PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan Milik Swasta. Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit
secara kecil-kecilan. Hal ini disebabkan karena tanaman kelapa sawit mempunyai
nilai ekonomi yang sangat tinggi dan merupakan penghasil minyak nabati yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat luas di Indonesia. Hasil utama tanaman
Kelapa Sawit adalah minyak sawit atau yang sering disebut dengan istilah Crude
Palm Oil (CPO) dan inti sawit (palm karnel oil/PKO). Minyak sawit dapat
dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang
cukup lengkap. industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku
adalah industri pangan, industri kosmetik, dan farmasi, bahkan minyak kelapa sawit
Hasil panen dari kebun kelapa sawit merupakan tandan buah segar (TBS)
yang harus segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak
kelapa sawit yang bermutu tinggi. Proses pengolahan hasil panen ini berlangsung
cukup panjang dimulai dari pengangkutan TBS dari lahan pertanaman ke pabrik
1
Rahmad Mulyadi, Pembudidayaan Kelapa Sawit dan Pemasarannya, Media Tani, Jakarta,
2009, hal 23.
TBS yang baru di panen harus segera diangkut ke pabrik untuk dapat segera
diolah. Buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan atau akan
menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas tinggi sehingga banyak
berpengaruh tidak baik terhadap kwalitas minyak yang dihasilkan.3 Salah satu upaya
kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya dengan menggunakan alat angkut yang
baik seperti lori, traktor gandengan atau truk. Sebaliknya dipilih alat angkut yang
besar, cepat dan tidak terlalu banyak membuat goncangan selama dalam perjalanan.
Hal ini untuk menjaga agar perlukaan pada buah tidak terlalu banyak. TBS yang
sudah diterima dari kebun dan sudah ditimbang harus secepat mungkin masuk
pengolahan tahap pertama agar gradasi dapat ditekan sekecil mungkin. Tahap
pengolahan pertama kelapa sawit adalah tahap perebusan buah kelapa sawit atau yang
lazim disebut dengan tahap sterilisasi tandan buah. Perebusan buah digilir sesuai
dengan waktu penerimaan TBS dari kebun. Perebusan TBS dilakukan dengan
menginjeksikan uap panas ke tandan-tandan buah segar selama 1 (satu) jam atau
2
Lukas Hariadi, Pedoman Bertanam Kelapa Sawit, Yrama Widya, Jakarta, 2009, hal 16.
3
Sukirno Hardjo Diyono, Pengolahan Hasil Panen dan Pemasaran Kelapa Sawit, Bina
Bandung, 2007, hal 29.
lain adalah.4
2. Melonggarkan buah dari tandan dan memudahkan pelepasan buah selama proses
pemilihan buah.
pemerasan.
Swasta umumnya terdapat di pulau Sumatera antara lain PTPN I yang berkantor
pusat di Langsa, PTPN II yang berkantor pusat di Tanjung Morawa, PTPN III dan
tersebut wajib menjalin kerja sama dengan pabrik pengolahan kelapa sawit milik
pihak lain, agar apabila kelapa sawit tersebut telah memasuki masa panen dapat
4
Tjitro Soedirjo Utomo, Pengolahan Buah Kelapa Sawit, Dewa Kucci Press, Jakarta, 2008,
hal 37.
