Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“ETIKA, MORAL, dan AKHLAK”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI 65)

Dosen Pengampu :

AGUS ARIFANDI, M.Pd.I

Disusun oleh:

Kelompok 6

1. Alfira Yulianita (180810101141)


2. Ahmad Falah (180210402077)
3. Nadya Tiara Adna (180210104087)

UNIVERSITAS JEMBER

2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi
kesempatan serta ridho-Nya sehingga penulisan makalah ini berjalan dengan
lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam dengan dosen pengampu Bapak.
Kami sebagai tim penyusun menyatakan bahwa makalah ini sangat
penting dan perlu untuk mahasiswa pelajari. Materi makalah ini dapat digunakan
guru maupun mahasiswa mengenai pentingnya beretika, bermoral, serta
berakhlak. Atas dasar kebutuhan dan materi yang kami emban, maka judul
makalah ini ialah “Etika, Moral, dan Akhlak”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dan sumber yang
telah mendukung kesuksesan dari penyusunan hingga selesainya penulisan
makalah ini. Mengingat penyajian materi yang masih dirasa kurang lengkap, maka
kami mengharapkan kritik dan saran.

Jember, 7 Maret 2019


Hormat Kami,

Kelompok 6

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................1
Daftar Isi...............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
1.3 Tujuan............................................................................................................ 4
1.4 Manfaat.......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Etika, Moral, dan Akhlak…………………….................................5
2.2 Hubungan Tasawuf dengan Akhlak………..................................................10
2.3 Indikator Manusia Berakhlak........................................................................11
2.4 Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan……………………………...……....13
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan....................................................................................................18
3.2 Saran..............................................................................................................18
Daftar Pustaka.......................................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era global yang semakin maju ini perilaku seorang muslim
semakin beraneka ragam. Manusia cenderung mengikuti pola hidup yang
mewah dan bergaya, mereka bahkan terkadang lupa dengan adanya etika,
moral dan akhlak yang membatasi perilaku mereka. Di zaman sekarang ini
akidah-akidah islam seperti itu tidak terlalu dihiraukan dan dijadikan
pedoman dalam hidup. Karena pada kenyataannya manusia sekarang
kurang pengetahuan tentang etika, moral, dan akhlak.
Selama ini pelajaran etika, moral, dan akhlak sudah diperkenalkan
sejak kita berada di sekolah dasar. Akan tetapi, masih banyak orang yang
tidak mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari bahkan lupa.
Sebagai generasi penerus, sangatlah tidak terpuji jika kita para
generasi penerus tidak memiliki etika, moral dan akhlak. Oleh karena itu,
penulis menyusun makalah ini agar menjadi acuan dalam perbaikan etika,
moral, dan akhlak masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:Apa konsep etika, moral,
dan akhlak ?
1. Apa hubungan tasawuf dengan akhlak?
2. Apa saja indikator manusia berakhlak?
3. Bagaimanakah aktualisasi akhlak dalam kehidupan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian etika, moral, dan akhlak.
2. Untuk mengetahui hubungan tasawuf dengan akhlak.
3. Untuk mengetahui indikator manusia dalam berakhlak.
4. Untuk mengetahui aktualisasi akhlak dalam kehidupan bermasyarakat.

3
D. Manfaat
1. Memperluas wawasan masyarakat mengenai pengetahuan tentang
etika, moral, dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memberikan pengetahuan bagi masyarakat yang membaca makalah
ini.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak


1. Pengertian
 Etika
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan
buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan
istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan keburukan, yang
menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,
ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus
umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan
tentang azas-azas akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan
ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya
menentukan tingkah laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan
para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan
sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang
harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya
diperbuat.
 Moral
Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin,
mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan.
Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral
adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.

5
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah
yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat,
perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak
dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami
bahwa moral adalah kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan
perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan
buruk.
 Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa arab “akhlaq” yang
merupakan bentuk jamak dari “khuluq”. Secara bahasa
“akhlak” mempunyai arti budi pekerti , tabiat, dan adab. Dalam
kebahasaan akhlak sering disinonimkan dengan moral dan
etika. Menurut istilah yang dijelaskan oleh Ibnu Maskawih
“akhlak adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan”.
(Saputra, 2004: 30).
Menurut Abdul hamid yusuf akhlak adalah ilmu yang
memberikan keterangan tentang perbuatan yang mulia dan
memberikan cara-cara untuk melakukannya. (Mahjuddin, 2004:
9), sedangkan menurut Ja’ad maulana “akhlak adalah ilmu
yang menyelidiki gerak jiwa manusia, apa yang dibiasakan
mereka dari perbuatan dan perkatan dan menyingkap hakikat-
hakikat baik dan buruk”. (Zahruddin, 2000: 6). Akhlak menurut
Ahmad Amin adalah kehendak yang biasa dilakukan. Artinya
segala sesuatu yang kehendak yang terbiasa dilakukan, disebut
akhlak. (Amin, 1995: 62).
Akhlak terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau
Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak
yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul
Mazmumah). Di dalam Al-Qur'an surat Al-Qalam ayat 4

6
dikatakan bahwa : "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad)
berada diatas budi pekerti yang agung". Dan dalam sebuah
hadits dikatakan bahwa : " Aku diutus hanya untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia".
Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah
SWT, akhlak yang baik itu dapat diwujudkan dengan
mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi
segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya,
mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri
kita untuk mendekati yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar,
seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 yang artinya
“Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju
kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman
kepada Allah.”
Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang
keji seperti iri hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik),
hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-penyakit
hati yang lainnya. Akhlak yang buruk dapat mengakibatkan
berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang
lain yang di sekitarnya. Sebagaimana firman Allah SWT.
dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang artinya: “Telah nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar).”(Q.S. Ar-Ruum).

2. Perbedaan dan Persamaan Antara Akhlak, Etika, dan Moral


Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa
akhlak, etika, dan moral, sama, yaitu menentukan hukum atau nilai
dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik
buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki

7
terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan
tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya. Objek dari akhlak,
etika, dan moral, yaitu perbuatan manusia, ukurannya yaitu baik dan
buruk .
Sedangkan perbedaan antara akhlak dengan etika, dan moral,
dapat kita lihat pada sifat dan kawasan pembahasannya, di mana etika
lebih bersifat teoritis dan memandang tingkah laku manusia secara
umum, sedangkan moral lebih bersifat praktis, yang ukurannya adalah
bentuk perbuatan. Serta sumber yang dijadikan patokan untuk
menentukan baik dan buruk pun berbeda, di mana akhlak berdasarkan
pada al-Qur’an dan al-Sunnah, etika berdasarkan akal pikiran,
sedangkan moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku pada
masyarakat.
Adapun hubungan antara akhlak dengan etika, dan moral, ini
bisa kita lihat dari segi fungsi dan perannya, yakni sama-sama
menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan
oleh manusia untuk ditentukan baik dan buruknya, benar dan salahnya
sehingga dengan ini akan tercipta masyarakat yang baik, teratur, aman,
damai, dan tenteram serta sejahtera lahir dan batin.
3. Dalil dalil yang berhubungan dengan akhlak, moral, dan etika
Firman Allah swt:
َ ‫س آو ِل للاِ أُس َآوة َح‬
‫سنَة ِل َم آن َكانَ َي آر ُجوا للاَ َو آال َي آو َم آاْل ِخ َر َوذَك ََر‬ ُ ‫لَقَدآ َكانَ لَ ُك آم فِ آي َر‬
‫للاَ َك ِثي ًآرا‬
Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah”. (Q.S.al-Ahzab : 21)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal. (QS. Ali Imran: 190)

8
Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan mereka, kecuali
pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (manusia) memberi
sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan perdamaian diantara
manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari
keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar. (QS. An-nisa: 114)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan
hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. Al Anfal: 2)
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya
dan ampunan serta rezeki (nimat) yang mulia. (QS. Al Anfal: 4)
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mumin,
diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau
terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam
Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya
(selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang
telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At
Taubah: 111)
Sabda Rasulullah:
‘Sesungguhnya aku (Muhammad s.a.w.) tidak diutus melainkan
untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.’
‘Ketahuilah kamu di dalam badan manusia terdapat segumpal
darah. Apabila baik maka baiklah keseluruhan segala perbuatannya
dan apabila buruk maka buruklah keseluruhan tingkah lakunya.
Ketahuilah kamu bahawa ia adalah hati’
‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa paras kamu
dan tidak kepada tubuh badan kamu, dan sesungguhnya Allah tetap

