Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNIK PASCA TANNING KULIT KECIL

KULIT KAMBING ARTIKEL NAPPA GARMENT

DISUSUN OLEH :

1. PRAYOGI TAWAKAL (17010)


2. NAYLA MUSTIKA FAUZIAH (1701014)
3. PUTRI HIDAYATI NINGTIYAS (1701032)

KELOMPOK/KELAS : 02 / TPK A

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI

POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA

2019
PENDAHULUAN

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami bagaimana menentukan,
membuat formula dan melaksanakan proses pasca tanning kulit nappa
dengan bahan baku kulit kambing/domba wet blue ataupun wet white.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi bahan baku kulit kambing/domba
wet blue ataupun wet white (kualitas, luas, tebal, maupun kondisi) yang
digunakan untuk nappa garmen.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan dan menyebutkan bahan-bahan kimia
maupun bahan produk paten yang digunakan dalam proses pasca
tanning kulit nappa garmen.
c. Mahasiswa dapat mengatur kondisi-kondisi proses, pH, temperatur,
kecepatan, putaran drum yang sesuai untuk proses pasca tanning kulit
nappa garmen.
d. Mahasiswa dapat memformulasikan dengan tepat jumlah bahan kimia
dengan kombinasinya dalam formula proses pasca tanning kulit nappa
garmen dari bahan baku kulit kambing/domba.
MATERI DAN METODE
A. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan dalam praktikum adalah:
1. Drum (1 unit).
2. Bak (1 unit).
3. Gelas (5 unit).
4. Gayung (1 unit).
5. Sendok (2 unit).
6. Pisau (1 unit).
7. Gunting (1 unit).
8. Pisau setting out (1 unit).
9. Kayu untuk hanging (3 unit).
10. Meteran (1 unit).
11. Tali plastik (secukupnya).
12. Tickness gauge (1 unit).
13. Spancam miring (1 unit).
14. pH meter (1 unit).
15. Drum miling (1 unit)
16. Spray untuk conditioning (1 unit)

b. Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah:


1. Kulit kambing wet blue
2. H2O
3. Asam Formiat
4. Indikator BCG
5. Peramit MLN
6. Rellugan GT50
7. Cromosal B
8. Alcotan PSN
9. Natrium Format

3
10. Proventol CR
11. NaHCO3
12. Drasil SMS
13. Derminol SPE
14. Lipoderm Liquor SAF
15. Ammonia
16. Dermagen GPA
17. Lipoderm Blue RF
18. Derminol OCS
19. Derminol NLM
20. Sincal DR
5
B. FORMULASI
1) Data Sortasi dan Grading Bahan Baku Kulit.

Foto: Bahan baku kulit wet blue


Jenis Kulit Kulit wet blue
Warna Biru
Kualitas 1. Riject
(Standar 2. Riject
UNIDO) 3. Riject

Deskripsi cacat :
1. Terdapat pes disebagian krupon,
rajah terkelupas dibeberapa
bagian.
2. Terdapat pess pada krupon,
gigitan kutu merata dibagian
krupon.
3. Terdapat pes pada bagian
Jumlah Kulit 3 kulit krupon, ada lubang kecil pada
Tebal sebelum di 1. 1,32 mm bagian krupon.
shaving 2. 1,20 mm
3. 1,46 mm
Tebal sesudah di 1. 0,65 mm
shaving 2. 0,62 mm
3. 0,67 mm
Berat sebelum di 1. 0,75 kg
shaving dan 2. 1 kg
trimming 3. 0,83 kg
Berat sesudah di 1. 0,344 kg
shaving dan 2. 0,462 kg
trimming 3. 0,335 kg
Luas sebelum di 1. 5 Squarefeet
shaving dan 2. 42 Squarefeet
trimming 3. 41 Squarefeet
Luas sesudah di 1. 43 Squarefeet
shaving dan 2. 42 Squarefeet
trimming 3. 41 Squarefeet
Berat limbah 2,9 kg
shaving (10
kelompok)
Berat limbah 0,505 kg
trimming (3 kulit)
8
9

3).Formulasi Pasca Tanning Artikel Nappa Garment

Berat Produk Waktu Kontrol


No Proses % Chemical Fungsi
bahan Paten Menit WIB BCG pH ˚C Keterangan
Untuk mengetahui Kualitas, berat, luas,
1 Sortasi dan
kualitas, berat, luas, dan dan tebal kulit sudah
grading
tebal kulit sebelum tertera pada tabel
(12 Januari
diproses. sortasi & grading wet
2019)
blue.
Mengurangi kadar air
Setelah di sammying
dalam kulit wet blue,
2 Sammying kulit sudah tidak terlalu
karena kulit masih terlalu
basah.
basah.
Untuk mengatur /
meratakan ketebalan kulit Setelah di shaving ada
(menjadi ±0,65 mm) beberapa kulit yang
3 Shaving
disesuaikan untuk artikel bolong dibagian
yang akan dibuat yaitu pinggir.
nappa garment,
mempercepat penetrasi.