kelapa sawit tidak boleh terlalu lama disimpan karena akan cepat mengurangi kualitas
buahnya atau dapat membusuk. Oleh karena itu setiap perkebunan kelapa sawit baik
milik Negara maupun milik Swasta harus terlebih dahulu mempersiapkan pabrik
pengolahan kelapa sawit sendiri, maupun menjalin kerja sama dengan pabrik
pengolahan kelapa sawit milik pihak lain, sebelum masa panen tiba. Tidak semua
perusahaan kelapa sawit wajib memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit sendiri. Bagi
perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tidak memiliki pabrik pengolahan sendiri
dapat menjalin hubungan kerjasama dengan pabrik pengolahan kelapa sawit milik
pihak lain yang berada dilokasi terdekat dengan areal perkebunan kelapa sawit milik
perusahaan tersebut. Hal ini untuk memudahkan pengiriman produksi agar buah
Dalam penelitian ini perkebunan yang akan dibahas dalam perjanjian kerja
sama jual beli kelapa sawit adalah PT. Persero Perkebunan Nusantara (PTPN I) yang
berkantor pusat di jalan Kebun Baru Langsa Kebun Aceh Timur. PTPN I merupakan
Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996 yang dikukuhkan dengan akta pendirian
Nomor 34, Tanggal 11 Maret 1996 oleh Notaris Harun Kamil, di Jakarta dengan
modal dasar perseroan sebesar Rp 400 miliar, yang kemudian telah dilakukan
perubahan anggaran dasar PTPN I oleh Notaris Syafnil Gani di Medan dan telah
mendapat persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU 80120
AH.01.02, Tahun 2008, tanggal 31 Oktober 2008 (sesuai dengan yang tertulis dalam
Governance (GCG). Luas area lahan yang digunakan untuk penanaman kelapa sawit
adalah 41.882 hektar yang dikelola sendiri oleh PTPN I. PTPN I merupakan
gabungan dari PTPN V dan PTPN IX berdasarkan peraturan pemerintah No. 6 tahun
1996, tanggal 14 Februari 1996 dalam rangka efektivitas dan efisiensi PTPN.
perkebunan lainnya dengan pola pengembangan Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Pola
PIR ini akan diarahkan pada Hak Guna Usaha (HGU) PTPN I di wilayah Aceh Timur
Selatan dan pelepasan lahan masyarakat di wilayah Aceh. Strategi perusahaan untuk
menghasilkan nilai tambah (add value) PTPN I melakukan kerja sama melalui
pendirian anak perusahaan dengan mitra strategi terhadap beberapa bidang usaha5.
1. Pembangunan pabrik pupuk organik dengan PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM),
3. Pembangunan Power Plant dengan bahan tandan kosong dan Cangkang kelapa
sawit.
5
Compagnie Profile PT. Perkebunan Nusantara (PTPN I), Persero, 2010, hal 2.
dengan Pabrik Pengolahan Kelapa sawit yang berdekatan dengan areal penanaman
kelapa sawit tersebut. Hal ini untuk memudahkan dan mempercepat proses
pengangkutan buah kelapa sawit yang telah panen tersebut ke pabrik pengolahan
sehingga kualitas buah yang dihasilkan dapat terjaga dengan baik. Disamping itu
pemilihan pabrik pengolahan kelapa sawit yang terdekat dengan areal penanaman
Pabrik pengolahan kelapa sawit yang dimaksud adalah PT. Bangun Sempurna Lestari
sebuah perusahaan pengolahan kelapa sawit Swasta Murni yang berlokasi di Desa
Sikalondang, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulul Salam, Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam (NAD) dengan luas pabrik 101 hektar. PT. Bangun Sempurna Lestari
didirikan sesuai akta Notaris Nomor 12 Tanggal 5 Juli 2000 oleh Notaris Jhon
Langsung di Medan dan Berita Acara Nomor 56 Tanggal 111 Tanggal 17 Juli 2004
dan Berita Acara Nomor 56 Tanggal 9 April 2008 dengan Surat Keputusan (SK)
Pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
Dasar PT. Bangun Sempurna Lestari. Pabrik minyak kelapa sawit PT. Bangun
suatu Perjanjian Kerja sama dalam pelaksanaan jual beli Tandan Buah Segar (TBS)
dimana PTPN I sebagai penjual dan PT.Bangun Sempurna Lestari sebagai pembeli
TBS.
Budi Daya Kelapa sawit dari mulai penanaman bibit sampai dengan
menghasilkan buah pasir mencapai jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun lamanya.
Dari fase buah pasir sampai dapat dipanen mencapai jangka waktu 3 (tiga) bulan. Dan
sejak fase panen perdana sampai panen selanjutnya dapat mencapai jangka waktu 25
(dua puluh lima) tahun lamanya, dengan jangka waktu panen satu kali dalam dua
minggu dan dua kali dalam sebulan. Oleh karena masa panen yang terus
berkelanjutan tersebut maka PTPN I dan PT. Bangun Sempurna Lestari juga menjalin
kerja sama dalam perjanjian jual beli TBS yang berkesinambungan dalam jangka
panjang, selama tanaman kelapa sawit tersebut masih dapat menghasilkan TBS.
