Anda di halaman 1dari 26

A.

KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN

Demam dengue/ DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis
hemoragik (Sudoyo, 2010).
Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan sering
menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan yang
terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemoragic fever
(DHF), dengue fever (DF), demam dengue, dan dengue shock sindrom (DDS)
(Widoyono, 2008).
Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa penyakit DHF adalah penyakit
yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ) nyamuk aedes
aegepty.

2. ETIOLOGI
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B, yaitu
arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Vector utama
penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti (didaerah perkotaan) dan aedes
albopictus (didaerah pedesaan). (Widoyono, 2008).
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang, telurnya dapat
bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-420C. Bila kelembaban terlalu rendah telur ini
akan menetas dalam waktu 4 hari, kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa ini
memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari dapat
bertelur 100 butir (Murwani, 2011).

3. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan
(pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan suhu.
Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang
menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan
produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani, 2011).

Jusrizal,S.Kep 1
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal
tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan
menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari
(Soegijanto, 2006).
Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal
di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibtkan terjadinya
pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler
mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Noersalam, 2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan
bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik (Murwani, 2011).

Jusrizal,S.Kep 2
4. KLARIFIKASI
Pembagian Derajat menurut (Soegijanto, 2006):
a. Derajat I : Demam dengan uji torniquet positif.
b. Derajat II : Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit atau
perdarahan lain.
c. Derajat III : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi
yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg)/ hipotensi disertai
ekstremitas dingin, dan anak gelisah.
d. Derajat IV : demam, perdarahan spontan disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan
tekanan darah tak terukur).

5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan manifestasi perdarahan baik
yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet.
a. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari
b. Manifestasi perdarahan
1) Uji tourniquet positif
2) Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epitaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena.
c. Hepatomegali
d. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau nadi
tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah (Soegeng, 2006).
6. KOMPLIKASI
a. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang
tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia,
atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat
ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga
disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak, sementara sebagai akibat
dari koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus
dengue dapat menembus sawar darah otak. Dikatakan pula bahwa keadaan
ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut.
Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis, maka bila
syok telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung

Jusrizal,S.Kep 3
HC03- dan jumlah cairan harus segera dikurangi. Larutan laktat ringer
dektrosa segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 1:3.
Untuk mengurangi udem otak diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap
8 jam, tetapi bila terdapat perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid
tidak diberikan. Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K
intravena 3-10 mg selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan > 80 mg.
Mencegah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dengan mengurangi
jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan
elektrolit. Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat.
Untuk mengurangi produksi amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa.
Usahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya
antasid, anti muntah) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati.
Transfusi darah segar atau komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat.
Bila perlu dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan
asam amino rantai pendek.
b. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat
dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik
hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok
diobati dengan menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan
apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter
yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah
teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila
syok belum teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi
dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai
akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar
ureum dan kreatinin.
c. Udema paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat
pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga
sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan
menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi.
Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila
cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan
hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan
mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan
ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.

Jusrizal,S.Kep 4
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin
beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock
syndrome. Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi adalah sebagai
berikut:
1) Dehidrasi
2) Pendarahan
3) Jumlah platelet yang rendah
4) Hipotensi
5) Bradikardi
6) Kerusakan hati

1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Langkah - langkah diagnose medik pemeriksaan menurut Murwani, 2011:
a. Pemeriksaan hematokrit (Ht): ada kenaikan bisa sampai 20%, normal: pria 40-
50%; wanita 35-47%
b. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan
systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-
anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5
inchi.
c. Tes serologi (darah filter): ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai kertas
saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien masuk rumah
sakit, kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah
pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan pada suhu kamar sampai
menunggu saat pengiriman.
d. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau jaringan-jaringan
untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk penderita yang
meninggal melalui autopay. Hal ini jarang dikerjakan.

2. PENATALAKSANAAN
a. Medis
1) DHF tanpa Renjatan
a) Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari ), seperti jus jambu, air the
manis dan gula, sirup, dan susu
b) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
c) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th
dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang

Jusrizal,S.Kep 5
belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th
dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.
d) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF dengan Renjatan
a) Pasang infus RL
b) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 –
30 ml/ kg BB ), warna kuning pekat
c) Tranfusi jika Hb dan Ht turun.
b. Perawat
1) Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
a) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
b) Observasi intik output
c) Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital
tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter
– 2 liter per hari, beri kompres
d) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb,
Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
e) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda– tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
2) Resiko Perdarahan
a) Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
b) Catat banyak, warna dari perdarahan
c) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
3) Peningkatan suhu tubuh
a) Observasi/ Ukur suhu tubuh secara periodic
b) Beri minum banyak
c) Berikan kompres.

