Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

SW DENGAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI :
HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN
DI RUANG SEDAP MALAM
RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG MALANG

Di susun oleh kelompok 4:

1. Agus Setyo Wahyudi (018149003)


2. Eka Putri Yulianti (018149011)
3. Herna Wahyu Puspita (018149017)
4. Narisma Yulia Wardani (018149029)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA HUSADA
BOJONEGORO
2018-2019
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diterima dan disetujui laporan yang berjudul “Laporan Asuhan Keperawatan
Pada Ny. SW Dengan Diagnosa Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi di
Ruang Sedap Malam RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang” sebagai sarana pemenuhan
tugas stase Keperawatan Jiwa di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, pada :

Hari : Kamis
Tanggal : 10 Januari 2019
Ruang : Sedap Malam

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Yusuf Efendy, S.Kep Retno Dyah G., S.Kep. Ns


NIP. 196711221988032002

Menyetujui
Kepala Ruang Sedap Malam

Luluk Minarti, SST


NIP. 196608261986032001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan Ny. SW di Ruang Sedap Malam RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang praktek stase keperawatan jiwa ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus praktek stase keperawatan
jiwa ini tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa bantuan serta bimbingan dari beberapa
pihak. Maka dari itu, penulis ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Hasan Bisri, SE.,MSA selaku ketua STIKes ICsada Bojonegoro
2. Ns. Bayu Akbar Khayudin, S.Kep.,M.Kep selaku kepala prodi Profesi Ners Ilmu
Keperawatan STIKes ICsada Bojonegoro
3. Errix Kristian Julianto, S.Kep.,Ns selaku preceptor akademik yang dengan kesabaran dan
ketekunannya meluangkan waktu di antara kesibukannya dalam memberikan bimbingan,
pengarahan, masukan serta saran demi kesuksesan penulisan laporan kasus praktek stase
keperawatan jiwa ini.
4. M. Yusuf Efendi, S.Kep.,Ns selaku preceptor akademik yang dengan kesabaran dan
ketekunannya meluangkan waktu di antara kesibukannya dalam memberikan bimbingan,
pengarahan, masukan serta saran demi kesuksesan penulisan laporan kasus praktek stase
keperawatan jiwa ini.
5. Retno Dyah G, S.Kep.,Ns selaku preceptor klinik yang dengan kesabaran dan
ketekunannya meluangkan waktu di antara kesibukannya dalam memberikan bimbingan,
pengarahan, masukan serta saran demi kesuksesan penulisan laporan kasus praktek stase
keperawatan jiwa ini.
6. Teman-teman program profesi ners ilmu keperawatan angkatan tahun 2018-2019 yang
telah setia memberikan dukungan dan kebersamaannya dalam melaksanakan tugas.
7. Pihak-pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga dengan adanya laporan desiminasi praktek stase keperawatan
jiwa ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri serta bagi para pembaca.
Lawang, 10 Januari 2019
Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i


LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR ………...………………………………………… iii
DAFTAR ISI …………………..………………………………………… iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………. 2
1.3 Tujuan ………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat ………………………………………………………. 2
BAB 2 LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI
2.1 Masalah Utama ………………………………………………. 3
2.2 Proses Terjadinya Masalah ……………………………………. 3
2.3 Pohon Masalah …….………………………………………… 6
2.4 Masalah Keperawatan dan Data yang Harus Dikaji ………… 6
2.5 Diagnosa Keperawatan ………………………………………. 8
2.6 Rencana Keperawatan …….…………………………………. 8
2.7 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Halusinasi …… 12
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA …….………………………. 17
BAB 4 PEMBAHASAN ……………………………………………..….. 44
BAB 5 PENUTUP ……………………………………………………….. 45
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 49
LAMPIRAN

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halusinasi yaitu individu yang menginterpretasikan sesuatu yang tidak ada stimulus

dari lingkungan. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak ada (Depkes RI, 2000).

Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia. Menurut data WHO tahun
2001, di dunia terdapat paling tidak satu dari empat orang di dunia atau sekitar 450 juta
orang terganggu kesehatan jiwanya (Walujani, 2007). Prevalensi skizofrenia secara umum
di dunia antara 0,2%–2% populasi (Walujani, 2007). Skizofrenia ditemukan 7 per 1.000
orang dewasa dan terbanyak usia 15-35 tahun (Hidayat, 2005). Halusinasi merupa-kan
salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien dengan gangguan jiwa, dimana
halusinasi sering diidentikkan dengan skizo-frenia. Dari seluruh skizofrenia, 70%
diantaranya mengalami halusinasi (Purba, Eka, Mahnum, Hardiyah, 2009). menurut Stuart
dan Sundeen (1995), 70% pasien mengalami jenis halusinasi audiotorik, 20% halusinasi
visual, 10% halusinai pengecapan, taktil dan penciuman. Pasien merasakan halusinasi
sebagai sesuatu yang amat nyata, paling tidak untuk suatu saat tertentu (Kaplan, 1998).
Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Halusinasi
merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa.
Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh klien skizofrenia 70%
diantaranya mengalami halusinasi. Halusinasi adalah perubahan sensori dimana pasien
merasakan sensasi yang tidak ada berupa suara, penglihatan, pengecapan,dan perabaan
(Damaiyanti, 2012).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin menyusun asuhan keperawatan
jiwa dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny. SW dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang Sedap Malam RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang.”

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada Ny. SW dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran di Ruang Sedap Malam RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum, tujuan dari asuhan keperawatan jiwa ini yaitu memberikan
pengetahuan mengenai gangguan persepsi: halusinasi pendengaran dan juga
intervensi yang dapat diberikan kepada klien halusinasi pendengaran.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui masalah utama dari halusinasi.
b. Untuk mengetahui kajian teori dari halusinasi.
c. Untuk mengetahui pohon masalah dari halusinasi.
d. Untuk mengetahui masalah keperawatan dan data yang harus dikaji.
e. Untuk mengetahui diagnose keperawatan.
f. Untuk mengetahui rencana keperawatan.
g. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan tindakan keperawatan.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan jiwa pada klien halusinasi.

1.4 Manfaat Penulisan


Penyusunan asuhan keperawatan jiwa ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai pemberian asuhan keperawatan jiwa pada klien gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk proses
pembelajaran selanjutnya.

2
BAB 2
LANDASAN TEORI

A. MASALAH UTAMA
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Halusinasi yaitu individu yang menginterpretasikan sesuatu yang tidak ada
stimulus dari lingkungan. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
2. Jenis-jenis halusinasi
a. Halusinasi pendengaran/auditorik
Mendengar suara orang, sederhana, kompleks, membicarakan dirinya,
memerintah sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan/visual
Pancaran cahaya, gambar geometric, karton, panorama
luas/kompleks,menyenangkan/menakutkan
c. Halusinasi penghidu/ olfaktori
Bau busuk, amis, harum, menjijikkan
d. Halusinasi pengecapan/ gusfaktori
Merasa sesuatu yang busuk, amis, menjijikan
e. Halusinasi perabaan/ tactile
Merasa/mengalami rasa sakit, tak enak, ada sensasi dari tanah, benda, orang lain
f. Halusinasi sinestetik
Merasakan gerakan - gerakan organ yang ada ditubuhnya merasakan aliran
darah
g. Halusinasi visceral
Perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya
h. Halusinasi hipnagnik
Halusinasi ini adakalanya pada orang yang normal, tetapi sebelum tidur persepsi
sensori bekerja salah.