Perjanjian kerja sama jual beli TBS antara PTPN I sebagai penjual dibuat dalam suatu
akta tertulis dibawah tangan yang sebelumnya telah disepakati bersama oleh kedua
karena PTPN I tidak memiliki PKS di Subulul Salam Nangroe Aceh Darussalam
6
Compagnie Profile PT. Bangun Sempurna Lestari, hal 3.
Pada perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit antara PTPN I selaku
penjual dengan PT. Bangun Sempurna Lestari selaku pembeli diselenggarakan dalam
periode jangka waktu berkesinambungan setiap 1 (satu) tahun untuk satu perjanjian.
Sering timbul masalah dalam hal penetapan harga TBS kelapa sawit yang tidak
menentu dan dipandang terlalu tinggi oleh PT. Bangun Sempurna Lestari. Oleh
karena itu maka jangka waktu perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit
tersebut ditetapkan jangka waktunya yaitu 1 (satu) tahun dan setelah itu perjanjian
tersebut ditinjau kembali. Apabila harga per kilogram TBS kelapa sawit yang
ditetapkan oleh PTPN I selaku penjual dipandang terlalu tinggi oleh PT. Bangun
Sempurna Lestari selaku pembeli maka perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa
sawit tersebut tidak akan dilanjutkan oleh PT. Bangun Sempurna Lestari. Disamping
itu PT. Bangun Sermpurna Lestari selaku pembeli menetapkan pula kriteria TBS
kelapa sawit yang dipandang berkualitas dan layak beli. Apabila tidak sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan tersebut maka perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa
sawit itu tidak dapat dilanjutkan pelaksanaanya oleh PT. Bangun Sempurna Lestari
selaku pembeli.
Permasalahan harga dan kualitas produk TBS kelapa sawit yang diperjual
belikan oleh kedua belah pihak merupakan suatu permasalahan yang sangat esensial
diperhatikan agar pelaksanaan perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit
dilanjutkan.
Pasal 1320 KUH Perdata tersebut di atas merupakan landasan hukum bagi
legalitas dan suatu perjanjian apapun bentuk dan jenis perjanjian tersebut. Yang
dimaksud dengan sepakat antara kedua belah pihak yang mengikatkan dirinya ke
dalam perjanjian adalah suatu kesepakatan atas dasar suka sama suka tanpa adanya
pelaksanaan ataupun tekanan dari pihak manapun juga: kecakapan para pihak yang
harus jelas dan tertentu dan objek yang diperjanjikan merupakan objek yang halal,
legal dan tidak bertentangan dengan undang-undang.7 Tiap orang bebas membuat
perjanjian apa saja dengan ketentuan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pasal 1338 KUH Perdata ayat (1) menyatakan untuk semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
7
Salim HS, Hukum Kontrak (teori dan Teknik Penyusunan Kontrak), Sinar Grafika, Jakarta,
2001, hal 14.
membuat perjanjian bagi siapa saja yang akan mengikatkan dirinya dalam suatu
perjanjian. Konsekuensi hukum dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata tersebut adalah
bahwa setiap orang/pihak yang telah mengikatkan dirinya ke dalam suatu perjanjian
harus mematuhi perjanjian tersebut karena telah berlaku sebagai Undang-undang bagi
para pihak yang telah menandatanganinya.8 Demikian pula halnya dengan perjanjian
kerja sama jual beli Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit antara PTPN I (Persero)
sebagai penjual dan PT. Bangun Sempurna Lestari sebagai pembeli, harus pula
tunduk pada Pasal 1320 KUH Perdata sebagai landasan hukum sahnya suatu
perjanjian. Apabila perjanjian kerja sama jual beli Tandan Buah Segar (TBS) kelapa
sawit antara PTPN I (Persero) dengan PT. Bangun Sempurna Lestari telah disepakati
dan telah ditandatangani oleh kedua belah pihak, maka sejak saat kesepakatan dan
yang harus dipatuhi/ditaati oleh kedua belah pihak tanpa kecuali. Pengingkaran
perjanjian tersebut oleh salah satu pihak akan mengakibatkan terjadinya tuntutan
hukum bagi pihak lain yang merasa diinginkan dengan pengikaran tersebut. Klausula
dalam perjanjian kerja sama jual beli Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit tersebut
tidak lagi mempunyai dampak hukum apabila perjanjian tersebut telah berakhir,
karena jangka waktunya atau karena diakhiri oleh para pihak atas dasar kesepakatan
bersama.