Jusrizal,S.Kep 6
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien.
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan.
b. Keluhan Utama.
Panas atau demam.
c. Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat penyakit sekarang.
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3
dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta
adanya manifestasi pendarahan pada kulit
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami
serangan ulang DHF.
3) Riwayat imunisasi.
Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
4) Riwayat gizi.
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi yang
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.
Pasien yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan
nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai
dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
5) Kondisi lingkungan.
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih ( seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar ).
d. Acitvity Daily Life (ADL)
1) Nutrisi : Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.
2) Aktivitas : Nyeri pada anggota badan, punggung sendi,
kepala, ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktivitas
sehari-hari.

Jusrizal,S.Kep 7
3) Istirahat, tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan
nyeri.
4) Eliminasi : Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai
anuria.
5) Personal hygiene : Meningkatnya ketergantungan kebutuhan
perawatan diri.
e. Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan
klien (inspeksi adanya lesi pada kulit). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik
dengan jalan mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk
mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis
pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara
mendengarkan menggunakan stetoskop (auskultasi dinding abdomen untuk
mengetahu bising usus).
Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Keadaan umum :
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut
:
a) Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda
– tanda vital dan nadi lemah.
b) Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
c) Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen,
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
d) Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin
berkeringat dan kulit tampak sianosis.
2) Kepala dan leher.
a) Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi
dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
b) Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, (kadang-
kadang) sianosis.
c) Hidung : Epitaksis
d) Tenggorokan : Hiperemia
e) Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang
daerah servikal posterior.

Jusrizal,S.Kep 8
3) Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.
Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
4) Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi
turgor kulit dapat menurun (Stadium IV).
5) Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi : Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi urin : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
6) Ekstrimitas atas dan bawah.
Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.
Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari
tangan dan kaki.

f. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
2) Trambositopenia (≤100.000/ml).
3) Leukopenia.
4) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
5) Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
6) Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
7) SGOT/SGPT mungkin meningkat.

2. DIAGNOSA
Nursalam (2001) dan Nanda (2009) menyatakan, diagnosa keperawatan yang
dapat timbul pada klien dengan DHF adalah :
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme. Ditandai oleh :
1) Konvulsi.
2) Kulit kemerahan.
3) Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.

Jusrizal,S.Kep 9
4) Kejang.
5) Takikardi.
6) Takipnea.
7) Kulit terasa hangat.
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
1) Perubahan status mental.
2) Penurunan tekanan darah.
3) Penurunan tekanan nadi.
4) Penurunan volume nadi.
5) Penurunan turgor kulit.
6) Penurunan turgor lidah.
7) Pengeluaran haluaran urine.
8) Penurunan pengisian vena.
9) Membrane mukosa kering.
10) Kulit kering.
11) Peningkatan hematokrit.
12) Peningkatan suhu tubuh.
13) Peningkatan frekuensi nadi.
14) Peningkatan konsentrasi urine.
15) Penurunan berat badan tiba-tiba.
16) Haus.
17) Kelemahan
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
1) Kram abdomen.
2) Nyeri abdomen.
3) Menghindari makanan.
4) Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal.
5) Kerapuhan kapiler.
6) Diare.
7) Kehilangan rambut berlebihan.
8) Bising usus hiperaktif.
9) Kurang makanan.
10) Kurang informasi.
11) Kurang minat pada makanan.
12) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat.
13) Kesalahan konsepsi.

Jusrizal,S.Kep 10
14) Kesalahan informasi.
d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.
1. kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan
kaki.
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi.
1) Perilaku hiperbola.
2) Ketidakakuratan mengikuti perintah.
3) Ketidakakuratan melakukan tes.
4) Perilaku tidak tepat.
5) Pengungkapan masalah.

