Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan persepsi sensori merupakan permasalahan yang sering ditemukan
seiring dengan perubahan lingkungan yang terjadi secara cepat dan tidak terduga.
Pertambahan usia, variasi penyakit, dan perubahan gaya hidup menjadi faktor
penentu dalam penurunan sistem sensori. Seringkali gangguan sensori dikaitkan
dengan gangguan persepsi karena persepsi merupakan hasil dari respon stimulus
(sensori) yang diterima.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal,
juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh
stimulus yang diterima (Nasution, 2012). Persepsi juga melibatkan kognitif dan
emosional terhadap interpretasi objek yang diterima organ sensori (indra).
Adanya gangguan persepsi mengindikasikan adanya gangguan proses sensori
pada organ sensori, yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan
pengecapan..
Salah satunya pada pengecapan, cukup banyak orang yang mengalami
gangguan indera perasa (pengecap). Gangguan ini menyebabkan seseorang tidak
bisa sepenuhnya menikmati makanan atau minuman yang masuk ke mulut. Salah
satunya adalah ageusia
Adanya makalah ini diharapkan pembaca mengetahui tentang ageusia. Dengan
mengetahui apa itu ageusia diharapkan dapat menentukan asuhan keperawatan
yang berkualitas.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu memahami tentang ageusia
2. Mahasiswa mampu memberikan diagnosa yang tepat
3. Mahasiswa mampu memberikan intervensi yang tepat
4. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
ageus

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Ageusia adalah gangguan dari indera pengecap yaitu rasa hilang total / tidak
dapat merasakan. Menurut Gilroy (2008) Ageusia adalah ketidakmampuan lidah
untuk mengenali rasa seperti asam, asin, manis, dan pahit. Pada umumnya,
ageusia dikenal sebagai "gangguan rasa". Kondisi tersebut termasuk langka
dimana seseorang sama sekali tidak dapat mengecap rasa makanan.
Penurunan atau hilangnya rasa dapat terjadi pada orang lanjut usia. Kondisi ini
merupakan bagian dari proses normal penuaan dan dapat disebabkan oleh:
1. Penurunan jumlah pengecap pada lidah
2. Perubahan dari cara sistem saraf memproses sensasi rasa. Hal ini dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan merasakan dari indera pengecap.
3. Penurunan jumlah air liur atau peningkatan kelengketan air liur.
4. Perubahan lidah, sehingga rasa dari makanan/minum sulit mencapai pengecap
pada lidah

B. Etiologi
1. Mulut kering. Kondisi mulut kering setelah mengkonsumsi obat-obatan seperti
obat maag, obat batuk ataupun obat antibiotik, serta terjadinya gangguan
produksi kelenjar ludah dapat menyebabkan mulut kering dan memicu
gangguan rasa
2. Kehilangan/menurunya indera penciuman. Hal ini karena banyak rasa
sebenarnya merupakan aroma yang kita cium.
3. Infeksi ringan, seperti pilek atau flu.
4. Merokok atau penggunaan tembakau tanpa asap (yang dikunyah dan
diludahkan).
5. Obat atau operasi. Obat-obatan yang sering mendistorsi rasa antara lain: obat-
obatan tiroid, kaptopril, griseofulvin, lithium, penicillamine, prokarbazin,
rifampisin, vinblastine, dan vincristine.

2
6. Kekurangan nutrisi seperti seng atau vitamin B12.
7. Cedera.
8. Penyakit-penyakit tertentu, seperti penyakit Alzheimer, Bell palsy, hepatitis,
sindrom Sjgren, dan kanker mulut.

C. Patofisiologi
Gangguan indera pengecap di sebabkan oleh keadaan yang mengganggu
pencapaian tastants pada sel reseptor dalam taste bud (gangguan transportasi),
yang menimbulkan cedera sel reseptor (gangguan sensorik), atau merusak serabut
saraf aferen gustatorius serta lintasan saraf sentral gustatorius (gangguan neuron).
Gangguan transportasi gustatorius terjadi akibat xerostomia yang disebabkan
oleh banyak hal, termasuk sinrome sjogren, intoksikasi logam berat dan kolonisasi
bakteri pada pori pengecap. Milieu salivarius reseptor terbukti merupakan faktor
penting untuk berbagai penyebab gangguan gustatorius.
Gangguan sensori gustatorius disebabkan oleh kelainan inflamasi dan
degenerasi dalam kavum oris; oleh penggunaan sejumlah besar obat, khususnya
jenis-jenis obat yang mengganggu pergantian sel seperti obat antityroid serta
antineoplastik; oleh terapi radiasi pada kavum oris serta faring; infeksi virus;
kelainan endokrin; neoplasma; dan proses penuaan.
Gangguan neuron gustatorius terjadi pada neuplasma, trauma dan pembedahan
yang mengenai serabut saraf aferen gustatorius. Gangguan-gangguan tersebut
dapat menyebabkan ageusia

C. Pathway

pencapaian tastants pada sel cedera sel reseptor Rusaknya serabut saraf
reseptor dalam taste bud (gangguan aferen gustatorius serta
(gangguan transportasi) sensorik) lintasan saraf sentral
gustatorius (gangguan
neuron).