8
Suharnoko, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung 2009, hal 11.
1. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli
tandan buah segar (TBS) kelapa sawit antara pihak PTPN I selaku penjual dan
pelaksanaan perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit
antara pihak PTPN I selaku penjual dan pihak PT.Bangun Sempurna Lestari
selaku pembeli ?
3. Bagaimana penyelesaian hukum yang ditempuh oleh para pihak apabila terjadi
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat
dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
selaku penjual dan PT. Bangun Sempurna Lestari selaku pembeli dalam
perjanjian kerja sama jual beli Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit.
perselisihan dalam praktak pelaksanaan perjanjian kerja sama jual beli Tandan
Buah Segar (TBS) kelapa sawit antara PTPN I selaku penjual dan PT. Bangun
3. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya hukum yang dapat ditempuh oleh
kerjasama jual beli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit antara PTPN I selaku
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbang saran dalam
ilmu hukum pada umumnya dan hukum perjanjian pada khususnya, terutama
mengenai kedudukan para pihak dalam perjanjian kerja sama jual beli Tandan
Buah Segar (TBS) kelapa sawit, disamping itu juga dapat menjadi literatur dalam
pihak yang melaksanakan perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit, agar
para pihak lebih mengetahui dan memahami secara mendalam hak dan
kewajiban para pihak sesuai prosedur hukum perjanjian jual beli yang terdapat
dalam KUH Perdata dan juga memahami tata cara praktak pelaksanaan jual beli
perselisihan antara kedua belah pihak dalam upaya mencari penyelesaian sesuai
prosedur hukum yang berlaku pula. Kepada masyarakat pada umumnya, agar
dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang kedudukan hukum para pihak
dalam perjanjian kerja sama jual beli Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit
antara PTPN I selaku penjual dan PT.Bangun Sempurna Lestari selaku pembeli.
E. Keaslian Penelitian
sejauh yang diketahui tidak ditemukan judul yang sama dengan judul penelitian ini.
Adapun judul penelitian yang ada kaitannya dengan masalah kelapa sawit adalah
sebagai berikut :
Kelapa Sawit Pada Perkebunan Inti Rakyat Cot Girek kabupaten Aceh Utara
atas adalah berbeda pembahasannya dengan pembahasan dalam penelitian ini. Oleh
karena itu penelitian ini adalah asli adanya. Artinya secara akademik penelitian ini
dapat dipertanggung jawabkan keasliannya secara akademis, karena belum ada yang
1. Kerangka Teori
tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi dasar perbandingan,
pegangan teoritis.9 Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan
tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil,
untuk mencapai kedamaian hukum, harus diciptakan masyarakat yang adil dengan
mengadakan penyatuan antara kepentingan yang bertentangan satu sama lain, dan
9
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung 1994, hal 80.
10
Lexy J Molloeng, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993,
hal 35.
11
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (suatu kajian Filosofi dan Sosiologi). Hal 85.
memberikan keadaan yang sama kepada semua pihak, walaupun terdapat perbedaan-
wadah yang mempertemukan kepentingan satu dan lain pihak menuntut bentuk
pertukaran kepentingan yang adil. Oleh karena itu teori yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah teori keadilan yang dipelopori oleh Aristoteles. Keadilan
sebagai subjek hukum secara seimbang (proporsional) sesuai dengan hak dan
14
kewajibannya masing-masing. Didalam karya ilmiahnya yang berjudul
pengertian yaitu :
12
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2008. hal 57.
