Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN TETANUS

OLEH:
I PUTU ERWIN EKA PURNAMA
P07120017106

TINGKAT 2.3
DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN TETANUS

Satuan Acara Pendidikan Kesehatan


Hari/Tanggal : Minggu, 7 April 2019
Waktu : 15 menit
Tempat Pelaksanaan : Balai banjar desa Sulanyah, Singaraja
Sasaran : Masyarakat
Topik Kegiatan : Tetanus

1. PENDAHULUAN
Tetanus merupakan penyakit yang sering ditemukan, dimana masih terjadi di
masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke bawah. Tetanus merupakan
penyakit yang akut dan seringkali fatal, penyakit ini disebabkan oleh eksotoksin yuang
dihasilkan oleh Clostridium tetani. Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani tetanos,
yang diambil dari kata teinein yang berarti teregang. Tetanus dikarakteristikan dengan
kekakuan umum dan kejang kompulsif pada otot-otot rangka. Kekakuan otot biasanya
dimulai pada rahang ( lockjaw ) dan leher dan kemudian menjadi umum. Penyakit ini
merupakan penyakit yang serius namun dapat dicegah kejadiannya pada manusia.
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah resiko tinggi dengan
cakupan imunisasi DPT yang rendah. Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang
mengandung kotoran ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat
tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di mana-
mana.
2. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM (TU)
Setelah dilakukan edukasi kesehatan selama 15 menit diharapakan peserta dapat
mengerti dan memahami mengenai tetanus.

B. TUJUAN KHUSUS (TK)


Setelah dilakukan edukasi kesehatan selama 15 menit peserta dapat menjelasakan:
1. Menjelaskan Penyebab tetanus
2. Menjelaskan Tanda dan gejala tetanus
3. Mengetahui Penatalaksanaan tetanus
4. Mengetahui apa saja Komplikasi tetanus
5. Mengetahui cara Pencegahan tetanus
6. Mengetahui Prognosis tetanus

3. MATERI
a. Penyebab tetanus
b. Tanda dan gejala tetanus
c. Penatalaksanaan tetanus
d. Komplikasi tetanus
e. Pencegahan tetanus
f. Prognosis tetanus

4. METODE PELAKSANAAN
1. Presentasi
2. Diskusi + tanya jawab

5. BAHAN ALAT DAN SUMBER


a. Power Point
b. LCD
c. Laptop

6. KEGIATAN
Tahap Kegiatan Waktu
Pembukaan  Mengucapkan salam 2 menit
 Melakukan perkenalan diri
 Menyampaikan maksud dan tujuan
 Mengadakan kontrak waktu
Kerja Penyuluh menjelaskan mengenai: 10 menit
1. Penyebab tetanus
2. Tanda dan gejala tetanus
3. Penatalaksanaan tetanus
4. Komplikasi tetanus
5. Pencegahan tetanus
6. Prognosis tetanus
Penutup  Menyimpulkan seluruh materi yang 3 menit
diberikan dan mengevaluasi jalannya
ceramah.
 Mengakhiri kontrak
 Melakukan evaluasi kegiatan (Tanya
jawab)
 Salam penutup
Jumlah 15 Menit

7. EVALUASI
 Evaluasi Struktur
Rencana kegiatan, SAP, konsultasi, dan koordinasi dipersiapkan 1 hari sebelum
kegiatan.
 Evaluasi Proses
 Kegiatan berlangsung tepat waktu
 Peserta dapat berkonsentrasi penuh
 Tempat berlangsungnya kegiatan kondusif
 Evaluasi Hasil : evaluasi hasil dilakukan dengan cara, jika tidak ada pertanyaan
dari peserta, maka penyuluh memberikan pertanyaan kepada peserta terkait
materi yang disampaikan
Daftar Pustaka

Abdy, 2009. Dari Luka Sekecil Tusukan Paku Menjadi Kejang – Itu Adalah Tetanus.
Available at: http://www.medicalera.com/i ndex.php?option=com_myblog&show=dari-
luka-sekecil-tusukkan-paku-menjadi-kejang--itu-adalah-tetanus.html&Itemid=352.
https://id.wikipedia.org/wiki/Tetanus diakses pada tanggal 19 Maret 2019 pukul 17.00
WITA.

https://hellosehat.com/penyakit/tetanus/ diakses pada tanggal 19 Maret 2019 pukul 15.00


