Disusun Oleh :
Kelompok 4
TINJAUAN TEORITIS
Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus. Atresia
esofagaus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan gastroin testinal
(atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata).
Atresia esofagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh kegagalan esofagus untuk
mengadakan pasase yang kontinu : esophagus mungkin saja atau mungkin juga tidak membentuk
sambungan dengan trakea ( fistula trakeoesopagus) atau atresia esophagus adalah kegagalan
esophagus untuk membentuk saluran kotinu dari faring ke lambung selama perkembangan
embrionik adapun pengertian lain yaitu bila sebuah segmen esofagus mengalami gangguan dalam
pertumbuhan nya (congenital) dan tetap sebagai bagian tipis tanpa lubang saluran.
Fistula trakeo esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus. Dua
kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain seperti penyakit
jantung congenital. Untuk alasan yang tidak diketahui esophagus dan trakea gagal untuk
berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan kelima. Atresia Esofagus
termasuk kelompok kelainan kongenital terdiri dari gangguan kontuinitas esofagus dengan atau
tanpa hubungan persisten dengan trachea.
Insiden dari Atresia Esofagus berkisar 1:3000-4500 dari kelahiran hidup, angka ini makin lama
makin menurun dengan sebab yang belum diketahui. Atresia Esofagus 2-3 kali lebih sering pada
janin yang kembar. Kecenderungan peningkatan jumlah kasus atresia esophagus tidak
berhubungan dengan ras tertentu. Namun dari suatu penelitian didapatkan bahwa insiden atresia
esophagus paling tinggi ditemukan pada populasi kulit putih (1 kasus per10.000 kelahiran) dibanding
dengan populasi non-kulit putih (0,55 kasus per 10.000 kelahiran).
Jenis kelamin laki-laki memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan pada perempuan untuk
mendapatkan kelainan atresia esophagus. Rasio kemungkinan untuk mendapatkan kelainan
esophagus antara laki-laki dan perempuan adalah sebesar 1,26:1. Atresia esophagus dan fistula
trakeoesofagus adalah kelainan kongenital pada neonatus yang dapat didiagnosis pada waktu-
waktu awal kehidupan. Beberapa penelitian menemukan insiden atresia esophagus lebih tinggi pada
ibu yang usianya lebih muda dari 19 tahun dan usianya lebih tua dari 30 tahun, dimana beberapa
penelitian lainnya juga mengemukakan peningkatan resiko atresia esophagus terhadap peningkatan
umur ibu.
Atresia Esophagus dapat disebababkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
Faktor obat => Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital yaitu thali domine
.
Faktor radiasi => Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan
kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi pada gen
Faktor gizi
Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari masing –masing menjadi
esopagus dan trachea.
Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan terjadinya atresia.
Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula trachea
esophagus
Tumor esophagus.
Kehamilan dengan hidramnion
Bayi lahir prematur,
Tapi tidak semua bayi yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada alasan yang
tidak diketahui mengapa esefagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi dengan tepat selama
gestasi pada minggu ke empat dan ke lima.
2.4 Klasifikasi Atresia Esophagus
Terdapat variasi dalam atresia esofagus berdasar klasifikasi anatomi. Menurut Gross of
Boston, variasi atresia esofagus beserta frekuensinya adalah sebagai berikut: 1
Tipe A – atresia esofagus tanpa fistula atau atresia esofagus murni (10%)
Tipe B – atresia esofagus dengan TEF proksimal (<1%)
Tipe C – atresia esofagus dengan TEF distal (85%)
Tipe D – atresia esofagus dengan TEF proksimal dan distal (<1%)
Tipe E – TEF tanpa atresia esofagus atau fistula tipe H (4%)
Tipe F – stenosis esofagus kongenital (<1%)
Kelainan Bawaan
- Obat-obatan
- Alcohol
- Paparan virus
- Bahan kimia
MK :
Udara mengalir Ansietas Kesulitan menelan Mengeluarkan air liur
ke fistula
MK :
Gangguan
Pneumonia aspirasi
Menelan
Gaster perforasi akut
Anoreksia
Kegagalan nafas MK :
- Ketidakefektifan pola nafas
- Ketidakefetifan bersihan jalan
MK : Ketidakefektifan
Sianosis nafas
pola nafas MK :
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
BAB III
I. Pengkajian
Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah berdasarkan tahapan-
tahapan pada proses keperawatan. tahap pengkajian merupakan tahap awal, disini perawat
mengumpulkan semua imformasi baik dari klien dengan cara observasi dan dari keluarganya.
Lakukan penkajian bayi baru lahir.observasi manipestasi atresia esophagus dan fistula.
Traekeoesofagus, saliva berlebihan, tersedat, sianosis, apneu.
1. Lakukan pengkajian pada bayi baru lahir
Saliva berlebihan dan mengiler
Tersedak
Sianosis
Apnea
Peningkatan distres pernapasan setelah makan
Distensi abdomen
2. Observasi, Manifestasi atresia esofagus
3. Bantu dengan prosedur diagnostik misalnya : Radiografi dada dan abdomen, kateter dengan
perlahan dimasukkan kedalam esofagus yang membentuk tahanan bila lumen tersebut
tersumbat.
4. Pantau dengan sering tanda-tanda distres pernapasan
5. Laringospasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam kantung buntu
II. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara esophagus
dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.
2. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
4. Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, dan ketidaknyamanan
III. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI