 2010. Hal: 215)
2) Faktor psikologi
Hubungan faktor psikologi dengan kejadian hiperemesis gravidarum
belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil,
takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami dan
sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis
gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit
penderitaannya dapat berkurang sampai menghilang (Manuaba, 2010.
Hal: 230). Berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan apakah
berhubungan dengan kehamilan. Pekerjaan yang terlalu berat sehingga
menyebabkan stres pada ibu sehingga menimbulkan terjadinya
hiperemesis gravidarum (Varney, 2007. Hal: 256).
3) Faktor alergi
Pada kehamilan ketika diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang
masuk dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat
18
menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum. (Manuaba, 2010. Hal:
230)
4) Faktor endokrin
a. Diabetes melitus
Selama trimester pertama kehamilan, kadar glukosa ibu menurun
dengan cepat dibawah kadar glukosa tidak hamil sampai antara 55
dan 65 mg/dl. Akibat penurunan estrogen dan progesteron, pankreas
meningkatkan produksi insulin, yang meningkatkan penggunaan
glukosa. Pada saat yang sama, penggunaan glukosa oleh janin
meningkat, sehingga menurunkan kadar glukosa ibu. Selain ini
trisemester pertama juga ditandai dengan nausea, vomitus dan
penurunan asupan makanan sehingga kadar glukosa ibu semakin
menurun. (Bobak, 2004. Hal: 702)
a) Gastritis
Penyakit gastritis sering terjadi pada kehamilan muda, dengan dasar
keluhan seperti mual, muntah-muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri
di daerah epigastrium dan sebagainya. Keluhan ini hampir sama
dengan gejala hiperemesis gravidarum. Bila penyakit ini disebabkan
oleh kehamilan, biasanya keluhan akan hilangsetelah trimester I
(Wiknjosastro, 2006. Hal: 497). Kelainan gastrointestinal bisa timbul
pada saat kehamilan atau kelainan yang sebelumnya sudah ada akan
bertambah berat sewaktu hamil (Prawirohardjo, 2008. Hal: 815).
19
Gejala klinis
Kenaikan tekanan darah, odema kaki, tangan sampai muka, terjadi gejala
subjektif seperti kenaikan tekanan darah, penglihatan kabur, nyeri pada
epigastium, sesak napas, berkurangnya urin, penurunan kesadaran ibu hamil
sampai koma, terjadinya kejang.
20
4) Mola Hidatidosa
Kehamilan mola ditandai dengan proliferasi trofoblastis dengan derajat yang
berbeda-beda. Kehamilan mola dapat terjadi di ovarium, tuba falopi atau di
rongga uterus. Untuk mengklarifikasi kehamilan mola perlu dilihat ada
tidaknya janin di dalam mudigah (Cunningham, 2009). Pada pemeriksaan
ditemukan perdarahan pervagina pada usia kehamilan 6-16 minggu
(Mochtar, 2013).
21
Faktor pencetus predisposisi terjadinya adalah: Hamil pada pada usia tua
diatas 35 tahun, Mempunyai tekanan darah tinggi., Bersamaan dengan
terjadinya pre eklamsia dan eklamsia., Dan trauma langsung lainya., Tali
pusat yang pendek (Hanifa. 1999. hal. 377).
22
d) Perubahan perut
Perut akan kelihatan makin lama makin besar. Biasanya dari umur
kehamilan 4 bulan membesarnya perut belum kelihatan. Setelah itu mulai
kelihatan membesar, lebih-lebih setelah kehamilan umur 5 bulan
kelihatan cepat sekali menjadi besar.
23
h) Perubahan metabolik dan kenaikan berat badan
Trimester 1
Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilan yang sebagian besar
diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara, dan peningkatan volume
darah serta cairan ekstraseluler. Sebagian kecil pertambahan berat badan
terebut diakibatkan oleh perubahan metabolik yang menyebabkan
pertambahan air selular dan penumpukan lemak serta protein baru, yang
disebut cadangan ibu. Pada awal kehamilan, terjadi peningkatan berat
badan ibu kurang lebih 1 kg.