3. INTERVENSI
Nanda (2009) dan Doenges (2000), menyatakan bahwa rencana tindakan
keperawatan yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme.
Tujuan Rencana Rasional
Mempertahankan suhu a. Ukur tanda-tanda vital a. Suhu 38,90C-41,10C
tubuh normal (suhu). menunjukkan proses
KH: b. Berikan kompres penyakit infeksi akut.
 Suhu tubuh antara 36 – hangat. b. Kompres hangat akan
370C. c. Tingkatkan intake terjadi perpindahan
 Membrane mukosa cairan. panas konduksi.
basah. c. Untuk mengganti
 Nyeri otot hilang. cairan tubuh yang
hilang akibat
evaporasi.

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


Tujuan Rencana Rasional
Kebutuhan cairan terpenuhi a. Observasi tanda-tanda a. Penurunan sirkulasi darah
KH: vital paling sedikit dapat terjadi dari
 Mata tidak cekung. setiap tiga jam. peningkatan kehilangan
 Membrane mukosa b. Observasi dan cata cairan mengakibatkan
tetap lembab. intake dan output. hipotensi dan takikardia.
 Turgor kulit baik. c. Timbang berat badan. b. Menunjukkan status
d. Monitor pemberian volume sirkulasi,
cairan melalui terjadinya / perbaikan
intravena setiap jam. perpindahan cairan, dan

Jusrizal,S.Kep 11
respon terhadap terapi.
c. Mengukur keadekuatan
penggantian cairan sesuai
fungsi ginjal.
d. Mempertahankan
keseimbangan
cairan/elektrolit.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Tujuan Rencana Rasional
 Kebutuhan nutrisi adekuat. a. Berikan makanan yang a. Mengganti kehilangan
K KH: disertai dengan vitamin karena
 Berat badan stabil suplemen nutrisi untuk malnutrisi/anemia.
atau meningkat. meningkatkan kualitas b. Mengawasi penurunan
intake nutrisi. berat badan.
b. Timbang berat badan c. Mulut yang bersih
setiap hari pada waktu meningkatkan selera
yang sama dan dengan makan dan pemasukan
skala yang sama. oral.
c. Pertahankan kebersihan d. Jelaskan pentingnya
mulut klien. intake nutrisi yang
d. Jelaskan pentingnya adekuat untuk
intake nutrisi yang penyembuhan penyakit.
adekuat untuk
penyembuhan penyakit.

d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan Rencana Rasional
 Perfusi jaringan perifer a. Kaji dan catat tanda- a. Penurunan sirkulasi
adekuat. tanda vital. darah dapat terjadi dari
Ø KH : b. Nilai kemungkinan peningkatan
· TTV stabil. terjadinya kematian kehilangan cairan
jaringan pada mengakibatkan
ekstremitas seperti hipotensi.
dingin, nyeri, b. Kondisi kulit
pembengkakan kaki. dipengaruhi oleh
sirkulasi, nutrisi, dan
immobilisasi.

Jusrizal,S.Kep 12
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi
Tujuan Rencana Rasional
Klien mengerti dan a. Tentukan kemampuan a. Adanya keinginan untuk
memahami proses penyakit dan kemauan untuk belajar memudahkan
dan pengobatan. belajar. penerimaan informasi.
b. Jelaskan rasional b. Dapat meningkatkan
pengobatan, dosis, efek kerjasama dengan terapi
samping dan pentingnya obat dan mencegah
minum obat sesuai resep. penghentian pada obat
c. Beri pendidikan dan atau interkasi obat
kesehatan mengenai yang merugikan.
penyakit DHF. c. Dapat meningkatkan
pengetahuan pasien dan
dapat mengurangi
kecemasan.

Jusrizal,S.Kep 13
C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.M DENGAN DEMAM
BERDARAH DENGEU (DBD) DIRUANG PENYAKIT
DALAM RSUD dr. ZUBIR MAHMUD KABUPATEN ACEH
TIMUR

1. PENGKAJIAN
a. Informasi Umum
Nama : Tn. M
Usia : 35 Tahun
Tanggal lahir : 07 Agustus 1982
Jenis : laki-laki
Suku bangsa : Aceh, Indonesia
Tanggal Masuk : 7 Maret 2017
Waktu : 10.00 WIB
Dari : Puskesmas Julok Aceh Timur
Sumber informasi : dari keluarga Tn.M

b. Aktivitas / Istirahat
1. Gejala (Subjektif)
Pekerjaan : Wiraswasta
Aktifitas / hobi : Main bola
Perasaan bosan / tidak puas : Puas
Keterbatasan karena kondisi : Tidak
Tidur malam jam : 23.00-05.30 WIB
Tidur siang : 14.00-16.00 WIB
Kebiasaan tidur : Gelap
Insomnia : Iya yang berhubungan dengan Tn.M merasa kurang nyaman,
karena Tn.M mandi nya tidak puas, kadang tidak mandi.
Rasa segar saat bangun : tidak.
2. Tanda (Objektif)
Respon aktifitas yang teramati : pernafasan : 20 x/i
Status mental (misal, menarik diri) : tidak
Masa/ tonus otot : baik
Postur : tegap
Tremor : tidak
Rentang gerak : sempurna

