Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PENGUKURAN II

DI SUSUN
OLEH
RIZKY DHAMAYANTI
III.A / D.IV FISIOTERAPI
PO714241161036

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
PROGRAM STUDI D.IV JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN 2019
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA PRODI D.IV

JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL


MATA KULIAH : PENGUKURAN FT. II
HARI/ TANGGAL : SELASA, 15 JANUARI 2019
WAKTU : 120 MENIT
DOSEN : HJ. HASNIA AHMAD, S.Pd. S.St.Ft, M.Kes
HJ. HASBIAH, S.St.Ft, M.Kes

SOAL KASUISTIK
Seorang pasien wanita usia 35 th, pekerjaan IRT, datang ke klinik FT dengan keluhan rasa
lemah pad lengan kanan. Pasien kurang mampu melakukan gerakan seperti menekuk siku dan
menggenggam suatu benda. Dalam posisi berdiri terlihat pasien cenderung berdiri dalam
posisi sedikit fleksi pada hip dan fleksi elbow joint.
Pertanyaan :
1. Menurut anda apa kondisi pasien tersebut di atas ?
2. Tentukan apa saja yang dapat anda lakukan untuk memperjelas kondisi pasien
tersebut di atas !
LEMBAR JAWABAN

Nama : Rizky Dhamayanti


Kelas : III.A / D.IV Fisioterapi
Nim : PO714241161036

1. Sebelum kita menentukan suatu kondisi pasien, syarat utama yang harus kita
perhatikan adalah tanda dan gejala yang terjadi.
Dan berdasarkan soal di atas, dimana seorang pasien mengeluh adanya kelemahan
pada lengan bagian kanan sehingga terjadi keterbatasan untuk menekuk siku dan
menggenggam suatu benda dan terjadi gerakan fleksi elbow. Adapun keluhan lainnya
adalah pada saat pasien berdiri terjadi fleksi hip.
Berdasarkan keluhan – keluhan yang dirasakan pasien tersebut, kondisi yang terjadi
adalah “Hemiparese”, dimana terjadi kelemahan pada salah sisi tubuh atau anggota
gerak atas dan bawah yang berlawanan dengan lesi yang terjadi di otak. Namun bisa
membaik seiring berjalannya waktu dengan melakukan terapi fisik.

2. Hal yang dilakukan untuk memperjelas kondisi pasien tersebut adalah sebagai berikut:
Sebelum kita melangkah tentang hal yang dilakukan untuk memperjelas
kondisi pasien, untuk lebih baiknya kita mengetahui terlebih dahulu garis besar
tentang “Hemiparese”.
Hemiparese terjadi karena adanya kerusakan pada salah satu sisi otak yang
bisa disebabkan oleh stroke, cedera otak, atau cedera pada sistem saraf. Sisi tubuh
mana yang mengalami kelemahan, tergantung di sisi otak sebelah mana kerusakan itu
terjadi.
Adapun tanda dan gejalanya yang menyertai pasien hemiparese adalah
kesulitan berjalan, kelelahan otot, sakit kepala, sulit meraih atau memegang suatu
benda, dan koordinasi gerak terganggu. Secara umum penyebab hemiparese yaitu :
tumor, infeksi, trauma capitis, congenital, dan stroke.
Hal yang dilakukan untuk memperjelas kondisi pasien tersebut diantaranya :
Deskripsi Kasus

Gambar di samping adalah


contoh pasien hemiparese
yang mengalami kelemahan
pada separuh badan. Dimana
elbow dan hip dalam keadaan
fleksi.

a. Anamnesis
 Anamnesis umum
Nama : Mrs. W
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : IRT
 Anamnesis khusus
Keluhan utama : Rasa Lemah pada lengan
Lokasi keluhan : Lengan kanan
Riwayat penyakit :-
b. Sistem Review
Kardiopulmonal -
Neuromuscular Adanya gangguan pada saraf motorik
sehingga terjadi kelemahan pada
lengan dan tungkai yang membentuk
pola yang sinergis yaitu fleksi
Musculoskeletal Adanya gangguan kelemahan otot
Integumen -