3
Lobus parietal

ageusia

Terganggunya saraf vagus glosofaringeus

Fungsi lidah terganggu Kurangnya pengetahuan Penurunan nafsu makan

Gangguan perasa Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan

E. Manifestasi Klinis
1. Lemas
2. Berat badan menurun
3. Tidak dapat membedakan rasa makanan dan minuman

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Test rasa listrik (elektrogustrometri) digunakan secara klinis untuk
mengidentifikasi defisit rasa padakuadran spesifik dari lidah.
2. Tes untuk persepsi pengecapan
Menyiapkan beberapa larutan yang mewakili empat rasa utama (manis, asin,
asam, pahit). Larutan tersebut dapat mengandung : gula, garam meja, cuka,
kina. Meminta pasien untuk menjalurkan lidahnya dan memeegang ujung
lidah dengan menggunakan kasa steril. meneteskan larutan yang telah
disiapkan tadi pada tepi lateral dua pertiga anterior lidah. Meminta pasien
untuk mengidentifikasi rasa yang diteteskan. Memberikan pasien berkumur
dengan sebentar, kemudian lanjutkan dengan larutan berikutnya.
4. CT scan atau MRI dengan atau tanpa protocol angiographic

4
Untuk mengarakteriasi lesi sentral (infark,perdarahan,massa) dan untuk
memeriksa atrofi gangguan degeneratif.

H. Penatalaksanaan
Pengobatan yang dilakukan tergantung dari penyebab penyakit ini, dan dapat
dilakukan beberapa hal berikut:
1. Merubah atau menghentikan pemakaian obat-obat yang diduga menjadi
penyebab terjadinya kelainan ini
2. Menunggu beberapa minggu untuk melihat perkembangan selanjutnya.
3. Tambahan zat seng, yang bisa dibeli bebas di pasaran atau menurut anjuran
dokter. bisa mempercepat penyembuhan, terutama pada kelainan yang timbul
setelah serangan flu.
4. Pengobatan pada gangguan mukosa mulut, seperti infeksi bakteri dan fungus
serta inflamasi.
5. mengunyah makanan dengan baik dapat meningkatkan produksi saliva,
sehingga dapat meningkatkan sensasi rasa.
6. Pada mukositis atau mulut kering akibat radioterapi diberikan stimulan saliva
atau saliva artificial dan antiinflamasi lokal untuk meningkatkan fungsi
pengecapan.
7. Menjaga kebersihan mulut.
8. Memperbaiki gangguan endokrin melalui terapi hormonal.
9. Pada penyakit herediter Disautonomia Familial tipe I seperti Sindrom Riley-
Day dimana taste bud tidak ada sama sekali dapat diberikan metakolin
subkutan untuk menormalkan tingginya ambang rasa untuk semua sensasi
rasa.
10. Menjaga mulut agar tetap basah dengan cara mengunyah permen.

5
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, nomor register,
tanggal masuk, dan nama penanggung jawab pasien selama dirawat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Alasan spesifik, untuk kunjugan anak ke klinik, kantor atau rumah sakit.
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama dari awitan paling awal sampai perkembangannya saat ini.
Terdapat komponen utama yaitu: rincian awitan, riwayat interval yang
lengkap, status saat ini, alasan untuk mencari bantuan saat ini.
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Apakah ada didalam keluarga ada salah satu anggota yang menderita
gangguan lidah, tumor lidah, Bell palsy, kanker mulut.
f. Riwayat imunisasi.
3. Data dasar pengkajian
a. Aktivitas istirahat
1) Kemampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dirasa
2) Gangguan ketrampilan motorik
3) Ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa dilakukan
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
1) Kesalahan persepsi terhadap makanan
2) Kesalahan identifikasi terhadap objek
d. Eleminasi
e. Makanan/ cairan
1) Perubahan dalam penggecapan

6
2) Nafsu makan menurun
3) BB menurun
f. Hygiene
g. Neurosensori
h. Kenyamanan (Resti cidera)
i. Interaksi sosial

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori perasa berhubungan dengan kerusakan saraf vagus
glosofaringeus
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
nafsu makan sekunder terhadap ageusia
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan rencana
pengobatan