Merapihkan bagian pinggir Setelah di trimming


klulit. dengan gunting kulit
terlihat lebih rapih dan
4 Trimming
lubang yang dibagian
pinggir sudah tidak ada
karena ditrimming.
Untuk mengetahui Kulit mengalami
Sortasi dan
5 kualitas, berat, luas dan perubahan berat, tebal,
grading
tebal kulit setelah di luas dan kualitas seperti
setelah
shaving dan di trimming. yang telah tertera pada
shaving dan
table sortasi dan grading
trimming
kulit wet blue.
15 2,26 L H2O Air Mengembalikan kadar air 09.45 Cek BCG = berwarna
Wetting
6 0 yang telah berkurang 45 ́ – Kunin 4,5 kuning kehijauan
back
setelah penyimpanan. 10.30 g 1 Control Proses = Kulit
0,5 5,6 gr HCOOH Asam Menurunkan pH kulit. kehija kembali basah, Lemas,
Formiat uan Kadar air sudah
0,7 8,48 gr Surfaktan Peramit Membantu mempercepat meningkat ditandai
5 Anionik MLN proses pembahsan dengan kulit yang sudah
basah dan lemas.
7 Drain Membuang air dalam
drum.
8 Retanning I 10 1,13 L H2O Air Sebagai pelarut bahan 90’ 10.45 Kondisi kulit warnanya
0 kimia dan membantu - sedikit kekuningan,
penetrasi bahan kimi 12.05 pegangannya sudah
kedalam kulit. spongi, soft, dan lemas.

3 31,93 Cr(OH)SO4 Cromosal Sebagai tanning agent


gr B untuk menyempurnakan
penyamakan,
meningkatkan suhu kerut,
dan membuat pegangan
sedikit lebih soft.
3 31,93 Glutaralldeh Rellugan Membuat kulit menjadi
gr yde GT50 sedikit spongi.
9 Drain Membuang air dalam
drum.
10 Netralisasi 15 1,69 L H2O Air Sebagai pelarut bahan Kondisi kulit
0 kimia dan membantu pegangannya masih tetap
penetrasi bahan kimi spongi, soft, dan lemas.
kedalam kulit. pH akhr kulit 5,8 dan
12.20
1,5 16,9 gr Netalizing Alcotan Sebagai neutralizing. 10 ́ BCGnya sudah biru.

agent PSN Seperti buffer berfungsi
12.30
sebagai penyangga agar
tidak terjadi kenaikan pH
yang drastis (akibat
penambahan basa).
0,5 5,6 gr NaCOOH Natrium Menaikan pH kulit agar 10’ 12.35 Hijau 4,8
Format sesuai target yang ingin – kekun 3
dicapai yaitu 5,5 – 5,8. 12.45 ingan
0,5 5,6 gr NaHCO3 Soda Kue Menaikan pH kulit agar 15’ 12.45 Hijau 5,0
sesuai target yang ingin – 6
dicapai yaitu 5,5 – 5,8. 13.00
0,5 5,6 gr NaHCO3 Soda Kue Menaikan pH kulit agar 15’ 13.00 Biru 5,0
sesuai target yang ingin – kehija 8
dicapai yaitu 5,5 – 5,8. 13.15 uan
0,5 5,6 gr NaHCO3 Soda Kue Menaikan pH kulit agar 30’ 13.20– Biru 5,6
sesuai target yang ingin 13.50 kehija 3
dicapai yaitu 5,5 – 5,8. uan
0,5 5,6 gr NaHCO3 Soda Kue Menaikan pH kulit agar 30’ 13.50 Biru 5,5
sesuai target yang ingin - 6
dicapai yaitu 5,5 – 5,8. 14.20
0,3 3,1 gr NaHCO3 Soda Kue Menaikan pH kulit agar 30’ 14.30 Biru 5,8
sesuai target yang ingin -15.00
dicapai yaitu 5,5 – 5,8.

11 Overnight Kulit diovernight


didalam drum.
12 Mekanik 15’ 08.00- Biru 5,6 Kulit diputar dalam drum
08.15 selama 15 menit untuk
menyesuaikan kondisi
setelah di-overnight.
13 Retanning 10 1,131 L H2O Air Sebagai pelarut bahan 90’ 08.20- Kondisi kulit
II 0 kimia dan membantu 09.50 pegangannya menjadi
penetrasi bahan kimi lebih berisi , padat,
kedalam kulit. terutama pada bagian
3 33,93 Resin Drasil Copolimer Rettaning flank dan belly.
gr Acrylic SMS Agent, mengisi bagian –
Liquid bagian kulit yang loose.
14 Drain & Membersihkan kulit dan Membuang kulit dalam
Washing drum dari sisa sisa bahan drum dan mencuci kulit
kimia pada proses dengan air bersih.
sebelumnya.
15 Fatliquorin 20 2,26 L H2O Air panas Untuk menyesuaikan Derminol SPE,
g 0 kondisi kulit dan drum Lipoderm Liquor SAF,
supaya hangat. dan Peramit MLN di mix
10 1,131 L H2O Air panas Untuk menyesuaikan 10’ 10.00- 70 kemudian diemulsikan
0 kondisi kulit dan drum 10.05 dengan air hangat secara
supaya hangat. perlahan – lahan.
8 90,48 Sulphited Derminol Melubrikasi antar serat 90’ 80 Kondisi kulit setelah
gr Oil SPE kulit sehingga tidak saling (10.10-11.40)
lengket sehingga kulit
menjadi lemas.

8 90,48 Sulphited Derminol Melubrikasi serat kulit


Fish Oil SPE sehingga tidak saling
lengket satu dengan
lainnya sehingga membuat
kulit menjadi lemas.
4 45,24 Sulfoclorina Lipoderm Meminyaki kulit dan fatliquoring sudah lemas
gr te mineral Liquor membuat pegangan kulit tetapi belum lemas sekali
oil SAF lebih halus. dan peganganya halus.

5 56,55 Alkyl Sulfat Peramit Sebagai emulsi fire yang


MLN dapat membantu proses
pengemulsian minyak.
16 Dyeing 1 11,31 Penetrating Dermagen Membantu penetrasi zat 60’ 10.20 - Pada saat telah
gr /Levelling GPA warna kedalam kulit, serta 11.20 ditambahkan dermagen
agent. membantu membuat GPA dan Acid Dyesstuff
tampilan warna merata kondisi kulit berwarna
pada kulit. biru tetapi kondisi air
3 33,93 Acid Lipoderm Sebagai zat warna yang dalam drum masih keruh
gr Dyesstuf Blue RF dapat mewarnai kulit. 60’ , 11.20 – dan saat dilakukan
30’ 12.50 pengecekan tembus
0,3 3,39 gr NH4OH Amonia Membantu menembuskan masih ada garis putih
warna / membantu ditengah kulit yang
penetrasi zat warna artinya kulit belum
kedalam kulit. tembus dengan
sempurna, selanjutnya
dilakukan penambahan
ammonia untuk
membantu penetrasi zat
warna. Setelah selesai
penambahan amonia
sekitar 60 menit ternyata
masih ada sedikit garis
putih, akhirnya ditambah
putaran sekitar 30 menit
dan setelah dilakukan
pengecekan kulit sudah
berwarna biru pekat zat
warna telah tembus
dengan sempurna dan
kondisi air dalam drum
sudah jernih.
17 Fixaxi 10 1,131 H2O Air Sebagai pelarut bahan 15’ 12.53 – Setelah di fixaxi kondisi
0 L kimia dan membantu 13.08 kulit tembus dan warna
penetrasi bahan kimi birunya merata (tidak
kedalam kulit. ada belang).
0,5 5,6 gr HCOOH Asam Untuk mengunci / 20’ 13.08 –
Formiat mengikat warna pada kulit. 13.28
0,5 5,6 gr HCOOH Asam Untuk mengunci / 20' 13.30 –
Formiat mengikat warna pada kulit. 13.50
18 Drain & Membersihkan kulit dan Membuang kulit dalam
Washing drum dari sisa sisa bahan drum dan mencuci kulit
kimia pada proses dengan air bersih.
sebelumnya.
19 Top 75 0,84 L H2O Air Untuk menyesuaikan 60’ 13.50 – 70 Semua minyak di
Fatliquorin kondisi kulit dan drum 14.50 campurkan lalu
g supaya hangat. diemulsikan dengan air
panas secaa perlahan –
3 33,93 Sulphited Derminol Melubrikasi serat kulit lahan lalu diputar dalam
Fish Oil SPE sehingga tidak saling drum. Kondisi kulit
lengket satu dengan setelah top fatliquoring
lainnya sehingga membuat sudah sangat lemas dan
kulit menjadi lemas pegangannya halus.
4 45,24 Sulphited Derminol Meminyaki kulit agar kulit
Syntetic Oil OCS menjadi lemas.
1,5 16,96 Sulfated Oil Derminol Meminyaki kulit agar kulit
+ Softening NLM menjadi lemas serta
+ membuat pegangan kulit
Emulisifier lebih soft. Dan berperan
sebagai emulsi fire yang
membantu proses
pengemulsian minyak.
20 Fixing 0,5 5,6 gr HCOOH Asam Untuk mengunci / 15’ 15.00 – Hijau 4,6 Kondisis kulit setelah di
Formiat mengikat warna pada kulit, 15.15 kebiru 1 fixing menjadi lemas,
serta membantu an soft, spongi, halus, padat
menurunkan pH. terisis, dan warnanya
0,5 5,6 gr HCOOH Asam Untuk mengunci / 20’ 15.15 – Hijau 4,4 merata dan pekat serta
Formiat mengikat warna pada kulit, 15.35 9 tidak ada cat yang
serta membantu mengeblok pada suatu
menurunkan pH. bagian.
0,5 5,6 gr HCOOH Asam Untuk mengunci / 20’ 15.35 – Hijau 4,2
Formiat mengikat warna pada kulit, 15.55 8
serta membantu
menurunkan pH.
0,3 3,39 gr HCOOH Asam Untuk mengunci / 15’ 15.55 – Hijau 4,2
Formiat mengikat warna pada kulit, 16.10 3
serta membantu
menurunkan pH.
0,2 2,26 gr Resin Sincal DR Membantu mengikat zat 20’ 16.10 –
Kationik warna (dyestuff) pada 16.30
kulit.
0,2 2,26 gr Cresol & Preventol Mencegah tumbuhnya 20’ 16.30 -
Phenol CR jamur selama masa 16.50
Derivat penyimpanan.
21 Drain Cuci Membersihkan kulit dan Membuang kulit dalam
Drain drum dari sisa sisa bahan drum dan mencuci kulit
kimia yang digunakan dan drum dengan air
selama proses pasca bersih.
tanning dalam drum.
22 Setting Out Membantu mengurangi Dilakukan diatas meja
Ringan kadar air dalam kulit . miring menggunakan
pisau setting out.
Kondisis kulit setelah
disetting out sudah tidak
terlalu basah dan warna
birunya pekat serta
telihat ada bagian kasar
pada rajah bagian atas.
23 Hanging Mengurangi kadar air Hanging dilakukan
dalam kulit (agar kulit dengan menggantungkan
kering). kulit yang diikatkan pada
sebuah bambu. Setelah
dihanging selama ± 30
jam kondisi kulit sudah
kering, kaku, dan
warnanya tidak biru
pekat melainkan biru
sedikit pudar dan ada
noda putih pada
beberapa bagian kulit,
serta beberapa rajah yang
kasar semakin terlihat
jelas seperti terkelupas.
25 Conditionin Melembabkan kulit agar Dilakukan dengan
g tidak terlalu kaku ketika membasahi bagian flash
dilakukan staking. kulit menggunakan air
pada alat spray sampai
kondisi kulit lembab.
26 Staking Melemaskan kulit. Kondisis kulit belum
terlalu lemas masih
sedikit kaku sehingga
dilakukan 2 x staking.
27 Milling Membuat kulit menjadi Kulit diputar bersama
lebih lemas. batu milling pada drum
miling selama ±28 jam.
Kondisi kulit setelah
dimilling sudah lumayan
lemas hanya saja masih
ada sedikit bagian kaku
terutama pada bagian
pinggir kulit. Warna
kulit masih tidak biru
pekat melainkan biru
sedikit pudar dan ada
noda putih pada
beberapa bagian kulit,
serta beberapa rajah yang
kasar semakin terlihat
jelas seperti terkelupas.
28 Toggling Menambah luas kulit dan Setelah ditoggling kulit
membuat kulit lebih flat. menjadi lebih luas dan
lebih flat.
29. Measuring Mengukur luas kulit. Luas kulit 1 = 5,7 sqft
Luas kulit 2 = 4,9 sqft
Luas kulit 3 = 4,2 sqft
30 Sortasi dan Untuk mengetahui Kualitas, berat, dan luas
Grading kualitas, luas, dan tebal kulit sudah tertera pada
Akhir kulit setelah diproses. tabel sortasi & grading
akhir.
31 Packaging Untuk membungkus kulit Kulit ditumpuk lalu
menggunakan plastic digulung dan dimasukan
sebelum disimpan agar kedalam plastik.
terhindar dari gangguan
debu, binatang, kotoran,
dll.
2). Data Shaving dan Rendemen Kulit

Kelas : TPK A / Semester IV


Jenis Kulit : Wet Blue
Artikel : Nappa Garmen
Kelompok No. Wet Blue Crust Dyed
Kulit Berat (Kg) Luas (Sqft) Tebal (mm) Kualitas Berat Berat Luas Tebal
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Kulit Limbah Limbah
Shaving Triming
I 1 0,57 0,25 31 3 1,1 0,67 III Berat 10 Berat 3
2 0,6 0,26 31 3 1,2 0,65 III Kelompok kulit
3 0,5 0,71 3 3 1,01 0,68 II 2,9 Kg 58,60
Total 1,67 1,22 gr
II 1 0,5 0,256 5 43 1,32 0,65 R Berat 3 5,7 sqft 0,89
mm
kulit

2 0,5 0,238 42 42 1,20 0,65 R 57,50 4,9 sqft 2. 0,64


gr mm

3 0,49 0,225 41 41 1,46 0,6 R 4,5 sqft 0,89


mm
Total 1,49 0,716
III 1 0,5 0,256 32 31 1,3 0,65 2 14,2 gr
2 0,5 0,238 32 32 1,2 0,65 2 23,4 gr
3 0,49 0,225 3 3 1,36 0,6 2 15 gr
Total 1,49 0,716

IV 1 1,07 0,41 5 5 1,55 0,65 28,8 gr


2 1,05 0,39 5 5 1,54 0,65 22,2 gr
3 0,98 0,39 51 5 1,46 0,65 21,2 gr
Total 3,1 1,29
VII 1 0,9 0,324 43 43 1,5 0,6 41,2 gr
2 0,8 0,336 42 42 1,4 0,6 52 gr
3 0,8 0,388 5 5 1,3 0,6 28 gr
Total 2,5 1,07
27
HASIL

1. Data Sortasi dan Grading Akhir Kulit

Foto: kulit krust


Jenis Kulit Kulit krust
Warna Biru
Kualitas 1. Riject
(Standar 2. Riject
UNIDO) 3. Riject

Deskripsi cacat :
1. Terdapat bekas pes dibagian
bahu dan leher, rajah kasar
seperti terkelupas
dibeberapa bagian, warna
biru yang tidak merata ada
warna putih di beberapa
bagian .
Jumlah Kulit 3 kulit 2. Terdapat pess dibagian
Tebal Kulit 1. 0,89 mm krupon, warna biru yang
2. 0,64 mm tidak merata ada warna
3. 0,89 mm putih di beberapa bagian.
Luas Kulit 1. 5,7 Squarefeet 3. Terdapat pes pada bagian
2. 4,9 Squarefeet krupon yang masih terlihat,
3. 4,5 Squarefeet ada lubang kecil pada
Panjang Kulit 1. 88 cm bagian krupon, warna biru
2. 78 cm yang tidak merata ada warna
3. 80 cm putih di beberapa bagian.
Lebar Kulit 1. 49 cm
2. 48 cm
3. 43 cm

28
PEMBAHASAN

IDENTITAS PENYUSUN
Nama Nayla Mustika Fauziah
NIM 1701014
Kelas TPK A

E. Pembahasan

Wetting Back
Wetting back yang artinya pembasahan kembali merupakan proses yang
bertujuan untuk membasahi kembali kulit dan mengembalikan kadar air dalam
kulit sampai mendekati kulit segar (60 -65%) karena selama masa penyimpanan
kadar air dalam kulit rentan mengalami penurunan, selain itu pada proses ini juga
dapat membersihkan kulit dari kotoran yang menempel pada kulit selama masa
penyimpanan.
Bahan yang digunakan pada proses ini disebut dengan wetting agent.
Produk paten yang digunakan pada proses ini yaitu Peramit MLN (Tergolic NIA)
yang merupakan surfaktan anionik. Kegunaan Peramit MLN mampu menurunkan
tegangan permukaan air di dalam kulit sehingga serat lebih longgar dan dapat
mempercepat penetrasi air ke dalam kulit. Penambahan surfaktan kedalam air
akan menurunkan tegangan permukaan air dan tegangan permukaan intervase air
atau zat padat sehingga menghasilkan nilai koefisien penyebaran yang positif.
Cara kerja dari surfaktan sangatlah unik karena bagian yang hidrofilik akan masuk
kedalam larutan yang polar dan bagian yang hidropobik akan masuk kedalam
bagian yang non polar sehingga surfaktan dapat menggabungkan (walaupun
sebenarnya tidak bergabung) kedua senyawa yang seharusnya tidak dapat
bergabung tersebut. Namun semua tergantung pada komposisi dari komposisi
dari surfaktan tersebut. Jika bagian hidrofilik lebih dominan dari hidrofobik maka
ia akan melarut kedalam air, sedangkan jika ia lebih banyak bagian hidrofobiknya
maka ia akan melarut dalam lemak dan keduanya tidak dapat berfungsi sebagai
surfaktan. Bagian liofilik molekul surfaktan adalah bagian nonpolar, biasanya
terdiri dari persenyawaanhidrokarbon aromatik atau kombinasinya, baik jenuh

29
maupun tidak jenuh. Bagian hidrofilik merupakan bagian polar dari molekul,
seperti gugusan sulfonat, karboksilat, ammonium kuartener,hidroksil, amina
bebas, eter, ester, amida. Biasanya, perbandingan bagian hidrofilik dan liofilik
dapat diberi angka yang disebut Keseimbangan Hidrofilik dan Liofilik yang
disingkat KHL dari surfaktan (Jatmika, 1998).
Selain penggunaan surfaktan pada proses ini juga digunakan asam. Asam
yang digunakan yaitu HCOOH. Bahan ini mampu menurunkan pH secara
perlahan-lahan sehingga dapat memerlukan waktu yang cukup lama untuk
mendapatkan pH yang didinginkan (3,8 – 4) .Penggunaan asam ini mempunyai
maksud agar kulit tidak mengalami wringkel maupun rajah rusak. HCOOH
termasuk asam lemah karena nilai konsentrasi dari H+ nya yang paling kecil
dibandingkan dengan H2SO4 dan HCl. Oleh sebab itu dalam aplikasinya selalu
digunakan asam formiat terlebih dahulu kemudian asam sulfat atau asam klorida
(Purnomo,2017).
Pada proses yang kami lakukan, kulit bersama bahan dan air yang
berfungsi sebagai pelarut bahan dan membantu penetrasi bahan diputar dalam
drum selama 45 menit. Kontrol proses yang dilakukan adalah pengecekan pH =
4,5 dan pengecekan penampang dengan indikator BCG = kuning kehijauan karena
tes penampang dengan indicator BCG sudah menunjukan warna kuning kehijauan
kulit bias dilanjutkan pad proses yang selanjutnya. kondisi kulit setelah di wetting
back sudah basah dengan sempurna dan pegangannya lemas.
Retanning I

Retanning merupakan salah satu tahapan proses dalam Pasca Tanning


yang bertujuan untuk menyempurnakan proses penyamakan, menciptakan
karakter khusus pada setiap artikel kulit yang berbeda, yang berhubungan dengan
kelemasan, kepadatan, elongasi, fleksibilitas, run, dan lain-lain, serta memperbaiki
sifat alami kulit yang kurang menguntungkan seperti area yang tidak berisi untuk
menjadi lebih berisi dan padat. (Purnomo, dkk 2019)

Menurut Eddy Purnomo dkk dalam “Diktat Praktikum Pasca Tanning


Kulit Kecil”, 2019 dituliskan bahwa bahan retanning yang digunakan biasanya
adalah kombinasi antara bahan penyamak mineral seperti krom sulfat basis
Cr(OH)SO4 baik basisitas 33,3% ; 45% atau chrome syntan yang dikombinasi
dengan dengan resin acrylic, dicyandiamide dimana resin akan lebih mengisi di
bagian yang kosong seperti belly atau flank dan dicyandiamide pada grain yang
loose. Pendapat tersebut juga diperkuat dengan pendapat dari Khana Yasa dalam
blog nya yang berjudul “Pasca Tanning” pada tahun 2018 yang bertuliskan
beberapa bahan kimia yang bisa dimasukkan dalam proses Retanning I
diantaranya Krom (Chrome) baik basisitas 33,33% maupun 45%, Alumunium
(untuk Tanning), dan glutaraldehyde. Tentu saja masing-masing bahan kimia yang
kita masukkan akan mempengaruhi karakter hasil jadi kulit (leather). Misa dengan
penambahan krom (Chrome/Cr sulfat) basisitas 33,33% akan lebih bersifat lemas
dari pada menggunakan krom 45%. Bahkan jika menambahkan krom sintan akan
lebih membuat karakter kulit lebih padat.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa chrome


