Anda di halaman 1dari 24

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Parkir

Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri di tempat parkir,

oleh karena itu ruang parkir tersebar ditempat asal perjalanan, bisa di garasi mobil,

halaman ataupun tepi jalan dan ditujuan perjalanan, di pelataran parkir, gedung parkir

ataupun di tepi jalan. Karena konsentrasi tujuan perjalanan lebih tinggi dari pada tempat

asal perjalanan, maka biasanya menjadi permasalahan ditujuan perjalanan. (Direktorat

Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara,

kemudaian berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan untuk sementara

dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraan. (Direktorat Jenderal Perhubungan

Darat. 1998).

1. Klasifikasi Parkir

Parkir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu berdasarkan statusnya dan

berdasarkan penempatannya.

1) Berdasarkan penempatannya

a. Parkir di tepi jalan (on-steet parking)

Parkir di tepi jalan adalah dengan menggunakan badan jalan sebagai tempat

parkir. Parkir jenis ini mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian,

seperti :

a. Kerugian :

a) Mengganggu lalu lintas

II-1
Bab II Tinjauan Pustaka

b) Mengurangi kapasitas jalan

c) Meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan

b. Keuntungan :

a) Murah tanpa investasi tambahan

b) Lebih dekat dan mudah

b. Parkir di luar badan jalan (off-street parking)

Parkir di luar badan jalan adalah fasilitas parkir kendaraan yang tidak berada

pada badan jalan atau langsung menempati pada badan jalan, tetapi berada di

luar badan jalan yang dibuat khusus. (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998)

Dalam penempatan fasilitas parkir di luar badan jalan dapat dikelompokkan

atas dua bagian, yakni :

a) Fasilitas untuk umum yaitu tempat parkir berupa gedung parkir atau taman

parkir untuk umum yang diusahakan sebagai kegiatan sendiri.

b) Fasilitas parkir penunjang yaitu berupa gedung parkir atau taman parkir

yang disediakan untuk menunjang kegiatan pada bangunan utama.

Sama halnya seperti parkir di badan jalan, jenis parkir ini juga memiliki

keuntungan dan kerugian.

a. Kerugian

a) Perlu biaya investasi awal yang besar

b) Bagi pengguna dirasakan kurang praktis, jika kepentingannya hanya

sebentar

b. Kuntungan

a) Tidak mengganggu lalu lintas

b) Faktor keamanan lebih tinggi

II-2
Bab II Tinjauan Pustaka

2) Berdasarkan Statusnya

Berdasarkan statusnya parkir dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu :

a. Parkir Umum

Parkir umum yaitu parkir yang menggunakan tanah-tanah, jalan-jalan,

lapangan yang memiliki atau dikuasai dan pengelolannya

diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

b. Parkir Khusus

Parkir khusus yaitu parkir yang menggunakan beberapa bidang tanah

yang dikuasai dan pengelolannya diselenggarakan oleh pihak ketiga.

c. Parkir Darurat

Parkir darurat yaitu parkir yang berada di tempat umum, baik pada

perparkiran yang menggunakan tanah, lapangan milik atau

pengusasaan pemerintah daerah atau swasta karena kegiatan atau

keadaan insidentil (darurat).

d. Gedung Parkir

Gedung parkir yaitu bangunan yang dimanfaatkan sebagai tempat

parkir kendaraan yang penyelenggaraannya dapat dilakukan oleh

pemerintah daerah atau pihak swasta yang mendapatkan izin dari

pemerintah.

e. Taman Parkir

Taman parkir yaitu suatu areal atau lokasi perparkiran yang dilengkapi

fasilitas atau sarana perparkiran yang pengelolaannya diselenggarakan

oleh pemerintah.
II-3
Bab II Tinjauan Pustaka

2.2 Desain Taman Parkir

2.2.1 Pola Parkir Mobil Penumpang

1. Parkir Kendaraan Satu Sisi

Polas parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang sempit di suatu tempat

kegiatan.

1) Membentuk sudut 90o

Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika dibandingkan

pola parkir paralel, tetapi kemudahan dan kenyamanan pengemudi

melakukan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih sedikit jika

dibandingkan dengan pola parkir dengan sudut yang lebih kecil dari

90o.(Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998).

Gambar 2.1 pola parkir tegak lurus


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

2) Membentuk Sudut 30 o, 45 o dan 60 o

Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika dibandingkan

dengan pola parkir tabparalel, kemudahan dan kenyamanan pengemudi

melakukan manuver masuk dan keluar ke ruang parkir lebih besar jika

dibandingkan dengan pola parkir dengan sudut 90o (Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat. 1998).

II-4
Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar 2.2 pola parkir sudut


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

2. Parkir Kendaraan Dua Sisi

Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup memadahi.

1) Membentuk Sudut 90o

Pada pola parkir ini arah gerakan lalu lintas kendaraan dapat satu arah atau

dua arah. (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998).

Gambar 2.3 parkir tegak lurus yang berhadapan


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

2) Membentuk Sudut 30 o, 45 o dan 60 o

Gambar 2.4 parkir sudut yang berhadapan


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

II-5
Bab II Tinjauan Pustaka

3. Pola Parkir Pulau

Pola parkir ini diterapkan apabila ketersedian ruang cukup luas.

1) Membentuk Sudut 90o

Gambar 2.5 taman parkir tegak lurus dengan dua gang


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

2) Membentuk sudut 45o

a. Bentuk tulang ikan tipe A

Gambar 2.6 taman parkir sudut dengan dua gang type A


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

II-6
Bab II Tinjauan Pustaka

b. Bantuk tulang ikan tipe B

Gambar 2.7 taman parkir sudut dengan dua gang type B


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

c. Bentuk tulang ikan tipe C

Gambar 2.8 taman parkir sudut dengan dua gang type C


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

2.2.2 Pola Parkir Sepeda Motor

Pada umunya posisi kendaraan adalah 90o dari segi efektifitas ruang dan paling

menguntungkan.

1. Pola Parkir Satu Sisi

Pola ini diterapkan apabila ketersediaan ruang sempit.

Gambar 2.9 pola parkir satu sisi


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

II-7
Bab II Tinjauan Pustaka

2. Pola Parkir Dua Sisi

Pola ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup memadai (lebar ruas ≥
5,6m).

Gambar 2.10 pola parkir dua sisi


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

3. Pola Parkir Pulau

Pola ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup luas.

Gambar 2.11 pola parkir pulau


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

Keterangan gambar :
h : jarak terjauh antara tepi luar satuan ruang parkir
w : lebar terjauh satuan ruang parkir pulau
b : lebar jalur gang

2.2.3 Jalur Sirkulasi, Gang dan Modul

Perbedaan antara jalur sirkulasi dan jalur gang terletak pada penggunaannya.

Patokan umum yang dipakai adalah :

II-8
Bab II Tinjauan Pustaka

1. Panjang sebuah jalur gang tidak lebih dari 100 meter;

2. Jalur gang yang ini dimaksudkan untuk melayani lebih dari 50 kendaraan

dianggap sebagai jalur sirkulasi.

Lebar minimum jalur sirkulasi

1. Untuk jalan satu arah 3,5 meter

2. Untuk jalan dua arah 6,5 meter

Gambar 2.12 ukuran pelataran parkir tegak lurus


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

Gambar 2.13 ukuran pelataran parkir sudut


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

II-9
Bab II Tinjauan Pustaka

Lebar jalur gang untuk masing-masing kendaraan, seperti pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Lebar Jalur Gang (m)


Lebar Jalur Gang (m)

SRP
30o < 45o <80o 90o

1 2 1 2 1 2 1 2
arah arah arah arah arah arah arah arah
SRP mobil penumpang 8.0’
3.0’ 6.00’ 3.00 6.00’ 5.1’ 6.00’ 6’
2,5 m x 5,0 m 8.0”
SRP mobil penumpang 8.0’
3.50” 6.50” 3.50” 6.5” 5.1” 6.50” 6.5”
2,5 m x 5,0 m 8.0”
SRP sepeda motor 1.6’
3.0’ 6.00’ 3.00 6.00’ 4.60’ 6.00’ 6.00’
0,75 m x 30 m 1.6”
(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

Keterangan :

‘ : lokasi parkir tanpa fasilitas pejalan kaki

“ : lokasi parkir dengan fasilitas pejalan kaki

2.2.4 Jalan Masuk dan Keluar

Ukuran lebar pintu keluar-masuk dapat ditentukan, yaitu lebar 3 meter dan panjangnya

harus dapat menampung tiga mobil berurutan dengan jarak antar mobil sekitar 1,5

meter. Oleh karena itu, panjang-lebar pintu keluar masuk minimum 15 meter

(Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998).

1. Pintu Masuk dan Keluar Terpisah

Tabel 2.2 lebar pintu masuk dan keluar


b d R1 R2
(m) (m) (m) (m)
Satu Jalur 3.00 – 3.50 0.80 – 1.00 6.00 – 6.50 3.50 – 4.00

Dua Jalur 6.00 0.80 – 1.00 3.50 – 5.00 1.00 – 2.50

(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

II-10
Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar 2.14 pintu masuk dan keluar terpisah


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

2. Pintu Masuk dan Keluar Menjadi Satu

Gambar 2.15 pintu masuk dan keluar menjadi satu


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pintu masuk dan keluar adalah

sebagai berikut,

1. Letak jalan masuk/keluar ditempatkan sejauh mungkin dari persimpangan

2. Letak jalan masuk/keluar ditempatkan sedemikian rupa sehingga kemungkinan

konflik dengan pejalan kaki dan yang lain dapat dihindarkan.

3. Letak jalan keluar ditempatkan sedemikian rupa sehingga memberikan jarak

pandang yang cukup saat memaski arus lalu lintas.

II-11
Bab II Tinjauan Pustaka

4. Secara teoritis dapat dikatakan bahwa lebar jalan masuk dan keluar (dalam

pengertian jumlah jalur) sebaiknya ditentukan berdasarkan analisis kapasitas.

Pada kondisi tertentu kadang ditentukan modul parsial, yaitu sebuah jalur gang yang

hanya menampung sebuah deretan ruang parkir di salah satu sisinya. Jenis modul ini

hendaknya dihindari. Dengan demikian, sebuah taman parkir merupakan susunan

modul yang jumlahnya tergantung pada luas tanah yang tersedia dan lokasi jalan

masuk ataupun keluarnya. (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998).

2.2.5 Kriteria Tata Letak Parkir

Tata letak areal parkir kendaraan dapat dibuat bervariasi, bergantung pada ketersediaan

bentuk dan ukuran tempat serta jumlah dan letak pintu masuk dan keluar. Tata letak

area parkir dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1. Tata letak pelataran parkir

Tata letak pelataran parkir dapat diklasifikasikan sebagai berikut ;

1) Pintu masuk dan keluar terpisah dan terletak pada satu ruas jalan.

Gambar 2.16 tata letak pelataran parkir, pintu terpisah


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

II-12
Bab II Tinjauan Pustaka

2) Pintu masuk dan keluar terpisah dan tidak terletak pada suatu ruas.

Gambar 2.17 tata letak pelataran parkir pintu terpisah


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

3) Pintu masuk dan keluar menjadi satu dan terletak pada satu ruas jalan.

Gambar 2.18 tata letak pelataran parkir pintu tunggal


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

4) Pintu masuk dan keluar yang menjadi satu terletak pada satu ruas berbeda.

Gambar 2.19 tata letak pelataran parkir dengan 2 pintu


(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)
II-13
Bab II Tinjauan Pustaka

2.3 Karakteristik Parkir

Karakteristik parkir merupakan sifat-sifat dasar yang memberikan penilaian terhadap

pelayanan parkir dan permasalahan parkir yang terjadi pada lokasi studi. Berdasarkan

kerakteristik parkir, akan dapat diketahui kondisi perparkiran yang terjadi pada lokasi

studi seperti mencakup volume parkir, akumulasi parkir, lama waktu parkir, angka

pergantian parkir, kapasitas parkir, penyediaan ruang parkir dan indeks parkir.

2.3.1 Volume parkir

Volume parkir adalah jumlah kendaraan yang telah menggunakan ruang parkir pada

suatu lahan parkir tertentu dalam satuan waktu tertentu (biasanya per hari). Rumus yang

digunakan untuk menghitung volume parkir adalah sebagai berikut ;

VP =∑𝒏𝒊=𝟏 𝑬𝒊................................................................................................................(2.1)

Dimana :

Vp : volumr parkir

Ei : jumlah kendaraan yang masuk ke pelataran/gedung parkir dalam periode i

n : jumlah periode jam pengamatan

2.3.2 Akumulasi Parkir

Akumulasi parkir adalah jumlah keseluruhan yang parkir di suatu tempat pada waktu

tertentu dan dibagi sesuai dengan kategori jenis maksud perjalanan. Rumus yang

digunakan untuk menghitung akumulasi parkir adalah sebagai berikut ;

Akumulasi = Qin – Qout + Qs ......................................................................................(2.2)

Dimana :

Qs : jumlah kendaraan yang telah berada dilokasi parkir sebelum pengamatan

dilakukan (kendaraan)

Qin : jumlah kendaraan yang masuk lokasi parkir (kendaraan)


II-14
Bab II Tinjauan Pustaka

Qout : jumlah kendaraan yang keluar lokasi parkir (kendaraan)

2.3.3 Indeks Parkir

Indeks parkir adalah ukuran untuk menyatakan penggunaan panjang jalan dan

dinyatakan dalam presentase ruang yang ditempati oleh kendaraan parkir. Rumus yang

digunakan untuk menghitung nilai indeks parkir adalah sebagai berikut ;

(𝑨𝒌𝒖𝒎𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊 𝑷𝒂𝒓𝒌𝒊𝒓 𝒙 𝟏𝟎𝟎%)


IP = ..................................................................................(2.3)
𝑷𝒆𝒕𝒂𝒌 𝑷𝒂𝒓𝒌𝒊𝒓 𝑻𝒆𝒓𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂

2.3.4 Durasi Parkir

Durasi parkir adalah rentang waktu sebuah kendaraan parkir di suatu tempat (dalam

satuan menit atau jam). Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata lamanya

parkir adalah sebagai berikut ;

𝜮(𝑫𝒖𝒓𝒂𝒔𝒊 𝑷𝒂𝒓𝒌𝒊𝒓 𝒙 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒏𝒅𝒂𝒓𝒂𝒂𝒏)


D= ...................................................................(2.4)
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑷𝒂𝒓𝒌𝒊𝒓

2.3.5 Tingkat Pergantian Parkir (Turn Over)

Tingkat pergantian parkir (turn over) adalah tingkat penggunaan ruang parkir dan di

peroleh dengan membagi volume parkir dengan jumlah ruang-ruang parkir untuk suatu

pariode tertentu. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat pergantian parkir

adalah sebagai berikut ;

𝑸𝒑
TR = 𝑷𝒆𝒕𝒂𝒌 𝑷𝒂𝒓𝒌𝒊𝒓 𝑻𝒆𝒓𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂 ............................................................................................(2.5)

Dimana :

TR : angka pergantian parkir (kendaraan perpertak/ jam)

Qp : jumlah kendaraan yang parkir per periode waktu tertentu

II-15
Bab II Tinjauan Pustaka

2.3.6 Kapasitas Parkir

Kapasitas parkir adalah banyaknya kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu lahan

parkir selama waktu pelayanan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas parkir adalah sebagai berikut

(Kanny, 2012) ;

𝑳
N = ..........................................................................................................................(2.6)
𝑷

Dimana :

N : jumlah kendaraan atau kapasitas parkir

L : luas areal parkir tersedia

P : SRP untuk kendaraan roda empat (2,50 m x 5,00 m)

SRP untuk kendaraan roda dua (0,75 m x 2,00 m)

2.3.7 Kebutuhan Luas Lahan Parkir

Rumus yang digunakan untuk menghitung kebutuhan luas lahan parkir adalah sebagai

berikut (Kanny, 2012) ;

LLP = JPP x UPP .....................................................................................................(2.7)

Dimana :

LLP : luas lahan parkir yang dibutuhkan

JJP : jumlah kendaraan yang dibutuhkan

UPP : ukuran petak parkir (0,75m x 2,00m) untuk kendaraan roda dua

UPP : ukuran petak parkir (2,50m x 5,00m) untuk kendaraan roda empat

2.4 Satuan Ruang Parkir

Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan,

dalam hal ini mobil penumpang, bus/truk dan sepeda motor, baik parkir paralel

II-16
Bab II Tinjauan Pustaka

dipinggir jalan, pelataran parkir ataupun gedung parkir. SRP harus mempertimbangkan

ruang bebas dan lebar bukaan pintu dan untuk hal-hal tertentu bila tanpa penjelasan.

2.4.1 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Mobil Penumpang

Gambar 2.20 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Mobil Penumpang (dalam cm)
(Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1998)

Besar satuan ruang parkir untuk tiap jenis kendaraan adalah sebagai berikut :

Golongan I

B = 170 cm a1 = 10 cm Bp = 230 cm

O = 55 cm L = 470 cm Lp = 500 cm

R = 5 cm a2 = 20 cm

Golongan II

B = 170 cm a1 = 10 cm Bp = 250 cm

O = 75 cm L = 470 cm Lp = 500 cm

R = 5 cm a2 = 20 cm

Golongan III

B = 170 cm a1 = 10 cm Bp = 300 cm

O = 80 cm L = 470 cm Lp = 500 cm

R = 50 cm a2 = 20 cm
II-17
Bab II Tinjauan Pustaka

2.4.2 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Sepeda Motor

Gambar 2.21 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk sepeda motor (dalam cm)
(Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1998)
Dimana :

B = 170 cm a1 = 20 cm Bp = 200 cm

L = 175.5 cm Lp = 75 cm

R = 10 cm a2 = 5 cm

2.4.3 Standar Kebutuhan Parkir

Parkir merupakan salah satu komponen suatu sistem transportasi yang perlu

dipertimbangkan. Pada kota-kota besar area parkir merupakan suatu kebutuhan bagi

pemilik kendaraan. Dengan demikian perencanaan fasilitas parkir adalah suatu metoda

perencanaan dalam menyelenggarakan fasilitas parkir kendaraan, baik di badan jalan (

on street parking) maupun di luar badan jalan (off street parking). Untuk merencanakan

fasilitas parkir maka besarnya kebutuhan perlu diketahui.(Direktorat Jenderal Perhubungan

Darat. 1998)

1. Jenis Peruntukan Parkir

Kebutuhan area parkir berbeda antara yang satu dengan lainnya yang sesuai

dengan peruntukannya. Pada umumnya ada dua jenis peruntukan kebutuhan

parkir, yakni sebagai berikut :

II-18
Bab II Tinjauan Pustaka

1) Kegiatan Parkir Tetap

a. Pusat perdagangan

b. Pusat perkantoran swasta atau pemerintahan

c. Pusat perdagangan eceran atau pasar swalayan

d. Pasar

e. Sekolah

f. Tempat rekreasi

g. Hotel dan tempat penginapan

h. Rumah sakit

2) Kegiatan parkir yang bersifat sementara

a. Bioskop

b. Tempat pertunjukan

c. Tempat pertandingan olah raga

d. Rumah ibadah

2. Standar Kebutuhan Ruang Parkir

Standar kebutuhan luas area kegiatan parkir berbeda antara yang satu dengan

yang lain, tergantung kepada beberapa hal antara lain pelayanan, tarif yang

diberlakukan, ketersediaan ruang parkir, tingkat pemilikan kendaraan bermotor,

tingkat pendapatan masyarakat.

Disini hanya akan membahas mengenai kegiatan parkir tetap rumah sakit.

Kebutuhan ruang parkir rumah sakit tergantung kepada tarif rumah sakit yang

diberlakukan dan jumlah kamar. Jumlah kebutuhan Satuan Ruang Parkir untuk

rumah sakit terdapat pada tabel berikut.

II-19
Bab II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.3 Kebutuhan SRP rumah sakit


Jumlah Tempat
50 75 100 150 200 300 400 500 1000
Tidur (buah)
Kebutuhan
97 100 104 111 118 132 148 160 230
(SRP)
(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

Ukuran kebutuhan ruang parkir pada rumah sakit adalah sebagai berikut

Tabel 2.4 Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Rumah Sakit


Peruntukan Satuan (SRP untuk mobil penumpang) Kebutuhan Ruang Parkir
Rumah Sakit SRP / tempat tidur 0,2 – 1,3
(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998)

3. Proyeksi Kebutuhan Ruang Parkir Tahun Kedepan

X (1 + a)n .............................................................................................................(2.8)

Dimana :

X = kebutuhan parkir kondisi sekarang (akumulasi maksimum)

a = prosentase pertumbuhan

n = tahun rencana

2.5 Rumah Sakit

2.5.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.340/MENKES/PER/III/2010 BAB I Pasal 1

yang dimaksud dengan :

(1) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara peripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

(2) Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

II-20
Bab II Tinjauan Pustaka

2.5.2 Klasifikasi Rumah Sakit Umum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.340/MENKES/PER/III/2010 BAB III Pasal 4

dan Pasal 5 bahwa :

Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan

menjadi ;

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan :

a. Pelayanan;

b. Sumber Daya Manusia;

c. Peralatan;

d. Sarana dan Prasarana; dan

e. Administrasi dan Manajemen.

Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi merupakan rumah sakit umum swasta kelas B.

Rumah sakit swasta yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan

subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah

sakit kabupaten.

2.5.3 Parkir pada Rumah Sakit

Kebutuhan parkir pada rumah sakit bervariasi tergantung pada beberapa faktor seperti

lokasi rumah sakit, jumlah dokter, jumlah pegawai dan paramedis, jumlah tempat tidur

dan pasien rawat jalan serta pengunjung.

II-21
Bab II Tinjauan Pustaka

Karakteristik parkir pada rumah sakit juga bervariasi tergantung pada jenis rumah sakit,

yaitu apakah rumah sakit itu bersifat umum, rumah sakit spesial, rumah sakit

pendidikan dan lain-lain. Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1998)

kebutuhan satuan ruang parkir berkisar antara 0,2 – 1,3 tempat parkir setiap tempat

tidur.

II-22
Bab II Tinjauan Pustaka

2.6 Kerangka Berfikir

Latar Belakang Tinjauan Pustaka


Rumusan Masalah
1. Apa saja karakteristik parkir yang
Kesulitan mendapatkan tempat parkir dapat mempengaruhi kebutuhan parkir 1. Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi
pada Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi, pada rumah sakit ? 2. SRP pada Rumah Sakit Mitra Keluarga
yang menyebabkan pengguna
2. Berapa kebutuhan parkir pada rumah Bekasi
kendaraan memarkirkan kendaraannya
sakit ?
pada badan jalan. 3. Karakteristik parkir

Manfaat Penelitian
Meningkatkan pengetahuan mengenai Metode Penelitian
sistem parkir, khususnya karakteristik
parkir sehingga diperoleh standar
kebutuhan parkir untuk Rumah Sakit RQ1. Survey
yang didasarkan pada Pedoman RQ2. Studi kasus
Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas
Parkir

II-22
Bab II Tinjauan Pustaka

II-23

Anda mungkin juga menyukai