C. Rencana Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori perasa berhubungan dengan kerusakan saraf vagus
glosofaringeus
Tujuan : gangguan persepsi sensori berkurang/ hilang
Kriteria Hasil : meningkatkan kemampuan perasa pasien
Intervensi :
a. Kaji penurunan ketajaman perasa pasien
Rasional : Mengetahui tingkat ketajaman indra perasa
b. Berikan stimulasi rasa tertentu
Rasional : Mengetahui kemampuan membedakan rasa
c. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
Rasional : Melatih ketajaman indra perasa kembali seperti semula
d. Jelaskan kepada klien/ keluarga untuk mematuhi program terapi
e. Rasional : Mempercepat proses penyembuhan penyakit
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
nafsu makan sekunder terhadap ageusia

7
Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan
Kriteria hasil :
 Klien tidak merasa lemas.
 Nafsu makan klien meningkat
 Klien mengalami peningkatan BB minimal 1kg/2minggu
 Kadar albumin > 3.2, Hb > 11
Intervensi :
a. Pantau masukan dan pengeluaran dan berat badan secara peridik
Rasional : Mengetahui keseimbangan intake dan pengeluaran asupan
makanan
b. Kaji turgor kulit pasien
Rasional : Sebagai data penunjang adanya perubahan nutrisi yang kurang
dari kebutuhan
c. Pantau nilai laboratorium, seperti Hb, albumin, dan kadar glukosa darah
Rasional : Untuk dapat mengetahui tingkat kekurangan kandungan Hb,
albumin, dan glukosa dalam darah
d. Pertahankan berat badan dengan memotivasi pasien untuk makan
Rasional : Mempertahankan berat badan yang ada agar tidak semakin
berkurang
e. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan
Rasional : Meningkatkan rasa nyaman (misalkan, pindahkan barang-
barang yang tidak enak dipandang)
f. Dorong makan sedikit demi sedikit dan sering dengan makanan tinggi
kalori dan tinggi karbohidrat
Rasional : Meningkatkan asupan makanan pada pasien
g. Auskultasi bising usus, palpasi/observasi abdmen
Rasional : Mengetahui adanya bising atau peristaltik usus yang
mengindikasikan berfungsinya saluran cerna
h. Kolaborasi dengan tim analis medis untuk mengukur kandungan albumin,
Hb, dan kadar glukosa darah.
Rasional : Mengetahui kandungan biokimiawi darah pasien

8
i. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang TKTP pada
pasien
Rasional : Memberikan asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan
pasien
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan rencana
pengobatan
Tujuan : Keluarga dapat menyatakan hapemaman proses penyakit
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman proses penyakit
Intervensi :
a. Kaji ulang proses penyakit, penyebab / efek hubungan factor yang
menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan factor
pendukung
Rasional : Mengetahui sejauh mana keluarga memahami penyakit tersebut
b. Tentukan persepsi tentang proses penyakit
Rasional : Menyamakan pola pikir
c. Jelaskan tentang penyakit yang diderita klien
Rasional : Memberikan informasi
d. Diskusikan kembali dengan keluarga
Rasional : Mengetahui sejauh mana informasi yang diterima keluarga

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ageusia adalah gangguan dari indera pengecap yaitu rasa hilang total / tidak
dapat merasakan. Penyebab ageusia adalah mulut kering, kehilangan/menurunya
indera penciuman, infeksi ringan (pilek atau flu), merokok , penggunaan obat-
obatan yang sering mendistorsi rasa, kekurangan nutrisi seperti seng atau vitamin
B12, cedera, penyakit-penyakit tertentu (Alzheimer, Bell palsy, hepatitis, sindrom
Sjgren, dan kanker mulut)
Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori perasa berhubungan
dengan kerusakan saraf vagus glosofaringeus, resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan sekunder terhadap
ageusia, kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan rencana
pengobatan
B. Saran
1. Pasien
Diharapkan tidak menambah garam atau gula terlalu banyak dengan asumsi
pasien dapat merasakan sensasi rasa tersebut. Karena dengan penambahan
garam atau gula yang banyak dapat menyebabkan resiko penyakit hipertensi
dan diabetes melitus
2. Perawat
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien ageusia dengan baik
dan benar
3. Mahasiswa
Mampu memahami konsep teori dan asuhan keperawatan pada pasien ageusia
4. Masyarakat
Mampu menjaga kebersihan mulut, tidak makan makanan yang terlalu panas
maupun dingin karena dapat merusak indra pengecap. Makan makanlah yang
seimbang agar mulut kita terlatih dan dapat merasakan rasa manis, asin,
masam, dan pahit dengan baik.

10

Anda mungkin juga menyukai