3
i. Halusinasi hipnopompik
Hampir sama dengan halusinasi hipnagnik tetapi terjadi tepat sebelum terbangun
sama sekali dari tidurnya
j. Halusinasi histerik
Timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional
3. Tanda dan Gejala
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah
sebagai berikut:
 Bicara sendiri.
 Senyum sendiri.
 Ketawa sendiri.
 Menggerakkan bibir tanpa suara.
 Pergerakan mata yang cepat
 Respon verbal yang lambat
 Menarik diri dari orang lain.
 Berusaha untuk menghindari orang lain.
 Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
 Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
 Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
 Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
 Sulit berhubungan dengan orang lain.
 Ekspresi muka tegang.
 Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
 Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
 Tampak tremor dan berkeringat.
 Perilaku panik.
 Agitasi dan kataton.
 Curiga dan bermusuhan.
 Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
 Ketakutan.
 Tidak dapat mengurus diri.
 Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

4
4. Faktor predisposisi
a. Genetik : diturunkan dari keluarga
b. Neuribiologik : terjadi gangguan pada area prefrontal dan limbic dari otak
c. Neurotransmiten : abnormalitas pada dopamin, serotonin, dan glutamat
d. Virus : adanya paparan virus pada otak
e. Psikologis : ibu pencemas, over proteksi, ayah yang tidak peduli.
5. Faktor presipitasi
a. Biologis : proses pengolahan informasi berlebihan, mekanisme penghantaran
listrik abnormal
b. Stress lingkungan : ambang toleransi menurun pada stress lingkungan
c. Gejala pemicu maladaptif : aspek kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku
individu
6. Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan isi pikir
/waham
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Menarik diri Sulit berespon
emosi
Perilaku sesuai Reaksi emosi >> atau << Perilaku disorganisasi
Hubungan social Perilaku tidak biasa Isolasi social

7. Fase-fase halusinasi
a. Fase I : comforting, ansietas sedang, menyenangkan.
1) Perasaan mendalam (ansietas, kesepian, rasa bersalah, takut, berfokus
pada pikiran senang).
2) Mengenali pikiran dan perasaan serta pengalaman sensori dalam kendali
kesadaran (non psikotik).
3) Tanda-tanda : tersenyum, tertawa, menggerakkan bibir tanpa bersuara,
gerak mata cepat, respon verbal lambat, diam, dan asyik sendiri.
b. Fase II : condemning, ansietas berat, menjijikkan.
1) Pengalaman sensorik menjijikkan, menakutkan, mulai lepas kendali,

5
mengambil jarak dengan sumber yang dipersepsikan, merasa dipermalukan,
menarik diri (psikotik ringan).
2) Tanda-tanda : meningkatnya tanda system otonom akibat ansietas (nadi,
nafas, tensi) rentang perhatian menyempit, asyik pada pengalaman
sensorik, hilang kemampuan, membedakan realitas.
c. Fase III : controlling, ansietas berat, pengalaman sensori berkuasa.
1) Berhenti melawan / menyerah pada halusinasi. Kesepian bila halusinasi
berhenti. Isi halusinasi menarik (psikotik).
2) Tanda-tanda : kemampuan dikendalikan/ mengikuti halusinasi, kesukaran
berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian beberapa detik / menit
tanda fisik ansietas berat (berkeringat, tremor, tak mampu mematuhi perintah).
d. Fase IV : tonguering, pahit, melebur dalam halusinasinya dan mengancam.
1) Berhenti melawan / menyerah pada halusinasi, ada perintahhalusinasi
mengancam, halusinasinya terjadi beberapa hari/ jam bilamana tak ada
intervensi (psikotik berat).
2) Tanda-tanda : perilaku teror, kemauan dikendalikan / mengikuti halusinasi,
potensi kuat suicide / homicide, kesukaran berespon lebih dari 1 orang /
perintah kompleks, aktifitas fisik refleksikasi, isi halusinasi (perilaku
kekerasan, menarik diri, agitasi, kataton ).
8. Mekanisme Koping
a. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
b. Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
c. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
(Stuart, 2007).
C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan ................. Affect

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi ............Core Problem

Isolasi diri ..................... Causa

6
D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG HARUS DIKAJI
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
a. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
c. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
a. Mata merah, wajah agak merah.
b. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
c. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d. Merusak dan melempar barang-barang.
2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
b. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
c. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
d. Klien merasa makan sesuatu
e. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
f. Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
g. Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :
a. Klien berbicara dan tertawa sendiri
b. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
c. Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d. Disorientasi
3. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, apatis, ekspresi sedih, komunikasi verbal
7
kurang, aktivitas menurun, posisi janin pada saat tidur, menolak berhubungan, kurang
memperhatikan kebersihan
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
b. Isolasi sosial : menarik diri
5. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialami
Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya.
Tindakan :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2) Klien dapat mengenal halusinasi
Tindakan :
a) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan
tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah
ada teman bicara.
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Tindakan :
a) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (
tidur, marah, menyibukkan diri dll).
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian.
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
 Katakan “ saya tidak mau dengar”
 Menemui orang lain

8
 Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
 Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara
sendiri.
d) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap.
e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih.
f) Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
g) Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi.
4) Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
Tindakan :
a) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi.
b) Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan
rumah):
 Gejala halusinasi yang dialami klien.
 Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus halusinasi
 Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
 Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :
Halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5) Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat.
b) Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
c) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum
obat yang dirasakan.
d) Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi.
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.
b. Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri.
Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain

9
Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan
dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
b) Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
c) Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul.
c) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul.
d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain :
 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain.
 Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
b) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain.
 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain.
 Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.

10
 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4) Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
a) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
b) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
c) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
d) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
e) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
f) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain.
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang
lain.
c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan orang lain.

11
STRATEGI PELAKSANAAN DAN TINDAKAN
HALUSINASI

KLIEN DENGAN : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
a. Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar.
b. Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri.
c. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya
tidak jelas serta melihat setan-setan.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar.
3. Tujuan Khusus
TUK 1 :
 Klien tampak mengenal halusinasi.
 Klien dapat menghardik halusinasi.
4. Tindakan Keperawatan
 Mengidentifikasi jenis halusinasi
 Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
 Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien.
 Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien.
 Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
 Mengidentifikasirespon pasien terhadap halusinasi
 Mengajarkan pasien menghardik halusinasi.
 Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.

12
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama:
menghardik halusinasi
ORIENTASI:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan STIKES ICSADA
BOJONEGORO yang akan merawat bapak Nama Saya nurhakim yudhi wibowo,
senang dipanggil yudi. Nama bapak siapa? Bapak Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D
dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara
itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi
saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus!
Coba lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi
13
dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar
dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa
?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap


dengan orang lain
ORIENTASI :
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya
Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di
mana? Di sini saja?
KERJA :
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja
cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya
begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau
ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak
sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan.
Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur
serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana
kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan


aktivitas terjadwal .

14
ORIENTASI : “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ?
Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang
ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana
kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau
30 menit? Baiklah.”
KERJA : “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak
sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus
sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara
tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam
ada kegiatan.
TERMINASI : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang
ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita
latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas
yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai
malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum
obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di
ruang makan ya! Sampai jumpa.”
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
ORIENTASI:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini
kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi
selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”
KERJA:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar
dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum
? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7
pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang
putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan
15
yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang.
Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan
dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk
mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini.
Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-
benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya.
Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum
sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali
minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa
cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban
benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan
lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah
makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah
suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai
jumpa.”

