Beberapa Macam HORMON MANUSIA Dan FUNGSINYA
Beberapa Macam HORMON MANUSIA Dan FUNGSINYA
hormon merupakan zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel kelenjar ( kelenjar
endokrin ) dan mempunyai peranan strategis bagi kelangsungan hidup mahkluk
hidup tak terkecuali manusia.
Secara umum , hormon di dalam tubuh berfungsi dalam mengkoordinasi kan proses-
proses fisiologis dalam tubuh kita.
Setidaknya ada 3 fungsi utama dari sistem hormon, yaitu :
Deskripsi
Penyebab
Gejala
Pengobatan
Anemia
Aneurisma Aorta Abdominalis
Ilustrasi (Foto: skeptic.com)
Berita Lainnya
Ini Daftar Sakit Perut yang Sering Dialami & Cara Penanganannya
Jakarta, Tubuh manusia terdiri dari berbagai macam hormon yang memiliki
fungsi masing-masing. Semua hormon harus dalam porsi seimbang agar
tidak menimbulkan efek buruk bagi tubuh.
1. Melatonin
Hormon ini diproduksi di kelenjar pineal dan berfungsi sebagai antioksidan
dan mengontrol tidur. Meskipun hormon ini diproduksi secara alami oleh
tubuh, tapi kelebihan maupun kekurangan hormon dapat berakibat buruk
bagi tubuh.
2. Serotonin
Hormon serotonin diproduksi di saluran pencernaan. Hormon ini berfungsi
mengontrol mood atau suasana hati, nafsu makan dan tidur.
3. Tiroid
Hormon tiroid diproduksi di kelenjar tiroid. Hormon ini berfungsi untuk
peningkatan tingkat metabolisme basal dan mempengaruhi sintesis protein.
4. Adrenalin
Hormon adrenalin diproduksi di medula adrenal. Hormon ini berfungsi
untuk meningkatkan pasokan oksigen dan glukosa ke otak dan otot
(dengan meningkatkan denyut jantung), meningkatkan katalisis dari
glikogen dalam hati, kerusakan lipid dalam sel lemak, serta menekan
sistem kekebalan.
Kekurangan hormon adrenalin dapat menyebabkan pening, pusing,
kelelahan, penurunan berat badan. Beberapa mengalami gangguan usus,
peningkatan pigmentasi kulit, depresi, nyeri otot dan sakit pinggang akut.
5. Dopamin
Hormon ini diproduksi di ginjal dan hipotalamus. Hormon ini berfungsi
untuk meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, menghambat
pelepasan prolaktin dan TRH dari hipofisis anterior.
6. Gastrin
Hormon ini diproduksi di duodenum (usus 12 jari), yang befungsi untuk
sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Kelebihan gastrin dapat menyebabkan penyakit gastrinoma yaitu tumor
jinak.
8. Insulin
Hormon ini diproduksi di pankreas dan berfungsi untuk pengambilan
glukosa, glikogenesis dan glikolisis di hati dan otot dari darah.
9. Testosteron
Hormon ini diproduksi di testis dan berfungsi sebagai hormon seks pria.
Hormon ini merangsang pematangan organ-organ seks pria, skrotum,
pertumbuhan jenggot, pertumbuhan massa otot dan kekuatan, dan
peningkatan kepadatan tulang.
10. Progesteron
Hormon ini diproduksi di ovarium, kelenjar adrenal dan plasenta (saat
hamil). Hormon progesteron berfungsi menaikkan faktor pertumbuhan
epidermal, meningkatkan temperatur inti selama ovulasi, mengurangi
kejang dan rileks otot polos (memperluas saluran pernapasan dan
mengatur lendir), anti-inflamasi, mengurangi kandung empedu kegiatan,
normalisasi darah dan pembekuan pembuluh darah.
Hormon progesteron juga membantu fungsi tiroid dan pertumbuhan tulang
dengan osteoblast Relsilience di tulang, gigi, gusi, sendi, tendon, ligamen
dan kulit. Penyembuhan dengan mengatur fungsi kolagen saraf dan
penyembuhan dengan mengatur mielin, serta mencegah kanker
endometrium dengan mengatur efek estrogen.
(mer/ir)
Penderita DM mudah haus, mudah lapar, sering makan, dan sering buang air kecil.
Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor utama penyebab kematian, dan penurunan
kualitas hidup yang pada akhirnya memengaruhi status ekonomi seseorang di seluruh dunia.
Terdapat dua tipe DM, yaitu DM tipe I dan DM tipe II. Diabetes mellitus tipe I umumnya terjadi
pada usia kurang dari 40 tahun, sedangkan tipe II pada usia 40 tahun atau lebih.
Pada DM tipe I gejalanya jelas dan penderita tampak sakit sehingga segera memeriksakan diri
dan penyakit cepat diketahui, tetapi pada tipe II gejala tidak jelas yang menyebabkan
penderita tidak menyadari bahwa sebenarnya ia mengidap diabetes melitus.
Keadaan ini menyebabkan penderita memeriksakan diri dalam keadaan terlambat dan telah
terjadi komplikasi pada organ tubuh. Komplikasi terjadi pada berbagai organ tubuh terutama
mata, jantung, dan ginjal.
Komplikasi DM pada mata dapat berupa kelainan anatomis hingga kelainan fungsi, diantaranya
gangguan refraksi, kekeruhan lensa (katarak), glaukoma dan kelainan pada retina (retinopati
diabetika).
Dapat pula terjadi gangguan persarafan kelenjar air mata dan otot penggerak mata yang akan
menyebabkan gangguan produksi air mata dan gerakan mata. Kepustakaan menyebutkan
bahwa diabetes merupakan salah satu penyebab utama kelainan mata dan kebutaan di seluruh
dunia
Gangguan Refraksi
Pada diabetes mellitus terjadi peningkatan kadar glukosa lensa mata. Kadar glukosa yang
berlebih pada lensa menyebabkan daya serap terhadap cairan sekitar meningkat, sehingga
bentuk lensa menjadi lebih cembung dan terjadi miopisasi.
Pada miopisasi, mata yang semula tak berkacamata menjadi berukuran minus, yang semula
berukuran plus menyebabkan ukuran berkurang.
Sebaliknya bila kadar gula terlalu rendah maka lensa akan menjadi lebih pipih karena cairan
dalam lensa keluar dan menyebabkan hipermetropisasi.
Pada hipermetropisasi mata yang semula tidak berkacamata plus akan membutuhkan kacamata
berukuran plus agar menjadi lebih jelas atau pada yang semula berkacamata minus akan
berkurang minusnya.
Selain terjadi miopisasi atau hipermetropisasi mata dapat mengalami rabun dekat sebelum
waktunya. Pada orang normal memerlukan kacamata baca pada usia 40 tahun.
Sedangkan pada penderita akan kesulitan membaca atau melihat dekat meski usia belum
mencapai 40 tahun.
Bila ada penderita berusia kurang dari 40 tahun telah memerlukan kaca mata baca, maka
sebaiknya dilakukan pemeriksaan kadar gula lebih dulu sebelum memberikan resep kaca mata.
Keadaan ini bersifat sementara dan berubah-ubah seiring perubahan kadar glukosa, sehingga
penderita akan sering merasa kabur dan berganti ukuran kacamata.
Katarak
Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Beragam mekanisme dapat menyebabkan terbentuknya
katarak yang pada prinsipnya terjadi karena ketidakseimbangan metabolisme lensa.
Hal ini disebabkan karena seiring dengan meningkatnya kadar glukosa darah maka terjadi pula
peningkatan glukosa pada akuos humor, cairan yang mengisi ruangan di depan lensa mata.
Glukosa yang berlebihan akan berdifusi masuk ke dalam lensa, dan terjadilah peningkatan
kadar glukosa dalam lensa mata.
Sebagian dari glukosa tersebut diubah oleh enzim aldosa reduktase menjadi sorbitol. Sorbitol
tidak dapat berdifusi keluar dari lensa sehingga terakumulasi di dalam lensa, menyebabkan
kekeruhan di dalam lensa dan terbentuklah katarak.
Sedangkan glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan kelainan saraf penglihatan
yang diakibatkan meningkatnya tekanan dalam bola mata.
Di dalam bola mata terdapat cairan mata yang bening yang disebut sebagai akuos humor. Pada
keadaan normal akuos humor (humor aqueous) ini diproduksi dan dikeluarkan secara
seimbang.
Akuos humor diproduksi oleh badan siliar (ciliary body) yang selanjutnya akan mengalir dari
bilik mata belakang (posterior chamber) kemudian melalui pupil masuk ke bilik mata depan
dan selanjutnya menuju ke sudut iridokornealis (sudut antara iris dan kornea) masuk ke
trabecular meshwork dan dikeluarkan melalui suatu saluran, yang disebut Canalis Schlemm.
Apabila terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan pengeluaran akuos humor maka
tekanan bola mata akan meningkat. Peningkatan tekanan bola mata akan merusak saraf
penglihatan.
Apabila lensa semakin cembung maka lensa akan mendorong iris ke arah depan, yang
mempersempit celah antara lensa dan iris.
Selain itu juga mempersempit bahkan menutup sudut iridokornealis sehingga aliran akuos
humor semakin tidak lancar.
Mekanisme lain, karena terbentuknya pembuluh darah baru pada iris sebagai akibat perluasan
pembuluh darah baru dari retina ke arah anterior.
Pembuluh darah baru pada iris ini dapat mempersempit sudut tempat keluarnya akuos humor,
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan dalam bola mata dan terjadilah glaukoma.
Retinopati
Mata, organ dengan banyak pembuluh darah mikro yang dapat dilihat langsung lewat pupil
melalui pemeriksaan funduskopi yaitu dengan melihat pembuluh darah yang terdapat pada
permukaan retina.
Dalam kepustakaan dikatakan bahwa kelainan pembuluh darah pada retina mata dapat
menjadi petunjuk mengenai perubahan patologis pembuluh darah yang terjadi di dalam tubuh,
termasuk diantaranya adalah komplikasi pada pembuluh darah akibat DM yang disebut sebagai
retinopati diabetika.
Retinopati diabetika merupakan komplikasi kronis pada mata penderita DM dan merupakan
komplikasi utama yang mengancam mata, karena menyebabkan kebutaan permanen.
Dari berbagai penelitian dikatakan bahwa sebanyak 80% akan mengalami retinopati diabetika
setelah lebih kurang 15-20 tahun mengidap diabetes mellitus.
Pada penderita DM yang terdiagnosa sebelum usia 30 tahun, 3%-nya akan mengalami kebutaan
dalam tempo 15ñ19 tahun kemudian.
Sedangkan pada penderita DM berusia di atas 65 tahun, 14% (pada laki-laki) dan sebanyak 20%
(pada wanita) akan mengalami kebutaan.
Retinopati diabetika dibedakan menjadi non proliferatif dan proliferatif.
Hiperglikemi yang terjadi pada DM lambat laun akan menyebabkan gangguan pada dinding
pembuluh darah, baik makro ataupun mikro, termasuk pembuluh darah pada retina mata.
Kerusakan pembuluh darah ini disebabkan karena berbagai proses biokimia yang rumit.
Akumulasi sorbitol yang berlebihan menyebabkan sel perisit pada kapiler melemah
menyebabkan terbentuknya mikroaneurisma, yaitu suatu penonjolan dinding kapiler ke arah
luar.
Mikroaneurisma inilah tanda awal dari retinopati diabetika. Pembuluh darah vena akan
menjadi lebih berkelok dan lebar diameternya.
Apabila mikroaneurisma ruptur (pecah) akan menyebabkan perdarahan pada retina. Gambaran
retina seperti tersebut di atas disebut sebagai retinopati diabetika non proliferatif.
Mikroaneurisma dan pembuluh darah yang melebar serta berkelok-kelok ini semakin
mengganggu suplai nutrisi dan oksigen pada jaringan retina.
Apabila keadaan ini terus berlanjut maka retina menjadi semakin kekurangan oksigen
(hipoksia). Keadaan hipoksia memicu terbentuknya vascular endothelial growth factor (VEGF),
yang selanjutnya akan memicu munculnya pembuluh darah baru.
Lapisan dinding pembuluh darah baru tidak sempurna seperti pembuluh darah normal sehingga
lebih rapuh dan lebih mudah terjadi perdarahan.
Retinopati diabetika yang telah terbentuk pembuluh darah baru disebut sebagai retinopati
diabetika proliferatif, yang sangat potensial menyebabkan kebutaan permanen.
Bila penyakit terus berkembang pembuluh darah baru dapat meluas dan seiring dengan itu
muncul jaringan ikat abnormal pada retina yang salah satu atau keduanya akan menyebabkan
komplikasi lebih lanjut seperti lepasnya lapisan retina dari dasarnya (ablasio retina) atau
glaukoma neovaskular.
Diabetes mellitus merupakan suatu problem kesehatan masyarakat yang dapat dicegah atau
dihambat timbulnya. Komplikasi karena DM, termasuk dalam hal ini adalah menurunnya fungsi
penglihatan bahkan kebutaan; menyebabkan penurunan kualitas hidup seseorang,
ketergantungan sosial dan ekonomi.
Disamping pemeriksaan kesehatan berkala yang tertib dan teratur, sangat diperlukan upaya
dari penderita, keluarga dan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya masing-masing dengan menghindari setidaknya meminimalkan faktor risiko DM
dengan menerapkan pola hidup sehat.
Penelitian menunjukkan bahwa obesitas, merokok, kurang aktivitas fisik/olah raga serta pola
makan seperti di negara barat (contoh: banyak daging merah, kentang goreng, produk susu
berlemak tinggi, padi-padian yang diproses terlalu bersih) merupakan faktor risiko terjadinya
DM.(13)