Jusrizal,S.Kep 14
Kekuatan : penuh

c. Sirkulasi
1. Gejala (Subjektif)
Riwayat tentang, Hipertensi : Tidak
Masalah jantung : tidak
Demam rematik : tidak
Edema mata kaki : tidak
Flebitis : tidak
Penyembuhan lambat : iya
Kesemutan : tidak
Kebas : tidak
Batuk/ hemotipisis : kadang –kadang
Perubahan frekuensi/ jumlah urine : 3x sehari
2. Tanda (Objektif)
TD: Ka. Dan Ki : Baring/ duduk/ berdiri : Baring
Tekanan nadi : 80xi
Ekstremitas : suhu : kaki dingin bilateral/ masih hangat
Warna kulit : kaki pucat
Pengisian kapiler : lambat pada kedua kaki
Tanda Homan’s : -o-.
Varikositas : sedikit membesar pada vena superfisial
Kuku : kuku jari kaki menebal, kuning, rapuh.
Penyebaran dan kualitas rambut : rambut kasar sampai mata kaki
Warna : wajah/ lengan merah sehat
Membran mukosa/ bibir : pink
Punggu kuku : melengkuh baik
Konjungtiva dan sklera : putih

d. Itegritas ego
1. Gejala (subjektif)
Faktor stres : cuaca panas, sedikit ribut karena ramai di ruangan rawat
Cara mengatasi stres : mengajak teman yang berkunjung untuk bercanda
Masalah-masalah finansial : harus menyewa teman selama di rumah sakit
Status hubungan : belum kawin
Faktor-faktor budaya : pedesaan
Agama : Islam

Jusrizal,S.Kep 15
Gaya hidup : kelas menengah. Perubahan terakhir : -0-
Perasaan-perasaan : “saya dapat mengatasi segalanya kecuali cuaca dan
DBD ini”.
2. Tanda (Objektif)
Status emosional (beri tanda cek untuk yang sesuai)
Tenang : tidak. Cemas : iya. Marah : tidak
Menarik diri : tidak. Takut : iya
Mudah tersinggung : iya. Tidak sabar : iya
Respon-respon fiologis yang terobsesi : kadang menghela nafas panjang/
cemburut, menurunkan bahu.

e. Eliminasi
1. Gejala (Subjektif)
Pola BAB : normal. Penggunaan laksatif : jus prune hangat
Karakter feses : padat/ coklat. BAB terakhir : semalam
Riwayat perdarahan : -o-. Hemoroid : -o-
Konstipasi : kadang-kadang. Diare : tidak
Pola : tidak ada masalah. Inkontimensia/ kapan : -
Dorongan : -. Frekuensi : -
Karakter urine : kuning keruh
Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak
Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak
Penggunaan diuretik : -
2. Tanda (Objektif)
Abdomen : nyeri tekan tidak. Lunak keras : -
Massa : -. Ukuran/ lingkar abdomen : -
Bising usus : aktif pada keempat kuadran.
Hemoroid : -
Perubahan kandung kemih : -. BAK terlalu sering : tidak
Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak
Penggunaan diuretik : -

f. Makanan/ Cairan
1. Gejala (subjektif)
Diet biasa (tipe) : 2400. Jumlah makanan per hari : 3 kali
Makanan terakhir/ masukan : tadi malam. Pola diit : buah, roti bakar,
makana selingan.

Jusrizal,S.Kep 16
Kehilangan selera makan : akhir-akhir ini saya tidak merasa selapar seperti
biasanya. Mual muntah : iya
Nyeri ulu hati/ salah cerna : iya
Disembuh kan oleh : -
Alergi/ intoleransi makanan : -
Masalah-masalah mengunyah/ menelan : iya ada
Gigi : -
Berat badan biasa : 55 kg. Perubahan berat badan : mengalami penurunan
Penggunaan diuretik : tidak
2. Tanda (Objektif)
Berat badan sekarang : 55 kg. Tinggi badan : 167 cm. Bentuk tubuh : kurus.
Turgor kulit : baik. Kelembaban/ kering membran mukosa: pink, utuh.
Edema : Umum : -. Dependen : -
Periorbilitas : -. Asites : -
Distensi vena jugularis : -
Pembesaran tiroid : tidak. Hernia/ massa : tidak. Halitosis : -
Kondisi gigi/ gusi : baik (tidak ada masalah dengan perdarah)
Penampilan lidah : mandline
Membran mukosa : pink, utuh
Bising usus : aktif pada keempat kuadran.
Bunyi nafas : sedikit ronki bersih
Urine S/A atau kemstiks : -

g. Higiene
1. Gejala (Subjektif)
Aktivitas sehari-hari : tergantung/ mandiri : mandiri pada semua bidang
Mobilitas : -. Makan : -
Higiene : -. Berpakain : mandiri
Toileting : -
Waktu mandi yang diinginkan : malam
Pemakaian alat bantu/ prostek : -
Bantu diberikan oleh : -
2. Tanda (Objektif)
Penampilan umum : bersih, dicukur, rambut pendek
Cara berpakaian : biasa, rapi. Kebiasaan pribadi : main bola
Bau badan : tidak. Kondisi kulit kepala : putih
Adany kutu : tidak

Jusrizal,S.Kep 17
h. Neurosensori
1. Gejala (Subjektif)
Rasa ingin pingsan/ pusing : iya ada
Sakit kepala : lokasi nyeri : kadang-kadang diatas kepala. Frekuensi : -
Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi) : kaki kadang-kadang
Stroke (gejala sisa) : tidak ada
Kejang :-. Tipe : -. Aura : -. Frekuensi : -
Status postikal : -. Cara mengontrol : -
Mata : kehilangan penglihatan : tidak, penglihatan baik
Glaukoma : -. Katarak : -
Waktu mandi yang diinginkan : 5 kurang lebih
Telinga : kehilangan pendengaran : -. Pemeriksaan terakhir :-
Epitaksis : -
2. Tanda (Objektif)
Status mental : sadar, terorientasi terhadap waktu, tempat, orang
Terorientasi/ disorientasi : waktu :-
Tempat : -
Orang : -
Kesadaran :-. Mengantuk : -. Letargi : -
Stupor : -. Koma : -
Kooperatif : -. Menyerang : -. Delusi : -
Halusinasi : -. Afek (gambarkan) : -
Memori : saat ini : jelas. Yang lalu : utuh
Kaca mata : -. Kontak lensa : -. Alat bantu dengar : -
Ukiran/ rekasi pupil : Ka/ Ki : -. Postur : -
Refleks tendom : -. Paralisis : -

i. Nyeri/ Ketidaknyamanan
1. Gejala (Subjektif)
Lokasi : kepala. Intensitas (1-10 dimana sangat nyeri) : 5-6. Frekuensi : -
Kualitas : -. Durasi : -. Penjalaran : -
Faktor-faktor pencetus : stres, banyak pikiran.
Cara menghilangkan, faktor-faktor yang berhubungan : rileks, santai
2. Tanda (Objektif)
Mengkerutkan muka :-. Menjaga area yang sakit :-
Respons emosional : -.penyempitan fokus : -

Jusrizal,S.Kep 18
k. Pernafasan
1. Gejala (Subjektif)
Dispnea yang berhubungan dengan batuk/ sputum : tidak ada
Riwayat bronkitis : -. Asma :-
Tuberkulosis : -. Emifisema : -
Pneumonia kambuhan : -
Pemanjangan terhadap udara berbahaya : -
Perokok : iya. Bungkus/ hari : 2 bungkus. Lama dalam tahun :-
Penggunaan alat bantu pernapasan : -. Oksegen : -
2. Tanda (Objektif)
Pernafasan : frekuensi : 22. Kedalaman : baik
Penggunaan otot-otot asesori : -. Nafas cuping hidung : -
Fremitus : -
Bunyi nafas : sedikit ronki
Egofoni : -
Sianosis : -. Jari tubuh : -
Karakteriktik sputum : -
Fungsi mental/ gelisah : -

l. Keamanan
1. Gejala (Subjektif)
Alergi sensitivitas : -. Reaksi :-
Perubahan sistem imun sebelumnya : -. Penyebaba : -
Riwayat penyakit hubungan seksual (tanggal/ tipe) : tidak ada
Perilaku resiko tinggi : pernah jatuh dari kendaraan. Periksa : mantri biasa
Tranfusi darah/ jumlah : -. Kapan : -
Gambaran klinis : -
Riwayat cedera kecelakaan : -
Fraktur/ dislokasi : -
Artritis/ sendi tidak stabil : -
Masalah punggung : -
Perubahan pada tahi lalat : -. Pembesaran nodus : -
Kerusakan penglihatan, pendengaran : -
Protese : -. Alat ambulatori : -
2. Tanda (Objektif)
Suhu tubuh : 39 0C . Diaforesis : -
Integritas kulit : kering

Jusrizal,S.Kep 19
Jaringan perut : -. Kemerahan : -
Laserasi : -. Ulserasi : -
Ekimosis : -. Lepuh : -
Luka bakar : (derajat/ persen) : -. Drainase : -
Kekuatan umum : baik. Tonus otot : baik
Cara berjalan : baik. ROM : -
Parastesia/ paralisis : -
Hasil kultur, pemeriksaan sistem imun : -

j. Seksualitas
klien tidak bersedia di kaji, karna klien belum bekeluarga

k. Interaksi Sosial
1. Gejala (Subjektif)
Status perkawinan : -. Lama : -
Hidup dengan : orang tua.
Masalah-masalah/ sters : -
Keluarga besar : 10 orang
Orang pendukung lain : -
Peran dalam struktur : -
Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit/ kondisi : -
Perubahan bicara : penggunaan alat bantu komunikasi : tidak
Adanya laringektomi : -
2. Tanda (Objektif)
Bicara jelas : dapat dimengerti . tidak jelas : -
Tidak dapat dimengerti : -. Afasia : -
Pola bicara tidak biasa/ kerusakan : -
Penggunaan alat bantu bicara : tidak
Komunikasi verbal/ nonverbal dengan keluarga/ orang terdekat lain : sering
bicara dengan kawan, memandang mata nya.
Pola interaksi keluarga (perilaku) : -

l. Penyuluhan/ Pembelajaran
1. Gejala (Subjektif)
Bahasa dominan (khusus) : Indonesi, aceh. Melek huruf : iya, bisa
Tingkat pendidikan : SMA
Ketidakmampuan belajar (khusus) : ekonomi

Jusrizal,S.Kep 20
Keterbatasan kognitif : -
Keyakinan kesehatan/ yang dilakukan : mengurus sendiri hal yang kecil dan
hanya ke mantri desa bila sesuatu yang tidak dapat ditangani.

Orientasi terhadap perawatan kesehatan (seperti dampak dari agama/ kultural


yang dianut) : dengan zikir, tasbih, sembur ke tungku-tungku
Faktor resiko keluarga (tandai hubungan) :
Diabetes : tidak ada. Tuberkulosis : tidak ada
Penyakit jantung : tidak ada. Stroke : tidak ada
Darah tinggi : iya, ibu saya darah tinggi. Epilepsi : tidak ada
Penyakit ginjal : iya ada, ayah saya meninggal karna pnyakit ginjal.
Kanker : tidak ada. Penyakit jiwa : tidak ada
Lain-lain : -
Obat yang diresep (lingkari dosis terakhir)
Obat : paracetamol. Dosis : 500 mg. Waktu : jam 9 pagi. Diminum secara
teratur : tidak. Tujuan : Sakit kepala.
Obat tanpa resep : obat-obatan bebas : -
Obat-obat jalanan : -. Tembakau : -. Perokot tembakau : ada
Pengguna alkohol : -
Diagnosa saat masuk perdokter : Demam dengeu, typoid
Alasan dirawat per pasien : demam dan nyeri kepala sudah 4 hari
Riwayat keluhan terakhir : 3 minggu yang lalu saya demam
Harapan pasien terhadap perawatan : menyembuh kan sakit kepala, demam dan
pnyakit DBD ini
Bukti kegagalan dan perbaikan : -
Pemeriksaan fisik lengkap terakhir : -
Pertimbangan Rencana Pulang
DRG yang menunjukan lama dirawat rata-rata : -
Tangal informasi didapat : -
1. tanggal pulang yg diantifasi : 13/3/2017
2. sumber-sumber yang tersedia : -
3. perubaha-perubahan yang diantisifasi dalam situasi dalam kehidupan setalah
pulang : -
4. Area yang mungkin membutuhkan perubahan/ bantuan
Penyiapan makanan : -
Berbelanja : -
Transportasi : -

Jusrizal,S.Kep 21
Ambulasi : -
Obat/ terapi IV : -
Pengobatan : -
Perawatan luka : -
Peralatan : -
Bantuan perawatan diri : -
Gambaran fisik rumah : -
Bantuan merapikan/ pemeliharaan rumah : -
Fasilitas kehidupan selain dirumah : -

· 2. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : Tn.M mengeluh badan nya panas Proses Infeksi Virus Peningka Suhu
sudah 4 hari Tubuh (Verimia)
Do : -Suhu badan Tn.M 39 0C
-Tn.M tampak meringis
TD : 90/70 mmhg
Pols : 80 X/i
RR : 20 X/i
Temp : 39 0C
2 Ds : Tn.M Mengatakan saya tidak Anorexia Resiko gangguan
selera makan pemenuhan
Do : -Tn.M Tampak lemas kebutuhan nutrisi,
-Porsi makan yang yang kurang dari
disediakan tidak habis kebutuhan tubuh.
3 Ds : Tn.M Mengeluh lemas Demam Kekurangan Volume
Do : -Turgor kulit sedikit jelek Cairan Tubuh
-Tn.M tampak pucat, lesu dan
tidak bersemangat
TD : 100/80 mmhg
Pols : 77 X/i
RR : 20 X/i
Temp : 39 0C

Jusrizal,S.Kep 22
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Peningkatan suhu tubuh Berhubungan Dengan proses infeksi penyakit
(Viremia)
b. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan
Berhubungan Dengan mual, muntah, anorexia.
c. Kekurangan volume cairan Berhubungan Dengan peningkatan
permiabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam

4. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Intervensi Rasional
1 Peningkatan suhu Setelah dilakukan a. Kaji saat timbul a. Dapat diidentifikasi
tubuh Berhubungan tindakan nya demam pola/ tingkat
Dengan proses keperawatan b. Observasi tanda- demam
infeksi penyakit selama 1X24 jam tanda vital : b. Tanda-tanda vital
(Viremia) diharapkan suhu suhu,nadi, tensi, merupakan acuan
tubuh normal : pernafasan, setiap untuk mengetahui
 suhu tubuh 3 jam sekali keadaan umum
normal (36,5- c. Berikan penjelasan klien
0 tentang penyebab c. Penjelasan tentang
37,5 C)
 Klien bebas demam atau kondisi yang alami
demam peningkatan suhu klien dapat
 Klien tampak tubuh membantu
rileks mengurangi
kecemasan klien
2 Resiko gangguan  Tidak ada a. Kaji keluhan mual, a. Untuk menetapkan
pemenuhan tanda tanda sakit menelan, dan cara mengatasinya.
kebutuhan nutrisi, malnutrisi muntah yang b. Membantu
kurang dari  Menunjukkan dialami klien mengurangi
kebutuhan peningkatan b. Berikan makanan kelelahan pasien dan
Berhubungan fungsi yang mudah meningkatkan
Dengan mual,  pengecapan ditelan seperti asupan makanan .
muntah, anorexia dari menelan bubur. c. Untuk menghindari
 Tidak terjadi c. Berikan makanan mual.
penurunan dalam porsi kecil d. Untuk mengetahui
berat dan frekuensi pemenuhan
 badan yang sering. kebutuhan nutrisi.
berarti d. Catat jumlah/ porsi
makanan yang
dihabiskan oleh
klien setiap hari
3 Kekurangan volume Kebutuhan cairan a. Observasi tanda- a. Penurunan sirkulasi
cairan Berhubungan terpenuhi: tanda vital paling darah dapat terjadi
Dengan peningkatan  mata tidak tidak 3 jam sekali dari peningkatan
permiabilitas cekung b. Observasi dan kehilangan cairan
kapiler, perdarahan,  membran catat intake dan mengakibatkan

Jusrizal,S.Kep 23
muntah dan demam mukosa tetap output hipotensi dan
lembab c. Timbang berat takikardia
 turgor kulit badan atau sesuai b. Menunjukan status
baik yang indikasi volume sirkulasi,
tepat terjadinya/
 Menunjukan perbaikan
tingkat energi perpindahan cairan
biasa nya dan respon terhadap
 Berat badan terapi
stabil atau c. Mengukur
bertambah keadekuatan
pergantian cairan
sesuai fungsi ginjal.

5. TINDAKAN KEPERAWATAN
NO TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI
DX JAM
I 10/3/2017 Mandiri : S : Klien mengatakan badan
09.00 Wib  Memantau suhu klien masih terasa panas.
10.30.Wib  Menganjurkan klien banyak O : - Kulit tampak kemerahan
muinum (lebih kurang 2,5 - Klien tampak berkeringat
liter/24 jam) - Kulit teraba panas
11.30 Wib  Memberikan kompres hangat - Suhu 39 0C
12.30 Wib  Memantau terapi cairan A : Masalah belum teratasi
intravena yang masuk (RL) P : Intervensi dilanjutkan
Kolaborasi :
13.00 Wib  Memberikan antipiretik
paracetamol 500 mg
II 10/3/2017 Mandari : S : - Klien mengatakan mual
14.00 Wib  Mengkaji keluhan mual, sakit berkurang
menelan, dan muntah yg - Klien mengatakan nafsu
dialami klien. makan msih kurang
15.00 Wib  Menyarankan makanan dalam - Klien mengatakan porsi
porsi kecil dan frekuensi makan tidak habis, hanya
sering 3-4 sendok.
16.00 Wib  Memantau jumlah/ porsi O : - Selaput mukosa masih -
makanan yang dihabiskan oleh kering
klien - Porsi makan tidak habis
16.30 Wib  Menimbang BB - BB 45 kg
Kolaborasi : A : Masalah belum teratasi
17.00 Wib  Memberikan obat antiemetik P : Intervensi dilanjutkan
sesuai program ranitidine 40
mg
III 11/3/2017 Mandiri : S : - Klien mengeluh haus terus
09.00 Wib  Memantau kondisi umum dan - Klien mengatakan badan
tanda-tanda syok berkeringat terus
10.00 Wib  Menganjurkan klien untuk - BAK 4-5 kali/ hari, warna

Jusrizal,S.Kep 24
tetap banyak minum urine jernih
11.00 Wib  Mengkaji intake minum dan O : - TD : 100/ 80 mmhg
output cairan - Suhu : 38 0C
12.00 Wib  Memantau cairan intravena - Tampak berkeringat
yang masuk sesuai program. - Turgor kulit baik
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
I 14/3/2017 Mandiri : S : Klien mengatakan badan
14.30 Wib  Memantau suhu klien tidak terasa panas
Kolaborasi : O : - Kulit tidak tampak
15.30 Wib  Melaporkan ke DPJP suhu kemerahan
tubuh klien afebris - Klien tidak
16.30 Wib  Memantau terapi cairan berkeringat
- Suhu tidak teraba
panas
- Suhu 36,4 0C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

II 12/3/2017 Mandiri : S : - Klien mengatakan sudah


09.30 Wib  Mengkaji keluhan mual yang tidak mual lagi dan
dialami klien sudah nafsu makan
10.30 Wib  Menganjurkan kepada - Klien mengatakan porsi
keluarga klien untuk makan habis 1 porsi
melaporkan kepada perawat O : - Selaput mukosa lembab
jika merasa mual muncul - Porsi makan habis
kembali - Tampak lebih berenergi/
11.30 Wib  Melakukan penimbangan BB semangat
klien - BB klien 55 kg
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan.
III 12/3/2017 Mandiri : S : - Klien mengatakan tidak
14.00 Wib  Mengkaji keadaan umum klien mengeluh apa-apa lagi
15.00 Wib  Memantau tanda-tanda vital (tidak ada demam)
16.00 Wib  Memantau pemberian cairan - Klien mengatakan tidak
intravena sering merasa haus
Kolaborasi : O : - TD : 110/70 mmHg
Pemberian obat oral - Nadi : 76 x/i
17.00 Wib  Paracetamol 3 x 500 mg - Hemaglobin : 15,9 g/dl
 Omevrazol 2 x 20 mg - Trombosit : 231 ribu/ul
 Kalxetin 2 x 10 mg - Hematokrit : 41,6 %
- Klien sudah diperboleh
 Curcuma 3 x1
pulang oleh dokter
spesialis.
- Ivfd sudah di up
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Jusrizal,S.Kep 25
Jusrizal,S.Kep 26

Anda mungkin juga menyukai