Trimester 2
Kenaikan berat badan ibu terus bertambah terutama oleh karena
perkembangan janin dalam uterus.
Trimester 3
Pertambahan berat badan ibu pada masa ini dapat mencapai 2 kali lipat
bahkan lebih dari berat badan pada awal kehamilan. Pitting edema dapat
timbul pada pergelangan kaki dan tungkai bawah akibat akumulasi cairan
tubuh ibu. Akumulasi cairan ini juga disebabkan oleh peningkatan
tekanan vena di bagian yang lebih rendah dari uterus akibat oklusi parsial
vena kava. Penurunan tekanan osmotik koloid interstisial juga cenderung
menimbulkan edema pada akhir kehamilan.
24
Cairan 0 30 80 1480
ekstravaskuler
Lemak 310 2050 3480 3345
Total 650 4000 8500 12500
Penambahan berat badan dalam satuan gram
2) Perubahan fisiologi
a) Perubahan hematologis
Trimester 1
Volume darah ibu meningkat secara nyata selama kehamilan.
Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit sedikit menurun sejak trimester
awal kehamilan. Sedangkan konsentrasi dan kebutuhan zat besi selama
kehamilan juga cenderung meningkat untuk mencukupi kebutuhan janin.
Trimester 2
Peningkatan volume darah disebabkan oleh meningkatnya plasma dan
eritrosit. Terjadi hiperplasia eritroid sedang dalam sumsum tulang dan
peningkatan ringan pada hitung retikulosit. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar eritropoetin plasma ibu setelah usia gestasi 20
minggu, sesuai dengan saat produksi eritrosit paling tinggi.
Trimester 3
Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin yang sedikit menurun selama
kehamilan menyebabkan viskositas darah menurun pula. Perlu
diperhatikan kadar hemoglobin ibu terutama pada masa akhir kehamilan,
bila konsentrasi Hb < 11,0 g/dl, hal itu dianggap abnormal dan biasanya
disebabkan oleh defisiensi besi.
25
peningkatan yang merupakan fungsi dari penurunan resistensi vaskuler
sistemik serta peningkatan frekuensi denyut jantung. Preload meningkat
sebagai akibat bertambahnya volume plasma yang terjadi pada minggu
ke 10-20.
Trimester 2
Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan menekan vena
cava inferior dan aorta bawah saat ibu berada pada posisi terlentang. Hal
itu akan berdampak pada pengurangan darah balik vena ke jantung
hingga terjadi penurunan preload dan cardiac output yang kemudian
dapat menyebabkan hipotensi arterial.
Trimester 3
Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada pembesaran
uterus juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Pada
posisi terlentang ini akan membuat fungsi ginjal menurun jika
dibandingkan dengan posisi miring.
26
sampai masanya.
Trimester 1
Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada awal
kehamilan yang mungkin diinterpretasikan sebagai dispneu. Hal itu
sering mengesankan adanya kelainan paru atau jantung padahal
sebenarnya tidak ada apa-apa. Peningkatan usaha nafas selama
kehamilankemungkinan diinduksi terutama oleh progesteron dan sisanya
oleh estrogen. Usaha nafas yang meningkat tersebut mengakibatkan
PCO2 atau tekanan karbokdioksida berkurang.
Trimester 2
Selama kehamilan, sirkumferensia thorax akan bertambah kurang lebih
6cm dan diafragma akan naik kurang lebih 4 cm karena penekanan
uterus pada rongga abdomen. Pada kehamilan lanjut, volume tidal,
volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan
bertambah secara signifikan.
27
Trimester 3
Pergerakan diafragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran
uterus dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan
volume tidal, volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per
menit akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37. Wanita hamil akan
bernafas lebih dalam sehingga memungkinkan pencampuran gas
meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini
disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron.
Trimester 2
Uterus yang membesar mulai keluar dari rongga pelvis sehingga
penekanan pada vesica urinaria pun berkurang. Selain itu, adanya
peningkatan vaskularisasi dari vesica urinaria menyebabkan mukosanya
hiperemia dan menjadi mudah berdarah bila terluka.