9
melihat kepada hati kamu dan segala amalan kamu yang berlandaskan
keikhlasan hati.’
‘Seseorang itu tidak beriman sehinggalah dia mengasihi
terhadap saudaranya seperti mana dia kasih terhadap dirinya sendiri’
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
‘Sesungguhnya amalan yang sangat dicintai Allah selepas
melakukan ibadat fardhu oleh hambanya ialah mengembirakan hati
saudaranya sesama Islam’
(Riwayat Baihaqi).

B. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak


Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Tuhan (Allah) dengan cara
mensucikan hati. Hati yang suci bukan hanya bisa dekat dengan Tuhan malah
dapat melihat Tuhan (al-Ma’rifah). Dalam tasawuf disebutkan bahwa Tuhan
Yang Maha
Suci tidak dapat didekati kecuali oleh hati yang suci.
Sedangkan ilmu akhlak menjelaskan mana nilai yang baik dan mana yang
buruk juga bagaimana mengubah akhlak buruk agar menjadi baik secara
zahiriah yakni dengan cara-cara yang nampak seperti keilmuan, keteladanan,
pembiasaan, dan lain-lain maka ilmu tasawuf menerangkan bagaimana cara
menyucikan hati , agar setelah hatinya suci yang muncul dari perilakunya
adalah akhlak al-karimah. Perbaikan akhlak, menurut ilmu tasawuf, harus
berawal dari penyucian hati.
Dalam kacamata akhlak, tidaklah cukup iman seseorang hanya dalam
bentuk pengakuan, apalagi kalau hanya dalam bentuk pengetahuan. Yang
“kaffah” adalah iman,ilmu dan amal. Amal itulah yang dimaksud akhlak .
Tujuan yang hendak dicapai dengan ilmu akhlak adalah kesejahteraan hidup
manusia de dunia dan kebahagian hidup di akhirat.
Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri
kepada Tuhan), tapi dari sisi lain akhlak pun merupakan usaha manusia
secara “zahiriyyah” dan “riyadhah”.

10
C. Indikator Manusia Berakhlak
Manusia berakhlak adalah manusia yang suci dan sehat
hatinya,sedang manusia tidak berakhlak ( a moral ) adalah manusia yang kotor
dan sakit hatinya. Namun sering kali manusia tidak sadar kalau hatinya sakit.
Kalaupun dia sadar tentang kesakitan hatinya, ia tidak berusaha untuk
mengobatinya. Padahal penyakit hati jauh lebih berbahaya ketimbang penyakit
fisik. Seseorang yang sakit secara fisik jika penyakitnya tidak dapat diobati
dan disembuhkan ujungnya hanya kematian. Kematian bukanlah akhir dari
segala persoalan melainkan pintu yang semua orang akan memasukinya.
Tetapi penyakit hati jika tidak disembuhkan maka akan berakhir dengan
kecelakaan di alam keabadian.
Indikator manusia berakhlak (husn al-khuluq), kata Al-Ghazali,
adalah tertanamnya iman dalam hatinya. Sebaliknya manusia yang tidak
berakhlak (su’u al-khuluq) adalah manusia yang ada nifaq di dalam hatinya.
Nifaq artinya sikap mendua dalam Tuhan. Tidak ada kesesuaian antara hati
dan perbuatan. Iman bagaikan akar dari sebuah tumbuhan. Sebuah pohon tidak
akan tumbuh pada akar yang rusak dan kropos. Sebaliknya sebuah pohon akan
baik tumbuhnya bahkan berbuah jika akarnya baik. Amal akan bermakna jika
berpangkal pada iman, tetapi amal tidak membawa makna apa-apa apabila
tidak berpangkal pada iman. Demikian juga amal tidak bermakna apabila amal
tersebut berpangkal pada kemunafikan. Hati orang beriman itu bersih, di
dalamnya ada pelita yang bersinar dan hati orang kafir itu hitam dan malah
terbalik.
Taat akan perintah Allah, juga tidak mengikuti keinginan syahwat
dapat mengkilaukan hati, sebaliknya melakukan dosa dan maksiat dapat
menghitamkan hati. Barang siapa melakukan dosa, hitamlah hatinya dan
barang siapa melakukan dosa tetapi menghapusnya dengan kebaikan, tidak
akan gelaplah hatinya hanya cahaya itu berkurang. Dengan mengutip beberapa