WITA.

http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-kiking2.pdf diakses pada tanggal 19 Maret


2019 pukul 14.30 WITA

http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/download/34/31 diakses pada tanggal 19


Maret 2019 pukul 14.30 WITA
Lampiran Materi
TETANUS

1. Pengertian Tetanus
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
clostridium tetani yang dimanifestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan
diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot
masester dan otot rangka (Smeltzer, 2001).
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya
tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein
yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani (Sudoyo, 2006).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Tetanus adalah penyakit
infeksi dan gangguan neorologis yang diakibatkan toksin protein tetanospasmin dari
kuman Clostridium Tetani, yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan
spasme.

2. Penyebab Tetanus
Penyakit tetanus ini disebabkan karena Clostridium tetani yang merupakan
basil gram positif obligat anaerobik yang dapat ditemukan pada permukaan tanah
yang gembur dan lembab dan pada usus halus dan feses hewan. Kuman ini bisa masuk
melalui luka di kulit. Spora yang ada tersebar secara luas pada tanah dan karpet, serta
dapat diisolasi pada banyak feses binatang pada kuda, domba, sapi, anjing, kucing,
marmot dan ayam. Tanah yang dipupuk dengan pupuk kandang mungkin
mengandung sejumlah besar spora. Di daerah pertanian, jumlah yang signifikan pada
manusia dewasa mungkin mengandung organisme ini. Spora juga dapat ditemukan
pada permukaan kulit dan heroin yang terkontaminasi. Spora ini akan menjadi bentuk
aktif kembali ketika masuk ke dalam luka dan kemudian berproliferasi jika potensial
reduksi jaringan rendah. Spora ini sulit diwarnai dengan pewarnaan gram, dan dapat
bertahan hidup bertahun-tahun jika tidak terkena sinar matahari. Bentuk vegetatif ini
akan mudah mati dengan pemanasan 120oC selama 15-20 menit tapi dapat bertahan
hidup terhadap antiseptik fenol, kresol.
Port of entry tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga melalui :
1. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar.
2. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik.
3. Pemotongan tali pusat yang tidak steril.
4. Penjahitan luka robek yang tidak steril
(Smeltzer, 2001).

3. Tanda Dan Gejala Tetanus


Ada trias gejala yaitu rigiditas atau kekakuan, spasme dari otot, jika parah maka bisa
disfungsi otonom.
1. Rigiditas yang dapat ditemukan :
 trismus atau ”lockjaw” (rahang sulit dibuka)
 risus sardonicus (kaku otot wajah)
 kuduk kaku (kaku otot leher)
 disfagia (kesulitan bicara)
 gangguan nafas
 perut papan
 opistotonus (punggung melenting ke depan, tungkai atas kaku & mengepal,
tungkai bawah eksistensi, kesadaran baik)
2. Spasme/Kejang :
 spontan
 terangsang (oleh sentuhan, visual, auditori, emosi)
3. Disfungsi otonom :
 tekanan darah tidak menentu
 demam
 jantung memelan
 pernafasan cepat
Kejang tetanus berlangsung dari beberapa detik sampai beberapa menit.
Perjalanan tetanus pada penderita yang bertahan hidup dapat berlangsung lama (1-2
bulan) dan cukup sulit. Kekakuan mungkin mulai berkurang setelah 10-14 hari dan
menghlang setelah 1-2 minggu kemudian. Sisa kelemahan, kekakuan, dan keluhan
lain mungkin bertahan untuk jangka waktu yang lama, tetapi penyembuhan lengkap
dapat terjadi tanpa komplikasi.
Masa inkubasi bervariasi antara 3 sampai 21 hari, biasanya sekitar 8 hari. Pada
umumnya tergantung pada lokasi dan jarak antara luka dengan sistem saraf pusat,
sehingga lokasi luka yang jauh dapat menyebabkan masa inkubasi yang lebih lama.
Masa inkubasi yang pendek mempunyai angka kematian yang cukup tinggi.
Karakteristik Dari Tetanus:
1. Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5-7 hari.
2. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekuensinya.
3. Setelah 2 minggu kejang mulai hilang.
4. Biasanya didahului dengan ketegangan otot terutama pada rahang dan leher.
5. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus / lockjaw) karena spasme
otot masseter.
6. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (nuchal rigidity)
7. Risus Sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik ke atas,
sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat.
8. Gambaran umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai
dengan eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.

