3 PANDUAN ASESMEN PASIEN - Versi Lain
3 PANDUAN ASESMEN PASIEN - Versi Lain
PANDUAN
ASESMEN PASIEN
Jember, 2015
TIM PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
Surat ketetapan karumkit Tk.III baladhika husada nomor SK/ /I/2015 tanggal 05 januari 2015
tentang Asesmen Pasien.
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
A. DEFINISI ...........................................................................................................................1
B. TUJUAN............................................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP .......................................................................................................2
A. UNIT KERJA TERKAIT ASESMEN PASIEN...........................................................................2
B. KEWENANGAN PELAKSANA.............................................................................................2
C. WAKTU PELAKSANAAN....................................................................................................2
D. KATEGORI ASESMEN........................................................................................................3
E. ISI MINIMAL ASESMEN.....................................................................................................4
F. ASESMEN UALANG..........................................................................................................10
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................................................11
BAB III TATALAKSANA.........................................................................................................12
A. TATALAKSANA SKRINING INFORMASI ...........................................................................12
B. TATALAKSANA ASESMEN MEDIS ....................................................................................12
C. TATALAKSANA ASESMEN KEPERAWATAN ......................................................................13
D. TATALAKSANA ASESMEN GIZI ........................................................................................13
E. TATALAKSANA ASESMEN UALANG GIZI .........................................................................16
F. TATALAKSANA ASESMEN PASIEN DENGAN NYERI ..........................................................16
G. TATALAKSANA ASESMEN RESIKO JATUH .......................................................................16
H. TATALAKSANA ASESMEN TAHAP TERMINAL .................................................................17
I. TATALAKSANA ASSMEN PRA BEDAH ...............................................................................18
J. TATALAKSANA ASESMEN FISIOTERAPI ............................................................................20
BAB IV DOKUMENTASI .......................................................................................................21
BAB V PENUTUP ................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
1. Asesmen Pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter, perawat, dietisien
mengevaluasi data pasien baik subyektif maupun obyektif untuk membuat keputusan
terkait :
a. Status kesehatan pasien
b. Kebutuhan perawatan
c. Intervensi
d. Evaluasi
2. Asesmen AwalPasien Rawat Inap adalah tahap awal dari proses dimana dokter, perawat,
dietisien mengevaluasi data pasien dalam 24 jam pertama sejak pasien masuk rawat inap
atau bisa lebih cepat tergantung kondisi pasien dan dicatat dalam rekam medis
3. Asesmen Awal Pasien Rawat Jalan adalah tahap awal dari proses dimana dokter
mengevaluasi data pasien baru rawat jalan, bidan melakukan pengkajian awal kebidanan
dan menentukan rencana pelayanan kebidanan selanjutnya.
4. Asesmen Awal Pasien Gawat Darurat adalahpengumpulan informasi (anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang diagnostik) oleh dokter, perawat, dan bidan
untuk menentukan rencana pelayanan kegawatdaruratan selanjutnya.
5. Asesmen Ulang Pasien adalah tahap lanjut dari proses dimana dokter, perawat, bidan,
dietisien mengevaluasi ulang data pasien atas adanya perubahan yang signifikan atas
kondisi klinisnya berdasarkan pelayanan klinis yang telah diberikan sebelumnya.
6. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
7. DPJP adalah seorang dokter / dokter gigi yang bertanggung jawab atas pengelolaan asuhan
medis seorang pasien. DPJP juga bertanggung jawab terhadap kelengkapan, kejelasan dan
kebenaran serta ketepatan waktu pengembalian dari rekam medis pasien tersebut
8. Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan & kebidanan yang
diberikan kepada pasien yang berkesinambungan yang di mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang
optimal
9. Ahli gizi/dietisien adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh Direktur RS untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan dan dietetic di RS.
B. TUJUAN
Asesmen awal dari seorang pasien, baik pasien gawat darurat, pasien rawat jalan, maupun
pasien rawat inap dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan untuk memulai
proses pelayanan. Asesmen awal memberikan informasi untuk:
1. Mengumpulkan data yang komprehensif untuk menilai kondisi dan masalah pasien.
2. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
3. Memiih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
4. Mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa
5. Melakukan intervensi segera
6. Menetapkan diagnosis awal
7. Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya
1
BAB II
RUANG LINGKUP
B. KEWENANGAN PELAKSANA
1. Dokter
Dokter adalah dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis lulusan fakultas atau Universitas
yang terakreditasi. Dokter dapat melakukan asesmen berupa anamnesis, pemeriksaan fisik
dan permintaan pemeriksaan penunjang berdasarkan kompetensinya, dan berdasarkan
Panduan Praktik Klinis masing-masing.
2. Perawat/Bidan
Perawat/Bidan yang bekerja di Rumkit Tk. III Baladhika Husada yang di lengkapi dengan SIK,
STR yang berlaku sesuai kebijakan yang telah ditentukan. Perawat/Bidan dapat melakukan
asesmen berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan kompetensinya
berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan/Kebidanan yang telah ditetapkan
3. Apoteker
Apoteker dapat melakukan asesmen berupa pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan distribusi obat.
4. Fisioterapis
Perawat dapat melakukan asesmen berupa anamnesis dan identifikasi masalah sesuai
dengan kompetensinya berdasarkan kompetensinya.
5. Ahli gizi
Ahli gizi melakukan asesmen nutrisi terhadap pasien rawat jalan (di Poli Gizi) dan pasien
rawat inap yang mendapatkan instruksi diet khusus dari dokter DPJP dan juga dari hasil
skrining status gizi pasien dengan menggunakan MST (malnutrition screening tools) dan
pasien diketahui berisiko atas nutrisinya
C. WAKTU PELAKSANAAN
1. Asesmen awal pasien dilakukan pada saat kontak pertama Pemberi Pelayanan Kesehatan
dengan pasien, di setiap unit pelayanan. Asesmen awal pasien rawat inap harus sudah
selesai dilakukan dan dicatat dalam berkas rekam medis pasien selambat-lambatnya 24 jam
sejak pasien masuk rumah sakit.
2. Asesmen yang sebagian atau seluruhnya dibuat di luar rumah sakit, maka segera dilakukan
penilaian ulang atau verifikasi pada saat masuk sebagai pasien rawat inap, antara lain:
a. Temuan yang bersifat penting sesuai dengan kompleksitas pasien, rencana pelayanan
dan pengobatan
b. Kejelasan diagnosis,
c. Adanya foto radiologi yang diperlukan untuk operasi,
d. Adanya perubahan kondisi pasien, seperti pengendalian gula darah, identifikasi hasil
laboratorium yang penting dan perlu diperiksa ulang.
2
3. Asesmen yang dibuat di luar RS, apabila pasien masuk rumah sakit melebihi 30 hari, maka
asesmen tersebut harus dinilai ulang dan diverifikasi pada saat pasien masuk rawat inap,
untuk memperbarui atau mengulang bagian-bagian dari asesmen yang sudah lebih dari 30
hari.
4. Asemen ulang dilakukan pada saat pasien masuk rumah Sakit lewat rawat jalan dan
Instalasi Gawat Darurat, berdasarkan kebutuhan dan kondisinya.
Komponen utama dari proses pelayanan pasien rawat inap dan rawat jalan adalah
asesmen pasien untuk memperoleh informasi terkait status medis pasien. Khusus pasien
rawat inap, asesmen pasien terkait status kesehatan, intervensi, kebutuhan keperawatan, dan
gizi. Untuk dapat berhasil memberikan terapi / asuhan yang berorientasi kepada pasien,
dalam prakteknya, dokter, perawat dan dietisien harus memiliki pengetahuan dan keahlian
dalam melakukan asesmen pasien. Asesmen pasien diperoleh dari pasien dan sumber-
sumber lain (misalnya: profil terapi obat, rekam medis, dan lain-lain). Asesmen pasien
dibutuhkan dalam membuat keputusan-keputusan terkait: (a) status kesehatan pasien; (b)
kebutuhan dan permasalahan keperawatan; (c) intervensi guna memecahkan permasalahan
kesehatan yang sudah teridentifikasi atau juga mencegah permasalahan yang bisa timbul
dimasa mendatang; serta (d) tindak lanjut untuk memastikan hasil-hasil yang diharapkan
pasien terpenuhi.