11
ayat Al Qur’an dan Hadits, selanjutnya Al-Ghazali mengemukakan tanda-
tanda manusia beriman, diantaranya :
a. Manusia beriman adalah manusia yang khusu’ dalam shalatnya
b. Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna (tidak ada faedahnya)
c. Selalu kembali kepada Allah
d. Mengabdi hanya kepada Allah
e. Selalu memuji dan mengagungkan Allah
f. Bergetar hatinya jika nama Allah disebut
g. Berjalan di muka bumi dengan tawadhu’ dan tidak sombong
h. Bersikap arif menghadapi orang-orang awam
i. Mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri
j. Menghormati tamu
k. Menghargai dan menghormati tetangga
l. Berbicara selalu baik, santun dan penuh makna
m. Tidak banyak berbicara dan bersikap tenang dalam menghadapi segala
persoalan
n. Tidak menyakiti orang lain baik dengan sikap maupun perbuatan
Sufi yang lain mengungkapkan tanda-tanda manusia berakhlak, antara
lain : Memiliki budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya, tidak
menyakiti orang lain, banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya,
tidak banyak bicara tapi banyak bekerja, penyabar, hatinya selalu bersama
Allah, tenang, suka berterima kasih, ridha terhadap ketentuan Allah ,
bijaksana, hati-hati dalam bertindak, disenangi teman dan lawan, tidak
pendendam, tidak suka mengadu domba, sedikit makan dan tidur, tidak pelit
dan hasad, cinta karena Allah dan benci karena Allah.

Ketika Rasulullah ditanya tentang perbedaan mukmin dan munafik,


Rasulullah menjawab, orang mukmin keseriusannya dalam shalat, puasa dan
ibadah sedangkan orang munafik kesungguhannya dalam makan minum
layaknya hewan. Hatim al-‘Asam seorang ulama tabi’in menambahkan, bahwa
indikator mukmin adalah manusia yang sibuk dengan berfikir dan hikmah,

12
sementara munafik sibuk dengan obsesi dan panjang angan-angan, orang
mukmin putus harapan terhadap manusia kecuali pada Allah. Sebaliknya
orang munafik banyak berharap kepada sesama manusia dan bukan kepada
Allah. Mukmin merasa aman dari segala sesuatu kecuali dari Allah, munafik
merasa takut oleh segala sesuatu kecuali oleh Allah. Mukmin berani
mengorbankan hartanya demi agamanya sedangkan munafik berani
mengorbankan agamanya demi hartanya. Mukmin menangis dan berbuat baik,
munafik berbuat jahat dan tertawa terbahak-bahak. Mukmin senang
berkhalawat (bersemedi) sedang munafik senang keramaian. Mukmin
menanam dan menjaga agar tidak terjadi kerusakan, munafik menuai dan
mengharap keuntungan. Mukmin memerintah dan melarang (amar ma’ruf nahi
munkar) untuk kekuasaan, maka kerusakannlah yang terjadi.

Kalau akhlak dipahami sebagai pandangan hidup, maka manusia


berakhlak adalah manusia yang menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama makhluk dan alam
dalam arti luas.

D. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan


 Akhlak terhadap Allah
1. Mentauhidkan Allah
Tauhid adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan ke-Esaan
Allah dan beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah,
tidak ada sekutu bagiNya.
2. Banyak Berzdikir pada Allah
Zikir (atau Dzikir) artinya mengingat Allah di antaranya dengan
menyebut dan memuji nama Allah. Zikir adalah satu kewajiban.
Dengan berzikir hati menjadi tenteram.
3. Berdo’a kepada Allah SWT.
Berdo’a adalah inti dari ibadah. Orang-orang yang tidak mau berdo’a
adalah orang-orang yang sombong karena tidak mau mengakui
kelemahan dirinya di hadapan Allah SWT.

13
4. Bertawakal hanya pada Allah
Tawakal kepada Allah SWT merupakan gambaran dari sikap sabar dan
kerja keras yang sungguh-sungguh dalam pelaksanaanya yang di
harapkan gagal dari harapan semestinya, sehingga ia akan mampu
menerima dengan lapang dada tanpa ada penyesalan.
5. Berhusnudzhon kepada Allah
Yakni berbaik sangka kepada Allah SWT karena sesungguhnya apa
saja yang di berikan Allah merupakan jalan yang terbaik untuk hamba-
Nya.
 Akhlak terhadap Rasulullah:
1. Mengikuti atau menjalankan sunnah Rosul
Mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah
menjalani hidupnya atau garis-garis perjuangan/ tradisi yang
dilaksanakan oleh Rasulullah. Sunnah merupakan sumber hukum
kedua dalam islam, setelah Al-Quran.
2. Bersholawat Kepada Rosul
Mengucapkan puji-pujian kepada Rosulullah S.A.W . Sesungguhnya
Tuhan beserta para malaikatnya semua memberikan Sholawat kepada
Nabi (dari Allah berarti memberi rakhmat, dan dari malaikat berarti
memohonkan ampunan). Hai orang-orang beriman, ucapkanlah
Sholawat kepadanya (AQ Al Ahzab : 56).
 Akhlak terhadap diri sendiri
1. Sikap sabar
Sabar adalah menahan amarah dan nafsu yang pada dasarnya bersifat
negatif. Kemudian manusia harus sabar dalam menghadapi segala
cobaan.
2. Sikap syukur
Dalam keseharian, kadang atau bahkan sering kali kita lupa untuk ber-
Syukur, atau men-Syukuri segala nikmat Allah yang telah diberikan
kepada kita. Ada 3 (tiga) cara yang mudah untuk men-Syukuri nikmat
Allah yaitu bersyukur dengan hati yang tulus, mensyukuri dengan lisan

14
yang dilakukan dengan memuji Allah melalui ucapan Alhamdulillah,
dan bersyukur dengan perbuatan yang dilakukan dengan menggunakan
nikmat dan rahmat Allah pada jalan dan perbuatan yang diridhoi-Nya.
3. Sikap Tawadlhu’
Tawadlhu’ atau Rendah hati merupakan salah satu bagian dari akhlak
mulia jadi sudah selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap
tawadhu, karena tawadhu merupakan salah satu akhlak terpuji yang
wajib dimiliki oleh setiap umat islam. Orang yang tawadhu’ adalah
orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya
bersumber dari Allah SWT.
4. Bertaubat
Apabila melakukan kesalahan, maka segera bertaubat dan tidak
mengulanginya lagi. Apabila ada dari kita yang merasa telah terlalu
banyak berbuat dosa dan maksiat sebaiknya kita jangan berputus asa
dari rahmat ampunan Allah, karena Allah SWT selalu memberikan
kesempatan pada kita untuk bertobat.
 Akhlak terhadap keluarga
1. Birul walidain (berbakti kepada kedua orang tua ) (QS. An Nisa : 36)
2. Membina dan mendidik keluarga (QS. At Tahrim : 6)
3. Memelihara keturunan (QS. An Nahl : 58-59)
 Akhlak Terhadap Sesama Manusia
1. Merajut Ukhuwah atau Persaudaraan
Membina persaudaraan adalah perintah Allah yang diajarkan oleh
semua agama, termasuk agama islam. Oleh sebab itu, sudah
sewajarnya kalau semua elemen membangun ukhuwah dalam
komunitasnya. Apabila ada kelompok tertentu dengan mengatas-
namakan agama tetapi enggan memperjuangkan perdamaian dan
persaudaraan maka perlu dipertanyakan kembali komitmen
keagamaannya.
2. Ta’awun atau saling tolong menolong

15
Dalam Islam, tolong-menolong adalah kewajiban setiap Muslim.
Sudah semestinya konsep tolong-menolong tidak hanya dilakukan
dalam lingkup yang sempit. Tolong-menolong menjadi sebuah
keharusan karena apapun yang kita kerjakan membutuhkan
pertolongan dari orang lain. Tidak ada manusia seorang pun di muka
bumi ini yang tidak membutuhkan pertolongan dari yang lain.
3. Suka memaafkan kesalahan orang lain
Islam mengajar umatnya untuk bersikap pemaaf dan suka memaafkan
kesalahan orang lain tanpa menunggu permohonan maaf daripada
orang yang berbuat salah kepadanya. Pemaaf adalah sikap suka
memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikit pun rasa
benci dan dendam di hati. Sifat pemaaf adalah salah satu perwujudan
daripada ketakwaan kepada Allah.
4. Menepati Janji
Janji memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan. Menepati
janji adalah bagian dari iman. Maka seperti itu pula ingkar janji, termasuk
tanda kemunafikan.

Dalam ilmu akhlak dijelaskan bahwa kebiasaan yang baik harus


diperhatikan dan disempurnakan, serta kebiasaan yang buruk harus
dihilangkan, karena merupakan faktor yang sangat penting dalam
membentuk karakter manusia berakhlak. Al-Ghazali menjelaskan bahwa
mencapai akhlak yang baik ada tiga cara;

1. Akhlak merupakan anugerah dan rahmat Allah, yakni orang memiliki


akhlak baik secara alamiah (bi-althabi;ah wa al-fitroh). Sesuatu yang
diberikan Allah kepada seseorang sejak ia dilahirkan.
2. Mujahadah, selalu berusaha keras untuk merubah diri menjadi baik dan
tetap dalam kebaikan, serta menahan diri dari sikap putus asa.
3. Riyadloh, adalah melatih diri secara spiritual untuk senantiasa dzikir
(ingat) kepada Allah.

16
Al-Ghazali juga berpendapat bahwa upaya mengubah akhlak buruk
adalah kesadaran seseorang akan akhlaknya yang jelek. Ada empat cara
untuk dapat membantu seseorang mengubah akhlaknya yang jelek menjadi
baik, caranya sebagai berikut;

1. Menjadikan murid seorang pembimbing spiritual (syekh).


2. Minta bantuan seorang yang tulus, taat, dan punya pengertian.
3. Berupaya unuk mengetahui kekurangan diri kita dari sesorang yang tidak
senang (benci) dengan kita.
4. Bergaul bersama orang banyak dan memisalkan kekurangan yang ada
pada orang lain bagaikan yang ada pada kita.

Kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk memiliki akhlak


mulia (akhlak karimah) dan berupaya dapat menjauhi akhlak jelek (akhlak
sayiah). Jika kita ingin memiliki Negara yang baldatun thoyibatun
warobun ghofur (Negara yang baik, makmur, dan senantiasa dalam
ampunan-Nya) kuncinya adalah masyarakat, bangsa tersebut harus
berakhlak baik. Jika tidak, kehancuran dan kehinaan akan meliputi
masyarakat, bangsa tersebut.

Adapun ciri-ciri perbuatan akhlak adalah sebagai berikut:


1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi
kepribadiannya.
2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan
atau tekanan dari luar.
4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5. Dilakukan dengan ikhlas.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan
amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas
suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah,
baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut.
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia
karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai,
karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya
dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.
Etika, moral, dan akhlak merupakan hal yang paling penting dalam
pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang
paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik
radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi
pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Aktualisasi akhlak dalam kehidupan bermasyarakat meliputi Aklak
terhadap Allah, Akhlak terhadap Rosullah, Akhlak terhadap diri sendiri,
Akhlak terhadap sesame, dan Akhlak terhadap makhluk.
B. Saran

18
Kami harap makalah ini dapat menambah wawasan dan dapat
membawa kita kepada berbudi pekerti luhur dan dapat menjadi akhlakul
karimah. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan ini.
Kami juga mengharap ada kritik dan saran yang membangun dari pembaca
agar makalah ini dapat lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mukni’ah. 2011. Materi Pendidikan Agama Islam. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Anwar, Rosihon. 2009. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Jakarta:
Lentera.

Wahyuddin, Achmad, M. Ilyas, M. Saifulloh, Z. Muhibbin. 2009. Pendidikan


Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

20

Anda mungkin juga menyukai