Trimester 3
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul
menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria. Keluhan sering
berkemih pun dapat muncul kembali. Selain itu, terjadi peningkatan
sirkulasi darah di ginjal yang kemudian berpengaruh pada peningkatan
laju filtrasi glomerulus dan renal plasma flowsehingga timbul gejala
poliuria. Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan vitamin
yang larut air lebih banyak.
28
e) Perubahan sistem musculoskeletal
Trimester 1
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada musuloskeletal.
Akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron, terjadi
relaksasi dari jaringan ikat, kartilago dan ligament juga meningkatkan
jumlah cairan synovial. Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan
fleksibilitas dan mobilitas persendian. Keseimbangan kadar kalsium
selama kehamilanbiasanya normal apabila asupan nutrisinya khususnya
produk terpenuhi.
Trimester 2
Tidak seperti pada trimester 1, selama trimester 2 ini mobilitas
persendian sedikit berkurang. Hal ini dipicu oleh peningkatan retensi
cairan pada connective tissue, terutama di daerah siku dan pergelangan
tangan.
Trimester 3
Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita hamil
memiliki bentuk punggung cenderung lordosis. Sendi sacroiliaca,
sacrococcigis, dan pubis akan meningkat mobilitasnya diperkirakan
karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan
perubahan sikap pada wanita hamil dan menimbulkan perasaan tidak
nyaman pada bagian bawah punggung.
29
Trimester 2
Sejak awal usia gestasi 12 minggu, dan terus berlanjut hingga 2 bulan
pertama pascapartum, wanita mengalami kesulitan untuk mulai tidur,
sering terbangun, jam tidur malam yang lebih sedikit serta efisiensi tidur
yang berkurang.
Trimester 3
Penelitian Keenan dkk (1978) menemukan adanya penurunan memori
terkait kehamilan yang terbatas pada trimester tiga. Penurunan ini
disebabkan oleh depresi, kecemasan, kurang tidur atau perubahan fisik
lain yang dikaitkan dengan kehamilan. Penurunan memori yang
diketahui hanyalah sementara dan cepat pulih setelah kelahiran.
Trimester 2
Seiring dengan pembesaran uterus, lambung dan usus akan tergeser.
Demikian juga dengan organ lain seperti appendiks yang akan bergeser
ke arah atas dan lateral. Perubahan lainnya akan lebih bermakna pada
kehamilan trimester 3.
30
Trimester 3
Perubahan yang paling nyata adalah adanya penurunan motilitas otot
polos pada organ digestif dan penurunan sekresi asam lambung.
Akibatnya, tonus sphincteresofagus bagian bawah menurun dan dapat
menyebabkan refluks dari lambung ke esofagus sehingga menimbulkan
keluhan seperti heartburn. Penurunan motilitas usus juga memungkinkan
penyerapan nutrisi lebih banyak, tetapi dapat muncul juga keluhan
seperti konstipasi. Sedangkan mual dapat terjadi akibat penurunan asam
lambung.
3) Perubahan psikologis
a) Trimester I
Menurut Aggraini, Ria (2013) trimester pertama sering dianggap
sebagai periode penyesuaian terhadap kenyataan bahwa ia sedang
mengandung. Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang
kenyataan bahwa ia hamil. Perasaan ambivalen ini biasanya berakhir
dengan sendirinya seiring ia menerima kehamilannya, sementara itu,
beberapa ketidaknyamanan pada trimester pertama, seperti mual,
kelelahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional, semua ini dapat
mencerminkan konflik dan depresi yang ia alami dan pada saat
bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilannya.
Trimester pertama sering menjadi waktu yang menyenangkan untuk
melihat apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Berat
badan sangat bermakna bagi wanita hamil selama trimester pertama.
