Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latara Belakang


Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering di sebut sebagai sillent killer
(pembunuh diam –diam), sebab seseorang dapat mengidap hipertensi selama
bertahun –tahun tanpa menyadarinya sampai terjadi kerusakan organ vital yang
cukup berat yang bahkan dapat membawa kematian. 70% penderita hipertensi
tidak merasakan gejala apa – apa sehingga tidak mengetahui dirinya meenderita
hipertensi sampai ia memeriksakan tekanan darahnya ke dokter. Namun terjadi
setelah masa menopause atau pada usia 45 tahun ( dalimartha et al , 2008 )
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik) tekanan darah kurang
dari 120/80 mmHg di defenisikan sebagai “normal” pada tekanan darah tinggi
bisanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi
pada tekanan darah 140/90 mmHg atau keatas, diukur kedua lengan iga dalam
jangka beberapa minggu.
(weblog, Wikipedia-indonesia/)

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada pasien hipertensi di
Puskesmas Kebonsari?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menggambarkan Asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi di
Puskesmas Kebonsari.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Menggambarkan pengkajian keperawatan keluarga pada pasien dengan
hipertensi di Puskesmas Kebonsari
2. Menggambarkan masalah keperawatan keluarga pada pasien dengan
hipertensi di Puskesmas Kebonsari
3. Menggambarkan intervensi keperawatan keluarga pada pasien dengan
hipertensi di Puskesmas Kebonsari
4. Menggambarkan implementasi keperawatan keluarga pada pasien dengan
hipertensi di Puskesmas Kebonsari
5. Menggambarkan evaluasi perkembangan pada pasien dengan hipertensi di
Puskesmas Kebonsari

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Teoritis
Sebagai kerangka pikir ilmiah dalam pengembangan ilmu keperawatan
terutama di Keperawatan Keluarga.
1.4.2 Praktis
1. Bagi pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi klien, dapat
memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi keluarga agar dapat
memberikan penolongan awal.
2. Bagi rumah Puskesmas
Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yag lebih baik dan
tambahan informasi dalam memeberikan Asuhan keperawatan Keluarga
pada pasien hipertensi.
3. Bagi Institusi
Menggambarkan konstribusi laporan kasus bagi pengembangan praktek
keperawatan keluarga dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang
profesi keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua / lebih individu yang
dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki /tidak memiliki
hubungan darah / hukum yang mencirikan orang tersebut kedalam satu keluarga
(Whall, 1986).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
2.1.2 Bentuk-bentuk Keluarga
1. Menurut Susman (1974) & Maclin (1988)
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-
anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan
satu orang yang mengepalai akibat dari penceraian, pisah atau
ditinggalkan
3) Pasangan inti,hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
tidak ada anak yang tinggal bersama mereka
4) Bujang dewasa yang tinggal sendirian
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah
dan istri tinggal dirumah dengan anak sudah kawin atau bekerja
6) Jaringan keluarga besar,terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota keluarga yang tidak menikah, hidup berdekatan dalam daerah
geografis
b. Keluarga Non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yg memiliki anak tanpa menikah
2) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
3) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)
4) Keluarga gay dan lesbi adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
5) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber, dan memiliki pengalaman yang sama
2. Menurut Anderson Carter
a. Keluarga Inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak kandung atau anak angkat
b. Keluarga besar (ekstended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah
c. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti
d. Keluarga duda/janda (single family) yaitu rumah tangga yang terdiri dari
satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat yang disebabkan
karena perceraian atau kematian
e. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama
f. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan
2.1.3 Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dan struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga.
1. Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenihi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap
kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga mengekspresikan kasih
sayang.
2. Fungsi sosialisasi
Tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk
nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan-batasan perilaku
yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai2 budaya keluarga.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan
seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan
fisk, mental, spiritual dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga
serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, papan dn kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana
keluarga.Mencari sumber2 penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang akan datang (pendidikan anak dan jaminan hari tua).
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditunjukan untuk meneruskan keturunan tetapi
untuk memelihara dan membebaskan anak untuk kelanjutan generasi.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang
dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan identitas keluarga.
7. Fungsi Pendidikan
Diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan,
membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa,
mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya
2.1.4 Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Lima tugas
keluarga yang dimaksud :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

2.1.5 Tingkat Kemandirian Keluarga


Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat
keluarga dapat dimulai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan
mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari
tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV, menurut Dep-Kes (2006)
sebagai berikut :
1. Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I /KM I)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
2. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II /KM II)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
3. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III /KM III)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran

4. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV /KM IV)


a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif
2.1.6 Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga
1. Tahap I, Pasangan pemula/baru menikah
Tugas :
a. Saling memuaskan antar pasangan
b. Beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing pihak
c. Merencanakan dengan matang jumlah anak
d. Memperjelas peran masing-masing pasangan
2. Tahap II, Keluarga dengan menunggu kelahiran anak
Tugas:
a. Mempersiapkan biaya persalinan
b. Mempersiapkan mental calon orang tua
c. Mempersiapkan berbagai kebutuhan anak
3. Tahap III, Keluarga dengan mempunyai bayi
Tugas:
a. Memberikan ASI sebagai kebutuhan dasar bayi (ASI ekslusif 6 bln)
b. Memberikan kasih sayang
c. Mulai mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-
masing pasangan
d. Pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota
keluarga baru termasuk siklus hubungan sex
e. Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan
4. Tahap IV, Keluarga dengan anak prasekolah
Tugas:
a. Menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan
b. Mulai menanamkan keyakinan beragama
c. Mengenalkan kultur keluarga
d. Memenuhi kebutuhan bermain anak
e. Membantu anak dalam sosialisasi dengan lingkungan sekitar
f. Menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil
g. Memberikan stimulus bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
5. Tahap V, Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas:
a. Memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat-alat sekolah maupun biaya
sekolah
b. Membiasakan belajar teratur
c. Memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolahnya
d. Memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat penting
untuk masa depan anak
e. Membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan
sekitarnya
6. Tahap VI, Keluarga dengan anak remaja
Tugas:
a. Memberikan perhatian lebih pada anak remaja
b. Bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah/kegiatan di luar
sekolah
c. Memberikan kebebasan dalam batasan yang bertanggung jawab
d. Mempertahankan komunikasi dua arah
7. Tahap VII, Keluarga dengan melepas anak ke masyarakat
Tugas:
a. Mempertahankan keintiman pasangan
b. Membantu anak untuk mandiri
c. Mempertahankan komunikasi
d. Memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu
e. Menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggal anak
8. Tahap VIII, Keluarga dengan tahap berdua kembali
Tugas:
a. Menjaga keintiman pasangan
b. Merencanakan kegiatan yang akan datang
c. Tetap menjaga komunikasi dengan anak dan cucu
d. Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan

9. Tahap IX, Keluarga dengan tahap masa tua


Tugas:
a. Saling memberikan perhatian yang menyenangkan antar pasangan
b. Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
c. Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti dengan
berolahraga, berkebun, mengasuh cucu
d. Pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan adanya kehidupan
yang kekal setelah kehidupan ini
2.2 Konsep Hipertensi
2.2.1 Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal. Seseoarang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90
mmHg sistolik atau 90 mmHg diastol. (Elisabet Corwin, hal 356).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih.
(Barbara Hearrison 1997)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan tekanan sistolik lebih tinggi
dari 140 mmHg menetap atau telkanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg.
Diagnosa dipastikan dengan mengukur rata-rata dua atau lebih pengukuran
tekanan darah pada dua waktu yang terpisah. Patologi utama pada hipertensi
adalah peningkatan tahanan vaskuler perifer pada tingkat arteriol.
2.2.2 Etiologi
Hipertensi adalah asimtomatik. Gejala-gejala menandakan kerusakan pada
organ targeet seperti otak, ginjal, mata, dan jantung. Bila tak teratasi, hipertensi
dapat menimbulkan stroke, gagal ginjal, dan kebutaan, dan gagal jantung
kongestif. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Esensial (primer/idiopatik) etiologi tak diketahui, dapat dipercepat atau
maligna, namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress Sekunder
atau hipertensi renal disebabkan oleh proses penyakit dasar. Dapat
diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
2. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll. Pada umunya
hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan
4. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta
pelabaran pembuluh darah.
Faktor-faktor yang mempertinggi resiko terjadinya hipertensi antara lain:
1. Usia
2. Berat badan
3. Perokok Pola makan
4. dan gaya hidup Aktivitaas olah raga
5. Keturunan
2.2.3 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ganlia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinephrin
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriksi.
Individu dengan hipertensi sangat meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinephrine, yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian di ubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan rtensi Natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vascular. Semua factor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology, perubahan sruktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(Volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).

Umur Jenis Kelamin Gaya Hidup Obesitas

Elastisitas ↓, aterosklerosis

Hipertensi

2.2.4 Pathway Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan Struktur

Penyumbatan Pembuluh Darah

Vasokonstriksi

Gangguan Sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh Darah Retina

Vasokonstriksi Spasme
Resistensi Suplai O2 sistemik koroner
pembuluh darah arteriole
pembuluh otak↓ ginjal
darah otak ↑ vasokonstriksi Iskemi
diplopia
miokard
Blood flow
menurun Afterload ↑ Resti
Nyeri Akut Insomnia injury
Nyeri dada
Respon RAA
Sinkop
Rangsang
Gangguan Perfusi aldosteron Penurunan fatigue
Jaringan curah
jantung
Retensi NA Intoleransi Aktifitas

edema

Kelebihan
volume cairan
2.2.5 Manifestasi Klinik
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala
bila demikian, gejala baru ada setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata,
otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala,
epistaksis, marah, telinga berdenging, mata berkunang-kunang dan pusing .
(Mansjoer Arif, dkk, 1999).
Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak).Pada tingkat awal sesungguhnya, Hipertensi asimtomatis, mempunyai
gejala :
1. Sakit kepala : pada occipital,, seringkali timbul pada pagi hari.
2. Vertigo dan muka merah.
3. Epistaksis sppontan.
4. Kelelahan
5. Mual dan muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Penglihatan kabur atau scotomas dengan perubahan retina.
9. Kekerapan nocturnal akibat peningkatan tekanan dan bukan oleh
gangguan ginjal.
2.2.6. Penatalaksanaan
Deteksi dan tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.
Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah
140 mmHg dan tekanan diastolic di bawah 90 mmHg dan mengntrol factor
risiko. Hal ini dapat di capai melalui modifikasi gaya hidup saja atau dengan
obat antihipertensi.
1. Terapi tanpa Obat Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a. Penurunan konsumsi garam dari 10 gr/hari menjadi 5 gr/hari
b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
2. Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah.
a. Olahraga yang dianjurkan seperti lari, jogging, bersepeda, berenang,
dan lain-lain.
b. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona
latihan.
c. Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobic
atau 72-80% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
d. Frekuensi latihan sebaiknya 3 kali/minggu dan lebih baik lagi 5
kali/minggu.
3. Pendidikan kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplkasi lebih lanjut.
4. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi
agar penderita dapat bertambah kuat. Pilihan obat untuk penderita
hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Hipertensi tanpa komplikasi : diuretic, beta blocker.
b. Hipertensi dengan indikasi penyakit tertentu : inhibitor ACE,
penghambat reseptor angiotensin II, alfa blocker, alfa-beta-blocker,
beta blocker, antagonis Ca dan diuretic
c. Indikasi yang sesuai Diabetes Mellitus tipe I dengan proteinuria
diberikan inhibitor ACE.
d. Pada penderita dengan gagal jantung diberikan inhibitor ACE dan
diuretic.
e. Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca dihidropiridin
kerja sama.
f. Penderita dengan infark miokard : beta blocker (non ISA), inhibitor
ACE (dengan disfungsi sistolik).

DAFTAR PUSTAKA

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.


Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3.
Jakarta: EGC
Setiawati, Santun dkk. (2005). Tuntunan Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.
Bandung:Rizqi press
Akhmadi. (2008). Konsep Keluarga. Diambil tanggal 5 november 2011 dari
http://creasoft.files.wordpress.com.pdf
Konsep Keluarga. Diambil tanggal 5 November 2011 dari
http://www.rajawana.com.pdf
http://www.infopenyakit.com/2008/01/penyakit-darah-tinggi-hipertensi.html
http://medicastore.com/penyakit/4/Tekanan_Darah_Tinggi_Hypertension.html

Anda mungkin juga menyukai