16
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa

Tanggal MRS : 19 Desember 2018


Tanggal Dirawat di Ruangan : 21 Desember 2018
Tanggal Pengkajian : 31 Desember 2018
Ruang Rawat : Sedap Malam
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.SW
Umur : 34 tahun
Alamat : Malang
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status : Kawin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis kelamin : Perempuan
No CM : 125xxx
II. ALASAN MASUK
a. Data Primer
“saya itu marah-marah sama suami saya ditali tangan dan kaki saya, mulut
saya di bungkam pakai kain”
b. Data Sekunder
Menurut perawat ruangan sesuai dengan status klien. Klien dibawa kerumah
sakit karena marah-marah.
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien mengatakan melihat bayangan-banyangan hitam seperti suaminya dan
mendengar suara-suara yang memanggil namanya.
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Klien kambuh parah 3 hari terakhir, mengamuk, tiap ada orang lewat marah,
memukul ibu dan suami, berbicara kasar ke anaknya, mecah-mecah barang
piring dan gelas, bicara sendiri, bicara melantur, tertawa sendiri, mondar-mandir.
Klien merasa ketakutan seperti anaknya mau diambil. Klien merasa tetangga
17
bersekongkol untuk menjelek-jelekan klien, selalu perilaku bermusuhan dengan
tetangga. Tadi sore sempat berantem dengan ibu dan tetangga, makan susah sejak
4 hari terakhir, mandi teratur. Klien 3 hari terakhir tidak tidur sama sekali,
keluyuran bisa pulang, mondar-mandir keluar masuk rumah. Klien di rumah
minum obat teratur tetapi obat habis tidak mau kontrol. Kemudian oleh keluarga
klien dibawa ke RSJ Lawang.

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?
Klien setelah pulang dari RSJ Lawang sekitar awal November tidak mau
kontrol dan sulit minum obat awal penyebab riwayat klien depresi sejak 7
tahun terakhir fisik (-) kejang (-).
2. Faktor Penyebab/Pendukung
a. Riwayat Trauma
No Jenis Usia Pelaku Korban Saksi
1 Aniaya fisik  
2 Aniaya
seksual
3 Penolakan
4 Kekerasan 
dalam
keluarga
5 Tindakan
kriminal
Jelaskan :
Klien mengatakan sering dipukuli dan ditampar di pipinya oleh suaminya
hingga berdarah, ditali di tangan dan di kakinya serta mulutnya di
bungkum dengan menggunakan kain oleh suaminya sejak klien usia 32
tahun.
Menurut status, klien di rumah sering mengamuk, tiap ada orang lewat
marah, memukul ibu dan suami, berbicara kasar ke anaknya, mecah-
mecah barang piring dan gelas, bicara sendiri, bicara melantur, tertawa
sendiri, mondar-mandir.

18
Diagnosa Keperawatan :
- Respon Pasca Trauma
- Resiko Perilaku Kekerasan
b. Pernah melakukan upaya/percobaan/bunuh diri
Jelaskan:
Klien mengatakan tidak pernah melakukan upaya percobaan bunuh diri
karena mengingat anaknya yang masih kecil.
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan,
kematian, perpisahan)
Jelaskan:
Klien mengatakan ingin menceraikan saminya tetapi suaminya tidak mau
diceraikan.
Diagnosa Keperawatan : Respon Pasca Trauma
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit yang mengganggunya
seperti cacat pada tubuh. Klien mengatakan tidak pernah di rawat di
Rumah Sakit.
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Klien mengatakan tidak pernah minum obat-obatan, merokok, dan
minum minuman yang memabukan.
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi diatas dan hasilnya:
Klien mengatakan pernah dirawat di RSJ Lawang di Ruang Dahlia pada
bulan November 2018. Klien mengatkan obatnya diminum terus sampai
habis tapi setelah obat habis klien tidak pernah kontrol lagi.
Diagnosa Keperawatan : Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan “ngga ada mbak, keluarga saya tidak ada yang pernah di
rawat di Rumah Sakit Jiwa”
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

19
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: pasien
: garis pernikahan
: garis keturunan
: bercerai
: serumah
Jelaskan:
Pola asuh: Klien mengatakan mempuyai orang tua yang sudah bercerai dan
keduanya sudah menikah lagi. Klien dulu tinggal dengan ibu dan ayah tiri.
Klien mengatakan ia tinggal bersama suami dan 4 anaknya. Ia tinggal dengan
3 anak perempuan dan 1 anak laki-laki yang masih bayi. Sejak kecil ia di
rawat dan diasuh oleh ibu kandung dan ayah tiri. Klien merasa tidak
dipedulikan oleh keluarganya karena ibu dan ayah tirinya sudah memiliki
anak lagi.

Pola komunikasi : Klien mengatkan saat ia mempunyai masalah ia tidak


pernah cerita, ia lebih memilih diam dan menyendiri.
Orang terdekat: Klien mengatakan orang terdekatnya adalah anak-anaknya.

Pengambilan keputusan: Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah


suami.
Diagnosa Keperawatan : Koping keluarga inefektif
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
Klien mengatakan bahwa bagian tubuh yang disukainya adalah rambut
karena hitam, lurus, dan panjang.
b. Identitas:
Klien mengatkan namanya Ny. SW dan suka dipanggil Ny. S dan dia
bangga menjadi seorang wanita dan bahagia mempunyai 4 orang anak.
c. Peran:
Klien mengatakan bahwa ia dulu bekerja sebagai penjual jamu dan dia
merasa kurang puas dengan pekerjaannya karena mengingat dia memiliki

20
4 anak yang harus disekolahkan. Klien tahu bahwa disini sebagai pasien
yang sudah berobat dan mematuhi peraturan perawat.
d. Ideal diri:
Klien mengatakan ingin cepat pulang karena ingin bertemu dengan
anaknya yang ke 4 yang masih kecil dan ingin memberikan ASI kepada
anaknya.
e. Harga diri:
Klien mengatakan malu pada dirinya sendiri karena mengalami gangguan
jiwa. Saat tetangganya tau dia mengalami gangguan jiwa dia menjadi
dikucilkan.
Klien mengatakan dia disini tidak pernah bercakap-cakap dengan teman,
karena dia merasa malu untuk memulai pembicaraan.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial:
a. Orang yang berarti/terdekat
Klien mengatkan bahwa orang terdekat pada saat dirumah adalah anak-
anaknya.
Klien mengatakan saat di Rumah Sakit dia tidak mempunyai teman dekat,
klien lebih suka diam dan menyendiri.
b. Peran serta dalam kegitan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Klien mengatakan dia sering mengikuti egiatan kelompok jamaah tahlil
disekitar lingkungan. Saat tetanggga tau dia mengalami gangguan jiwa
dia menjadi dikucilkan.
Klien mangatakan saat di Rumah Sakit setiap pagi dapat berkumpul
dengan yang lain untuk senam dan makan bersama.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan dia disini tidak pernah bercakap-cakap dengan teman,
karena dia merasa malu untuk memulai pembicaraan.
dia tidak pernah bicara dengan teman yang lain. Dia lebih memilih diam
dan tidur di tempat tidur.
Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial

21
4. Spiritual
a. Agama
Klien mengatakan agamanya adalah Islam. Klien jarang melakukan
sholat saat dirumah maupun di Rumah Sakit. Klien beranggapan bahwa
meskipun dia sholat tidak akan merubah keadaanya yang seperti ini.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Klien mengatakan tidak tahu mengapa bisa terkena gangguan jiwa.
Diagnosa Keperawatan: Disstress Spiritual
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
2. Kesadaran (Kualitas)
3. Tanda-tanda Vital
TD : 120/70 mmHg
N : 90 x/m
S : 36,3 C
P : 20 x/m
4. Ukur
BB : 52 Kg
TB : 160 cm
5. Keluhan fisik:
Klien mengatakan tidak memiliki keluhan apapun. Klien mengatakan ia sehat
walafiat.
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan (Penampilan usia, cara berpaikan, kebersihan)
Jelaskan : Rambut tersisir rapi, wajah bersih dan berbedak, telinga bersih,
kuku bersih dan pendek.
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter)
Jelaskan : Frekuensi klien tidak banyak bicara dan pendiam, volume nada
bicara klien pelan, jumlah pembicaraan klien sedikit dan menjawab bila
ditanya, karakter bembicaraan klien tidak dapat memulai pembicaraan
terlebih dahulu.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Komunikasi
22
3. Aktifitas motorik / Paikomotor
Kelambatan : Klien banyak diam dan sering menyendiri di kamar, tidak
pernah berkomunikasi dengan temannya yang lain.
Diagnosa Keperawatan : Defisit Aktivitas Defersional
4. Mood dan Afek
a. Mood (Khawatir)
Jelaskan :Klien mengatakan khawatir selama ia dirawat, mengingat
anaknya yang masih kecil.
b. Afek ( Sesuai)
Jelaskan : Klien saat berbicara sesuai dengan dimasa lalunya.
Diagnosa Keperawatan : Ansietas
5. Interaksi Selama Wawancara (Kontak Mata Kurang)
Jelaskan : Pandangan klien saat berbicara tidak fokus, tidak bisa memulai
pembicaraan, dan kontak mata kurang.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
6. Persepsi Sensorik
a. Halusianasi (Pendengaran dan Penglihatan)
Jelaskan :
- Halusinasi pendengaran: Klien mengatakan mendengar ada suara-
suara yang memanggil namanya, suara itu hanya memanggil
namanya “sri sri”suara itu datang saat ia tengah sendirian dan saat
mau tidur, ia merasa ketakutan jika suara itu datang, ia hanya diam
dan memejamkan mata.
- Halusinasi penglihatan : Klien mengatakan melihat ada bayangan-
bayangan hitam seperti suaminya, bayangan itu hanya datang sekilas
saja, bayangan datang saat ia sendirian, ia merasa ketakutan jika
bayangan itu datang ia hanya diam dan memejamkan mata.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Pendengaran dan Penglihatan
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir (Koheren)
Jelaskan : Saat diajak komunikasi klein dapat diajak bekerjasama, dan
hal-hal yang disampaikan sesuai dengan pertanyaan.

23
b. Isi Pikir (Fobia : Kekerasan)
Jelaskan : Klien mengatakan saat mendengar suara-suara ia mengikuti
suara tersebut dan menganggap itu nyata.
c. Bentuk Pikir : (Non Realistik)
Jelaskan : Klien mengatakan bayangan-bayangan yang klien lihat itu ada
dan nyata.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir
8. Kesadaran
a. Orientasi (Waktu, Tempat, Orang)
Jelaskan :
- Klien mengatakan “Sekarang ini pagi hari mbak jam 09 pagi”
- Klien mengatakan “ini di RS Jiwa Lawang di Ruang Sedap Malam”
- Klien mengatakan “ Mbak nya disini sebagai Perawat dan saya
sebagai pasien yang dirawat disini”
b. Menurun (Kesadaran Berubah)
Jelaskan : kesadaran klien berubah klien masih sering mendengar suara-
suara yang memanggil namanya dan bayangan-bayangan hitam.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir
9. Memori
Jelaskan :
- Klien mengingat saat dia sekolah, menikah, dan mempunyai 4 orang anak
- Klien mengatakan bahwa ia diantar ke RSJ lawang oleh suami, anak
pertama dan ibunya
- Klien mengingat nama temanya dan nama perawat ibu “R”
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
10. Tingakat Konsentrasi dan Behitung
a. Konsentrasi
Jelaskan : Klien kurang mampu berkonsentrasi dan pandangan mata
tidak fokus
b. Berhitung
Jelakan : Klien mampu berkonsentrasi dibuktikan dengan klien mampu
menjawab pertanyaan perawat. Klien juga mampu berhitung. Misalnya
(50+30) (30x30) (100:2)
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
24
11. Kemampuan Penilaian
Klien saat ditanya saat mendengar suara-suara mau mengikuti suarau-suara
tersebut atau mengontrol suara-suara tersebut. Klien mengatakan mengikuti
suara-suara yang didengarnya
Diagnosa Keperawatan : gangguan proses pikir
12. Daya Tilik Diri (Menyalahkan hal-hal diluar dirinya)
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa ia sedang di rawat di RSJ karena
gangguan jiwa
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Jelaskan:
2. Kegiatan Hidup Sehari-hari
a. Mandi
1) Perawatan diri
Klien mampu mandi, gosok gigi, dan menjemur handuk sendiri
setelah mandi.
2) Berpakaian, berhias dan berdandan
Setelah mandi klien mampu menyisir rambut dan memakai bedak
sendiri.
3) Makan
Klien mampu makan sendiri, porsi makan dihabiskan dan setelah
makan piring dan sendok di cuci sendiri.
4) Toileting (BAK dan BAB)
Klien mampu BAK dan BAB tanpa bantuan orang lain.
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
b. Nutrisi
Berapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari.
Klien mengatakan ia makan dan minum obat sehari 3x sebelum makan.
Bagaimana nafsu makannya
Nafsu makan klien baik, makanan yang disediakan porsi makannya habis
Bagaimana berat badannya
Berat badan klien selama disini bertambah lagi
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
25
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak dan klien
berbaring di tempat tidur saat akan memulai tidurnya.
2) Gangguan tidur
Insomnia
Klien mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak karena klien
ingin cepat pulang bertemu dengan anaknya.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Pola Tidur
3. Kemampuan lain-lain
Mengantisipasi kebutuhan hidup
Membuat keputusan berdasarkan keinginanya
Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya
sendiri.
Diagnosa Keperawatan:
4. Sistem Pendukung
Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Diagnosa Keperawatan:
IX. MEKANISME KOPING
Jelaskan:
Klien mengatkan ia marah-marah dan jika dia punya masalah punya masalah
lebih suka diam dan memilih menyendiri.
Diagnosa Keperawatan: Koping Individu Inefektif
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan:
Klien mengatkan bahwa ia sering mengikuti aktivitas tahlil bersama di
lingkungannya.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelakan:
- Klien mengatakan setelah tetangganya tahu bahwa klien mengalami
gangguan jiwa, klien merasa dikucilkan dari lingkungan sekitarnya
26
- Klien mengatakan ia tidak berani memulai pembicaraan dengan orang lain

Masalah dengan pendidikan, spesifiknya


Jelaskan:
Klien mengatakan bahwa dulu klien pernah sekolah hingga SMP saja setelah itu
menikah.
Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Klien mengatakan bahwa dulu klien bekerja sebagai penjual jamu.

Masalah dengan perumahan, spesifikasinya


Jelaskan:
Klien mengatakan bahwa ia tinggal dirumahnya sendiri bersama suami dan 4
orang anaknya.

Masalah dengan ekonomi, spesifikasinya


Jelaskan:
Klien mengatakan bahwa yang mencari kebutuhan sehari-hari adalah klien dan
suaminya.

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifikasinya


Jelaskan:
Klien mengatakan bahwa saat ia sakit dibawa ke Puskesmas di dekat rumahnya.
Masalah lainnya, spesifikasinya
Jelaskan:
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
XI. ASPEK PENGETAHUAN
Klien mengatakan tidak tahu tentang obat yang diberikan perawat. Klien minum
secara rutin dan teratur sebelum makan selama di RS jiwa.
Diagnosa Keperawatan: Kurangnya Pengetahuan
XII. ASPEK MEDIS
1. Diagnosis Multi Axis
Axis I : Diagnosa Medis F.20.0 (Skizofrenia Paranoid)
2. Terapi Medis
- Tablet Lorazepam 2mg 0-0-0-1
27
- Tablet Resperidone 3 mg 1-0-1-0
- Tablet Depakote 250mg 1-0-1-0

XIII. ANALISA DATA


No DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1 Ds : Respon Pasca Trauma
Klien mengatakan sering dipukuli
oleh suaminya. Ditampar di pipi
hingga berdarah, ditali ditangan dan
di kakinya serta mulutnya di
bungkam dengan kain dan di kunci
di dalam kamar
Do :
- Klien tampak merenung
- Tatapan mata kosong
- Bicara pelan dan menunduk
2 Ds : Resiko Perilaku Kekerasan
Menurut status, klien di rumah
sering mengamuk, tiap ada orang
lewat marah, memukul ibu dan
suami, berbicara kasar ke anaknya,
mecah-mecah barang piring dan
gelas, bicara sendiri, bicara
melantur, tertawa sendiri, mondar-
mandir
Do : -
3 Ds: Koping Keluarga Inefektif
Klien mengatakan tidak dipedulikan
oleh keluarganya karena ibu dan
ayah tirinya sudah memiliki anak
lagi.
Do :

28
- Kontak mata kurang
- Klien bercerita dan menangis
4 Ds : Gangguan Konsep Diri: Harga
- Klien mengatakan malu pada Diri Rendah
dirinya sendiri karena mengalami
gangguan jiwa. Saat tetangganya
tau dia mengalami gangguan jiwa
dia menjadi dikucilkan.
- Klien mengatakan dia disini tidak
pernah bercakap-cakap dengan
teman, karena dia merasa malu
untuk memulai pembicaraan.
Do:
- Klien bercerita dan menundukan
kepala.
- Klien tampak menyendiri.
- Klien bicara pelan.

5 Ds: Isolasi Sosial


- Klien mengatakan dia tidak
pernah bercakap-cakap dengan
teman yang lain. Dia lebih suka
diam dan tidur di tempat tidur.
Do:
- Klien tampak diam dan
menyendiri.
6 Ds: Disstress Spiritual
- Klien mengatakan agamanya
Islam. Saat dirumah maupun di
Rumah Sakit. Klien beranggapan
bahwa meskipun dia Sholat tidak
akan merubah keadaanya yang
seperti ini.

29
Do:
- Klien tampak tenang
- Klien berbicara sambil tertawa
7 Ds: Gangguan Komunikasi Verbal
Do:
- Frekuensi klien tidak banyak
berbicara dan pendiam, volume
nada bicara klien pelan, jumlah
pembicaraan klien sedikit dan
menjawab bila ditanya perawat,
klien tidak mau memulai
pembicaraan.
8 Ds : Defisit Aktivitas Defersional
Do :
- Klien banyak diam dan
menyendiri di kamar.
- Klien tidak pernah
berkomunikasi dengan temannya
yang lain.
9 Ds : Ansietas
Klien mengatakan khawatir selama
dia dirawat di RS Jiwa, mengingat
anaknya yang masih kecil.
Do :
- Klien tampak cemas.
- Klien tampak merenung.
- Klien menundukan kepala.
10 Ds : Gangguan Sensori Persepsi:
- Klien mengatakan mendengar Halusinasi Pendengaran dan
ada suara-suara yang memanggil Penglihatan
namanya, suara itu hanya
memanggil namanya “sri
sri”suara itu datang saat ia

30
tengah sendirian dan saat mau
tidur, ia merasa ketakutan jika
suara itu datang, ia hanya diam
dan memejamkan mata.
- Klien mengatakan melihat ada
bayangan-bayangan hitam
seperti suaminya, bayangan itu
hanya datang sekilas saja,
bayangan datang saat ia
sendirian, ia merasa ketakutan
jika bayangan itu datang ia hanya
diam dan memejamkan mata.
Do :
- Klien tampak ketakutan saat
bercerita.
11 Ds : Gangguan Pola Tidur
Klien mengatakan tidak dapat tidur
dengan nyenyak karena klien ingin
cepat pulang bertemu dengan
anaknya.
Do :
- Klien tampak cemas
- Klien terlihat sedih
- Klien tampak merenung

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Respon pasca trauma.
2. Resiko Perilaku Kekerasan.
3. Koping keluarga inefektif.
4. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah.
5. Isolasi Sosial.
6. Disstress Spiritual.
7. Gangguan Komunikasi Verbal.

31
8. Defisit Aktivitas Defersional.
9. Ansietas.
10. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan.
11. Gangguan Pola Tidur.

XV. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan Affect


Gangguan Proses Pikir

Gangguan Persepsi Sensori:


Gangguan Komunikasi Verbal Gangguan Proses Pikir
Halusinasi Pendengaran dan
Penlihatan
Core Problem

Harga Diri Rendah

Defisit Aktifitas Isolasi Sosial Causa


Defersional

Koping Koping Respon


Disstress
Keluarga Individu Pasca
Spiritual
Inefektif Inefektif Trauma

XVI. PRIROTAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan

Lawang, 10 Januari 2018


Perawat yang mengkaji

Eka Putri Yulianti


NIM 018149011

32
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN

Nama Klien : Ny.SW Diagnosa Medis : Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan
No CM : 125xxx Ruangan : Sedap Malam
Tanggal Diagnosa Perencaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
31 Desember TUM
2018 Klien dapat mengontrol
halusinasi yang dialami
TUK 1 Setelah dilakukan 1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya
Klien dapat membina hubungan menunjukkan tanda-tanda percaya dengan menggunakan prinsip
saling percaya kepada perawat. komunikasi terapeutik
- Ekspresi wajah bersahabat - Sapa klien dengan ramah
- Menunjukkan rasa senang baik verbal maupun non
- Ada kontak mata verbal
- Mau berjabat tangan - Perkenalan nama, nama
- Mau menjawa salam panggilan dan tujuan
- Mau duduk berdampingan perawat berkenalan
dengan perawat

33
Bersedia menngungkapkan masalah - Tanyakan nama lengkap
yang dihadapi dan nama panggilan yang
disukai klien
- Buat kontrak yang jelas
- Tunjukkan sikap dan jujur
dan menepati janji setiap
kali interaksi
- Tunjukkan sikap empati
dan menerima apa adanya
- Beri perhatian kepada
klien dan perhatian
kebutuhan dasar klien
- Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
- Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 Setelah 1x interaksi klien 2.1 Adakan kontak sering dan
Klien dapat mengenal menyebutkan: isi, waktu, frekuensi, singkat secara bertahap
halusinasinya

34
situasi dan kondisi yang Observasi tingkah laku klien
menimbulkan halusinasi. terkait dengan halusinasinya
(Dengar,lihat,penghirup,raba,
kecap) jika menemukan klien
yang sedang halusinasi:
- Tanyakan apakah klien
mengalami sesuatu
(halusinasi dengan lihat,
dengar, hirup, raba atau
kecap)
- Jika klien mengajwab ya,
tanyakan apa yang sedang
dialaminya
- Katakan bahwa perawat
percaya klien mengalami hal
tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya
(Dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau
menghakimi)

35
- Katakan bahwa ada klien lain
yang mengalami hal yang
sama
- Katakan bahwa perawat akan
membantu klien
Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasikan
tentang adanya pengalaman
halusianasi, diskusikan dengan
klien:
- Isi, waktu dan frekuensi
tejadinya halusinasi
(pagi,siang, sore,malam atau
sering dan kadang)
- Situasi dan konsisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
TUK 3 3.1 Setelah 1x interaksi klien 3.1 Identifikasi bersama
Klien dapat mengontol menyebutkan tindakan yang Dilakukan jika terjadi
halusinasinya biasanya dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah,
mengendalikan halusinasinya menyibukkan diri, dll)