sulfat basis dan glutaraldehyde dapat digunakan dalam proses rettaning I. Bahan
yang digunakan dalam praktikum yang kami lakukan adalah Cromosal B yang
memiliki generic Cr(OH)SO4 dan Glutaraldehyde yang produk patennya adalah
Rellugan GT 50. Menurut Spesifikasi Bahan Kimia Produk Paten di Workshop
BHO dan Tanning diketahui bahwa :
 Cromosal B memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Nama Bahan Kimia : Chromosal B
Bahan aktif : Krom sulfat basis (Cr2O3 26% ; Basisitas
33%)
Produsen : Lanxess
Wujud & Karakter Fisik : Serbuk hijau pH pada larutan 10%
Fungsi pada Proses Kulit : Sebagai bahan penyamak krom, sebagai
bahan retanning krom.
Aplikasi / Penggunaan : Proses basifikasi sebaiknya dilakukan setelah
30–60 menit setelah penambahan bahan
penyamak, Pada kulit yang tidak di-split
sebaiknya basifikasi dilakukan setelah
bahan penyamak tembus ke semua
penampang kulit, dan jika digunakan
sebagai bahan retanning, dimasukkan 2–
4% ke dalam larutan sedikit (short float)
pada suhu 40–50 °C.
 Rellugan GT 50 memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Nama Bahan Kimia : Relugan GT 50
Bahan aktif : Glutaraldehida
Produsen : BASF
Wujud & Karakter Fisik : Cairan bening kekuningan berbau
menyengat pH (100%) 3,7
Fungsi pada Proses Kulit : Sebagai bahan penyamak aldehida jenis
glutaraldehida, menghasilkan kulit samak
dengan warna kekuningan, lembut,
pegangan yang full, ketahanan cuci yang
tinggi, dan efek dyeing lebih dalam.
Aplikasi / Penggunaan : Dapat digunakan untuk pretanning atau
retanning penyamakan nabati, penyamakan
wet white, penyamakan krom dan retanning
krom, penyamakan rajah kerut,
penyamakan chamois, pembuatan artikel
kulit untuk otomotif - Dilarutkan dengan air
dengan perbandingan 1:5 sebelum
digunakan pada proses. Digunakan pada
kulit sebanyak 0,5–4 % pada pH kurang
dari 3,8 untuk memaksimalkan penetrasi
dan rajah yang rata.

Purnomo (1985), mengemukakan bahwa ikatan yang terjadi antara krom


dengan kolagen kulit akan membentuk ikatan silang yang terjadi karena
kemampuan bereaksi molekul krom yang bervalensi 3 terhadap gugus amino pada
protein kolagen kulit yang reaktif. Keunggulan bahan penyamak khrom adalah
dapat menghasilkan kulit samak yang bersifat lemas, kuat dan tahan terhadap air
mendidih (Sharphouse, 1975).

Berdasarkan hal diatas pemilihan Cromosal B sebagai bahan rettaning


disini disesuaikan dengan artikel yang akan dibuat yaitu Nappa Garmen yang
notabennya harus memiliki kelemasan yang tinggi dan suhu kerut yang tinggi agar
memberi rasa nyaman kepada penggunanya. Selain itu Cromosal B juga
membantu menyempurnakan penyamakan kulit seperti yang diketahui bahwa
bahan baku kulit yang digunakan adalah wet blue yang juga disamak
menggunakan krom. Sedangkan penggunaan Rellugan GT 50 dipilih karena bahan
ini dapat memberikan efek spongi pada kulit, lembut dan memberikan efek dyeing
yang lebih dalam. Banyaknya cromosal B dan Rellugan GT 50 yang kami pakai
masing - masing 3% dari berat kulit wet blue yang sudah di shaving dan trimming.
Selain kedua bahan yang telah disebutkan sebelumnya kami juga menggunakan
air yang berfungsi sebagai pelarut bahan dan membantu penetrasi bahan kimia
kedalam kulit. Proses rettaning yang kami lakukan adalah selama 90 menit.

Kondisi kulit setelah dilakukan Rettaning I warnanya sedikit kekuningan


karena efek penggunaan bahan Rellugan GT 50 seperti yang sudah tertera di
spesifikasi bahan tersebut. Selain itu, pegangan kulitnya menjadi lemas, lembut
dan spongi.

Netralisasi

Netralisasi atau yang biasa disebut dengan deacidifikasi adalah adalah


proses yang bertujuan menghapuskan asam bebas pada kulit (samak mineral) yang
terbentuk selama masa penyimpanan kulit (BASF-Pocket Book). Hal inj juga
serupa dengan pendapat Purnomo dkk dalam “Diktat Praktikum Pasca Tanning
Kulit Kecil”, 2019 yang menuliskan bahwa Netralisasi yang sering juga disebut
deacidifikasi adalah proses untuk menghilangkan sebagian sisa asam bebas yang
terdapat pada wet blue baik yang berasal dari proses pengasaman atau yang
terbentuk selama reaksi olasi dan oksilasi selama masa penyimpanan.
Proses Netralisasi harus dilakukan dengan hati-hati dan bertahap dengan
bahan kimia bersifat lemah. Hal tersebut karena apabila sampai terjadi over
netralisasi dapat merusak kulit (Purnomo,dkk 2019). Overneutralization harus
selalu dihindari karena jika tidak dapat menyebabkan serat- serat pada kulit
menjadi longgar dan kasar serta menyebabkan pegangan kulit menjadi kosong
(BASF-Pocket Book).

Proses ini dilakukan dengan jalan menaikkan pH larutan menggunakan


bahan yang bersifat alkali yang nantinya akan menaikkan pH kulit. Semakin
tinggi pH pada proses netralisasi akan semakin lemas pula kulitnya. Misalkan
kulit untuk artikel garmen memiliki pH netralisasi 5,5 – 5,9 yang nilainya lebih
tinggi dibandingkan dengan pH netralisasi kulit atas sepatu (upper abri) yang
hanya 4,7 – 4,8 hal ini dikarenakan artikel garmen membutuhkan kelemasan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan upper.

Bahan kimia yang kami gunakan dalam proses netralisasi ini adalah alkali
yang bersifat lemah yaitu NaCOOH dan NaHCO3 yang tentunya berfungsi untuk
menaikan pH kulit sampai target yang telah ditentukan yaitu 5,5 – 5,9 yang
merupakan pH netralisasi untuk artikel garmen. Selain penggunaan basa lemah
pada proses ini kami juga menggunakan Alcoton PSN yang merupakan
neutralizing agent yang fungsinya sebagai buffer yang menyangga agar tidak
terjadi kenaikan pH yang drastis akibat penambahan basa dan mencegah
terjadinya overnetralizing. Kami juga menggunakan H2O yang berfungsi sebagai
pelarut bahan kimia dan membantu penetrasi bahan kimi kedalam kulit.

Proses netralisasi ini dirasa cukup apabila ketika p H lkulit sudah


mencapai 5,5 – 5,9 dan penampang kulit saat ditetesi dengan indicator BCG
(Bromo Cresol Green) sudah berwarna biru. pH netralisasi kulit kami adalah 5,8
dan penampang kulit kami ketika ditetesi indicator BCG telah berwarna biru.
banyaknya basa yang kami gunakan dalam proses ini adalah 48 gr. Kondisi kulit
kami setelah proses netralisasi pegangannya masih tetap spongi, soft, dan lemas.
Rettaning II

Proses rettaning II merupakan proses yang bertujuan untuk mengisi bagian


dalam kulit dan bagian – bagian yang kurang menguntungkan misalnya bagian
kulit yang loose. Bahan kimia yang digunakan dalam proses ini biasanya adalah
bahan tanning nabati seperti mimosa, quebracho dan chestnut. Bahan-bahan
tersebut akan banyak mengisi pada bagian ekor dari kulit. Selain itu ada juga
acrylic dan resin dicyandiamide. Bahan tipe acrylic biasanya digunakan untuk
menyamakan kepadatan kulit seperti pada bagian belly, sedangkan dicyandiamide
cenderung untuk mengisi bagian grain (yana, khasa 2018).

Berikut adalah gambar yang memperlihatkan distribusi pengisian berbagai


macam bahan retanning pada area kulit skin maupun hide yang diambil dari
“Diktat Praktikum Pasca Tanning Kulit Kecil”, 2019 karangan Eddy Purnomo,
dkk.
Pada proses rettaning II ini kami hanya menggunakan bahan resin acrylic
liquid yaitu Drasil SMS yang merupakan copolymer rettaning agent berfungsi
untuk membuat pegangan kulit menjadi lebih berisi terutama pada bagian flank
dan belly. Selain itu akrilik memberikan ketahanan kepecahan dan elongasi pada
grain yang lebih baik namun memberikan efek yang firmer (Purnomo,dkk 2019).
Pada proses ini kami tidak menggunakan bahan penyamak nabati sebagai
rettaning agent dikarenkan penggunaan bahan penyamak nabati dapat
mempengaruhi pegangan kulit yaitu membuat pegangan kulit menjadi sedikit
keras.

Proses rettaning II yang kami lakukan berlangsung selama 90 menit.


Kondisi kulit setelah dilakukan rettaning II pegangannya menjadi lebih padat
berisi dan firm terutama pada bagian flank dan belly.

Dapus

Purnomo,Eddy.2017.Bahan Kimia Kulit.Yogyakarta : Politeknik ATK


Yogyakarta.
Spesifikasi produk paten di workshop BHO dan Tanning.

Yana Khana. 2019. Pasca Tanning. Yogyakarta. diakses secara online melalui
http://khanayasa.blogspot.com/2018/05/pasca-tanning.html. Pada 22 februari
pukul 22.34 WIB.

Jatmika, A., 1998, Aplikasi Enzim Lipase dalam Pengolahan Minyak Sawit dan
Minyak Inti Sawit Untuk Produk Pangan, Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 6
(1) : 31 - .
SharpHouse, J.H. 1975. Leather Technicians Hand book. Leather Producers
Association 9 th Thomas Street, London.

BASF.2008. Pocket Book For the Leather Technology. BASF


Aktiegesellchaft.Ludwigshafen : Germany.
Purnomo, E. 1985 . Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. Akademi
Teknologi Kulit Yogyakarta.

Purnomo, E., Emiliana Anggriyani, Laili Rachmawati. 2019. Diktat Praktikum


Teknik Pasca Tanning Kulit Kecil. Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai