PERENCANAAN BENDUNGAN
OLEH :
KORNELIUS
16209060
FAKULTAS TEKNIK
TEKKNIK SIPIL
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah yang sangat sederhana ini
yang berjudul “PERENCANAAN BENDUNGAN” Sebagai tugas pada Mata kuliah Stuktur
Bendungan”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, saran dan kritik penulis
sangat harapkan untuk proses perbaikan dan penyempurnaan dalam menyusun makalah
selanjutnya. Penulis berharap semoga makalah ini bisa berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Amin
Penulis
Kornelius
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV HASIL.....................................................................................................................11
PENDAHULUAN
Bendungan adalah sebuah bangunan air yang berfungsi sebagai penangkap air dan
menyimpannya di musim penghujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar. Waduk
merupakan suatu tempat atau wadah yang terbentuk akibat adanya pembangunan sebuah
bendungan. Pembangunan bendungan berfungsi untuk penyediaan air baku, penyediaan air
irigasi, pengendalian banjir dan/atau pembangkit tenaga air. Dalam pembangunan bendungan
ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan pembangunan, perencanaan pembangunan,
pelaksanaan konstruksi dan pengisian awal waduk (impounding).
Dalam tahap pengisian awal waduk (impounding) ini jumlah debit inflow yang masuk
ke daerah genangan akan sangat berpengaruh, karena jika inflow yang masuk sedikit maka
waktu pengisian awal waduk (impounding) akan lama dan dapat mengakibatkan kekeringan
di hilir bendungan. Selain itu kondisi daerah genangan juga akan berpengaruh, karena setiap
jenis tanah memiliki karakteristik yang berbeda mengenai penyerapan air ke dalam tanah.
Pada tahap impounding ini juga hendaknya dilakukan pemantauan supaya untuk menghindari
adanya korban jiwa dan untuk menghindari kerusakan pada struktur bendungan karena jika
terlalu cepat tahap impounding ini maka akan mengakibatkan tekanan yang berlebih dan
timbunan inti bendungan akan mengalami gaya angkat (uplift).
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan penelitian untuk mengetahui lamanya air
tidak mengalir ke bagian hilir bendungan supaya di bagian hilir bendungan tidak mengalami
kekeringan dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk melakukan
penelitan yang berjudul Analisa Pengisian Awal Waduk (Impounding) pada Bendungan
Jatigede.
I.2 Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang sudah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi
permasalahan yang muncul, yaitu sebagai berikut :
Melihat pada pernyataan identifikasi masalah di atas, masalah dalam penelitian ini secara
spesifik dapat dirumuskan dalam pernyataan penelitian berikut :
1. Faktor apa saja yang berpengaruh dalam tahap pengisian awal waduk (impounding),
terutama pada Bendungan Jatigede?
2. Bagaimana memprediksi lamanya pengisian awal waduk (impounding) pada
Bendungan Jatigede berdasarkan pada data inflow yang ada?
3. Metode apa yang sesuai dalam untuk menentukan lamanya waktu pada tahap
pengisian awal waduk (impounding) pada Bendungan Jatigede?
I.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk memperoleh gambaran mengenai faktor apa saja yang dapat berpengaruh
dalam tahap pengisian awal waduk (impounding), terutama pada Bendungan Jatigede.
2. Untuk mengetahui perkiraan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tahap
pengisian awal waduk (impounding) berdasarkan jumlah inflow yang ada pada
Bendungan Jatigede.
3. Untuk mengetahui metode apa yang sesuai dalam menentukan lamanya waktu
pengisian awal waduk (impounding) pada Bendungan Jatigede.
Untuk dapat melakukan tahapan pengisian awal waduk (impounding) sesuai dengan
waktu yang diperkirakan juga terhindar dari kekeringan dalam jangka waktu yang lama di
bagian hilir bendungan. Selain itu juga, dengan adanya penelitian ini diharapkan peneliti
dapat menambah wawasan mengenai tahapan pengisian awal waduk (impounding) pada
bendungan, dan dalam penelitian ini yaitu Bendungan Jatigede, Jawa Barat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Keadaan Topografi
2. Keadaan Hidrologi
3. Kondisi Topografi
4. Kondisi Hidraulik dan Morfologi
5. Kondisi Tanah Pondasi
6. Biaya Pelaksanaan
Metode pelaksanaan atau yang biasa disebut Metode pelaksanaan merupakan urutan
pelaksanaan pekerjaan yang logis dan teknik sehubungan dengan tersedianya sumber daya
yang dibutuhkan dalam kondisi medan kerja, guna memperoleh cara pelaksanaan yang
Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut, sebenarnya telah dibuat oleh kontraktor yang
demikian Metode pelaksanaan tersebut telah teruji saat melakukan klarifikasi atas dokumen
bahwa pada waktu menjelang pelaksanaan atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan, CM
profesionalitas dari tim pelaksana proyek, yaitu manajer proyek dan perusahaan yang
bersangkutan. Karena itu dalam penilaian untuk menentukan pemenang tender, penyajian
metode pelaksanaan mempunyai bobot penilaian yang tinggi. Yang diperhatikan bukan
rendahnya nilai penawaran harga, meskipun kita akui bahwa rendahnya nilai penawaran
1. Project plan
2. Sket atau gambar bantu penjelasan pelaksanaan pekerjaan.
3. Uraian pelaksanaan pekerjaan.
4. Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan
konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan
5. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal kebutuhan tenaga kerja (tukang dan
pekerja)
6. Perhitungan kebutuhan material dan jadwal kebutuhan material
7. Dokumen lainnya sebagai penjelasan dan pendukung perhitungan dan kelengkapan
yang diperlukan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Yang Baik
8. Memenuhi syarat teknis
9. Memenuhi syarat ekonomis
10. Memenuhi pertimbangan non teknis lainya
11. Merupakan alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang telah diperhitungkan dan
dipertimbangkan.