36
3.2 Setelah 1x interaksi klien dapat 3.2 Diskusikan cara yang
memilih dan mempergakan cara digunakan klien
mengatasi halusinasi dengan - Jika cara yang digunakan
(lihat, hirup, raba, kecap). adaptif beri pujian
3.3 Setelah 1x interaksi klien - Jika cara yang digunakan
melaksanakan cara yang telah maladaptif diskusikan
dipilih untuk mengendalikan kerugian cara tersebut.
halusinasinya. 3.3 Diskusikan cara baru untuk
3.4 Setelah 1x interaksi klien memutusi mengontrol
melaksanakan cara yang telah timbulnya halusinasi.
dipilih untuk mengendalikan 3.4 Bantu klien memilih cara yang
halusinasinya. sudah dianjurkan dan latih
3.5 Setelah 1x pertemuan klien untuk mencobanya
mengikuti terapi aktifitas 3.5 Beri kesempatan untuk
kelompok. melakukan cara yang dipilih.
3.6 Pantau pelaksanaan yang telah
dipilih dan dilatih jika berhasil
beri pujian
3.7 Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok,

37
orientasi realita, stimulasi
persepsi
TUK 4: - Setelah 1x pertemuan keluarga, 4.1.Buat kontrak dengan keluarga
Klien dapat dukungan dari keluarga menyatakan setuju untuk pertemuan (waktu,
keluarga dalam mengontrol untuk mengikuti pertemuan tempat dan topik)
halusinasinya dengan perawat
- Setelah 1x interaksi keluarga 4.2.Diskusikan dengan keluarga
menyebutkan pengertian, tanda (pada saat pertemuan
dan gejala, proses terajdinya keluarga/ kunjungan rumah)
halusinasinya dan tindakan - Pengertian halusinasi
untuk mengendalikan halusinasi - Tanda dan gejala
halusinasi
- Proses terjadinya
halusinasi
- Cara yang dapat dilakukan
klien dan keluaran untuk
memutus halusinasi
- Obat-obatan halusinasi
- Cara merawat anggota
yang halusinasi dirumah
(beri kegiatan, jangan

38
biarkan sendiri, makan
bersama, bepergian
bersama, memantau obat-
obatan dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi)
- Beri informasi waktu
kontrol ke rumah sakit dan
bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi
tidak dapat diatas dirumah
TUK 5 : Setelah 1x interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien
Klien dapat memanfaatkan obat menyebutkan tentang manfaat dan kerugian
dengan baik - Manfaat minum obat tidak minum obat, nama,
- Kerugian tidak minum obat warna, dosis, cara efek terapi
- Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping penggunaan
dan efek samping obat obat

39
Setelah 1x interaksi klien 5.2 Pantau klien saat penggunaan
mendemonstrasikan penggunaan obat
obat dengan benar 5.3 Beri pujian jika klien
menggunakan obat dengan
Setelah 1x interaksi klien benar
menyebutkan akibat berhenti 5.4 Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi minum obat tanpa konsutasi
dokter dengan dokter
5.5 Anjurkan klien untuk
konsultasi kepada
dokter/perawat jika terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan

40
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Ny. SW
Ruang : Sedap Malam
No. RM : 125xxx
No. Tanggal & Implementasi Evaluasi
Dx Jam Keperawatan
1. Senin, 31 1. Membina Hubungan S:
Saling Percaya
Desember - “Waalaikumsalam. Nama saya Ny.SW.
dengan
2018 menggunakan prinsip panggil saja ibu S. Saya dari Malang.
komunikasi
- “Saya takut melihat bayangan-bayangan
terapeutik:
- Menyapa klien hitam. Kadang saya juga mendengar ada
dengan ramah,
suara-suara yang memanggil nama saya.
baik secara verbal
maupun non O:
verbal.
- Klien kooperatif
- Menanyakan
nama lengkap dan - Klien terlihat masih canggung
nama panggilan
- Klien bercicara sambil tertawa
yang disukai.
- Menjelaskan - Klien mau menceritakan apa yang
tujuan pertemuan.
dirasakan
- Jujur dan menepati
janji. A. Klien mampu membina hubungan saling
- Menunjukkan
percaya
sikap empati dan
menerima klien P. lanjut SP I pasien halusinasi
apa adanya.
2. Memberi
kesempatan
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya.
3. Mendengarkan
ungkapan klien
dengan penuh
perhatian.

41
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Ny. SW
Ruang : Sedap Malam
No. RM : 125xxx
No. Tanggal & Implementasi Evaluasi
Dx Jam Keperawatan
Selasa 1 1. Mengidentifikasi jenis S:
Januari 2019 halusinasi klien. - “Ada bayangan-bayangan warna hitam
2. Mengidentifikasi isi seperti suami saya. Dan ada suara-suara
halusinasi klien. yang memanggil nama saya, sri-sri gitu
3. Mengidentifikasi mbak”
waktu halusinasi - “Bayangan itu tidak mengatakan apa-
klien. apa”.
4. Mengidentifikasi - “Saya melihat bayangan itu sewaktu-
frekuensi halusinasi. waktu, terkadang saat saya diam atau
5. Mengidentifikasi pas saya mau tidur itu diatas saya”.
situasi yang - “Bayangan itu hanya sekilas saja, Cuma
menimbulkan lewat gitu aja mbak”.
halusinasi. - “Saya lihat bayangan itu dan suara-suara
6. Mengidentifikasi itu saat saya diam mbak”.
respon klien terhadap - “Ya saya diam saja to, Cuma merem
halusinasi. aja”.
7. Mengajarkan klien - “ya mbak saya mau diajari, saya juga
menghardik pengen sembuh”.
halusinasi. - “Ya mbak saya akan melakukan saat
8. Menganjurkan klien saya lihat bayangan dan suara-suara
memasukkan cara itu”.
menghardik.halusinasi O :
dalam jadwal kegiatan - Klien kooperatif
harian. - Klien menjelaskan
- Klien tampak cemas
- Kontak mata kurang

42
- Klien memperhatikan penjelasan
perawat
A:
- Klien mampu menyebutkan isi, waktu,
frekuensi, situasi pencetus dan perasaan
saat muncul halusinasi.
- Klien belum mampu memperagakan
cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
P:
Ulangi SP I poin 7 dan 8

43
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Ny.SW
Ruang : Sedap Malam
No. RM : 125xxx
No. Tanggal & Implementasi Evaluasi
Dx Jam Keperawatan
1 Rabu, 2 Januari 7. Mengajarkan klien S:
2019 menghardik - “Ya mbak saya akan melalukannya saat
halusinasi. bayangan-bayangan dan suara-suara itu
8. Menganjurkan klien datang lagi”.
memasukkan cara - “Ya mbak, akan saya masukkan dalam
menghardik jadwal sehari-hari untuk menghilangkan
halusinasi dalam bayanganya”.
jadwal kegiatan O:
harian. - Klien melakukan dengan benar.
- Klien kooperatif.
A:
- Klien belum mampu menghardik
halusinasinya.
- Klien mampu memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
P:
Ulangi SP I poin 7,8

44
BAB 4
PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan antara teori yang ada tentang halusinasi
dengan kasus fakta yang didapatkan penulis pada klien Ny. SW dengan masalah utama
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan yang dilaksanakan
pada tanggal 31 Desember 2018 – 09 Januari 2019 serta akan dijelaskan pula faktor
pendukung dan penghambat untuk memudahkan pembahasan, maka penulis menggunakan
proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
a. Pengkajian
Pengkajiam merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang
terdiri atas beberapa tahap yang dimulai dari pengumpulan data, analisa data, dan
perumusan masalah. (Keliat, 2005).
Adapaun data yang didapatkan pada pengkajian klien yang mengalami Gangguan
Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan menurut teori yaitu :
1. Bibir komat kamit.
2. Tertawa sendiri dan bicara sendiri.
3. Mata menunjuk-nunjuk sesuatu.
4. Gelisah.
5. Bergerak seperti mengambil atau membuang sesuatu.
6. Tiba-tiba marah dan menyerang.
7. Duduk terpaku.
8. Memandang satu arah.
9. Menarik diri.
Sedangkan data pengkajian yang ditemukan pada Ny. SW dengan Gangguan
Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan sebagai berikut :
1. Klien tampak termenung.
2. Klien tiba-tiba marah.
3. Klien tampak dima dan menyendiri.
4. Klien duduk terpaku.

45
Dari uraian diatas, penulis menemukan ada 3 data pengkajian yang
terdapat dalam teori yang ditemukan pada klien NY.SW, saat pengkajian klien
tidak banyak tingkah, hanya diam diri dan duduk tenang, serta klien hanya
berbicara apabila dikasih pertanyaan. Kesenjangan ini terjadi karena respon
individu yang berbeda-beda dan perbedaan tingkat derajat penyakit yang dialami
oleh masing-masing indivu.
Adapun hambatan yang ditemukan oleh penulis saat melakukan pengkajian
yaitu:
1. Dari faktor klien
Ada gangguan proses pikir, klien mengungkapkan perasaanya tidaks esuai
denngan apa yang dirasakan.
2. Dari faktor keluarga
(tidak terkaji)
3. Dari faktor penulis
Masih kurangnya kemampuan yang dimilki penulis dalam berinteraksi
dengan klien juga merupakan hambatan dalam oengkajian yang dilakukan
oleh penulis.
Pada prinsipnya data yang didapatkan penulis ada kesamaan dengan teori
yang ada seprti alasan masuk rumah sakit, faktor predisposisi, faktor
psikososial dan status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan,
interkasi selama wawancara, isi pikir, tingkat kesdaran, aktivitas motorik,
dan perasaan, affek, persepso, proses pikir, memori, tingkat konsentrasi dan
berhutung daya tilik diri.
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut teori (Keliat, 2006), diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien
halusinasi adalah :
1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan.
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Gangguan Konsep Diri : Harga diri Rendah
c. Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana tindakan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan
rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum yaitu tujuan yang ingin dicaoai untuk
mneyelesaikan masalah dan tujuan khusus merupakan langkah-langkah untuk
46
mnyelesaikan masalah. Rencana tindakan keperawatan yang diberikan pada klien
untuk mengatsi masalah Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran dan
Penglihatan yang dialami antara lain:
SP I Pasien
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon.
3. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi : Menghardik, minum obat, bercakap-
cakap, melakukan kegiatan.
4. Melatih menghardik
SP II Pasien
1. Menevaluasi SP I
2. Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 5benar.
3. Menjelaskan manfaat dan keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum
obat.
SP III
1. Mengvaluasi SP I dan SP 2
2. Menjelaskan dan melatih bercakap-cakap saat terjadi halusinasi.
SP IV
1. Mengevaluasi SP I, SP II, SP III.
2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai
dengan 2 kegiatan).
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Sesi 1
Mengenal halusinasi.
Sesi 2
Mengontrol halusinasi dengan menghardik.
Sesi 3
Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
Sesi 4
Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakp.
Sesi 5
Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

47
Berdasarkan uraian diatas, penulis tidak menemukan adanya kesenjangan
antara rencana tindakan pada teori dengan rencana tindakan keperawatan pada Ny.
SW, karena pada saat penulis menyusun rencana tindakan pada klien, semua
disesuaikan dengan standari yang ada pada teor.
d. Implementasi
Dalam pelaksanaan implementasi pada Ny. SW disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Dimana tindakan yang diberikan kepada klien
mengacu pada kebutuhan klien saat ini.
Implementasi untuk masalah utama yaitu Gangguan Sensori Persepsi:
Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan semua telah dilakukan tetapi untuk
memaksimalkan hasil implementasi yang dilakukan memerlukan waktu yang cukup
lama. Kendala dalam melaksanakan implementasi ditemukan oleh penulis yaitu
waktu yang diberikan sangat terbatas dalam menyusun Asuhan Keperawatan Jiwa
ini.
e. Evalusi
Evaluasi adalah proses kelanjutan untuk menilai efek dari respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. Evaluasi dibagi menjadi 2 tahap
yaitu evaluasi proses formatik yang dilakukan setiap selesao tindakan dan evaluasi
hasil sematik yang dilakukan dengan tujuan khusus dengan membandingkan respon
klien pada tujuan khusus dan tujuan umum yang dilakukan dengan menggunakan
SOAP. Pada prinsipnya respon klien terhadap intervensi keperawatan yang
didapatkan oenulis ada kesamaan denga teori khusus pada masalah Gangguan
Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan yaitu: Klien mampu
mengidentifikasi halusinasinya, klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara
menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan kegiatan dan
minum obat secara teratur. Pada tahap ini penulis tidak mendapatkan kendala karena
dalam melaksakan evaluasi.

48
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Halusinasi adalah persepsi yang dalah satu palsu tetapi tidak ada
rangsangan yang menimbulkannya (tidak ada objeknya). Halusinasi muncul sebagai
suatu proses panjang yang berkaitan dengan kepribadian seseorang. Karena itu,
halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman psikologis seseorang (Baihaqi, 2007).
Halusinasi Pendengaran yaitu perasaan stimulus yang sebelanarnya tidak
ada . pada pasien dengan halusinasi pendengaran, pasien merasa ada suara, padahal
tidak ada Stimulus suara. (Yosep, 2009).
Halusinasi Pendglihatan yaitu perasaan stimulus yang sebelanarnya tidak
ada . pada pasien dengan halusinasi penglihatan, pasien merasa ada bayangan,
padahal tidak ada Stimulus bayangan. (Yosep, 2009).
Pada bab ini penulis akan menjabarkan beberapa kesimpulan mengenai
Asuhan Keperawatan Ny. SW dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Pendenaran dan Penglihatan di Ruang Sedap Malam RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang Malang, kesimpulan tersebut diantarannya adalah:
1. Pengkajian pada pasien dengan halusinasi pendengaran dan penglihatan
didapatkan data pasien terlihat sering menyendiri, pasien sering terlihat merasa
ketakutan namun pasien kooperatif dengan petugas kesehatan, sering berdiam
diri diakamr, terlihat sedih jika ditanya tentang keluarga dan pekerjaannya.
2. Masalah keperawatan lain yang muncul pada Ny.SW dengan halusinasi
Pendengaran dan Penglihatan yaitu, menarik diri dan Harga diri rendah.
3. Penyusunan rencana keperawatan diprioritaskan pada masalah utama yaitu
halusinasi Pendengaran dan Penglihatan. Prinsip intervensi yang dilakukan
adalah dengan melibatatkan pasien sesuai dengan strategi pelaksanaan
halusinasi.
4. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat, pasien sangat dibuthkan dalam pelaksanaan implemnatsi keperawatan
baik saat dirumah sakit maupun setelah pasien pulang.
5. Evaluasi yang dilakukan tercapai dan ebrhasil bila pasien mampu melkaukan
serta menerapkan implementasi yang telah dilatih oleh penulis.

49
b. Saran
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, sebaiknya perawat selalu melakukan
pendekatan terus-menerus dan bertahap kepada pasien dengan halusinasi
pendengaran untuk mengontrol halusinasi yang muncul. Pasien dengan
halusinasi pendengaran biasanya sering menyendiri atau melamun, kebiasaan
tersebut merupakan faktor pencetus munculnya kembali halusinasi, dalam hal ini
sebaiknya perawat sering melakukan interaksi dengan pasien untuk mengurangi
halusinasi yang muncul.
2. Perawat biasanya selalu mengawasi dan memberi dukungan pada pasien
memperhatikan kebutuhan pasien, selain itu perawat juga harus memotivasi
pasien agar melakukan kegiatan yang dapat mengontrol halusinasi serta dengan
sesering mungkin menemani pasien saat pasien terlihat menyendiri.

