Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMERIKSAAN FESES
Prinsip pemeriksaan :
1. Makroskopis
Melakukan pengamatan sampel feses secara visual atau makroskopis
2. Mikroskopis
Prinsip dasar pembuatan sediaan dengan cara langsung yang membuat sediaan
setipis mungkin yang tidak ada gelembung udara di dalamnya.
Dasar Teori :
Tinja atau feses adalah produk buangan saluran pencernaa hewan yang dikeluarkan
melalui anus. Proses pembuangan kotoran pada manusia dapat terjadi (bergantung pada
individu dan kondisi) antara sekali setiap satu atau dua hari hingga beberapa kali dalam
sehari. Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya
frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan
konstipasi atau sembelit, menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi
buang air besar disebut dengan diare atau mencret.
Feses normal terdiri dari sisa-sisa makanan yang tidak tercerna, air, bermacam produk
hasil pencernaan makanan, dan kuman-kuman nonpatogen. Bau khas dari tinja atau feses
disebabkan oleh aktifitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan
thiol (senyawa mengandung belerang), dan juga gas hydrogen sulfide. Asupan makanan
berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja. Pemeriksaan feses atau
tinja adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu
klinis menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai
pemeriksaan laboratorium modern, dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih
diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai
macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses, cara pengumpulan sampel yang benar
serta pemeriksaan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang
dilakukan oleh klinis.
Feses adalah salah satu parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan
diagnosis suatu penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam.
Pemeriksaan feses dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya sel epitel, makrofag,
leukosit, eritosit, kristal-kristal, sisa makan, telur cacing atau larva infektif. Pemeriksaan ini
juga dimaksudkan untuk mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang
diperiksa fesesnya.
Alat dan Reagen :
Alat yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan feses yaitu lidi kayu, kaca preparat, kaca
penutup, pipet tetes, mikroskop, tabung reaksi, wadah feses.
Reagen yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan feses yaitu larutan NaCl 0,9% atau
larutan eosin 1-2%, larutan asam asetat 10%
Bahan pemeriksaan :
Bahan yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan feses yaitu feses segar
Cara kerja :
Pemeriksaan makroskpis feses. Sampel feses yang ingin diamati disiapkan. Kemudian
perhatikan warna, bau, konsistensi, adanya darah, lendir, nanah, cacing.
Pemeriksaan mikroskopis metode ulas basah. Pada kaca preparat tetesi di sebelah kiri
dengan 1 tetes NaCl 0,9% dan sebelah kanan dengan 1 tetes larutan eosin 1-2%. Kemudian
menggunakan lidi, diambil sedikit tinja di bagian tengahnya atau pada bagian yang
mengandung lendir/nanah/darah dan dicampurkan dengan tetesan larutan sampai homogen,
dan buang bagian-bagian kasar yang terdapat pada sediaan. Kemudian, tutup dengan kaca
penutup sehingga tidak terbentuk gelembung-gelembung udara dan periksa secara sistematik
dengan menggunakan pembesaran rendah (objektif 10x/Lapangan Pandang Kecil=LPK),
kemudian dengan objektif 40x/Lapangan Pandang Besar=LPB. Jumlah unsur-unsur yang
nampak dilaporkan secara semikuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK atau per LPB
(untuk eritrosit dan leukosit). Unsur-unsur yang kurang bermakna seperti epitel dan kristal
dilpaorkan dengan + (ada), ++ (banyak). +++ (banyak sekali).
Pembahasan :
1. Hasil pemeriksaan
Pemeriksaan Feses (Makroskopis dan Mikroskopis)
Data Pasien
Nama : Fadel
Umur : 20 tahun
Alamat : Bekasi
Data Pengamatan
Makroskopis Hasil
Warna Coklat Tua
Bau Normal
Bentuk dan Konsistensi Lunak
Lendir Tidak Berlendir, Berserat
Darah (-) Negatif
Mikroskopis Hasil
Sel Epitel Tidak Ditemukan
Leukosit (-) Negatif
Makrofag (-) Negatif
Eritrosit (-) Negatif
Sisa Makanan (+) Positif
Kristal (-) Negatif
Telur Cacing (-) Negatif
2. Pembahasan
Pemeriksaan awal yaitu pemeriksaan makroskopis yaitu, melihat konsistensi
dari feses secara visual dengan mata. Pengujian berupa warna, konsistensi, dan ada
tidaknya darah dan lendir. Pada pemeriksaan warna yang terlihat adalah coklat tua,
warna tinja bisa dipengaruhi oleh terbentuknya urobilin dan berbagai jenis makanan,
kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Kemduian bau feses yang
khas disebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat. Darah dapat ada pada feses
dikarenakan adanya luka pada saluran pencernaan.Darah itu mungkin terdapat di
bagian luar tinja atau bercampur dengan tinja. Konsitentisnya adalah lunak, yang
artinya adalah feses normal.pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair.
Lendir dapat disebakan adanya infeksi dan iritasi pada saluran pencernaan. Tetapi
terkadang lendir dapat saja muncul pada keadaan normal karena usus dapat
menghasilkan lendiri sebagai pelumas.
Pada pemeriksaan sampel 1 atas nama fadel setelah diamati diperoleh hasil
negatif yang disebabkan antara lain sampel feses yang diperoleh dari orang yang sehat
(tidak terinfeksi cacing parasit), kurangnya pemahaman praktikan pada bentuk
morfologi telur maupun larva cacing parasit, praktikan kurang paham tentang urutan
kerja pada masing-masing metode dan pada saat diambil fesesnya, cacing belum
bertelur sehingga tidak ditemukan telur pada feses
Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari atas pemeriksaan terhadap sel
epitel, leukosit, eritrosit, kristal, makrofag, telur cacing. Pada pemeriksaan
mikroskopis pada sampel positif dapat ditemukan adanya beberapa bentukan dari telur
Ancylostoma duodenale antara lain fertil. Dengan ciri-ciri berbentuk oval, dinding 1
lapis tipis dan transparan yang isi telurnya berisi > 4 sel yang menandakan bahwa
pasien dapat dikatakan positif mengalami infeksi parasit cacing Ancylostoma
duodenale. Selain itu pada sediaan juga ditemukan adanya telur cacing Trichuris
trichiura. Telur cacing berbentuk lonjong, mempunyai 2 lapis yaitu lapis luar
berwarna kekuningan dan lapisan dalam transparan pada kedua ujung telur terdapat
tonjolan yang disebut mucoid plug. Ditemukan juga Ascaris lumbricoides, telur
tersebut memiliki ciri-ciri berebentuk oval, memiliki dinding yang terdiri dari tiga
lapis. Lapisan telur terluar memiliki permukaan yang tidak rata, bergerigi, warnanya
kecoklat-coklatan karena pigmen empedu, lapisan ini dinamakan lapisan albumnoid.
Lapisan tengah berupa lapisan kitin sedangkan lapisan dalam berupa membran vitelin.
Kesimpulan :
Makroskopis
Jadi, pada sampel atas nama Fadel didapatkan feses berwarna coklat tua, berbau khas
normal, bentuk dan konsistensi lunak, tidak berlendir, berserat, tidak ditemukan adanya
campuran darah atau parasit.
Mikroskopis
Pada hasil pengamatan pada sampe positif didapatkan telur cacing Ancylostoma
duodenale, Necator americanus, Trichuris trichiura, dan Ascaris lumbricoides. Terutama pada
sediaan feses Ascaris didapatkan telur yang bersifat fertil dan pada sediaan Trichuris trichiura
didapatkan telur yang berbentuk oval dan transparan dengan 2 mukoid plug.
Daftar Pustaka :