LP BPH
LP BPH
Pengertian
2. Manifestasi klinis
Berdasarkan Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAIU), tanda dan gejala BPH
dibagi menjadi dua yang meliputi gejala obstruktif dan iritatif, yakni:
a. Gejala Obstruktif
b. Gejala iritasi
Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan
Frekuensi yaitu BAK lebih sering dari biasanya
Disuria yaitu nyeri pada saat BAK Kumpulan gejala tersebut dikenal
dengan istilah LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms)
3. Etiologi
4. Faktor resiko
5. Pemeriksaan penunjang
Berdasarkan Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), terdapat beberapa cara
untuk penegakkan diagnostik BPH, antara lain:
6. Penatalaksanaan medis
Berdasarkan Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), terdapat beberapa cara
untuk penanganan BPH, antara lain:
f. Pelepasan kateter
Intervensi :1). Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila
tiba-tiba dirasakan. 2). Tanyakan klien tentang inkontinensia stres.
3). Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan. 4).
Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih. 5).
Perkusi/palpasi area suprapubik 6). Dorong masukan cairan
sampai 3000 ml sehari, dalam toleransi jantung, bila
diindikasikan. 7). Awasi tanda vital dengan ketat. 8). Kolaborasi
dengan pemberian obat Antiposmadik (menghilangkan spasme
kandung kemih sehubungan dengan iritasi oleh kateter) sesuai
indikasi.
Intervensi :
Intervensi : 1). Kaji posisi kateter. 2). Kaji warna, karakter dan
aliran urine serta adanya bekuan melalui kateter tiap 2 jam. 3).
Catat jumlah irigan dan haluaran urine. 4). Kaji kandung kemih
terhadap retensi. 5). Kaji dengan sering lubang aliran keluar
urine. 6). Masukkan larutan irigasi melalui lubang terkecil dari
kateter.
8. Komplikasi
Beberapa komplikasi mungkin terjadi pada klien BPH yang telah menjalani
prosedur pembedahan, baik prostatektomi maupun TURP. Berikut
beberpa komplikasi yang mungkin terjadi (Fillingham and Douglas, 2000) :
9. Patofisiologi
DAFTAR PUSTAKA
Doonges, Marilynn E. (1999). Nursing Care Plans ( I Made K,
penerjemah) Third Edition.Jakarta : EGC. (sumber asli diterbitkan
1993)
Fillingham and Douglas. (2000). Urological Nursing. 2 nd Ed. China:
Bailiere Tindall.
Ikatan Ahli Urologi Indonesia. (IAUI). Pedoman Penatalaksanaan BPH di
Indonesia. Style sheet. www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf diambil pada
26 Juni 2013
Kellogg, Parson., Sarma, Aruna., McVanry., Wei, John. (2007). Obesity
and Benign Prostatic Hyperplasia: Clinical Connections, Emerging
Etiological Paradigms and Future Directions. Style sheet.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S00225347120549
48 diambil pada 27 Juni 2013
Kellogg, Parsons and Kashefi, Carol. (2008). Physical Activity, Benigna
Prostate Hyperplasia and LUTS. Style sheet.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S03022838080019
17# diambil pada 27 Juni 2013
Meigs, James et al. (2001). Risk factors for clinical benign prostatic
hyperplasia in a community-based population of healthy aging
men. Style
sheet.http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S089543560
100351 1 diambil pada 27 Juni 2013
Ng, Christine. (2001). Assessment and intervention knowledge of nurses
in managing catheter patency in continuous bladder irrigation
following TURP. Urologic Nursing, 21(2), 97-8, 101-7, 110-1.
Retrieved from http://search.proquest.com/docview/220146614?
accountid=17242
Rohrmann, S., Platz, Elizabeth., Giovannuci, Edward. (2005). Lifestyle and
benign prostatic hyperplasia in older men: what do we know.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S15718913050006
10
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Brunner & Suddarths Textbook of Medical
Surgical Nursig. (dr. H. Y. Kuncara, Penerjemah) Volume II Eight
Edition. Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher. (sumber asli
diterbitkan 1996)
Syah, Nur Afrainin, MD,M.Med Ed. (2010). Bladder irrigation, post
transurethral resection of the prostate 2010-02-20]. Adelaide:
Joanna Briggs Institute. Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/921745575?accountid=17242