Anda di halaman 1dari 4

Pluralisme

A. Pengertian Pluralisme
Pluralisme terdiri dari dua kata plural (=beragam) dan isme (=paham) yang
berarti paham atas keberagaman.
Pluralisme adalah suatu paham atau pandangan hidup yang mengakui dan
menerima adanya kemajemukan atau keanekaragaman dalam suatu kelompok
masyarakat. Menerima kemajemukan berarti menerima adanya perbedaan.
Menerima perbedaan bukan berarti menyamaratakan tetapi justru mengakui
bahwa ada hal-hal yang tidak sama. Menerima kemajemukan berarti menerima
adanya perbedaan. Menerima perbedaan bukan berarti menyamakan tetapi justru
mengakui bahwa ada hal atau ada hal-hal yang tidak sama.

B. Konsep Dasar Plurarisme di Indonesia


1. Dasar Filosofis Kemanusiaan
Penerimaan kemajemukan dalam paham pluralism adalah sesuatu yang mutlak.
Hal ini merupakan konsekwensi dari kemanusiaan.

Pada dasarnya manusia berbeda satu sama lain, baik secara individual maupun
kelompok. Namun manusia adalah makhluk social yang hidup bersama, saling
membutuhkan, dan saling tergantung sama lain. Oleh sebab itu mau tidak mau
kemajemukan harus diterima karena demi kemanusian.

2. Dasar Sosial Kemasyarakatan Dan Budaya

Pengakuan akan adanya dan penerimaan akan kemajemukan merupakan


konsekwensi dan konsistensi komitmen social maupun konstitusional sebagai suatu
masyarakat (suku, bangsa, bahkan dunia), yang berbudaya.

Misalnya sejarah perjuangan kehidupan masyarakat Indoensia, baik secara


lokal maupun nasional, telah dicirikhaskan dengan kesadaran akan adanya serta
komitmen akan penerimaan kemajemukan secara konsekwen dan konsisten.
Sumpah Pemuda serta pelbagai macam perjuangan untuk mendirikan dan
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari masa ke masa
merupakan fakta sejarah nasional bangsa Indonesia akan adanya serta komitmen
untuk menerima dan mempertahankan kemajemukan masyarakat Indonesia. Begitu
pula Pancasila dan UUD 45 mencerminkan kesadaran, komitmen, pandangan hidup
serta sikap hidup yang sama. Pancasila dan UUD 45 merupakan bukti konstitusional
nasional tentang pluralisme di Indonesia.

3. Dasar Teologis
Dalam suatu masyarakat agamawi – seperti masyarakat Indonesia –, kendati ada
pelbagai macam agama yang berbeda dalam pelbagai aspek atau unsur-unsurnya,
namun kemajemukan seyogyanya harus diterima, sebagai konsekwensi dari nilai-
nilai luhur dan gambaran “Sang Ilahi” (Allah) yang maha baik serta cita-cita atau
tujuan mulia dari setiap agama dan para penganutnya.

Dari hasil kajian, misalnya oleh ilmu perbandingan perbandingan agama-agama,


dapat kita ketahui bahwa:

Dari satu segi ada kesamaan. Misalnya dalam setiap agama ada gambaran dan
ajaran tentang “Sang Ilahi” (“Allah” atau sebutan lainnya) sebagai yang maha baik,
maha sempurna, maha kuasa, asal dan tujuan hidup akhir dari manusia dan segala
sesuatu yang baik. Juga ada gambaran tentang “surga”, kebahagiaan,
ketenteraman, damai sejahtera, dll yang merupakan cita-cita dan tujuan akhir hidup
setiap orang.

Dari segi lain ada rupa-rupa perbedaan karena adanya perbedaan persepsi serta
keterbatasan manusia dalam upaya “mendalami” dan memahami serta menjalin
hubungan dengan “Sang Ilahi” yang tidak terbatas dan tidak terjangkau daya
tangkap insani manusia. Oleh sebab itu timbullah aneka macam iman kepercayaan
dan agama. Maka sudah seyogyanya kemajemukan agama harus diterima, sebagai
konsekwensi dari adanya iman dan agama.

C. Pluralisme Dalam Pandangan Nurcholis Madjid Dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Pluralisme bagi Gus Dur bukanlah memcampuradukkan agama, yang itu berarti
sinkretisme, demikian juga meyamakan atau menganggap agama itu satu, yang berarti
singularisme, bukan pluralisme. Pluralisme justru menghargai otentisitas mesing-masing
pemeluk agama, terus menjadi pemeluk agama yang baik, tanpa menjadi “orang lain”.
Gus Dur bukanlah pengikut pluralism different yang bisa terjatuh pada relativisme, yang
selangkah lagi menuju nihilisme. Yang dituntut Gus Dur bukanlah menyamakan semua
agama, tetapi bentuk pengakuan kesataraan agama di satu pihak dan perlakuan adil
nondiskriminatif dari Negara.

D. Tantangan Kehidupan Pluralisme Di Indonesia

E. Definisi Dan Konsep Integrasi Nasional

F. Urgensi Diperlukannya Integrasi Nasional


 Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan ketahanan budaya
 Agama mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dan strategis,
utamanya sebagai landasan spiritual, moral, dan etika dalam pembangunan
ketahanan nasional yang kokok
 Kerukunan hidup umat beragama merupakan salah satu faktor pendukung
terciptanya stabilitas dan Ketahanan Nasional. Karena itu kerukunan umat beragama
perlu dibina dan ditingkatkan agar tidak menjurus kepada ketegangan yang dapat
menimbulkan perpecahan bangsa.
 Integrasi nasional merupakan salah satu cara untuk menyatukan berbagai macam
perbedaan yang ada di Indonesia, di mana salah satu contohnya yaitu antara
pemerintah dengan wilayahnya. Integrasi itu sendiri dapat dikatakan sebagai suatu
langkah yang baik untuk menyatukan sesuatu yang semula terpisah menjadi suatu
keutuhan yang baik bagi bangsa Indonesia, misal menyatukan berbagai macam suku
dan budaya yang ada serta menyatukan berbagai macam agama di Indonesia.
 Terjadinya rasa toleransi terhadap sesama sehingga tidak terjadi konflik yang
berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia.
 Integrasi nasional merupakan suatu cara yang dapat menyatukan berbagai macam
perbedaan yang ada di Indonesia.

G. Tantangan Dalam Integrasi Nasional.


 Seringkali dijumpai kelompok, gerakan, atau aliran keagamaan yang dianggap
menyimpang dari kaidah, ibadah atau pendirian yang dianut oleh mayoritas umat.
 Karena itu, keberadaan mereka seringkali eksklusif, radikal, atau ekstrim serta
memiliki fanatisme buta. Kelompok semacam ini kerap disebut istilah sempalan atau
sekte yang menyimpang
 Dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini, Indonesia tengah di koyak oleh
kondisi politik yang tentunya berdampak pada ekonomi kerakyatan dan segala
uborampenya ikut-ikutan
 porak-poranda. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi, meliputi: kesenjangan
ekonomi antar umat beragama dan perlakuan yang berbeda terhadap tenaga kerja
yang beragama lain, adanya pengakomodiran agama sebagai alat untuk
mempertahankan suatu kekuasaan (agama dipolitisasikan), merebaknya budaya
yang bertentangan dengan nilal-nilai moral, adanya ketidaksamaan terhadap aset-
aset yang dimiliki oleh tempat-tempat beribadah.
 Masalah daerah yang sering kali berjarak cukup jauh. Lebih-lebih Indonesia yang
berbentuk negara kepulauan dan merupakan arus lalu lintas dua benua dan dua
samudra. Kondisi ini akan lebih mempererat rasa solidaritas kelompok etnis
tertentu.
 Permasalahan politik di Indonesia berpengaruh pula dalam mencapai integrasi
nasional. Beberapa indikator pertentangan politik di Indonesia yaitu, terjadinya
demonstrasi, kerusuhan, serangan bersenjata, meningkatnya angka kematian akibat
kekerasan politik, pemindahan kekuasaan eksekutif yang bersifat ireguler. Di
samping itu adanya pataipartai politik yang terkait oleh kepentingan-kepentingan
primordial yang secara tidak langsung terkait oleh kepentingan daerah dan kelmpok
elite dan kelompok etnis tertentu.
 Keanekaragaman budaya, bahasa daerah, agama, ras, dan berbagai perbedaan
lainnya
 Wilayah NKRI yang sangat luas dan terdiri dari ribuan kepulauan da dikelilingi lautan
yang luas
 Ketimbangan pembangunan infrastruktur di berbagai daerah telah menimbulkan
rasa tidak puas.
 Masih banyaknya konflik berunsur SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan),
gerakan separatisme dan kedaerahaan, dan domenstrasi.

H. Kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai