DISUSUN OLEH :
KELOMPOK/KELAS : 02 / TPK A
2019
PENDAHULUAN
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami bagaimana menentukan,
membuat formula dan melaksanakan proses pasca tanning kulit nappa
dengan bahan baku kulit kambing/domba wet blue ataupun wet white.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi bahan baku kulit kambing/domba
wet blue ataupun wet white (kualitas, luas, tebal, maupun kondisi) yang
digunakan untuk nappa garmen.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan dan menyebutkan bahan-bahan kimia
maupun bahan produk paten yang digunakan dalam proses pasca
tanning kulit nappa garmen.
c. Mahasiswa dapat mengatur kondisi-kondisi proses, pH, temperatur,
kecepatan, putaran drum yang sesuai untuk proses pasca tanning kulit
nappa garmen.
d. Mahasiswa dapat memformulasikan dengan tepat jumlah bahan kimia
dengan kombinasinya dalam formula proses pasca tanning kulit nappa
garmen dari bahan baku kulit kambing/domba.
MATERI DAN METODE
A. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan dalam praktikum adalah:
1. Drum (1 unit).
2. Bak (1 unit).
3. Gelas (5 unit).
4. Gayung (1 unit).
5. Sendok (2 unit).
6. Pisau (1 unit).
7. Gunting (1 unit).
8. Pisau setting out (1 unit).
9. Kayu untuk hanging (3 unit).
10. Meteran (1 unit).
11. Tali plastik (secukupnya).
12. Tickness gauge (1 unit).
13. Spancam miring (1 unit).
14. pH meter (1 unit).
15. Drum miling (1 unit)
16. Spray untuk conditioning (1 unit)
3
10. Proventol CR
11. NaHCO3
12. Drasil SMS
13. Derminol SPE
14. Lipoderm Liquor SAF
15. Ammonia
16. Dermagen GPA
17. Lipoderm Blue RF
18. Derminol OCS
19. Derminol NLM
20. Sincal DR
5
B. FORMULASI
1) Data Sortasi dan Grading Bahan Baku Kulit.
Deskripsi cacat :
1. Terdapat pes disebagian krupon,
rajah terkelupas dibeberapa
bagian.
2. Terdapat pess pada krupon,
gigitan kutu merata dibagian
krupon.
3. Terdapat pes pada bagian
Jumlah Kulit 3 kulit krupon, ada lubang kecil pada
Tebal sebelum di 1. 1,32 mm bagian krupon.
shaving 2. 1,20 mm
3. 1,46 mm
Tebal sesudah di 1. 0,65 mm
shaving 2. 0,62 mm
3. 0,67 mm
Berat sebelum di 1. 0,75 kg
shaving dan 2. 1 kg
trimming 3. 0,83 kg
Berat sesudah di 1. 0,344 kg
shaving dan 2. 0,462 kg
trimming 3. 0,335 kg
Luas sebelum di 1. 5 Squarefeet
shaving dan 2. 42 Squarefeet
trimming 3. 41 Squarefeet
Luas sesudah di 1. 43 Squarefeet
shaving dan 2. 42 Squarefeet
trimming 3. 41 Squarefeet
Berat limbah 2,9 kg
shaving (10
kelompok)
Berat limbah 0,505 kg
trimming (3 kulit)
8
9
Deskripsi cacat :
1. Terdapat bekas pes dibagian
bahu dan leher, rajah kasar
seperti terkelupas
dibeberapa bagian, warna
biru yang tidak merata ada
warna putih di beberapa
bagian .
Jumlah Kulit 3 kulit 2. Terdapat pess dibagian
Tebal Kulit 1. 0,89 mm krupon, warna biru yang
2. 0,64 mm tidak merata ada warna
3. 0,89 mm putih di beberapa bagian.
Luas Kulit 1. 5,7 Squarefeet 3. Terdapat pes pada bagian
2. 4,9 Squarefeet krupon yang masih terlihat,
3. 4,5 Squarefeet ada lubang kecil pada
Panjang Kulit 1. 88 cm bagian krupon, warna biru
2. 78 cm yang tidak merata ada warna
3. 80 cm putih di beberapa bagian.
Lebar Kulit 1. 49 cm
2. 48 cm
3. 43 cm
28
PEMBAHASAN
IDENTITAS PENYUSUN
Nama Nayla Mustika Fauziah
NIM 1701014
Kelas TPK A
E. Pembahasan
Wetting Back
Wetting back yang artinya pembasahan kembali merupakan proses yang
bertujuan untuk membasahi kembali kulit dan mengembalikan kadar air dalam
kulit sampai mendekati kulit segar (60 -65%) karena selama masa penyimpanan
kadar air dalam kulit rentan mengalami penurunan, selain itu pada proses ini juga
dapat membersihkan kulit dari kotoran yang menempel pada kulit selama masa
penyimpanan.
Bahan yang digunakan pada proses ini disebut dengan wetting agent.
Produk paten yang digunakan pada proses ini yaitu Peramit MLN (Tergolic NIA)
yang merupakan surfaktan anionik. Kegunaan Peramit MLN mampu menurunkan
tegangan permukaan air di dalam kulit sehingga serat lebih longgar dan dapat
mempercepat penetrasi air ke dalam kulit. Penambahan surfaktan kedalam air
akan menurunkan tegangan permukaan air dan tegangan permukaan intervase air
atau zat padat sehingga menghasilkan nilai koefisien penyebaran yang positif.
Cara kerja dari surfaktan sangatlah unik karena bagian yang hidrofilik akan masuk
kedalam larutan yang polar dan bagian yang hidropobik akan masuk kedalam
bagian yang non polar sehingga surfaktan dapat menggabungkan (walaupun
sebenarnya tidak bergabung) kedua senyawa yang seharusnya tidak dapat
bergabung tersebut. Namun semua tergantung pada komposisi dari komposisi
dari surfaktan tersebut. Jika bagian hidrofilik lebih dominan dari hidrofobik maka
ia akan melarut kedalam air, sedangkan jika ia lebih banyak bagian hidrofobiknya
maka ia akan melarut dalam lemak dan keduanya tidak dapat berfungsi sebagai
surfaktan. Bagian liofilik molekul surfaktan adalah bagian nonpolar, biasanya
terdiri dari persenyawaanhidrokarbon aromatik atau kombinasinya, baik jenuh
29
maupun tidak jenuh. Bagian hidrofilik merupakan bagian polar dari molekul,
seperti gugusan sulfonat, karboksilat, ammonium kuartener,hidroksil, amina
bebas, eter, ester, amida. Biasanya, perbandingan bagian hidrofilik dan liofilik
dapat diberi angka yang disebut Keseimbangan Hidrofilik dan Liofilik yang
disingkat KHL dari surfaktan (Jatmika, 1998).
Selain penggunaan surfaktan pada proses ini juga digunakan asam. Asam
yang digunakan yaitu HCOOH. Bahan ini mampu menurunkan pH secara
perlahan-lahan sehingga dapat memerlukan waktu yang cukup lama untuk
mendapatkan pH yang didinginkan (3,8 – 4) .Penggunaan asam ini mempunyai
maksud agar kulit tidak mengalami wringkel maupun rajah rusak. HCOOH
termasuk asam lemah karena nilai konsentrasi dari H+ nya yang paling kecil
dibandingkan dengan H2SO4 dan HCl. Oleh sebab itu dalam aplikasinya selalu
digunakan asam formiat terlebih dahulu kemudian asam sulfat atau asam klorida
(Purnomo,2017).
Pada proses yang kami lakukan, kulit bersama bahan dan air yang
berfungsi sebagai pelarut bahan dan membantu penetrasi bahan diputar dalam
drum selama 45 menit. Kontrol proses yang dilakukan adalah pengecekan pH =
4,5 dan pengecekan penampang dengan indikator BCG = kuning kehijauan karena
tes penampang dengan indicator BCG sudah menunjukan warna kuning kehijauan
kulit bias dilanjutkan pad proses yang selanjutnya. kondisi kulit setelah di wetting
back sudah basah dengan sempurna dan pegangannya lemas.
Retanning I
Netralisasi
Bahan kimia yang kami gunakan dalam proses netralisasi ini adalah alkali
yang bersifat lemah yaitu NaCOOH dan NaHCO3 yang tentunya berfungsi untuk
menaikan pH kulit sampai target yang telah ditentukan yaitu 5,5 – 5,9 yang
merupakan pH netralisasi untuk artikel garmen. Selain penggunaan basa lemah
pada proses ini kami juga menggunakan Alcoton PSN yang merupakan
neutralizing agent yang fungsinya sebagai buffer yang menyangga agar tidak
terjadi kenaikan pH yang drastis akibat penambahan basa dan mencegah
terjadinya overnetralizing. Kami juga menggunakan H2O yang berfungsi sebagai
pelarut bahan kimia dan membantu penetrasi bahan kimi kedalam kulit.
Dapus
Yana Khana. 2019. Pasca Tanning. Yogyakarta. diakses secara online melalui
http://khanayasa.blogspot.com/2018/05/pasca-tanning.html. Pada 22 februari
pukul 22.34 WIB.
Jatmika, A., 1998, Aplikasi Enzim Lipase dalam Pengolahan Minyak Sawit dan
Minyak Inti Sawit Untuk Produk Pangan, Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 6
(1) : 31 - .
SharpHouse, J.H. 1975. Leather Technicians Hand book. Leather Producers
Association 9 th Thomas Street, London.