Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka bakar adalah suatu trauma yang di sebabkan oleh panas, arus

listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang

lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi

setiap sel tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem

kardiovaskuler. Luka bakar di bedakan menjadi: derajat pertama, kedua

superfisial, kedua dalam, dan derajat ketiga. Luka bakar derajat kedua

superfisial meluas ke epidermis dan sebagian lapisan dermis yang di sertai

lepuh dan sangat nyeri. Luka bakar derajat ke tiga meluas ke epidermis, dermis

dan jaringan subkutis, seringkali kapiler dan vena hangus dan darah ke

jaringan tersebut berkurang. Penanganan dalam penyembuhan luka bakar

antara lain mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa – sisa sel epitel.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah konsep medis dari luka bakar?

2. Bagaimana bentuk konsep keperawatan luka bakar?

3. Bagaimana bentuk pembahasan kasus luka bakar?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep medis dari luka bakar

1
2. unt bentukk mengetahui konsep keperawatan luka bakar

3. untuk mengetahui bentuk pembahasan kasus luka bakar

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS

a. Defenisi Luka bakar

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan

yang disebabkan kontak dengan sumbar panas seperti api, air panas, bahan

kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan

mordibitas dan mortilitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan yang

khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.( Atissalam, L.,2010)

b. Etiologi

Luka bakar dapat di sebabkakn oleh paparan api, baik secara langsun

maupun tidak langsun, misalnya akibat tersiram air panas yang banyak

terjadi pada kecelakan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari

matahari, listrik, maupun bahan kimia jiga dapat menyebabkan luka bakar.

(Jong, D., Syamsuhidajat, 2010) Secara garis besar, penyebab terjadinya

luka bakar dapat dibagi menjadi:

1. Paparan api

- Plame : akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka,

dan menyebabkan cederah langsung ke jaringan tersebut. Api dapat

membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh

3
- Bahan panas ( kontak) : terjadi akibat kontak langsung dengan

benda panas, luka bakar yang di hasilkan terbatas pada area tubuh

yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar

akibat rokok dan alat – alat seperti solder besi atau peratalan masak.

2. Scalds (air panas)

Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan ini

lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan di

timbulkan. Luka yang di sengaja atau akibat kecelakaan dapat

dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan,

luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain di

pisahkan oleh kulit sehat. Sedangan pada kasus yang di sengaja, luka

umumnya melibatkan keseluruhan extremitas dalm pola

sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.

3. Uap panas

Etrutama di temukan di daerah industri atau akibat kecelakaan

radiator mobil. Uap panas menimbulkan cederah luas akibat kapasitas

panas yang tinggi dari uap serta dispersi dari uap bertekanan tinggi.

Apabila terjadi inhalasi. Uap panas dapat menyebabkan cederah

hingga ke saluran nafas distal di paru.

4. Gas panas

4
Inhalasi menyebabkan cederah ternal pada saluran nafas bagian

atas dan oklusi jalan nafas akibat edema .

5. Aliran listrik

Cederah timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan

tubuh. Umunya luka bakar mancapai kulit bagian dalam. Listrik yang

menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabka

n luka bakar tambahan.

6. Zat kimia (asam atau basa)

7. Radiasi

8. Semburan sinar matahari, terapi radiasi

c. Patofisiologi

Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas

langsung radiasi elktromagnetik. Sel- sel dapat menahan temperatur sampai

40ºc tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat

ganda untuk tiap derajat kenaiak temparatur. Saraf dan pembuluh darah

merupakan struktur yang kurang tahan dengan kondisi panas. Kerusakan

pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen

pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan

elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang

hampir menyelutrup, penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabkan

5
kondisi hipovolemik volume cairan iuntravaskuler mengalami defisit, timbul

ketidak mampuan menyelengrakan proses transportasi kejaringan, kondisi

ini di kenal dengan syok. Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian

yang disebabkan oleh kegagalan organ multi sistem. Awal mula kegagalan

multi sistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan

peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O,

elektrolit dan protein). Sehingga menyebabakan tekanan onkotik dan

tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus

dapat mengakibatkan hipovolemik dan hemokonsentrasi yang

mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan. (Relawati, R. 2011)

Apabila sudah terjadi gangguan perfusi jaringan maka akan mengakibatkan

gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi organ-organ penting

seperti : otak, kardiovaskuler, hepart, teraktus gastrointestinal dan neurologi

yang dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sitem. Proses kegagalan

organ multi sistem ini terangkum dalam bagang berikut ini

d. Manifestasi klinis

1. Kedalaman luka bakar

Luka bakar dapat di klasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang

rusak ddan di sebut sebagai luka bakar superficial partial thickness.