13
W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kasus atas teori-teori hukum,
diterjemahkan dari buku aslinya legal Theory terjemahan Muhammad.
14
K. Bertens, Etika Bisnis, Kanisius, Yogyakarta, 2000, hal 86.
dipandang sebagai awal mula segala jenis teori keadilan. Dinamika keadilan yang
berlandaskan pada teori keadilan distributif, meskipun dengan berbagai versi dan
pandangan masing-masing, oleh karena itu dalam suatu perjanjian harus dilandasi
Hukum perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata yang terdiri dari 18
Bab dan 631 Pasal, dimulai dari Pasal 1233 sampai dengan pasal 1864 KUH Perdata.
Secara garis besar, perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata adalah perjanjian jual
beli, tukar menukar, sewa menyewa, kerja, perkumpulan, hibah, penitipan barang,
pinjam pakai bunga tetap dan abadi, untung-untungan, pemberian kuasa penanggung
utang dan perdamaian. Dalam teori ilmu hukum perjanjian-perjanjian diatas disebut
dengan istilah perjanjian nominaat. Di luar KUH Perdata dikenal pula perjanjian
perjanjian kerja sewa dan lain sebagainya. Perjanjian jenis ini disebut unnonminaat
yaitu perjanjian yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam praktak kehidupan
15
Purwahit Patric, Dasar-dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal 27.
terlepas dari adanya sistem yang berlaku dalam hukum perjanjian itu sendiri.16
yang mengandung kebebasan untuk mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur
maupun yang belum diatur dalam undang-undang. Dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH
Perdata secara tegas menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Jika dianalisa lebih
lanjut maka ketentuan Pasal tersebut memberikan kebebasan para pihak untuk :17
Hukum perjanjian adalah bagian dari hukum perdata (Privat). Hukum ini memusatkan
Dalam suatu perjanjian terdapat 5 (lima) asas yang dikenal dalam ilmu hukum
perdata. Kelima asas itu antara lain adalah, asas kebebasan berkontrak, asas
16
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung 1995, hal 29.
17
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni Bandung, 1996, hal 43.
18
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Alumni Bandung, 1994, hal 16
dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
kedudukan yang seimbang serta berada dalam situasi dan kondisi yang bebas
ditegaskan dalam Pasal 1321 KUH Perdata yang menyatakan bahwa suatu
kesepakatan ini dibuat harus bersifat bebas. Kesepakatan tidaklah sah apabila
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH
Perdata yang menyatakan bahwa salah satu syarat sahnya suatu perjanjian adalah
adanya kata sepakat antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian. Asas
kepastian hukum yang lazim disebut juga dengan asas Pacta Sunt Servanda
merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Azas ini mensyaratkan
bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi perjanjian yang dibuat
oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh
melakukan intervensi terhadap substansi perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Asas
ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata. Asas itikad baik (good
19
Qirom A. Meliala, Pokok-pokok Hukum Perikatan beserta perkembangannya, Liberty
Yogyakarta, 1985, hal 18.
20
Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Grafindo
Persada, Jakarta, 2003, hal 34.
harus dilaksanakan dengan itikad baik oleh para pihak yang mengikatkan diri ke
dalam perjanjian tersebut. Asas itikad baik dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu itikad baik nisbi dan itikad baik mutlak. Pada itikad baik nisbi, harus
memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada itikad baik
mutlak, penilaian terletak pada akal sehat dan keadilan serta dibuat ukuran yang
yang akan melakukan dan atau membuat perjanjian harus menyatakan kehendaknya
dan kesediaannya untuk mengikatkan diri. Pernyataan kedua belah pihak yang
1337 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang
oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik dan ketertiban
umum. Penilaian terlarang dalam hal ini adalah apabila objek yang diperjanjikan
kesusilaan baik dan ketertiban umum. Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa
suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Peristiwa pengikatan diri
kedalam satu perjanjian ini menimbulkan suatu hubungan hukum antara pihak-pihak
yang melakukan perjanjian yaitu berupa suatu perikatan yang mengandung janji atau
21
RM. Suryodiningrat, Asas-asas Hukum Perikatn,Tarsito, Bandung, 1985, hal 23.
hukum yang lahir dari adanya kesepakatan antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
yang satu mengikatkan dirinya pada lapangan harta kekayaan dan pihak kedua berhak
Pasal 1330 KUH Perdata menyatakan tentang orang-orang yang dipandang tidak
1. Orang yang belum dewasa sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 330 KUH
Perdata yaitu mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih
dahulu kawin.