Berat badan dapat menjadi salah satu uji realitas tentang keadaannya
karena tubuhnya menjadi bukti nyata bahwa dirinya hamil. Pembuktian
kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa
dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang merupakan bukti adanya
kehamilan. Bukti yang paling kuat adalah terhentinya menstruasi. Hasrat
seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang satu
dan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat
seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu
31
terjadinya penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang
jujur dan terbuka terhadap pasangan masing-masing. Banyak wanita
merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa
seks. Libido secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea,
depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran,
dan masalah-masalah lain merupakan hal yang sangat normal terjadi
pada trimester pertama.
b) Trimester II
Menurut Aggraini, Ria (2013) trimester kedua sering dikenal sebagai
periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman
dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil.
Ibu merasakan lebih tenang dibandingkan dengan timester I karena nafsu
makan sudah mulai timbul dan tidak mengalami mual muntah sehingga
ibu lebih bersemangat. Pada Trimester II biasanya ibu lebih bisa
menyesuaikan diri dengan kehamilan selama trisemester ini dan ibu
mulai merasakan gerakan janinnya pertama kali. Namun, trimester kedua
juga merupakan fase ketika wanita menelusur ke dalam dan paling
banyak mengalami kemunduran.
Pada trimester II ibu merasakan adanya perubahan pada bentuk tubuh
yang semakin membesar sehingga ibu merasa tidak menarik lagi dan
merasa suami tidak memperhatikan lagi. Sebagian besar wanita
mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka
dibanding pada trimester pertama dan sebelum hamil. Trimester kedua
relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, lubrikasi vagina
semakin banyak pada masa ini, kecemasan, kekhawatiran dan masalah –
masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita
tersebut mereda.
c) Trimester III
Menurut Aggraini, Ria (2013) trimester ketiga sering disebut periode
penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai
32
menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia
menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was
mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga
sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan
muncul. Trimester ketiga merupakan waktu persiapan yang aktif terlihat
dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian
utama wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan
janin dan pembesaran uterus, keduanya menjadi hal yang terus menerus
mengingatkan tentang keberadaan bayi. Wanita tersebut lebih protektif
terhadap bayinya.
Sebagian besar pemikiran difokuskan pada perawatan bayi. Ada
banyak spekulasi mengenai jenis kelamin dan wajah bayi itu kelak.
Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin
merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri. Seperti:
apakah nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan dan
kelahiran (nyeri, kehilangan kendali, hal-hal lain yang tidak diketahui),
apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak
mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ
vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan bayi. Ia juga
mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya perhatian
dan hak istimewa khusus lain selama kehamilan, perpisahan antara ia dan
bayinya yang tidak dapat dihindari, dan perasaan kehilangan karena
uterusnya yang penuh secara tiba-tiba akan mengempis dan ruang
tersebut menjadi kosong.
Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita dapat
menjadi lebih bergantung pada orang lain lebih lanjut dan lebih menutup
diri karena perasaan rentannya. Wanita akan kembali merasakan
ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia
akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan
yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan
trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester
sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang semakin besar
33
menjadi halangan. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan
konsultasi mereka dengan anda menjadi sangat penting.
34
g. Weight gain : pertambahan berat badan ibu tidak selalu berbanding
lurus dengan pertambahan berat janin. Pertambahan berat badan ibu
ada artinya setelah umur 20 minggu. Umumnya pertambahan berat
badan normal selama kehamilan adalah 8-14 kg.
h. Fatigue : perasaan lelah pada ibu hamil sulit diterangkan, namun
kerja jantung dirasakan lebih berat pada umur 32 minggu.
i. Nail sign : umumnya umur 6 minggu wanita hamil mengeluh ujung
kuku lunak dan lebih tipis.
j. Mengidam : ingin makanan atau minuman tertentu. Hal ini terjadi
pada bulan-bulan pertama.
k. Sinkope (pingsan) : adanya gangguan sirkulasi ke
daerah kepala (sentral) sehingga menyebabkan iskemik susunan saraf
pusat.
l. Pigmentasi kulit : pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, sering
dijumpai pada muka (chloasma gravidarum),
dinding perut (striae gravidarum = suatu perubahan warna seperti
jaringan parut), leher dan sekitar payudara
(hiperpigmentasi areola mamae, puting susu menonjol, kelenjar
montgomery menonjol, pembuluh darah menifes).
m. Epulis : hipertropi papilla ginggivae (gusi berdarah).
n. Varises : pemekaran vena-vena, dapat terjadi pada kaki, betis
dan vulva. Biasanya dijumpai pada triwulan akhir.
35
g. Tanda Piscaseck, pembesaran dan pelunakan pada tempat implantasi.
Biasannya ditemukan saat umur 10 minggu.
h. Teraba ballotement (tanda ada benda mengapung/melayang
dalam cairan), pada umur 16-20 minggu.
i. Kontraksi Braxton Hicks, kontraksi uterus (perut terasa kencang)
tetapi tidak disertai rasa nyeri.
j. Reaksi kehamilan positif
2) Data kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama berisi tentang keluhan prioritas yang dirasakan oleh
pasien ibu hamil.
b. Keluhan saat dikaji
Keluhan yang dirasakan pasien saat perawat melakukan pengkajian.
36
3) Riwayat obstetri dan ginekologi
a. Riwayat menstruasi
Meliputi menarche usia, siklus, lamanya, banyaknya, keluhan, HPHT,
lama.
b. Riwayat pernikahan
Meliputi pasien telah menikah berapa kali dan berapa lama pernikahan.
c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Anak
Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
ke
No Th Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Persdarahan Jk BB Pj
kehamilan
4) Riwayat penyakit
a. Klien
Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien atau klien itu sendiri
b. Keluarga
Riwayat penyakit keturunan yang diderita keluarga dan berisiko untuk
diturunkan ke pasien.
37
b. Nutrisi (makan/minum)
Meliputi input nutrisi seperti jenis makanan, frekuensi makan dan
minum.
c. Eliminasi
Meliputi frekuensi BAB /BAK , konsentrasi padat atau cair, warna, serta
jumlahnya.
d. Gerak badan
1) Ekstremitas atas
Bentuk dan ukuran simetris, klien dapat mengerakkan kedua
tangannya, tidak terdapat edema, dan lesi
2) Ekstremitas bawah
Bentuk dan ukuran simetris, tidak terdapat edema, tidak terdapat
varises, refleks lutut(+), kekuatan otot.
e. Istiahat tidur
Meliputi kualitas dan kuantitas tidur pasien.
f. Berpakaian
Meliputi apakah pasien dapat berpakaian secara mandiri atau dibantu
oleh keluarga.
g. Rasa nyaman
Meliputi apakah selama kehamilan pasien mengalami mual muntah yang
berlebih, serta rasa nyeri pada kehamilannya.
h. Kebersihan diri
Meliputi kebersihan diri pasien selama kehamilan, kemauan untuk
membersihkan diri sendiri seperti personal hygiene.
i. Rasa aman
Meliputi apakah pasien merasa aman dan tidak mengalami ansietas atau
kecemasan saat hamil.
j. Pola komunikasi/hubungan dengan orang lain
Meliputi kemampuan berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain
baik itu suami, atau anak yang masih di dalam kandugan.
38
k. Ibadah
Meliputi apakah pasien selama kehamilan memenuhi kewajibannya
untuk beribadah sesuai kepercayaannya.
l. Produktivitas
m. Rekreasi
n. Kebutuhan belajar
6) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum meliputi GCS, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital,
tinggi badan dan berat badan.
b. Head to toe
1. Kepala yaitu wajah, sclera, konjungtiva , pembesaran limphe node,
pembesaran kelenjar tyroid
2. Dada yaitu payudara, pengeluaran asi, dan jantung
3. Abdomen yaitu linea, striae, pembesaran sesuai UK, gerakan janin,
kontraksi, luka bekas oprasi, ballottement seperti leopod I, II, III, IV,
penurunan kepala, DJJ
4. Genetalia dan perineum meliputi kebersihan, keputihan, dan
hemoroid
5. Ekstremitas atas meliputi adanya edema, varises, CRT
6. Ekstremitas bawah meliputi adanya edema, varises, CRT, refleks
c. Data penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap, dan protein urine
2. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan Leopod
Pemeriksaan Leopold ialah suatu teknik untuk pemeriksaan ibu hamil
dengan menggunakan cara perabaan/palpasi yaitu merasakan/meraba bagian
yang terdapat di Rahim ibu hamil dengan menggunakan tangan dalam posisi-
posisi tertentu, atau dengan menggunakan tekan memindahkan bagian bagian
tertentu untuk menentukan bagian-bagian tertentu. Teori berdasarkan Christian
39
Gerhard Leopold. Pemeriksaan leopold ini sebaiknya dilaksanakan setelah Usia
Kehamilan 24 minggu, saat bagian janin semuanya sudah teraba. Teknik
pemeriksaan leopold tujuan utamanya untuk menentukan letak dan posisi janin
di uterus, bias juga bertujuan untuk menentukan usia kehamilan ibu dan
memperkirakan/menentukan berat janin.
Pemeriksaan Leopold akan sulit dilakukan terhadap ibu hamil gemuk yang
mempunyai dinding perut tebal. Pemeriksaan leopold juga terkadang dapat
membuat ibu hamil tidak nyaman karena tidak posisi yang salah dan tidak
memadai serta tidak dipastikan dalam keadaan santai. Untuk membantu
memudahkan pemeriksaan ini, maka persiapankan apa saja yang diperlukan
sebelum dilakukan pemeriksaan yaitu:
1. Instruksikan klien untuk mengosongkan vesika urinaria/kandung kemihnya
2. Menempatkan klien pada posisi berbaring yang telentang, tempatkan bantal
kecil tepat di bawah kepala sebagai tindak kenyamanan
3. Menjaga privasi klien
4. Menjelaskan proses dan prosedur pemeriksaan
5. Menghangatkan tangan klien dengan cara menggosok bersama-sama dikedua
tangan (tangan dingin bisa merangsang kontraksi uterus/rahim)
6. Menggunakan telapak tangan untuk raba/palpasi bukan dengan jari.
Leopold I
Tujuan: Untuk menentukan umur kehamilan serta bagian tubuh apa yang
terdapat didalam fundus uteri.
Caranya:
1) Kaki klien ditekuk pada lutut serta lipat paha
2) Pemeriksa berdiri disebelah kanan ibu hamil dan melihat kearah muka
klien
3) Rahim dibawa ke tengah
4) Tinggi fundus uteri ditentukan, ukur dari bagian keras ketemu
(symphisis)
40
Leopold II
Tujuan: Untuk menentukan dimana punggung anak dan dimana letak bagian-
bagian kecil.
Caranya:
1) Raba bagian kiri dan kanan Rahim jika teraba kecil-kecil dan panjang
itu menentukan tangan dan jari-jari.
2) Jika teraba lebar dank eras biasanya teraba di bagian abdomen kuadran
kiri bawah.
Leopold III
Tujuan: Untuk mengetahui apa yang ada pada bagian bawah dan bagian
bawah sudah terpegang oleh PAP (Pintu Atas Panggul) besar.
41
Caranya:
1) Tangan kanan memegang bagian bawah
2) Tangan kiri mencoba menekan fundus
3) Dibagian bawah Rahim masih bias digoyangkan atau tidak
4) Bila belum konvergen tidak perlu leopold IV
Leopold IV
Tujuan: Guna menentukan bagian bawah dalam Rahim dan seberapa
masuknya bagian bawah tersebut ke dalam PAP.
Caranya:
1) Tangan konvergen: hanya bagian kecil dari kepala yang turun PAP
2) Tangan sejajar II: separuh kepala masuk PAP
3) Tangan divergen: Bagian terbesar kepala masuk PAP
42
Untuk mendengarkan DJJ:
a) Cari punctum maximal
b) Kalau sudah jelas dengarkan bias dengan linex/dopler
c) Bandingkan dengan nadi ibu
d) Hitung denyut jantung dalam 1 menit
e) Normal >120-160 x/menit
B. Diagnosa
Trimester 1
1) Resiko tinggi terhadap cidera janin berhubungan dengan malnutrisi, agen
infeksius, faktor genetic.
Intervensi keperawatan
1. Diskusikan kesejahteraan ibu.
2. Diskusikan tingkat aktivitas normal dan latihan.
3. Anjurkan klien untuk melakukan seks yang lebih aman, tinjau ulang
kebiasaan dan diet klien.
4. Catat masukan protein.
5. Tinjau ulang riwayat obstetik.
6. Kaji adanya resiko kelainan genetik, beri informasi tentang hal yang dapat
mengakibatkan terjadinya perkembangan abnormal.
7. Diskusi bentuk transmisi infektif tertentu.
8. Berikan informasi untuk menghindari kontak dengan diketahui mengalami
infeksi.
9. Anjurkan penghentian penggunaan tembakau.
10. Lakukan rujukan bila perlu.
Trimester 2
1) Kurang pengetahuan tentang perkembangan kehamilan normal berhubungan
dengan kurang pemahaman tentang perubahan fisiologis kehamilan.
43
Intervensi Keperawatan :
1. Buat hubungan perawat pasien yang mendukung.
2. Evaluasi keyakinan dan budaya yang berkenaan dengan kehamilan.
3. Klarifikasi kesalahpahaman.
4. Tentukan derajat motivasi belajar.
5. Identifikasi siapa yang memberikan dukungan.
6. Perhatikan sikap terbuka terhadap klien.
7. Tentukan sikap klien terhadap asuhan yang diberikan.
8. Jelaskan rutinitas kunjungan.
9. Beri bimbingan antisipasi.
10. Diskusi perkembangan janin.
11. Jawab pertanyaan tentang perawatan pemberian makanan bayi.
12. Identifikasi hal yang membahayakan pada janin.
Trimester 3
Intervensi Keperawatan :
C. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan sesuai intervensi
D. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai
44
efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan, dan
pelaksanaan. Evaluasi disusun berdasarkan SOAP dimana:
S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif.
A : analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
45
BAB III
SIMPULAN
3.1 SIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengertian kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.
2. Masa-masa kehamilan dibagi menjadi tiga yaitu trimester I (selama 12 minggu),
trimester II (selama 15 minggu, dari minggu ke-13 sampai minggu ke-27), dan
trimester III (selama 13 minggu, dari minggu ke-28 sampai minggu ke-40).
3. Adapun siklus menstruasi adalah gambaran klinis siklus menstruasi, aspek
hormonal dalam siklus menstruasi, mekanisme siklus menstruasi.
4. Patofisiologi kehamilan meliputi hiperemesis gravidarum dan pre-eklampsia –
eklampsia.
5. Perubahan fisik kehamilan diantaranya meliputi perubahan kulit, kelenjar,
mammae, perut. Perubahan fisiologi kehamilan diantaranya meliputi perubahan
kardiovaskuler, pernapasan, saraf, pencernaan. Perubahan psikologis kehamilan
diantaranya meliputi mual, ketidaknyamanan, kecemasan, kekhawatiran.
6. Diagnosa kehamilan dengan tes Tes Urin/ Tes Darah/ USG/ X-Ray
Pembuahan Dugaan Kehamilan Kemungkinan Kehamilan Diagnosa
Pasti Kehamilan
7. Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Pengkajian Diagnosa Intervensi
Implementasi Evaluasi
3.2 SARAN
Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara optimal
terkait dengan pengembangan mata kuliah Keperawatan Maternitas. Penulis
menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini dikembangkan lebih lanjut
46
agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-tulisan yang bermutu. Demikianlah
makalah ini penulis persembahkan, semoga dapat bermanfaat.
47
DAFTAR PUSTAKA
Sukarmi, Icemi. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yongky. dkk. 2012. Asuhan Pertumbuhan Neonatus, Kehamilan, Persalinan Bayi dan
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
Aggraini, Ria. 2013. Perubahan Fisiologi Dan Psikologis Pada Masa Kehamilan.
https://id.scribd.com/doc/193272252/Perubahan-Fisiologi-Dan-Psikologis-
Pada-Masa-Kehamilan. Diakses pada 8 Februari 2019
48