6
 Luka bakar derajat satu, epidermis mengalami kerusakan atau

cederah dan sebagian dermis turut cedera, luka tersebut bisa

terasa nyeri, dampak merah dan kering seperti luka bakar

matahari, atau mengalami lepuh/bulle.

 Luka bakar derajat ke dua, meliputi destruksi epidermis serta

lapisa atas dermis dan cederah pada bagian dermis lebih dalam.

Luka tersebut terasa nyeri, tampak merah dan mengalami

eksudasi cairan.

Luka bakar derajat II dibedakan atas 2 (dua)

Derajat II dangkal (superficial):

- Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis

- Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjer keringat,

kelenjer sebasea masih utuh

- Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera,

dan luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar

derajat satu dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat dua

superfisial setelah 12 sampai 24 jam.

- Ketika bula di hilangkan, luka tampak berwarna pink dan

basah.

7
- Jika infeksi di cegah maka penyembuhan akan terjadi

secara spontan kurang dari 3 minggu

 Luka bakar derajat ketiga, meliputi destruksi total epidermis serta

dermis, dan pada sebagian kasus, jaringan yang berada di

bawahnya . warna putih hingga merah, cokelat atau hitam.

Daerah yang terbakat tidak terasa nyeri karena serabut – serabut

sarafnya hancur. Luka bakar tersebut tampak seperti bahan kilit.

Foliket rambut dan kelenjer keringat turut hancur.

e. Pemeriksaan penunjang

Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang di

perlukan adalah:

1. Hitung darah lengkap : peningkatan hematokrik menunjukan bemo

konsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan

2. Leokosit akan meningkat sebagai respon infalamasi

3. Analisa gas darah (AGD) : untuk kecurigaan inhalasi

4. Eletrolit serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cederah

jaringan

5. Albuminserum meningkat akibat kehilangan protein pada edema

jaringan

8
6. Potografi luka bakar: memberikan cacatan untuk penyembuhan luka

bakar selanjutnya.

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien

di rawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan di siplin ilmu

antaralain mencakup penanganan awal (di tempat kejadian), penanganan

pertama di unit pertama gawat darurat, penanganan di ruang intensif dan

bangsal. Tindakan yang di lakukan antara lain trapi cairan, fisiotrapi dan

psikiatri pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topikal karena

eschar tidak dapat di tembus dengan pemberian obat antibiotik sistemik

pemberian obat-obatan topikal anti mikrobial brtujuan tidak untuk

mensterilkan luka akan tetapi unyuk menekan pertumbuhan mikroorganisme

dan mengurangi kolonisasi, dengan pemberian obat-obat topikal secara

tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah

sepsis yang sering kali masih terjadi penyebab kematian pasien.

(Rahayuningsih, T., 2012)

g. Komplikasi

1. Infeksi

Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka

penderita dapat mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum

9
luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroit jangan di

berikan karna bersifat imunosufresif (menekan daya tahan). Kecuali

pada keadaan tertentu, misalnya pada edema larings berat demi

kepentingan penyelamatan jiwa penderita

2. Curling’ ulcer(ulkus curling)

Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5

sampai 10. Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang

kadang di jumpai hematemesis.

3. Gangguan jalan nafas

Paling dini muncul di bandingkan komplikasi lainnya, pada hari

pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi.

B. KONSEP KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1. Identitas

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,

bahasa, pekerjaan, pendidikan, status, alamat.

2. Pada kepala

- Inspeksi

10
Lihat kebersihan kulit kepala,apakah ada ketombe,kutu kepala,warna

rambut, persebaran rambut kepala, dan bentuk kepala. Bentuk kepala

dipengaruhi oleh ras, penyakit, dan lingkugan.