Pasal 433 KUH Perdata yaitu mereka yang ditaruh di bawah pengampuan adalah
setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan dirinya sakit otak atau
mata gelap atau terlalu boros, sehingga tidak mampu bertanggung jawab atas
kepentingan sendiri karena itu dalam melakukan suatu perbuatan hukum mereka
pada umumnya semua orang pada siapa undang-undang telah melarang membuat
22
Munir Fuady, Hukum Kontrak, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal 42.
23
Wirjono Prodjo Dikoro, Asas Hukum Perdata, SUMUR, Bandung, 1992, hal 7.
Pasal 1678 KUH Perdata juga menentukan bahwa antara suami-isteri selama
Pasal 1457 KUH Perdata menyatakan bahwa, jual beli adalah suatu persetujuan,
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu
kebendaan dan pihak yang lain berjanji untuk membayar harga yang telah
diperjanjikan. Perikatan jual beli menunjukkan bahwa dari satu pihak disebut sebagai
pembeli, sedangkan pihak yang lain dinamakan penjual. Yang dijanjikan oleh penjual
adalah penyerahan hak miliknya atas barang yang ditawarkan, sedangkan yang
dijanjikan oleh pihak lain adalah pembayaran harga yang telah disetujui, meskipun
tidak ada disebut dalam suatu pasal dari KUH Perdata, namun sudah semestinya
bahwa harga itu harus berupa sejumlah uang, karena jika berupa barang maka bukan
jual beli yang terjadi tetapi tukar menukar yang diserahkan oleh penjual kepada
pembeli adalah hak milik atas atas barang. Jadi bukan sekedar kekuasaan atau barang
Penyerahan atas piutang atas nama. Barang-barang yang menjadi objek perjanjian
harus cukup setidaknya dapat ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat ia akan
24
Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Jakarta, hal 12.
bentuk jual beli, misalnya jual beli yang dilakukan dengan percobaan, jual beli
dengan contoh, jual beli dengan angsuran dan jual beli dengan hak membeli kembali.
Sesuai dengan asas konsensualisme yang menjiwai hukum perjanjian, perjanjian jual
beli itu dilahirkan pada detik tercapainya sepakat mengenai barang dan harga barang.
Pada saat kedua belah pihak setuju dengan barang yang diperjual belikan dan juga
harga barang tersebut maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah, Pasal 1457 KUH
Perdata dengan tegas menyatakan, jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah
pihak seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang harga barang, meskipun
Di dalam perjanjian jual beli dikenal dua subjek yaitu penjual dan pembeli
mempunyai hak dan kewajiban. Pasal 1470 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1476
KUH Perdata adalah peraturan istimewa, karena peraturan tersebut tidak melarang
jual beli pihak-pihak sepanjang memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam
undang-undang. Dalam persetujuan jual beli ada beberapa larangan jual beli terhadap
beberapa orang, larangan jual beli tersebut antara lain berlaku terhadap :
2. Para Hakim, jaksa, Panitera, Jurusita, Notaris dilarang bertindak sebagai pembeli
muka pengadilan.
dikuasai untuk dipelihara atau diurus oleh mereka (pasal 1469 KUH Perdata).
Selain subjek jual beli, maka ada yang disebut juga dengan objek jual beli yaitu
Ada beberapa hal yang terpenting dalam objek jual beli yaitu :
Pasal 1332 KUH Perdata menyatakan bahwa hanya barang-barang yang bisa
diperagakan saja yang boleh dijadikan objek persetujuan. Dengan demikian apa saja
yang dapat dijadikan objek persetujuan dengan sendirinya dapat dijadikan objek jual
beli. Dengan ketentuan benda yang menjadi objek jual beli tersebut sudah ada atau
tidak gugur pada saat persetujuan jual beli diperbuat, “maka jual beli dianggap sah”.