12. Manfaat positif construction method
Untuk tahapan dan metoda pelaksanaan pekerjaan dam, contoh yang akan diambil
yaitu dam atau bendungan urugan, sebuah type dam yang paling banyak dilaksanakan
pada saat ini. Sebagaimana diketahui, metoda pelaksanaan atau metoda konstruksi yang
lengkap, salah satunya akan terdiri dari site plan / site facilities, sehingga akan tergambar
jarak angkut material dan peralatan proyek.
Dengan alternatif urutan pelaksanaan per item pekerjaan yang paling baik, kita akan
bisa menghitung kebutuhan peralatan konstruksi, kebutuhan tenaga kerja dan kebutuhan
material. Dengan demikian out putnya nanti pada pekerjaan analisa daya satuan akan
tercapai nilai harga satuan yang paling ekonomis dan efisien. Sebelum menginjak kepada
Metoda Konstruksi pekerjaan urugan dam, kita mengambil contoh perbuatan site plan dan
table dari distribusi material.
HASIL
Peningkatan kebutuhan air yang disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk dan
perubahan pemanfaatan lahan di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo, berbanding
terbalik dengan suplai air ke wilayah tersebut. Oleh karena itu, solusi untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan membangun suatu tampungan air. Salah satu alternatif
tersebut adalah Bendungan Salak yang terletak di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon
Progo, Yogyakarta.
Hasil lain yaitui Bendung Karangtalun yang sampai saat ini melayani kebutuhan air di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo, menunjukkan debit minimum yang memiliki
kecenderungan semakin menurun. Penurunan debit ini disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain perubahan iklim dan perkembangan aktivitas konsumsi. Aktivitas konsumsi
tersebut antara lain melayani kebutuhan air baku dan mengairi Daerah Irigasi Kalibawang
(1832.63 Ha), Mataram (4973.02 Ha), dan Sapon (1055.68 Ha). Berdasarkan kondisi
tersebut, perlu adanya bangunan penampung air, yang dalam studi ini berupa bendungan.
Terdapat 6 alternatif lokasi bendungan, antara lain alternatif 1 pada Kali Tinalah,
alternatif 2 pada Kali Salak, alternatif 3 pada Kali Diro, alternatif 4 pada Kali Sili, alternatif 5
pada Kali Bedog, dan alternatif 6 pada Kali Udal, yang mendapat suplesi dari Kali Sileng.
Berdasarkan analisis dan diskusi, alternatif 1 dan 4 tidak dapat dipilih karena lokasi ini tidak
disettujui oleh masyarakat sekitar, alternatif 5 tidak dapat dipilih karena volume tampungan
terlalu kecil, alternatif 6 tidak dapat dipilih karena topografi menunjukkan elevasi Kali Sileng
yang lebih tinggi daripada Kali Udal memiliki jarak yang cukup jauh sehingga saluran suplesi
tidak ekonomis digunakan, sedangkan alternatif 2 dan 3 dapat dijadikan rencana lokasi
bendungan.
BAB V
V.1 KESIMPULAN
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka
air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu bagian dari bangunan utama.
Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka air
dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat
bangunan pengambilan (intake structure). Bendung terdiri atas dua jenis yaitu, bendung
tetap dan bendung gerak. Dalam penentuan suatu bendung perlu dilihat pemilihan lokasi
bendung yang tepat.
V.2 SARAN
1. Mahendra Sultan syah Ir. Manajemen Proyek – Kiat sukses Mengelola Proyek, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Januari 2004
2. Proyek Pembinaan Pengembangan dan Penyelenggaraan Air Baku Bagian Proyek
Keamanan Bendungan, Pedoman Final Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Urugan,
November 2004.
3. Waskita Karya PT, Bekri Main Irrigation System Section 1 & 2, Construction Plant
and Method.
4. Waskita Karya PT, Tilong Dam Kupang, Construction Method.
5. Engineering Manual for Irigation and Drainage Filldam volume II, The Japanese
Institute of Irigation and Drainage.
6. Contract Document for Construction of Wadaslintang Dam and Apputenant Structure
Exhibit Part 1 Wadaslintang Multipurpose Project 1982
7. Erman Mawardi, Drs. Dipl. AIT. dan Moch. Memed, Ir. Dipl. HE. APU. 2010.
8. Desain Hidraulik Bendung Tetap. Bandung: CV. Alfabeta.
9. http//:www.google.com
10. http//:www.wikipedia.com