c. Inspeksi
 Statis
1. Adanya kelemahan pada lengan bagian kanan, sehingga lengan pasien
telihat fleksi elbow.
2. Terjadi fleksi hip pada saat pasien dalam posisi berdiri.
 Dinamis
1. Memperhatikan pola berjalan pasien, dan berdasarkan kasus tersebut pasien
cenderung fleksi hip.
2. Memberikan instruksi kepada pasien untuk memegang suatu benda. namun
berdasarkan kasus tersebut, pasien kurang mampu untuk melakukannya
karena ada kelemahan pada otot fleksor pasien sehingga kesulitan untuk
menggenggam benda.
d. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada tonus otot atau tidak.
Dilakukan pada setiap muscle belly otot lengan, wrist dan hip.
e. Pemeriksaan Fungsi Gerak
 Gerak aktif
Dalam pemeriksaan fungsi gerak aktif fisioterapis memberikan contoh
gerakan kemudian menginstruksikan kepada pasien untuk mengikuti gerakan
tersebut secara aktif atau tanpa bantuan fisioterapis. Hal yang menjadi
penilaian dalam gerakan ini adalah koordinasi gerakan, pola gerak, nyeri, dan
ROM aktif. Adapun contoh gerakannya yaitu :
Elbow Wrist Hip
Fleksi - Fleksi wrist Terbatas Fleksi Hip -
Ekstensi Nyeri Ekstensi Wrist - Ekstensi Hip Terbatas,
terbatas nyeri
Pronasi - Radial deviasi - Eksorotasi -
Supinasi - Ulnar Deviasi - Endorotasi -

 Gerak pasif
Dalam pemeriksaan fungsi gerak pasif, sama halnya dengan gerak
aktif. Yang membedakan hanyalah gerakan ini dibantu oleh fisioterapis untuk
memperoleh informasi tentang ROM pasif, stabilitas sendi, nyeri, end fell,
capsular pattern.
Elbow Wrist Hip
Fleksi - Fleksi wrist Terbatas Fleksi Hip -
Ekstensi Nyeri, Ekstensi Wrist - Ekstensi Hip Terbatas,
terbatas nyeri
Pronasi - Radial deviasi - Eksorotasi -
Supinasi - Ulnar Deviasi - Endorotasi -

 Gerak TIMT
Dalam gerakan TIMT, gerakannya sama dengan gerak aktif dan pasif
yang membedakan hanya tahanan dalam gerakan ini. Dimana fisioterapis
menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan dengan melawan tahanan
yang diberikan oleh fisioterapis. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi tentang nyeri pada musculotendinogen, kekuatan otot isometrik, dan
kualitas saraf motorik.
Elbow Wrist Hip
Fleksi - Fleksi wrist Lemah, Fleksi Hip
nyeri
Ekstensi Nyeri, Ekstensi Wrist - Ekstensi Hip Nyeri,
Lemah lemah
Pronasi - Radial deviasi - Eksorotasi -
Supinasi - Ulnar Deviasi - Endorotasi -

f. Pemeriksaan spesifik
Dimana dalam pemeriksaan ini kita dapat mendapatkan informasi apabila
dalam melakukan anamnesis , inspeksi, pemeriksaan fungsi masih belum jelas
sehingga dengan pemeriksaan ini kita dapat menegakkan diagnosis suatu penyakit
atau problematika terhadap keluhan yang dialami pasien.
Namun berdasarkan kasus tersebut di atas, saya sebagai fisioterapis tidak
memberikan pemeriksaan spesifik karena dalam anamnesis, inspeksi dan
pemeriksaan fungsi di sertai dengan pengukuran sudah jelas untuk menegakkan
diagnosis.
g. Tes dan Pengukuran
 Tes sensorik
Tes ini diberikan untuk mendeteksi stimulasi eksternal yang ditujukan pada
reseptor di kulit dan membran mukosa.
a. Tes panas dingin ( suhu ),
Cara melakukan tes ini dengan menggunakan dua tabung reaksi dengan suhu
air dingin 5˚C dan air panas 45˚C. Kemudian fisioterapis memberikan sentuhan
pada area lengan, dan tungkai ( sesuai area dermatomnya ), dimana pasien
dalam keadaan mata tertutup.
b. Tes tajam tumpul ( nyeri )
Cara melakukan tes ini hampir sama dengan tes suhu, namun dalam tes ini
menggunakan jarum pentul untuk memperoleh respon tes sensasi nyeri yang
dirasakan pasien.
 Tes Refleks
a. Biceps
Prosedur test : Fisioterapis memegang lengan pasien yang di semifleksikan
sambil menempatkan ibu jari di atas tendon m. Biceps, lalu ibu jari diketok.

Gambar : Tes refleks biceps


b. Triceps
Prosedur test : Fisioterapis memegang lengan bawah pasien yang di semiflexikan.
Setelah itu, ketok pada tendon m. Triceps, yang berada sedikit di atas olecranon.

Gambar : Tes refleks triceps


c. Fingers test
Prosedur test : Pasien rileks telapak tangan menghadap ke atas, jari- jari
tangan sedikit fleksi. Tangan pemeriksa diletakkan di atas tangan pasien dan
ketuk dengan hammer diatas tangan pemeriksa. Normalnya akan terjadi
sedikit fleksi pd jari – jari tangan pasien.