Proses asuhan kepada pasien saling berhubungan/ terjadi kolaborasi antara dokter,
perawat dan gizi. Sulit untuk dimengerti bahwa dokter dapat menyembuhkan pasien tanpa
bantuan asuhan keperawatan dan terapi gizi.
ASESMEN
PASIEN
3
ASESMEN ASESMEN ASESMEN
ASESMEN GIZI
KEPERAWATAN
MEDIS FISIOTERAPI
MENGEMBANGKAN
RENCANA ASUHAN
MELAKUKAN EVALUASI
Dalam asesmen, pasien dan keluarga harus diikutsertakan dalam seluruh proses, agar
asuhan kepada pasien menjadi optimal. Pada saat evaluasi, bila terjadi perubahan yang
signifikan terhadap kondisi klinis pasien, maka harus segera dilakukan asesmen ulang. Bagian
akhir dari asesmen adalah melakukan evaluasi, umumnya disebut monitoring yang
menjelaskan faktor-faktor yang akan menentukan pencapaian hasil-hasil nyata yang
diharapkan pasien.
Asesmen Awal Medis dicatat pada berkas rekam medis Form RM 0.1
Asesmen Awal Medis Rawat Jalan dicatat pada berkas rekam medis Form RM.RJ.01
h) Generalis
(1) Kepala
(2) Mata
(3) Telinga
(4) Hidung
5
(5) Gigi
(6) Mulut
(7) Leher
(8) Thoraks,
(9) paru – paru
(10) jantung
(11) Abdomen
(12) Status lokalis
(13) Pemeriksaan penunjang
(14) Diagnosis medis
(15) Instruksi medis
b) Data obyektif
(1) Pemeriksaan umum
(2) Pemeriksaan fisik
(3) Pemeriksaan khusus
(4) Pemeriksaan penunjang
c) Analisis/interpretasi data
d) Penatalaksanaan
(1) Lembar observasi
8
f. Asesmen Awal Gizi
1) Asesmen Awal Gizi Rawat Jalan
a) Identitas Pasien
b) Riwayat Gizi
c) Riwayat personal
d) Antropometri
e) Biokimia
f) Fisik klinis
g) Diagnosis gizi
h) Intervensi
D. ASESMEN ULANG
Asesmen ulang didokumentasikan pada lembar CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi).
1. Tanggal / Jam di isi sesuai tanggal dan jam DPJP dan NAKES yang melakukan hasil asesmen.
2. PPA adalah tenaga NAKES yang menulis atau melakukan hasil asesmen.
3. Penatalaksanaan pasien Bagian subyektif ( S ) : berisi informasi tentang pasien yang
meliputi informasi yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga, orang lain yang penting,
atau yang merawat. Jenis informasi dalam bagian ini meliputi:
a. Keluhan/gejala-gejala atau alasan utama pasien datang ke rumah sakit, menggunakan
kata-katanya sendiri (keluhan utama).
9
b. Riwayat penyakit saat ini yang berkenaan dengan gejala-gejala (riwayat penyakit saat
ini).
c. Riwayat penyakit dahulu (pada masa lampau).
d. Riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping (dari pasien, bukan dari
profil obat yang terkomputerisasi).
e. Alergi.
f. Riwayat sosial dan/atau keluarga.
g. Tinjauan/ulasan sistem organ
Bagian objektif ( O ) : berisi informasi tentang pemeriksaan fisik, tes – tes diagnostik dan
laboratorium dan terapi obat
Bagian asesmen ( A ) : menilai kondisi pasien untuk diterapi.
Bagian plan ( P ) : berisi rencana pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan, rencana terapi
yang akan diberikan dan rencana pemantauan khusus yang akan dilakukan untuk menili
perkembangan kondisi pasien.