Pasal 1513 KUH Perdata menyatakan bahwa pembeli wajib menyelesaikan pelunasan
harga bersamaan dengan penyerahan barang, pembeli yang menolak untuk membayar
harga barang berarti telah melakukan perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUH
Perdata).
Pasal 1474 KUH Perdata menyatakan tentang kewajiban penjual yang terdiri
kewajiban memberi jaminan bahwa barang yang dijualnya itu tidaklah mempunyai
sangkutan apapun, baik dalam bentuk tuntutan maupun pembebanan, Menurut Pasal
ongkos untuk datang mengambil barang tersebut dipikul oleh pembeli. Tapi tentu saja
jika diperjanjikan secara lain oleh kedua belah pihak dapat menyimpang dari Pasal
atau menanggung barang yang dijualnya dalam keadaan tentram dan damai dalam
juga menjamin bahwa barang tersebut tidak mempunyai cacat yang tersembunyi
terhadap cacat yang mudah terlihat oleh mata awam penjual tidak bertanggung jawab.
Pembeli bertanggung jawab sendiri atas suatu cacat dari barang yang mudah terlihat
atau memang nyata terlihat. Resiko jaminan penjual terhadap cacat tersembunyi
pembeli dapat mengajukan gugatan pembatalan jual beli, dengan prosedur menurut
1. Jika cacatnya memang dari awal telah diketahui oleh penjual, maka pihak penjual
2. Jika cacatnya memang benar-benar tidak diketahui oleh pihak penjual, maka
barang.
25
IG. Ray Wijaja, Merancang Kontrak (Teori dan Praktak), Kesaint Blank, Jakarta, 2009, hal
Di dalam perjanjian kerja sama jual beli kelapa sawit antara PTPN I sebagai
pihak penjual dan PT. Bangun Sempurna Lestari sebagai pihak pembeli maka
ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1457 KUH Perdata tentang saat lahirnya jual
beli, Pasal 1470 sampai dengan Pasal 1476 tentang syarat-syarat jual beli dan juga
larangan terhadap pihak-pihak tertentu untuk mengadakan jual beli harus dipatuhi
oleh para pihak dalam praktak pelaksanaan jual beli Tandan Buah Segar (TBS)
kelapa sawit. Dalam hal terjadi kerja sama berkesinambungan atas pelaksanaan jual
beli Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit tersebut para pihak dapat mengatur
perjanjian kuantitas dan kualitas objek jual beli yang diperjanjikan dalam setiap tahap
pelaksanaan perjanjian jual beli Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit berkaitan
dengan penentuan isi perjanjian jual beli TBS kelapa sawit, hendaknya dibedakan
ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata dihubungkan dengan Pasal 1335 Juncto Pasal
1337 KUH Perdata, diartikan sebagai tujuan bersama yang hendak dicapai oleh para
pihak dalam hubungan perjanjian yang mereka buat, sedangkan isi perjanjian terkait
dengan penentuan sifat serta luasnya hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan
Pada dasarnya setiap perjanjian yang dibuat para pihak harus dapat
dilaksanakan dengan sukarela atau dengan itikad baik oleh masing-masing pihak.
Namun dalam kenyataannya perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak sering
dalam bidang perjanjian dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian besar yaitu :
1. Melalui jalur musyawarah mufakat yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak
2. Melalui jalur mediasi dengan menggunakan mediator, atau melalui jalur alternatif
2. Konsepsi
seperti asas dan standar, oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep
menunjukkan salah satu dari hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum konsep
adalah suatu konstruksi mental yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang
26
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian (Asas Proposionalitas dalam Kontrak
Komersial),Lambang Mediatama, Yogyakarta, 2008, hal 199.
27
Sajipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti Bandung, 1996, hal 397.