- Palpasi

Rasakan adanya massa pada kepala, adanya perubahan kontur

tengkorak, atau diskontinuitas tengkorak tanyakan apakah klien

merasa nyeri, minta klien untuk menunjukkan dan jangan lanjutkan

palpasi.

3. Pemeriksaan fisik pada mata

 Inspeksi

- Perhatikan kesismetrisan kedua mata dan alis serta

persebarannya

- Perhatikan kondisi di sekitar mata, lihat warna kelopak mata

apakah tampak kantung mata.

- Lihat konjungtiva klien.

- Periksa sklera mata klien.

- Perhatikan kesimetrisan kedua pupil mata. Normalnya pupil mata

berdiameter3-7 mm, bertepi rata, dan simetris. Kondisi pupil yang

tidak simetris disebut anisokor, pupil mata yang berdilatasi

11
maksimal disebut midriasis maksimal, serta pupil mata yang kecil

dan berdiameter 1 mm disebut pin point.

- Kaji reflek cahaya mata klien. Normalnya pupil mata akan

mengecil (miosis) jika terkena sinar. Pemeriksaan ini dilakukan

dengan kodisi ruangan yang agak redup.

- Dilanjutkan dengan pemeriksaan gerakan bola mata.

- Lihat kornea mata klien. Normalnya kornia tidak berwarna

(bening) dan bertepi rata.

 Palpasi

Kaji kekenyalan bola mata. Caranya, minta klien menutup kedua

mata, tekan perlahan dengan kedua tangan pemeriksa. Normalnya bola

mata teraba kenyal dan melenting. Bola mata yang teraba keras seperti

batu dan tidak ada melenting menandakan adanya peningkatan tekanan

intraokuler. Peningkatan tekanan intraokuler biasaya terjadi pada klien

yang menderita glaukoma. Penderita glaukoma biasanya berusia 40

tahun.

4. Pemeriksaan hidung

 Inspeksi

- Perhatikan kesimetrisan lubang hidung kiri dan kanan

- Letak hidung terletak di tengah wajah

12
- Adanya pernafasan cuping hidung dan munculnya sianosis pada

ujung hidung

- Adanya produksi sekret (jika ada), perhatikan warna,

produksi,dan bau sekret

- Adanya massa pada daerah luar atau didalam hidung

- Perhatikan kepatenan tiap lubang hidung

- Periksa apakah tampak perforasi, massa, sekret, sumbatang,

deviasi, pendarahan atau adanya polip dibagian dalam hidung

 Palpasi

Lakukan palpasi pada sinus-sinus hidung dengan menggunakan

ujung ketiga jari tengah. Normalnyaklien tidak mengeluh nyeri atau teraba

panas saat dipalpasi.

5. Pemeriksaan Fisik pada telinga

 Inspeksi

- Lihat kesimetrisan kedua daun telinga

- Lihat adanya luka/bekas luka pada telinga dan sekitarnya.

- Lihat apakah ada darah atau sekret yang keluar (catat warna,

banyaknya, bau, lama produksi )

- Lihat apakah gendang telinga dalam kondisi utuh.

 Palpasi

13
- Palpasi telinga pada daerah tragus, normalnya tidak akan terasa

nyeri

- Palpasi limfe disekitar aurikel

6. Pemeriksaan pada mulut

 Inspeksi

- Berdiri agak jauh dari klien,cium aroma nafasnya,normalnya

tercium segar.

- Lipatan nasolabial normalnya terletak ditengah. Lihat adanya

kelainan kogenital seperti sumbing.

- Bibir terletak tepat ditengah wajah,warna bibir merah muda,

lembap, tidak tampak kering (pecah-pecah), tidak tampak

sianosis. Pada penderita herpes biasanya tampak vesikel

disekitar bibir. Vesikel ini akan pecah dan meninggalkan krustae

disekitar bibir.

- Jika klien memakai gigi palsu, lepaskan dahulu. Lihat

kelengkapan gigi klien lihat warna gusi (normalnya berwarna

merah mudah).

- Perhatikan adanya stomatitis (radang mukosa) dan kelembapan

mulut.

14
- Posisi lidah tepat ada di tengah perhatikan kebersihan lidah, lidah

yang kotor (coated)bisa ditemukan pada kebersihan mulut yang

kurang.

- Posisi uvula tepat ditengah,normalnya berwarna merah muda.

7. Pemeriksaan fisik pada leher

 Inspeksi

- Perhatikan kesimetrisan leher, lihat apakah ada bekas luka

dileher. Ketidak simetrisan dapat disebabkan oleh

pembengkakan.

- Pulasai yang abnormal, adanya bendungan vena. Jika ada

bendungan aliran kedarah ke V. Trokalis, vena dijugularis akan

menonjol .

- Terbatasnya gerakan leher yang dapat disebabkan oleh

pembengkakan. Ada tidaknya kaku kuduk (saat klien diangkat

kepalanya,leher dan tubuh akan ikut terangkat), terutama pada

klien dengan tetanus dan meningitis.

- Tortiolis : pada kondisi ini, leher akan miring ketempat yang sakit

dan sulit digerakkan karenatersa nyeri.

- Adanya pembesaran kelenjar limfe . bisa ditemukan pada klien

dengan tuberkulosis kelenjar, leukimia,limfoma maligna.

15
- Lihat adanya pembesaran pada kelenjar gondok.

Dokumentasikan besar dan bentuknya (difus atau

nodular),konsistensinya (lunak atau keras).

 Palpasi

1. Palpasi deviasi trakea

- Digunakan untuk memeriksa adanya deviasi trakea

- Jika ditemukan deviasi (miring) seperti pada klien pasca

kecelakaan dengan hemotoraks,flail chest.

- Posisi klien agak menengadah, dalam posisi semi fowler (45

derajat)

- Menggunakan tiga jari tengah tangan dominan,dua jari yang

samping menempel pada ujung klavikula, jari tengah menyusuri

trakea.

2. Palpasi kelenjar limfe

Ada beberapa kelenjar limfe pada leher. Normalnya kelenjar limfe

tidak akan teraba dan tidak akan nyeri saat dipalpasi

3. Palpasi kelenjar toroid

Minta klien untuk menelan,letakkan tangan ditengah leher,rasakan

kelenjar tiroid yang ikut bergerak saat menelan.

8. Pemeriksaan fisik pada toraks

16
 Inspeksi

- Lihat gerakan dinding dada, bandingkan kesimetrisan gerakan

dinding dada kiri dan kanan saat pernafasan berlansung

- Lihat adanya bekas luka, bekas operasi,atau adanya lesi

- Perhatikan warna kulit di daerah dada, apakah ada warna kulit

yang bereda dengan warna sekitarnya.

- Kaji pola nafas klien,perhatikan adanya retaksi interkosta, dan

penggunaan otot bantu pernafasan bisa ditemukan pada klien

dengan gangguan pemenuhan oksigen.

- Perhatikan bentuk dinding dada klien,bebrapa bentuk dinding

dada adalah Dada barel (barrel chest), Dada corong (funnel

chest) ,Dada burung (pigeon chest) ,Dada normal (normal chest).

9. Pemeriksaan fisik pada abdomen

 Inspeksi

- Perhatikan bentuk abdomen klien, apakah bentuknya datar,

cembung, atau ke dalam?

- Inspeksi warna kulit abdomen (kuning, hijau,kecoklatan)

- Perhatikan elastisitas kulit abdomen.

17
- Lihat bentuknya, adakah asimetris, adakah gerakan peristaltik

usus yang tampak dari luar, kesimetrisan bentuk abdomen, stria,

massa, asites, kaput medusa.

- Inspeksi umbilikus, normalnya tidak menonjol.

- Lihat apakah klien menggunakan tipe pernapasan abdomen.

 Auskultasi

- Auskultasi dilakukan pada keempat kuadran abdomen.

Dengarkan peristaltik ususnya selama satu menit penuh.

Peristaltik usus adalah bunyi seperti orang berkumur, terjadi

karena pergerakan udara dalam saluran pencernaan

- Bising usus normalnya terdengar 5-30 x/menit jika kurang dari itu

atau tidak ada sama sekali kemungkinan ada paralitik ileus,

konstipasi peritonitis atau obstruksi.

- Jika peristaltik usus terdengar lebih dari normal, kemungkinan

klien sedang mengalami diare

- Bunyi bising usus yang lebih dari normal, terasa nyeri, dan

tampak dari luar peristaltiknya tampak dari luar (darm countor)

karena adanya obstruksi disebut borborigmi.

- Dengarkan apakah ada bisingpada pembuluh darah

aorta,fermoral dan renalis. Jika terdengar bising ini kemungkinan

18
ada gangguan pada pembuluh darah tersebut. Jika adanya

gangguan pada atrium kanan,akan tampak pulsasi pembuluh

darah disekitar umbilikus.

 Perkusi

- Lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen

- Jika perkusi terdengar timpani, berarti perkusi dilakukan diatas

organ yang berisi udara

- Jika terdengar pekak berarti perkusi mengenai organ pada

- Perhatikan perubahan bunyi ini. Bunyi normal perkusi abdomen

adalah timpani,jika ada kelebihan udara akan terdengar lebih

nyaring atau disebut hipertimpani

- Perkusi khusus:perkusi ginjal minta klien untuk miring,cari batas

akhir kosta, ikuti alurnya kebelakang lalu berhenti pada ujung

vertebra (sudut costovertebrae)

- Letakkan pada punggung tangan pada area tersebut, lalu

pukulkan kepalan tangan kanan pada punggung tangan anda

- Normalnya prosedur ini tidak akan rasa nyeri pada klien

10. pemeriksaan ekstermitas bawah

 inspeksi dan palpasi

19
- pengkajian kaki dan tumit dilakukan dengan posisi

berbaring,inspeksi adanya pembengkakan,kalus tulang dan kaki

yang menonjol,nodul atau deformitas

- lakukan palpasi pada bagian anterior sendi pada tumit catat

adanya pembengkakan, nyeri atau deformitas. Lakukan juga

palpasi pada tendon

- lakukan palpasi pada sendi-sendi jari kaki. Catat jika menemukan

abnormalitas, lakukan inspeksi pada telapak kaki catat jika ada

bagia kulit yang pecah-pecah atau terluka perhatikan pula

penonjolan pada tumit

- kaji kemampuan gerak daerah tumit dan kaki normalnya kaki dan

tumit bisa bisa bergerak tanpa rasa nyeridan gerakan bagian

bawah sejajar dengan bagian paha

- kaji kekuatan otot kaki minta klien untuk mengankat kaki tahan

dengan tangan anda

- kaji lutut klien. Inspeksi adanya perubahan bentuk atau

abnormalitas pada patella,lakukan semua palpasi pada semua

sisi patella normal lutut pada patella sejajar dengan kaki bagian

atas dan bawah tidak menonjol ke bagian lateral atau medial

20
- lakukan pengkajian punggul dan pinggul dengan posisiklien

berdiri perhatikan kesimetrian pantat dan pinggul serta cara

berdiri klien normal klien bisa berjalan dengan tegak dan kedua

kaki berayun simetris.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah merupakan keputusan klien tentang

respon individu status kesehatan pasien., keluarga dan masyarakat tentang

masalah kesehatan aktual atau potensial, berdasarkan pendidikan dan

pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan

menberikan intervensi yang secara pasti untuk menjaga, menurunkan,

membatasi, mencegah, dan merubah

c. Intervensi keperawatan

Intervensi (perencanaan) keperawatan adalah kegiatan dalam

keperawatan yang meliputi: meletakkan pusat tujuan pada klien,

menetapkan hasil yang ingin di capai, dan memilih intervensi keperawatan

untuk mencapai tujuan, tahap perencanaan ini memberi kesempatan kepada

perawat, klien, keluarga dan orang terdekat klien untuk merumuskan

rencana tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami klien.