4. Penatalaksanaan Tetanus
a. Umum
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran
toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pernafasan sampai pulih.
Dan tujuan tersebut dapat diperinci sbb :
1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa: membersihkan luka,
irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik), membuang benda asing
dalam luka. Dalam hal ini penatalaksanaan, terhadap luka tersebut dilakukan 1-2
jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS.
2. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka
mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau
parenteral.
3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap
penderita
4. Pemberian oksigen bila terjadi dispnea, asfiksia dan sianosis, pernafasan buatan
dan tracheostomi bila perlu.
5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
6. Hiperbarik, diberikan oksigen murni pada tekanan 5 atm
7. Tujuan pengobatan ialah mecegah terjadinya kematian terutama akibat
komplikasi, gagal napas secara spontan, meringkankan keadaan penderita,
mengurangi dan menangani komplikasi dan menetralkan toksin yang masih dapat
dicapai, mengobati luka pemicu, dan mencegah relaps (kekambuhan).

5. Komplikasi Tetanus
Komplikasi tetanus terjadi akibat penyakitnya seperti :
1. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) didalam
rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi
pnemonia aspirasi.
2. Asfiksia ini terjadi karena adanya kekakuaan otot-otot pernafasan sehingga
pengembangan paru tidak dapat maksimal
3. Atelektasis karena obstruksi oleh secret. Hal ini dapat terjadi karena seseorang
dengan tetanus akan mengalami trismus (mulut terkunci) sehingga klien tidak
dapat mengeluarkan sekret yang menumpuk di tenggorokan ataupun menelannya.
4. Fraktura kompresi ini dapat terjadi bila saat kejang klien difiksasi kuat sehingga
tubuh tidak dapat menahan kekuatan luar.

6. Pencegahan Tetanus
1. Imunisasi aktif toksoid tetanus, yang diberikan yaitu DPT pada usia 3, 4 dan 5
bulan. Booster diberikan 1 tahun kemudian selanjutnya tiap 2-3 tahun. Ibu hamil
mendapatkan suntikan TT (Tetanus Toxoid) minimal 2x.
2. Bila mendapat luka :
 Perawatan luka yang baik : luka tusuk harus di buka secara lebar dan
dibersihkan dengan cara aseptik
 Pemberian ATS 1500 iu secepatnya.
 Tetanus toksoid sebagai boster bagi yang telah mendapat imunisasi dasar.
 Bila luka berat berikan pp selama 2-3 hari (50.000 iu/kg BB/hari).
7. Prognosis
Faktor yang mempengaruhi hasil akhir yang paling penting adalah kualitas
perawatan pendukung. Mortalitas paling tinggi pada anak yang amat muda dan pada
orang yang amat tua. prognosis yang paling baik dihubungkan dengan masa inkubasi
yang lama, tanpa demam, dan dengan penyakit terlokalisasi. Prognosis yang tidak
baik dihubungkan dengan antara jejas dan mulainya trismus seminggu atau kurang
dan dengan tiga hari atau kurang antara trimus dan spasme tetanus menyeluruh.
Angka kematian kasus yang dilaporkan untuk tetanus menyeluruh berkisar antara 5%
dan 35% dan untuk tetanus neonatorum meluas dari <10% dengan penanganan
perawatan intensif sampai >75% tanpa perawatan tersebut. Pronosis penyakit tetanus
dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Masa inkubasi
Makin panjang masa inkubasi biasanya penyakit makin ringan, sebaliknya
makin pendek masa inkubasi penyakit makin berat. Pada umumnya bila inkubasi
kurang dari 7 hari maka tergolong berat.
2) Umur
Makin muda umur penderita seperti pada neonatus maka prognosanya makin
jelek.
3) Period of onset
Period of onset adalah waktu antara timbulnya gejala tetanus, misalnya
trismus sampai terjadi kejang umum. Kurang dari 48 jam, prognosa jelek.
4) Panas
Pada tetanus febris tidak selalu ada. Adanya hiperpireksia maka prognosanya
jelek.
5) Pengobatan
Pengobatan yang terlambat prognosa jelek.
6) Ada tidaknya komplikasi
7) Frekuensi kejang
Semakin sering kejang semakin jelek prognosanya.

Anda mungkin juga menyukai