Konsep merupakan salah satu bagian penting dari teori. Dalam suatu
penelitian, konsepsi dapat diartikan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak
menjadi sesuatu yang konkrit, yang disebut dengan defenisi operasional, pentingnya
penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai, oleh karena itu dalam
1. Perjanjian kerja sama adalah suatu hubungan hukum antara PTPN I dengan PT.
Bangun Sempurna Lestari dalam hal pelaksanaan jual beli Tandan Buah Segar
(TBS) kelapa sawit secara berkesinambungan dalam suatu jangka waktu yang
2. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan nama pihak yang satu (PTPN I) selaku
yang lain (PT. Bangun Sempurna Lestari) selaku pihak pembeli yakni berupa hak
kebendaan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dan pihak yang lain (PT.
telah diserahkan oleh PTPN I sesuai harga yang disepakati bersama dalam
perjanjian.
28
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tujuan Singkat,
Raja Grafindo, Jakarta, 1995, hal 7.
penyebutan buah kelapa sawit yang telah dipanen dan sekaligus merupakan
4. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) adalah suatu bangunan pabrik yang digunakan untuk
melakukan pengolahan terhadap buah kelapa sawit yang telah dipanen untuk
dijadikan bahan baku pembuatan minyak crude palm oil (CPO), margarine,
5. Klausula perjanjian adalah butir perjanjian yang dibuat secara tertulis yang
memuat syarat-syarat dan ketentuan pelaksanaan jual beli antara PTPN I dan PT.
Bangun Sempurna Lestari yang merupakan hasil kesepakatan kedua belah pihak
(opini) antara para pihak yang terlibat dalam perjanjian kerjasama jual beli kelapa
7. Wanprestasi adalah suatu keadaan hukum dimana salah satu pihak ingkar
pihak lain yang terlibat didalam perjanjian kerjasama jual beli kelapa sawit
tersebut.
8. Hak dan kewajiban adalah suatu keadaan hukum yang melahirkan prestasi di satu
sisi dan kontraprestasi di sisi lain yang wajib dipenuhi oleh masing-masing pihak
yang terlibat didalam perjanjian kerjasama jual beli kelapa sawit tersebut.
yang berlaku mengenai perjanjian dan bahan hukum lainnya. Sifat dari penelitian ini
adalah deskripsi analitis, maksudnya adalah dari penelitian ini adalah diharapkan
diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan
2. Sumber Data
yaitu data yang dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan
bahan hukum primer yang berupa buku, hasil-hasil penelitian dan atau karya
ilmiah hukum tentang hukum perjanjian pada umumnya dan perjanjian jual beli
pada khususnya.
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum,
data yang digunakan yaitu dengan studi dokumen untuk memperoleh data sekunder,
primer, sekunder maupun tertier yang berkaitan dengan penelitian ini. Disamping itu
dalam penelitian ini juga dilakukan pengumpulan data primer dengan teknik
I dan Kepala bagian pemasaran PT. Bangun Sempurna Lestasri yang dalam penelitian
4. Analisis Data
data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan suatu hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.29 Di
dalam penelitian hukum normatif maka analisis pada hakekatnya berarti kegiatan
29
Bambang Suggono, Metode Penelitian Huluan, raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal
106.
dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang dikumpulkan (bahan
hukum primer, sekunder dan tertier) untuk mengetahui validitasnya, setelah itu
yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian itu dengan tujuan
untuk memperoleh jawaban yang baik pula. Dalam penelitian ini bahan-bahan hukum
tertulis yang digunakan adalah klausul perjanjian kerjasama jual beli kelapa sawit ,
hukum perjanjian jual beli sebagaimana yang termuat dalam KUH Perdata, literatur-
literatur dan karya ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan dalam penelitian
ini, yang dijadikan pedoman untuk menghasilkan jawaban yang selaras dengan
deduktif yaitu penarikan kesimpulan diawali dari hal-hal yang bersifat umum (kaidah
hukum yang terdapat dalam KUH Perdata) menuju hal-hal yang bersifat khusus
(Perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit antara PTPN I dan PT. BSL.
30
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal 25.