PENDAHULUAN
Dengan adanya musim hujan maka perlu diwaspadai adanya genangan – genangan air
yang terjadi pada selokan yang buntu, gorong – gorong yang tidak lancar serta adanya banjir
yang berkepanjangan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi atau berkembangbiaknya
nyamuk pada genangan – genangan tersebut sehingga dapat mengakibatkan musim nyamuk
telah tiba pula, kurang sadarnya manusia dengan pengelolaan sampah yang tidak baik
menyebabkan banjir di mana-mana.Saatnya kita melakukan antisipasi adanya musim nyamuk
dengan cara pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi lingkungan atau non
kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya pengendalian secara kimiawi.
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang disebut
nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan bahkan nyaris tanpa
batas. Namun, berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif. Tetapi
nyamuk dianggap mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh
manusia jauh lebih banyak daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang
terhadap nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah
menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa
meninggal dunia, hal ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004). WHO
bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama anak kecil dengan daya tahan tubuh
rendah, terinfeksi demam berdarah setiap tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati
dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah
dan pasien jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke penderita lain
disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk
mencegah penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus penyebarannya dengan
memberantas nyamuk tersebut. Salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti
adalah dengan melakukan Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas jentik nyamuk. Berbagai upaya pengendalian
penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah dilaksanakan meliputi : promosi kesehatan
tentang pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan dan penanggulangan faktor resiko serta
kerja sama lintas program dan lintas sector terkait sampai dengan tingkat desa /kelurahan untuk
pemberantasan sarang nyamuk. Masalah utama dalam upaya menekan angka kesakitan DBD
adalah belum optimalnya upaya pergerakan peran serta masyarakat dalam pemberantasan
sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk DBD tersebut perlu di tingkatkan antara lain pemeriksaan jentik
secara berkala dan berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan
sarang nyamuk DBD.
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty,
yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa sebab
yang jelas, lemah dan lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda pendarahan di
menurun atau rejatan (syock) menyerang baik orang dewasa maupun anak-
anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak berusia dibawah 15
pendarahan. Pada keadaan yang lebih parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi
darah dan penderita jatuh dalam keadaan syock akibat kebocoran plasma
2) Habitat
sebagai berikut :
1) Derajat I (ringan), terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala
klinis lain dengan manifestasi perdarahan teringan, yaitu uji torniquet positif.
perdarahan lain.
yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (20mmHg atau kurang) atau
hipptensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin, lembab dan tampak gelisah.
4) Derajat IV, terdapat DSS (Dengue Shock Syndrome) dengan nadi dan tekanan
dan lingkungan. Para ahli telah membuat model-model timbulnya penyakit dan atas
dasar model tersebut dilakukan eksperimen terkendali untuk menguji sampai mana
kebenaran dari model tersebut. Model karakteristik tersebut dikenal dengan segitiga
epidemiologi.
Timbulnya penyakit DBD bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
faktor host (manusia) dengan segala sifatnya (biologis, fisiologis, psikologis,
sosiologis),adanya agent sebagai penyebab dan environment (lingkungan) yang
mendukung. Serta didukung oleh keberadaan vektor dengue yaitu Ae.aegypti dan
Ae.albopictus 7.
a. Agent (penyebab)
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) adalah virus dengue. Virus ini
merupakan virus RNA berantai tunggal yang positif sense. Secara taksonomi virus
ini termasuk kelompok arbovirus yang sekarang lebih dikenal sebagai genus
Flavivirus famili Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotipe yang semuanya
terdapat di Indonesia yaitu Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue-4.
b. Vektor DBD
c. Host
Host atau penajmau ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga
menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di sebabkan oleh
faktor intrinsik. Faktor penjamu yang biasanya menjadi faktor untuk timbulnya suatu
penyakit sebagai berikut :
1) Umur, Misalnya usia lanjut lebih rentang unutk terkena penyakit karsinoma,
jantung dan lain-lain daripada yang usia muda.
2) Jenis Kelamin (sex), Misalnya ,penyakit kelenjar gondok, kolesistitis, diabetes
melitus cenderung terjadi pada wanita serta kanker serviks yang hanya terjadi
pada wanita atau penyakit kanker prostat yang hanya terjadi pada laki-laki atau
yang cenderung terjadi pada laki-laki seperti hipertensi, jantung, dll.
3) Ras, suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang
beda kerentangannya terhadapa suatu penyakit.
4) Genetik (hubungan keluarga). Misalnya penyakit yang menurun seperti
hemofilia, buta warna, sickle cell anemia, dll.
5) Status kesehatan umum termasukstatus gizi, dll
6) Bentuk anatomis tubuh
7) Fungsi fisiologis atau faal tubuh
8) Keadaan imunitas dan respons imunitas
9) Kemampuan interaksi antara host dengan agent
10) Penyakit yang diderita sebelumnya
11) Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri
2.3. KONSEP HL BLUME
dengue.Transmisi virus dengue dari manusia ke manusia yang lain atau dari kera ke
kera yang lain berlangsung melalui gigitan nyamuk betina Aedes (terutama Aedes
aegypti) yang terinfeksi oleh arboviruses. Itulah sebabnya virus dengue disebut
hidupnya nyamuk tersebut tetap terinfeksi dan dapat mentransmisikan virus kepada
manusia atau kera. Nyamuk betina yang terinfeksi juga dapat menyalurkan virus
transmisi semacam ini jarang terjadi dan tidak mempunyai arti signifikan bagi
transmisi virus kepada manusia. Artinya, transmisi ini tidak mempunyai arti signifikan
menunjukkan bahwa di beberapa belahan dunia jenis kera tertentu dapat pula
terinfeksi virus dengue dan selanjutnya menjadi sumber virus bagi nyamuk ketika
nyamuk menghisap darah kera yang bersangkutan. Virus yang masuk ke tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah selama
periode sampai timbul gejala demam. Periode di mana virus beredar dalam sirkulasi
darah manusia disebut sebagai periode viremia. Apabila nyamuk yang belum
terinfeksi menghisap darah manusia dalam fase viremia, maka virus akan masuk ke
tubuh nyamuk dan berkembang selama periode 8-10 hari sebelum virus siap
ditransmisikan kepada manusia lain. Rentang waktu yang diperlukan untuk inkubasi
2006).
diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa
2006).
mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut
b) Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T-sitotoksik (CD8) berperan dalam respon
imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T-helper yaitu TH1 akan
C3a dan C5a (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006).
infection yang menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan
disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a
Indonesia, 2006).
Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5 hari) menunjukkan
Indonesia, 2006).
Aktivasi koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur
ekstrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi
faktor Xia namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-inhibitor complex)
Manifestasi Klinis
a) Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari (38 C-40 C), kemudian
turun secara lisis. Demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia,
malaise, mual, muntah, sakit perut, diare kejang, nyeri pada punggung,
b) Manifestasi pendarahan :
2001).
1. Fase demam.
Demam ini akan berlangsung dari hari 1 sampai 3. Biasanya ditandai dengan
demam yang cukup tinggi secara mendadak dan sakit kepala. Pasien terlihat lemah,
muka kemerahan, hilangnya nafsu makan, rasa mual, nyeri otot, dan muncul bintik-
bintik merah di dalam kulit, hingga mimisan akan terjadi (Retno, 2008). Adakalanya
peningkatan temperatur tubuh mencapai 400 – 410 C disertai dengan kejang demam
2. Fase kritis.
Fase ini jatuh pada hari ke-4 selama 24-48 jam, akan ditandai dengan turunnya
demam pada anak, denyut nadi yang tidak teratur, kaki dan tangan terasa dingin
seperti es dan berkeringat, perut terasa mual. Apabila fase ini anak tidak diberi cairan
yang cukup, maka akan terjadi pendarahan yang bisa berakibat kematian (Retno,
2008).
3. Fase penyembuhan.
dijumpai sinus bradikardia. Selain itu, pada ekstremitas bawah seringkali dijumpai
manifestasi khas berupa bercak merah yang dikelilingi oleh kulit yang pucat. Tanpa
komplikasi, penyakit ini biasanya berlangsung sekitar 7-10 hari (Djunaedi, 2006).
Pola temperatur penyakit DBD sebagaimana diuraikan di depan dikaitkan
dengan estimasi masa inkubasi, masa akut, masa kritis dan masa penyembuhan
Gambar 2.3.3 Pola temperatur tubuh selama perjalanan penyakit akibat infeksi
virus dengue (Djunaedi, 2006)
a. Derajat I (ringan), terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala klinis
lain.
c. Derajat III, ditemukan tanda-tanda dini renjatan, berupa kegagalan sirkulasi yaitu nadi
cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (20mmHg atau kurang) atau hipptensi,
d. Derajat IV, terdapat DSS (Dengue Shock Syndrome) dengan nadi dan tekanan
Inkubasi
1) Tirah baring
2) Makanan lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24
jam (susu, air dengan gula, atau sirop) atau air tawar ditambah garam.
Ada berbagai metode lain dalam penanganan yang tepat seperti memberi cairan yang
cukup untuk menghindari dehidrasi (air putih, teh manis, jus, susu), turunkan demam
dengan memberi obat penurun demam yang mengandung parasetamol (Retno,
2008).
Kebutuhan cairan awaldihitung untuk 2-3 jam pertama, sedangkan pada kasus syok
mungkin lebih sering (setiap 30-60 menit) (Depkes RI Dirjen PPM dan PL, 2001)
diatasi.
2) Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap
jam,serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam
Pada pasien DSS (Dengue Shock Syndrome) diberi cairan intravena yang
diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, Ringer Laktat yang dipertahankan selama
12-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak perbaikan dapat diberikan plasma
atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemasel sejumlah 15-29
ml/kgBB dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada
d. Lingkungan
2) Lingkungan Fisik
tersebut dilakukan oleh Juru Pemantau Jentik (jumantik). Para jumantik tersebut
Adapun hal- hal yang dilakukan dalam memeriksa jentik antara lain yaitu :
1) Memeriksa bak mandi / WC, tempayan, drum dan tempat – tempat
2) Menunggu 0,5 – 1 menit, jika ada jentik ia akan muncul kepermukaan air untuk
bernapas.
dan lain-lain.
beralaskan tanah ( bak mandi / WC, drum, tempayan dan sampah – sampah / barang
– barang bekas yang dapat menampung air hujan) dapat dipastikan bahwa jentik
tersebut adalah nyamuk aedes aegepty penular demam berdarah (DBD). Namun
jentik – jentik yang terdapat di got / comberan / selokan bukan jentik nyamuk aedes
aegepty.
mengetahui adanya jentik nyamuk, yang dilakukan dirumah dan tempat umum secara
teratur setiap bulan sekali untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular
penyakit demam berdarah dengue.(Depkes RI, 2007). Kegiatan ini dilakukan dirumah
- rumah dan tempat - tempat umum untuk memeriksa tempat penampungan air dan
Dengan kunjungan yang berulang - ulang yang disertai dengan penyuluhan tersebut
pemeriksaan jentik. Adapun metode yang digunakan yaitu metode single larva (single
1) Metode Single Larva yaitu pada setiap koteiner / tempat penampungan air yang
identifikasi jentik. Jentik yang diambil ditempatkan dalam botol / vial bottle dan
diberi label sesuai dengan nomor tim survei, nomor lembaran formulir
berdasarkan nomor rumah yang disurvei dan nomor konteiner dalam formulir.
2) Metode Visual yaitu pengamatan yang dilakukan hanya dengan melihat dan
pengambilan dan identifikasi jentik. Survei ini dilakukan pada survey lanjutan
hasil indeks -indeks larva / jentik. Adapun tiga indeks yang biasa dipakai untuk
House index (HI) yaitu persentase rumah yang terjangkiti larva / jentik
Container Index (CI) yaitu persentase penampungan air yang terjangkiti larva
/ jentik
yang diperiksa
Apabila House Indek (HI) disuatu wilayah lebih dari 10 % maka wilayah
Index (HI) lebih besar dari 5% dan BI lebih besar dari 20 % umumnya
indikator Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu prosentase rumah / TTU yang tidak
ditemukan jentik. Menurut Sutomo (2005), angka bebas jentik (ABJ) dapat
dijadikan sebagai indikator pelaksanaan 3M. Standar ABJ bagi setiap daerah
adalah minimal 95% yaitu setiap 100 rumah minimal 95 rumah harus bebas
Dalam mengatasi penyakit DBD hingga kini tidak ada vaksinnya, sehingga
Menurut Sutomo (2005), Morbiditi yang tinggi dari penyakit DBD disebabkan
pencegahan nyamuk Aedes aegypti yang berkembang biak di dalam dan di sekitar
rumah. Setiap rumah dapat melakukan pencegahan dengan cara sangat sederhana,
diantaranya untuk mencegah nyamuk agar tidak berkembang biak, bisa dilakukan
dengan cara mengalirkan air keluar dari penampung AC (Air Conditioning) window,
bak air, tong air, dan sebagainya. Juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan dan
bambu-bambu, bungkusan atau tempat plastik, kaleng, ban bekas, dan lain-lain
(Idionline, 2007).
ibu, anak-anak dan penghuni rumah lainnya, dengan cara-cara antara lain; menguras
penampungan air, mengganti air vas bunga / tanaman air seminggu sekali, mengganti
air tempat minum burung, dan menimbun barang-barang bekas yang dapat
bersih dengan cara menyikat dasar dan dinding bagian dalam dan dibilas
perindukan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan cara menimbun dalam tanah
2004).
nyamuk Aedes aegypti ini, salah satunya adalah dengan cara penyemprotan
dewasa, sedangkan telur-telur dan jentik nyamuk yang biasa menempel pada
3M, dalam hal ini merupakan cara yang terbaik, ampuh, murah, mudah dan
rawan demam berdarah dengue. Disamping itu adanya kegiatan kunjungan ke rumah
dengan pemeriksaan jentik secara berkala oleh kader atau tenaga lain sesuai
1. MENGURAS
dan menyikat dinding tempat-tempat penampungan air,
seperti bak mandi/WC, drum, dll seminggu sekali.
2. MENUTUP
Rapat-rapat tempat penampungan air (gentong
air/tempayan, dll)
3. MENGUBUR
atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan
PLUS cara lainnya :
Ganti air vas bunga seminggu sekali Perbaiki saluran dan talang air yang tidak
lancar/rusak
3.1 KESIMPULAN
KELAS A2/VI A
KELOMPOK V
Di Susun Oleh :
SRI SULISTYOWATI NPM 175059091
PUTU DIAN CITRA
BUNGA AMORITA
IPAANNY MAULIDA
SRI DESI S
ULFA FAISYERA.D