Gambar : Tes refleks fingers


 Pemeriksaan motorik
a. Tes ADL
Blanko Skala Barthel
No Jenis Aktivitas Krteria
1 Saya dapat mengendalikan BAB 0 = tak dapat
1 = kadang-kadang
2 = selalu
2 Saya dapat mengendalikan BAK 0 = tak dapat
1 = kadang-kadang
2 = selalu
3 Saya dpt memelihara diri : (muka, 0 = selalu
rambut, gigi, cukur) Saya perlu 1 = tidak pernah
bantuan.
4 Jalan 0 = tidak dapat
1 = kadang - kadang
2 = dapat
3 = bebas penuh

5 Berpakaian 0 = tergantung orang


lain
1 = kadang-kadang
2 = bebas
6 Naik turun tangga 0 = tidak mampu
1 = perlu bantuan
2 = bebas

Interpretasi :
0 – 4 = Cacat sangat berat
5 – 9 = Cacat berat
 10 – 14 = Cacat sedang
 15 – 19 = Cacat ringan
 > 20 = Bebas & fungsi penuh

• VAS ( Visual Analog Scale )

Keterangan :
Skala 0-4 mm : Tidak nyeri
Skala 5 – 44 mm : nyeri ringan
Skala 45 – 74 mm : nyeri sedang
Skala 75 – 100 mm : nyeri berat

• Pengukuran Lingkar Otot


Pengukuran lingkar otot dilakukan menggunakan meteran terutama pada
lengan atas dan tungkai atas.
• MMT ( Manual Muscle Testing )
Manual muscle testing dilakukan untuk mengetahui kekuatan otot pasien.
Sesuai kasus diatas, ada beberapa pemeriksaan MMT yang dilakukan oleh
fisioterapis yaitu :
a. Fleksi elbow
Prosedur test :
• Otot : Biceps brachii, brachioradialis
• Posisi Pasien : Pasien duduk dengan tangan berada pada posisi fleksi
elbow antara pronasi dan supinasi.
• Posisi Fisioterapi : Berada disamping pasien. Tangan fisiorerapi berada di
lengan bawah daerah proximal wrist memberikan resisten pada gerakan
fleksi. Tangan satunya memegang elbow pasien.
*Tidak ada resisten untuk grade 3, tapi fisioterapis tetap memegang tangan
pasien.
 Tes : - Grade 5, 4 : Tekuk siku anda, tahan, jangan biarkan
saya menariknya.
- Grade 3 : Tekuk siku anda.
- Grade 2,1,0 : Tekuk siku anda.

Gambar : Grade 5, 4, 3 Gambar : Grade 2, 1, 0


Interpretasi :
Grade 5 : mampu melawan tahanan secara maksimal
Grade 4 : mampu melawan tahanan secara sedang
Grade 3 : dibantu oleh fisioterapis dan full ROM
Grade 2 : melawan gaya gravitasi
Grade 1 : tidak ada gerakan tetapi ada kontraksi
Grade 0 : tidak ada gerakan dan tidak ada kontraksi otot
b. Fleksi wrist
 Otot : Fleksor carpi radialis, dan fleksor carpi ulanaris
 Posisi pasien : Pasien duduk dengan lengan bawah posisi supinasi
disanggah di meja. Pergelangan tangan posisi netral.
 Posisi fisioterapis :Tangan fisioterapis berada dibawah wrist pasien
menyanggah satu tangan, memegang telapak tangan pasien , resisten
diberikan pada tangan yang dipegang.
 *Tidak ada resisten untuk grade 3, tp ftis tetap memegang tangan pasien.
 Tes : - Grade 5, 4, 3 : Tekuk pergelangan tangan anda, Tahan.
Jangan biarkan saya membaliknya.
- Grade 2 : Tekuk pergelangan tangan anda.
- Grade 1, 0 : Putar telapak tangan anda.

Gambar : Grade 5, 4, 3 Gambar : Grade 2, 1, 0

Interpretasi :
Grade 5 : mampu melawan tahanan secara maksimal
Grade 4 : mampu melawan tahanan secara sedang
Grade 3 : dibantu oleh fisioterapis dan full ROM
Grade 2 : melawan gaya gravitasi
Grade 1 : tidak ada gerakan tetapi ada kontraksi
Grade 0 : tidak ada gerakan dan tidak ada kontraksi otot
c. Fleksi hip
Prosedur test :
• Otot : Psoas major dan Iliacus
• Posisi Pasien : Duduk dengan paha full pada bed dan tungkai terjuntai.
Kedua tangan pada tepi bed.
• Posisi Fisioterapi : Berdiri disamping tungkai yang di test.
• Tes : - Grade 5,4,3 : Pasien flexi hip melawan tahanan
pemeriksa yang di berikan ke arah bawah lantai.
- Grade 2 : Pasien fleksi hip.Lutut fleksi untuk
mencegah ketegangan hamstring.
- Grade 1,0 : Pasien mncoba untuk fleksi hip.
Gambar : grade 5,4,3 Gambar : Grade 2

Gambar : Grade 1, 0

Interpretasi :
Grade 5 : mampu melawan tahanan secara maksimal
Grade 4 : mampu melawan tahanan secara sedang
Grade 3 : dibantu oleh fisioterapis dan full ROM
Grade 2 : melawan gaya gravitasi
Grade 1 : tidak ada gerakan tetapi ada kontraksi
Grade 0 : tidak ada gerakan dan tidak ada kontraksi otot
Berdasarkan kasus diatas, fisioterapis memberikan grade 3 pada setiap
gerakan pada elbow, wrist, dan hip karena pasien tersebut hanya mengalami
kelemahan pada lengan, wrist, dan hip.
 Pengukuran Panjang Otot
Pengukuran panjang otot atau muscle contracture test ini digunakan
sebagai adaptasi pemendekan dari otot atau jaringan lunak lain yang pada
persendian menyebabkan jarak gerak sendi terbatas.
Adapun pengukuran panjang otot yang digunakan oleh fisioterapis sesuai
kasus di atas adalah sebagai berikut :
a. Musculus biceps brachii, caput longum
- Posisi Pasien : Tidur menyamping di atas bed dengan kedua tungkai
fleksi, salah satu lengan fleksi dan berada di bawah kepala sebagai fiksasi.
- Posisi Fisioterapi : Berdiri di belakang pasien.
- Tes :Terapis melakukan gerakan lengan ke arah ekstensi
shoulder disertai ekstensi elbow dan pronasi lengan bawah.
- Hasil : Dimana pasien dapat melakukan ekstensi secara
maksimal. Namun untuk kasus di atas, pasien tidak dapat melakukan ekstensi
elbow karena adanya kelemhan otot. Oleh sebab itu, pasien cenderung fleksi
elbow.

Gambar : Tes Biceps Brachii

b. Musculus flexor wriat joint


- Posisi Pasien : Duduk di tepi bed.
- Posisi Fisioterapi : Berdiri di depan pasien.
- Tes : Fisioterapis menginstruksikan pasien untuk
mempertemukan kedua telapak tangan di depan dada, lalu gerakkan elbow ke
luar dan kedua telapak tangan tetap kontak.
- Hasil : Wrist dapat dorso fleksi 80° .

Gambar : Tes flexor wrist joint


c. Musculus Hamstring
- Posisi Pasien : Pasien tidur telentang di tepi bed.
- Posisi Fisioterapi : Berdiri di samping pasien.
- Tes : Fisioterapis menginstruksikan pasien untuk mengangkat
atau memfleksikan hip yang mengalami keluhan ( kanan ) 90˚ knee dalam
keadaan ekstensi
- Hasil : Jika group otot hamstring kontraktur, maka ekstensi
knee terbatas.

Gambar : Tes flexor wrist joint

h. Diagnosis Fisioterapi
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan untuk kasus di atas, saya
sebagai fisioterapis dapat menegakkan diagnosis yang sesuai dengan hasil yang
didapatkan dalam pemeriksaan dan pengukuran. Adapun diagnosisnya
fisioterapinya yaitu : “ Kelemahan separuh badan sisi dextra pada lengan dan
tungkai disertai spastik pada tangan”.

i. Problematik Fisioterapi
 Anatomical impairment
1. Kelemahan separuh badan sisi dextra
2. Adanya spastik pada tangan
3. Pola sinergis antara lengan dan tungkai
 Functional Limitation
Dalam melakukan aktivtitas ADL, pasien mengalami kelemahan
dalam melakukan berbagai aktivitas. Diantaranya memegang suatu benda
karena adanya kelemahan dalam otot fleksor wrist. Adapun kelemahan
lainnya pasien mengalami keterbatasan dalam gerakan menekuk lengan,
misalnya menyisir rambut dan menggaruk bagian cervical.
 Participical Destriction
Berdasarkan kasus di atas, pasien dalam melakukan aktivitas bekerja
dan bersosialisasi dengan masyarakat mengalami keterbatasan karena adanya
kelemahan pada kedua tungkai disertai spastik pada tangan.
RERENSI
 http://eleraning.poltekkes-mks.ac.id/mod/resource/view.php?id=1307
 http://sulfandiphysio.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-en-us-x-none.html?m=1
 Buku pemeriksaan fisioterapi, poltekkes Makassar
 Buku pemeriksaan tes spesifik musculoskeletal disorders
 Buku physical therapist test and measurement
 Materi MMT presentasi buku Daniel

Anda mungkin juga menyukai