Dengan format dokumentasi yang sistematik, konsisten dan seragam tersebut maka lembar
SOAP akan menjadikan rencana berbagai asuhan pasien menjadi lebih efisien. Catatan
SOAP adalah format yang akan digunakan pada keseluruhan tindakan medik, keperawatan
dan gizi dalam rencana terapi / terapeutik serta asuhan pasien. Asesmen ulang
keperawatan tersebut dicatat dalam berkas rekam medis Form RM.12A
Dipojok kanan bawah di bubuhi paraf NAKES yang melakukan hasil asesmen.
4. Intruksi PPA di isi rencana tindak lanjut yang akan di kerjakan slanjutnya.
5. Verifikasi DPJP
DPJP verifikasi masing-masing NAKES dengan membubuhkan paraf dan nama jelas.
6. Penulisan CPPT untuk perawat dan bidan melakukan pencatatan setiap hari jam 06.00 bagi
yang dinas malam.
7. NAKES yang lain (perawat,gizi,dan farmasi) melakukan asesmen setiap hari dengan waktu
menyusaikan.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Penunjang gawat Darurat
Dokter yang berwenang di instalasi Gawat Darurat membuat permintaan untuk segera
dilaksanakan pemeriksaan penunjang (cito) meliputi pemeriksaan Laboratorium ( darah
lengkap ) dan radiodiagnostik (rontgen,USG) sesuai keperluan. Semua catatan hasil
pemeriksaan penunjang tersebut harus disimpan dalam rekam medis pasien (RM.01).
2. Pemeriksaan Penunjang Rawat Inap
DPJP membuat permintaan untuk dilaksanakan pemeriksaan penunjang termasuk
didalamnya pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, kimia klinik, dll), pemeriksaan
radiodiagnostik (rontgen, USG) sesuai yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa medis.
Semua catatan hasil pemeriksaan penunjang tersebut harus disimpan dalam rekam medis
pasien (RM.18).
10
BAB III
TATA LAKSANA
11
Indentitas pasien meliputi didalamnya nama,umur, jenis kelamin, pekerjaan, cara bayar,
alamat, dan telepon
c. Petugas pendaftaran membuat nomor registrasi medik pasien yang bersangkutan.
d. Mencatat waktu dan tanggal kunjungan tersebut
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Unit Rawat Jalan
4. Unit Rawat Inap
12
a. Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan adanya rujukan dokter dari pasien
poli umum.
b. Langkah berikutnya dilakukan Proses Asuhan Gizi Terstandart (PAGT)
1) Identitas Pasien: Dietisien menanyakan dan mencatat identitas pasien
2) Riwayat Gizi : Pola Makan, Alergi, Asupan Makanan : Dietisien menanyakan pola
makan pasien sebelum sakit, ada atau tidak mempunyai alergi terhadap makanan
tertentu, dan jumlah asupan makanan sehari sebelum datang ke RS yang meliputi
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi.
3) Riwayat Personal: Dietisien menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita dan
keluarga pasien.
4) Antropometri : Dietisien mengukur antropometri pasien meliputi BB, TB, kemudian
menentukan status gizi (IMT).
5) Biokimia: Dietisien mencatat hasil pemeriksaan laboratorium yang berhubungan
dengan gizi, apabila ada.
6) Fisik/Klinis: Dietisien mencatat hasil pemeriksaan fisik/klinis yang berhubungan
dengan gizi, apabila ada.
7) Diagnosis Gizi: Dietisien menetapkan diagnosis gizi dari data-data yang diperoleh.
Diagnosis gizi diuraikan atas komponen masalah gizi (problem), penyebab masalah
(Etiologi) dan tanda-tanda atau gejala adanya masalah (Signs dan Symptoms).
8) Intervensi : Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling gizi
yang meliputi makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi sesuai dengan
diagnosis yang telah ditetapkan.
c. Langkah ke tiga apabila nilai HB <10g/dl atau HCT <30% di beri skor 1 apabila tidak skor 0
d. Langkah ke empat apabila ada gangguan metabolism/ kondisi khusus (penyakit DM,gangguan
fungsi tiroid,infeksi kronis, HIV/AIDS, TB lupus, dll) diberi skor 2, apabila tidak diberi skor 0.
e. Langkah ke lima : jumlahkan nilai skor ke 4 pertanyaan diatas, dan menentukan tingkat
resiko malnutrisi.
f. Skor < 2 : berarti pasien tidak berisiko malnutrisi
g. Skor >2 : berarti pasien berisiko malnutrisi
a. Langkah pertama : pada tahap ini melihat pasien apakah tampak kurus. Dikategorikan
menjadi : pasien tampak kurus diberi skor 1, pasien tidak tampak kurus diberi skor 0.
b. Langkah kedua : pada tahap ini menanyakan kepada orang tua pasien apakah terdapat
penurunan BB selama 1 bulan terakhir. Dikategorikan menjadi : ada penurunan BB
selama 1 bulan diberi skor 1, dan apabila tidak ada penurunan diberi skor 0.
(Berdasarkan penilaian obyektifitas data BB bila ada atau penilaian subyektifitas orang
tua pasien atau untuk bayi < 1 tahun BB tidak naik selama 3 bulan terakhir ).
c. Langkah ketiga : pada tahap ini menanyakan apakah terdapat salah satu dari kondisi
tersebut, ( diare >5 kali/hari dan/atau muntah > 3 kali/hari dalam seminggu terakhir
atau asupan makanan berkurang selama 1 minggu terakhir). Apabila ada salah satu
diatas diberi skor 1, dan apabila tidak ada diberi skor 0.
d. Langkah keempat : pada tahap ini menanyakan kepada orang tua apakah terdapat
penyakit atau keadaan yang mengakibatkan pasien beresiko mengalami malnutrisi.
14
(penyakit : diare kronis, HIV, hepatoma, ginjal, lain-lain). Apabila ada penyakit yang
beresiko mengalami malnutrisi diberi skor 2, dan apabila tidak ada diberi skor 0.
e. Langkah kelima : tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1,2,3, dan 4 untuk menilai
adanya resiko malnutrisi.
f. Skor < 2 : berarti pasien tidak berisiko malnutrisi
g. Skor >2 : berarti pasien berisiko malnutrisi
5. Pasien yang beresiko masalah gizi dilakukan pengkajian gizi lebih lanjut dengan mengisi
formulir asuhan gizi. Langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Riwayat Gizi : pola makan, alergi, asupan makanan : Dietesien menanyakan pola makan
pada pasien sebelum sakit, ada atau tidak mempunyai alergi terhadap makanan
tertentu, dan jumlah asupan makanan sehari sebelum datang ke RS yang meliputi
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi.
b. Riwayat personal : Dietesien menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita dan
keluarga pasien.
c. Antropometri : Dietesien mengukur berat badan dan tinggi badan , atau LILA dan tinggi
lutut , kemudian disimpulkan status gizinya.
d. Biokimia : Dietesien mencatat hasil pemeriksaan laboratorium yang berhubungan
dengan gizi, apabila ada.
e. Fisik/klinis : Dietesien mencatat hasil pemeriksaan fisik/klinis yang berhubungan
dengan gizi, apabila ada.
f. Diagnosis Gizi : Dietesien menetapkan diagnosis gizi dari data – data yang diperoleh.
Diagnosis gizi diuraikan atas komponen masalah gizi (problem), penyebab masalah
(Etiologi) dan tanda – tanda atau gejala adanya masalah (Signs dan Symptoms).
g. Intervensi : Dietesien memberikan intervensi gizi berupa terapi diet penyediaan
makanan (Jenis diet, Bentuk Makanan,frekuensi pemberian).
h. Monitoring evaluasi: kegiatan monitoring dan evaluasi gizi yang di lakukan untuk
mengetahui respon pasien/ klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilnnya.
i. Edukasi Gizi : Dietesien melakukan penyuluhan atau konsultasi gizi pada pasien
beresiko malnutrisi maupun pada pasien yang tidak beresiko malnutrisi.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2) Penjalaran nyeri
3) Karakter nyeri
4) Faktor yang menstimulasi nyeri
2. Apabila hasil total skore pasien termasuk resiko sedang atau tinggi, dibuat masalah
keperawatan untuk mencegah terjadinya pasien jatuh.
3. Perawat IGD khususnya pasien yang akan dilakukan rawat inap, rawat jalan pada pasien
yang akan di rawat inap dan ruangan bersalin/ VK akan memasang penanda berupa kancing
berwarna kuning.
4. Setiap pasien harus dilakukan assesmen ulang, bila mengalami perubahan kondisi fisik atau
status mental
16
4. Perawat harus mengetahui terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
menanyakan tentang kondisinya atau prognosis dan pasien dapat mengekspresikan
perasaan-perasaannya.
5. Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi karena hal itu akan
menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan pasien dalam pemeliharaan
diri.
6. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien, mengenali dari
ekspresi wajah yang ditunjukkan, sedih, depresi atau marah, dan kehilangan harga diri dan
harapan.
7. Perawat harus mengkaji interaksi pasien, karena pada kondisi ini psaien cenderung menarik
diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi dan sering bertanya tentang kondisi
penyakitnya, ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi
8. Perawat harus bisa mengenali tanda pasien mengisolasi diri, pemberian dukungan sosial
dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
9. Perawat harus mengkaji keyakinan pasien akan proses kematian dengan cara mendekatkan
diri kepada Tuhan, memberikan ketenangan melalui keyakinan-keyakinan spiritualnya.
18
metabolik. Asidosis laktat yang disebabkan hipoksia jaringan sering akan memberi respons
terhadap resusitasi umum, walaupun sebab-sebab lain dari asidosis harus dicari.
k. Koreksi metabolik: elektrolit harus dikoreksi seefektif waktu yang tersedia. Hipokalemia
dan hipomagnesemia bisa mencetuskan aritmia jantung. Kendalikan diabetes dengan
insulin dan infus dekstrosa.
l. Pasang selang nasogastrik pada pasien obstruksi usus untuk mengurangi kembung dan
mengurangi risiko aspirasi. Pastikan bahwa pasien dengan penurunan kesadaran memiliki
jalan napas tidak tersumbat, dan menerima oksigen serta dalam posisi sesuai. Pada pasien
dengan riwayat refluks asam, berikan omeprazole 40 mg oral (atau ranitidine 50 mg iv jika
penyerapan usus jelek) tepat sebelum operasi.
m. Komunikasi: pasien dan keluarganya terus diberitahu mengenai rencana tindakan dan
minta persetujuan untuk setiap prosedur yang direncanakan. Bahas risiko spesifik yang
berkaitan dengan operasi atau kondisi medis pasien. Jika operasi memiliki risiko kematian,
pastikan bahwa ini dipahami. Jangan anggap semua pasien (khususnya usia lanjut)
menginginkan operasi.
19
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Rekam Medis
Mendokumentasikan pemeriksaan pasien merupakan langkah kritikal dan penting dalam
proses asuhan pasien. Hal ini umumnya dipahami pelaksana praktek kedokteran bahwa “
jika anda tidak mendokumentasikannya, anda tidak melakukannya”. Dokumentasi adalah
alat komunikasi berharga untuk pertemuan di masa mendatang dengan pasien tersebut
dan dengan tenaga ahli asuhan kesehatan lainnya. Saat ini, beberapa metode berbeda
digunakan untuk mendokumentasikan asuhan pasien dan PCP, dan beragam format
cetakan dan perangkat lunak komputer tersedia untuk membantu farmasis dalam proses
ini. Dokumentasi yang baik adalah lebih dari sekedar mengisi formulir; akan tetapi, harus
memfasilitasi asuhan pasien yang baik. Ciri-ciri yang harus dimiliki suatu dokumentasi agar
bermanfaat untuk pertemuan dengan pasien meliputi: Informasi tersusun rapi, terorganisir
dan dapat ditemukan dengan cepat
20
BAB V
PENUTUP
Demikian buku panduan Asesmen Pasien ini di susun agar dapat di pakai sebagai pegangan dan
acuan oleh setiap staf dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kepada pasien, serta sebagai dasar
pedoman bagi TIM Asesmen Pasien di bawah ruang lingkupnya dalam melaksakan kegiatannya.
21