Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kegiatan
Anemia merupakan satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil sekaligus
menjadi masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia. Seorang ibu hamil
dikatakan mengalami anemia apabila kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada kehamilan
trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Susiloningtyas, 2019). Tercatat 50% ibu
hamil di negara berkembang mengalami anemia dengan prevalensi rata-rata di Asia diperkirakan
mencapai 72,6% (Razfi, Sulastri, & Suryandari, 2014; Utami dan Rosha, 2013). Tingginya
pravalensinya anemia pada ibu hamil juga terjadi di Indonesia. Menurut National Basic Health
Research, prevalensi anemia pada kehamilan di Indonesia adalah 24,5%, sedangkan Susenas dan
Survei Depkes-Unicef melaporkan bahwa dari sekitar 4 juta ibu hamil di Indonesia, separuhnya
mengalami anemia (Susiloningtyas, 2019; Utami dan Rosha, 2013)
Sebagian besar anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi zat besi. Defisiensi zat
besi terjadi karena wanita hamil mengalami peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat
peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu
(mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan) dan pertumbuhan janin. Ironisnya,
diperkirakan 50% wanita tidak mempunyai cadangan zat besi yang cukup selama kehamilannya,
sehingga risiko defisiensi zat besi atau anemia meningkat bersama dengan kehamilan
(Susiloningtyas, n.d; Utami dan Rosha, 2013; Razfi, Sulastri, & Suryandari, 2014). Selain
defisiensi zat besi, defisiensi mikronutrien lainnya seperti vitamin A, B6, B12, riboflavin dan asam
folat dapat menyebabkan anemia, begitu juga dengan faktor non gizi seperti pendarahan akut serta
faktor kelainan keturunan seperti thalassemia dan sickle cell disease (Razfi, Sulastri, &
Suryandari, 2014; Susiloningtyas, 2019).
Anemia pada kehamilan dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu dan janin.
Terdapat korelasi yang erat antara anemia pada saat kehamilan dengan kematian janin, abortus,
cacat bawaan, berat bayi lahir rendah, cadangan zat besi yang berkurang pada anak atau anak lahir
dalam keadaan anemia gizi. Kondisi ini menyebabkan angka kematian perinatal masih tinggi,
demikian pula dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu. Selain itu, dapat mengakibatkan
perdarahan pada saat persalinan yang merupakan penyebab utama (28%) kematian ibu
hamil/bersalin di Indonesia (Susiloningtyas, 2019).
Beragam upaya telah dilakukan Pemerintah Indonesia untuk mencegah dan menangani
masalah anemia pada ibu hamil.Salah satunya adalah dengan program pemberian tablet besi pada
ibu hamil secara rutin sebanyak 90 tablet untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara
tepat(Susiloningtyas, 2019). Meskipun demikian, jalannya program tersebut tidak akan optimal
apabila tidak didukung oleh pengetahuan dan kemawasan diri ibu terhadap anemia pada
kehamilan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, kami melakukan penyuluhan mengenai anemia
kepada ibu hamil dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil
untuk mencegah anemia dan komplikasinya.

B. Tujuan Kegiatan

Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil tentang anemia pada kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Susiloningtyas, I., (2019). Pemberian Zat Besi (Fe) dalam Kehamilan. Majalah Ilmiah Sultan
Agung, 50(128), pp.73-99.

Utami, N.H. & Rosha, B.C.H.. (2013). Anemia and Iron Deficiency Anaemia in Pregnancy:
Association With Protein and Micronutrient Intake. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12,
pp.224-233.

Razfi, F.M., Sulastri, S. & Suryandari, D., (2014). Gambaran Pola Kebiasaan Cara Minum Tablet
Fe Pada Ibu Hamil Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Anda mungkin juga menyukai