Anda di halaman 1dari 4

Gejala sipilis atau raja singa berbeda-beda tergantung tahapannya.

Gejala sipilis tahap 1:

Gejala raja singa tahap pertama muncul 2-4 minggu setelah terjadi infeksi, dalam bentuk luka yang
tidak terasa sakit (chancre) di mana bakteri masuk ke dalam tubuh. Luka jenis ini sering terasa
pada alat kelamin tetapi juga dapat dilihat di mulut atau anus jika bagian-bagian ini terlibat dalam
aktivitas seksual dengan orang yang terinfeksi.

Kurun waktu gejala ini 1 minggu hingga 5 minggu, itupun dapat sembuh dengan sendirinya

Gejala sipilis tahap 2:

Jika infeksi tidak diobati, gejala raja singa tahap dua dimulai sejak 6-12 minggu kemudian. Ciri-
ciri sifilis tahap 2 adalah demam, sakit kepala, nyeri sendi, kehilangan nafsu makan, muncul ruam
(kecil, benjolan bersisik merah pada penis, vagina, atau mulut, terutama pada telapak tangan dan
kaki), sakit tenggorokan, kelenjar limpa membengkak (pada ketiak, pangkal paha, leher), serta
kelelahan.

Tahap laten (tersembunyi) ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun tanpa adanya gejala.

Gejala sipilis tahap 3:

Tahap 3 dari gejala sifilis muncul 10 sampai 40 tahun setelah infeksi awal. Cirinya
adalah timbulnya kerusakan pada otak dan jantung, daya ingat menurun, mengalami kelumpuhan,
dan terjadi masalah pada keseimbangan tubuh.

Beberapa penderita yang sudah berada pada stadium dua atau tiga mungkin tidak menunjukkan
adanya gejala penyakit sipilis.

Mungkin ada beberapa tanda atau gejala yang tidak tercantum di atas. Jika Anda memiliki
kekhawatiran terhadap gejala tertentu, silakan berkonsultasi dengan dokter Anda.

Penyebab

Apa penyebab sipilis (sifilis, raja singa)?

Penyebab sipilis adalah bakteri dengan nama Treponema pallidum. Infeksi biasanya terjadi karena
adanya kontak seksual. Dalam kasus yang sangat jarang ditemukan, bakteri dapat melewati celah
atau luka pada kulit setelah menyentuh orang yang terinfeksi sifilis. Raja singa tidak dapat menular
melalui penggunaan toilet yang sama, bak mandi, pakaian atau peralatan makan, atau dari gagang
pintu, kolam renang atau pemandian air panas.
Faktor-faktor risiko

Siapa yang berisiko terkena sipilis (sifilis, raja singa)?

Penderita HIV lebih rentan terhadap penularan dan menjadi penyebar sipilis. Sekali Anda tertular
sifilis, bukan berarti Anda akan kebal terhadap infeksi sejenis. Anda bisa terinfeksi lagi dan lagi.
Penularan sipilis juga dapat terjadi dari ibu hamil ke janinnya (sifilis kongenital).

Pencegahan

 Berhenti melakukan kontak seksual dalam jangka waktu lama.


 Memiliki satu pasangan tetap untuk melakukan hubungan seksual.
 Menghindari alkohol dan obat-obat terlarang.
 Membicarakan secara terbuka mengenai riwayat penyakit kelamin yang dialami
bersama pasangan.
 Biasakan menggunakan kondom bila harus berhubungan seksual dengan orang yang
tidak dikenal.

Pengobatan
Pengobatan pada sifilis ditujukan untuk menghilangkan T.pallidum sebagai penyebab,
dan mencegah penularan kepada orang lain. Pengobatan juga harus dilakukan sedini
mungkin utnuk mendapat hasil yang lebih baik. Selain menggunakan obat-obatan,
pengobatan terhadap sifilis juga memerlukan edukasi. Tidak pernah ada pengobatan
sifilis yang menggunakan pembedahan alat kelamin.
Pengobatan bergantung pada stadium sifilis pada penderita. Semakin berat stadium,
memerlukan pengobatan yang lebih intensif. Bila tidak mendapat pengobatan yang
cukup, sifilis dapat menyebabkan kerusakan pada jantung, saraf, dan menimbulkan
kematian.
1. Obat-obatan (Medikamentosa)
Obat-obat yang digunakan untuk sifilis adalah antibiotik. Antibiotik utama yang
digunakan adalah golongan penisilin. Namun, golongan antibiotik lain juga dapat
diberikan.
- Penisilin : Penisilin dapat menembus plasenta sehingga mencegah infeksi pada janin, dan
efektif untuk sifilis pada susunan saraf pusat (neurosifilis). Berdasarkan lama kerjanya,
penisilin dibagi dalam 3 macam, yaitu yang bekerja dalam masa 24 jam, 72 jam, dan 2-3
minggu. Pemberian penisilin berdasarkan lama kerja jenis penisilin yang digunakan. Yang
pertama diberikan setiap hari, yang kedua setiap 3 hari, dan yang ketiga umumnya setiap
minggu. Pada sifilis stadium I, gejalanya besifat umum dan lokal. Gejala umum berupa
demam, nyeri kepala, nyeri sendi, lemah, berkeringat, dan kemerahan pada wajah. Gejala
lokal yaitu bengkak pada luka tempat masuk T.pallidum dan juga nyeri. Reaksi ini hilang
dalam 10-12 jam tanpa merugikan pasien dengan sifilis stadium I. Pada sifilis lanjut dapat
mengancam jiwa pasien, misalnya bengkak pada saluran pernafasan, atau pecahnya
pembuluh darah aorta yang sudah menipis. Pengobatan untuk sifilis lanjut ini dengan
menggunakan anti inflamasi seperti kortikosteroid. Kortikosteroid juga dapat digunakan
sebagai pencegahan dengan diberikan 2-3 hari sebelum penisilin dan 2-3 hari setelah
pengobatan dengan penisilin selesai.
- Antibiotik lain : Untuk pasien yang alergi penisilin, dapat diberikan tetrasiklin (tidak boleh
untuk wanita hamil, menyusui, dan anak-anak), atau eritromisin. Antibiotik lain yang
dapat digunakan adalah golongan sefalosporin dan golongan makrolid.
2. Pemantauan tes darah diperiksa pada bulan pertama, kedua, keenam, dan keduabelas
dari tahun pertama, kemudian setiap 6 bulan dalam tahun kedua.
3. Nonmedikamentosa
Pasien juga diberikan edukasi mengenai hal-hal berikut:
 Sifilis tidak hanya menyerang alat kelamin namun dapat menyerang seluruh organ dalam tubuh,
seperti jantung dan otak serta dapat mengakibatkan kematian.
 Sifilis dapat diobati dengan pengobatan yang tepat dan kerja sama dari pasien untuk mematuhi
pengobatan. Pasangan seksual harus diperiksa apakah terinfeksi sifilis dan diobati bila terinfeksi.
 Sifilis menular tidak hanya melalui hubungan seksual namun juga kontak langsung dengan
bakteri sifilis atau melalui darah.
 Selama pengobatan, hubungan seksual dihindari sampai dinyatakan sembuh oleh dokter.
 Pemakaian kondom saat berhubungan seksual tidak melindungi dari PMS termasuk sifilis
(TIDAK ADA satupun alat pengaman yang 100% aman melindungi dari PMS).
Daftar Pustaka
Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed kedua.
Jakarta: FKUI;1993
Fahmi S, Indriatmi W, Zubier F, Judanarso J, editor. Penyakit menular seksual. Jakarta : Balai
penerbit fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997

Anda mungkin juga menyukai