Perencanaan ini merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan

21
secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien

sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.

d. Evaluasi

tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik

dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara bersinambung dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya. penilaian dalam keperawatan meruakan kegiatan dalam

melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan.

e. Discharge planning

Discharge planning adalah suatu proses yang digunakan untuk

memutuskan apa tang perlu pasien lakukan untuk dapat meningkatkan

kesehatannya. Dahulu, disharge planning sebagai suatu layanan untuk

membantu pasien dalam mengatur perawatan yang diperlukan setelah

tinggal di rumah sakit. Ini termasuk layanan untuk perawatan di rumah,

perawat rehabilitatif, perawatan medis rawat jalan, dan bantuan lainnya. (Ali

Birjandi, 2008)

22
23
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

KASUS

Seorang laki- laki berusia 21 tahun masuk RS setelah tersengat listrik pada saat

bekarja di masjid, awalnya pasien yang tanpa sengaja memegang kabel telanjang,

lalu kesetrum dan terjatuh kelantai. Terdapat kesan luka bakar pada lengan kanan

dan punggung kiri sampai ke leher, mengeluh nyeri jika luka bakar disentuh. Riwayat

pingsan <15 menit, tidak muntah, sesak atau pun batuk. Hasil pemeriksaan TTV;

TD : 110/70 mmHg, N: 88x/menit, P: 20x/menit, S: 36,8ºC. GCS 15. Luas luka bakar

; kepala dan leher : 3%, trunkus anterior : 0% , trunkus posterior : 7% ekstremitas

atas kanan : 5%, ekstremitas atas kiri : 2%, ekstremitas bawah kanan : 0%,

ekstremitas bawah kiri : 0%, genetalia: 0%. Terpasang kateter, produksi urine

±60cc/jam, warna merah kecoklatan. Hasil pemeriksaan laboratorium:

Darah rutin Urinalisis

Hemoglobin 15, 8g/dl Sedimen

Hematokrit 48,4 % Sel epitel 0-1

Leukosit 43.800/µ L Leukosit 1-2

Trombosit 455.000/µ L Eritrosit 10-11

MCV 91 fI Berat jenis 1.015

MCH 29,8 pg Ph 5

24
MCHC 32,7 g/dL Keton +

PT 11,3 detik Darah/Hb +

PT kontrol 10,3 detik Oribilinogen 0,2

APTT 32,1 detik

APTT kontrol 23,3 detik

 Pengkajian

Identitas klien

Nama : Mr. P

Umur :21 th

Jenis kelamin :laki – laki

Status :-

Agama :-

 Analisa data

Data subjektif :

DS : pasien mengatakan mengeluh nyeri jika luka bakarnya disentuh

- pasien mengeluh nyeri jika luka bakardi sentuh.

25
Data objektif

DO : TTV; TD : 110/70 mmHg, N: 88x/menit, P: 20x/menit, S: 36,8ºC. GCS

15. Luas luka bakar ; kepala dan leher : 3%, trunkus anterior : 0% , trunkus

posterior : 7% ekstremitas atas kanan : 5%, ekstremitas atas kiri : 2%,

ekstremitas bawah kanan : 0%, ekstremitas bawah kiri : 0%, genetalia: 0%.

Terpasang kateter, produksi urine ±60cc/jam, warna merah kecoklatan

. Hasil pemeriksaan laboratorium:

Darah rutin Urinalisis

Hemoglobin 15, 8g/dl Sedimen

Hematokrit 48,4 % Sel epitel 0-1

Leukosit 43.800/µ L Leukosit 1-2

Trombosit 455.000/µ L Eritrosit 10-11

MCV 91 fI Berat jenis 1.015

MCH 29,8 pg Ph 5

MCHC 32,7 g/dL Keton +

PT 11,3 detik Darah/Hb +

PT kontrol 10,3 detik Oribilinogen 0,2

APTT 32,1 detik

APTT kontrol 23,3 detik

26
Hasil pemeriksaan fisik :

Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi:

- Menentukan derajat luka

- Area kulit yang tidak terbakar mungkin dingin dan pucat

- Area kulit yang terbakar akan melepuh, ulkus, nekrosis, atau jaringan parut

tebal.

- Mukosa bibir kering

- Tanda-tanda inflamasi

Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan

beberapa metode yaitu :Rule of nine Merupakan cara yang tepat untuk

menghitunng luas daerah yang terhadap luas permukaan tubuh. Adapun

prosentasenya adalah sebagai berikut: Luas luka bakar ; kepala dan leher :

3%, trunkus anterior : 0% , trunkus posterior : 7% ekstremitas atas kanan :

5%, ekstremitas atas kiri : 2%, ekstremitas bawah kanan : 0%, ekstremitas

bawah kiri : 0%, genetalia: 0%. Terpasang kateter, produksi urine

±60cc/jam, warna merah kecoklatan

2. Palpasi:

 Denyut nadi (frekuensi, kuat lemahnya)

 Suhu pada luka

27
3. Auskultasi:

 Auskultasi bunyi nafas pada paru

 Auskultasi bising usus

diagnosa keperawatan

a. nyeri akut berhubungan dengan keruksakan biologis (kerusakan kulit/

jaringan) (DOMAIN : 12 , KELAS : 1 , KODE DIAGNOSA : 00132 )

b. hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada luka (DOMAIN : 4,

KELAS : 2 , KODE DIAGNOSA : 00085)

c. gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (DOMAIN

: 6, KELAS : 3 , KODE DIAGNOSA : 00118)

intervensi

a. nyeri akut

 kaji dan tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri

sebelum mengobati pasien

 obserfasi kebutuhan kenyamanan dan aktifitas lain yang dapat

membantu relaksasi untuk memvasilitasi penurunan nyeri

 monitor tanda – tanda fital dan setelah pemberian analgesik

28
 kolaborasi dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian, atau

perubahan interval dibutuhkan, buat rekomendasi khusus berdasarkan

prinsip analgesik

 evaluasi dan dokumentasi tingkat sedasi dari pasien yang menerima

analgesik

b. hambatan mobilitas fisik

 kaji tempat matras atau kasur terapeutik dengan cara yang tepat

 observasi aplikasian alat untuk mencegah terjadinya footdrop

 monitor kondisi kulit pasien

 ajarkan latihan di tempat tidur dengan cara yang tepat

 evaluasi tindakan yang diberikan pada pasien

c. gangguan citra tubuh

 kaji harapan citra diri pasien di dasarkan pada tahap perkembangan

 obserfasi perubahan fisik saat ini apakah berkonstibusi pada citra diri

pasien

 monitor pernyataan yang megidentifikasi citra tubuh mengenai ukuran

dan berat badan

 gunakan bimbinan antisipasif menyiapkan pasien terkait dengan

perubahan-perubahan citra tubuh yang telah diprediksikan

29
 evaluasi tindakan setelah di lakukan penanganan citra tubuh pada

pasien

evaluasi

tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan

terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara bersinambung dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya. penilaian dalam keperawatan meruakan kegiatan dalam

melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan.

discharge planning

1. ingatkan pasien dan keluarga pasien untuk tidak melakukan aktivitas berat

2. mengajarkan keluarga pasien untuk merawat lukanya agar tidak infeksi

3. ingat kan keluarga pasien untuk selalu merubah posisi pasien

4. ajarkan pasein merawat lukanya secara mandiri

30
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka bakar adalah suatu trauma yang di sebabkan oleh panas, arus listrik,

bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih

dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap

sel tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler.

Luka bakar di bedakan menjadi: derajat pertama, kedua superfisial, kedua

dalam, dan derajat ketiga. Luka bakar derajat kedua superfisial meluas ke

epidermis dan sebagian lapisan dermis yang di sertai lepuh dan sangat nyeri

B. Saran

Dengan disusunya makalah ini kami mengharapkan kepada pembaca agar

dapat menelah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini,

sehingga sedikait banyak bisa menambah pemngetahuan pembaca.

Disamping kami juga mengharapkan sarn dan kritikan dari para pembaca

sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah ini selanjutnya.

31
DAFTAR PUSTAKA

Atissalam, L.,2010. Luka Bakar. Yokyakarta. PMI Kota surakarta

Jong, D., Syamsuhidajat, 2010, buku ajar ilmu bedah edisi 3, EGC, jakarta, 782-788

Rahayuningsih, T., 2012, penatalaksanaan luka bakar (combustio), jurnal profesi

volume 08/februari

Relawati, R.(2011). Luka Bakar Listrik . Diakses pada tanggal 28 september 2017

dari http://eprintis.undip.ac.id

32

Anda mungkin juga menyukai