50
DAFTAR PUSTAKA

Isaacs, Ann. Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC
Kenat, Budi Anna Skp, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yasmin Asih
Skp. Jakarta : EGC.
Maramis. 1986. Ilmu kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.
Struart & Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.

51
Lampiran 1
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari Senin tanggal 31 Desember 2018
Pertemuan 1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien

2. Diagnosa Keperawatan

3. Tujuan Khusus (TUK)


TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

4. Tindakan Keperawatan
a. Bina Hubungan Saling Percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik:
- Sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal
- Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Dengarkan ungkapan klien dengan penuh perhatian

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi ibu. Perkenalkan nama saya Eka dari
Bojonegoro. Ibu namanya siapa? Suka dipanggil apa? Ibu, saya akan merawat
ibu selama 2 minggu disini”
2. Evaluasi/ Validasi
“Baik ibu, disini kita akan berbincang-bincang, kalau boleh tau kenapa ibu bisa
sampai disini?”
3. Kontrak
Topik : “kita sekarang akan membahas tentang kenapa ibu bisa sampai
dibawa kesini”

52
Waktu : “ibu menginginkan waktu berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit
saja bu?”
Tempat : “ibu pengen ditempat mana? Baiklah, diteras depan ya bu?”
b. Fase Kerja
“Ibu sekarang dirawat disini, dan saya akan merawat ibu selama 2 minggu disini. Ibu
rumahnya mana? Apa yang ibu rasakan sekarang? Saya mengerti yang ibu rasakan.
Tapi alangkah baiknya jika apa yang ibu rasakan itu ibu ceritakan kepada orang lain.
Jadi tidak dipendam sendiri ya bu?”
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektif (Klien)
“Bagaimana perasaan ibu setelah ibu merasakan saat ini?”
Evaluasi Obyektif (Perawat)
Jika ibu mengalami kesulitan atau ada yang ingin ditanyakan ibu bisa panggil
saya”
2. Rencana tindak lanjut

3. Kontrak yang akan datang


Topik : “besok kita akan membahas tentang mengenali halusinasi yang saat
ini ibu alami ya buk”
Waktu :”untuk kita ngobrolnya di jam yang sama setelah ibu makan ya?”
Tempat :”ibu besok ingin bicara dimana? Oh... baiklah diteras depan saja yang
buk?”

53
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari Selasa tanggal 01 Januari 2019
Pertemuan ke 2

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :
Klien mengatakan sering melihat bayangan-bayangn warna hitam seperti suaminya.
Dan mendengar suara-suara yang memanggil namanya. Bayangan itu yang
membuatnya takut.
DO :
- Klien tampak tenang.
- Kontak mata ada
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 2 : Klien mampu menyebutkan isi, waktu frekuensi, situasi pencetus dan
perasaan saat mucul halusinasi
TUK 3 : Klien mampu memperagakan cara mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi
2. Mengidentifikasi isi halusinasi
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi pencetus halusinasi
6. Mengidentifikasi respon klien saat muncul halusinasi
7. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
8. Mengajurkan klien untuk memasukkan cara menghardik halusinasi kedalam
jadwal harian
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum ibu. Bagaimana kabarnya hari ini?”
54
2. Evaluasi/ Validasi
“Bu, masih ingat apa yang kita mau bicarakan, dimana, dan berapa lama?”
4. Kontrak
Topik : “kita akan membahas tentang bayangan yang ibu lihat dan suara
yang ibu dengar”
Waktu : “waktunya tidak lama bu. Hanya 15 memit saja”
Tempat : “hari ini kita akan berbincang-bincang di teras depan”
b. Fase Kerja
“Apakah ibu melihat bayangan tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan bayangan
itu bu? Apakah terus-menerus terlihat atau kadang-kadang? Kapan paling sering ibu
melihat bayangan itu? Berapa kali ibu menlihat bayang-bayang itu? Pada keadaan
apa ibu melihat dan mendengar bisikan itu? Apa yang ibu rasakan saat bayangan dan
suara itu datang? Apa yang ibu lakukan saat halusinasi itu datang? Apakah dengan
cara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah bayangan
itu muncul? Ibu, ada 4 cara untuk mencegah bayangan itu datang. Pertama, mengenal
halusinasi dengan cara menghardik bayangan tersebut. Kedua, dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain, ketiga, melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal. Dan yang keempat dengan minum obat teratur. Bagaimana kalau kita
belajar satu cara dulu, yaitu dengan cara mengahardik. Caranya gini bu. Kalau
bayangan itu muncul ibu tutup mata dan katakan saya tidak mau lihat kau, kamu
tidak nyata. Kalau suara-suara itu datang ibu juga harus tutup telinga katakan saya
tidak mau lihat, kamu tidak nyata. Begitu terus ya bu diulang sampai bayangan itu
hilang. Coba ibu peragakan. Nah begitu. Bagus bu. Coba lagi. Hari ini yang kita
pelajari cara menghardik ya bu.”
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektif (Klien)
“Bagaimana perasaan ibu setelah peragaan latihan tadi?”
Evaluasi Obyektif (Perawat)
“coba ibu ulangi lagi apa yang saya ajarkan ke ibu hari ini.”
2. Rencana tindak lanjut

55
“Kalau bayangan-bayangan itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut ya bu,
walaupun saya tidak ada. Besuk kita ulang lagi ya bu untuk cara menghardik
halusinasi.
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “baiklah bu, besok kita akan bertemu lagi untuk
Waktu : “Jam berapa bu? Bagaimana kalau setelah makan pagi saja?
Waktunya hanya 15 menit saja ya bu?”
Tempat : “ibu mau bercakap-cakap dengan saya dimana? Oh.. baiklah bu di
tempat tidur saja ya bu”

56
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari tanggal Rabu Tanggal 02 Januari 2019
Pertemuan 3

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :
Klien mengatakan sering melihat bayangan-bayangn warna hitam seperti
suaminya. Dan mendengar suara-suara yang memanggil namanya. Bayangan itu
yang membuatnya takut.
DO :
- Klien tampak tenang.
- Kontak mata ada
Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halunisasi Pendengaran dan Penglihatan
2. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 3
Klien mampu memperagakan cara mengontrol halusinasinya.
3. Tindakan Keperawatan
SP I
7. Mengajarkan klien menghardik halusinasi.
8. Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
kegiatan jadwal harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“selamat pagi bu sri, Bagaimana kabar hari ini?”
2. Evaluasi/ Validasi
Bagaimana bu sri masih ingat apa yang kita pelajari kemarin? Apakah
bayangannya masih muncul? Apakah cara menghardik kemarin sudah
dilakukan lagi? Mari kita ulang cara menghardik halusinasi lagi ya bu.
Bagaimana apakah ibu sudah siap?
57
3. Kontrak
Topik : Pagi ini saya akan mengajarkan ibu tentang cara mengahardik
halusinasi ya bu.
Waktu : Seperti perjanjian kemarin ya buk, kita akan berbicara sekitar 15
menit. Apakah ibu sudah siap?
Tempat : Di tempat tidur ya bu?
b. FASE KERJA
“Apakah ibu masih ingat yang sudah saya ajarkan kemarin? Coba ulangi lagi ya
bu. Iya bu betul seperti itu, tetapi ibu bisa menutup telinga bila suara-suara itu
datang lagi dan menutup mata juga ya bu. Jika bayangan-bayangan dan suara-
suara itu muncul bisa bisa tutup mata dan telinga dan katakan saya tidak mau
lihat kamu, kamu tidak nyata. Dilakukan seperti itu terus ya bu sampai halusinasi
itu hilang. Bagaimana ibu sudah mengerti? Coba ibu ulangi lagi. Nah.. iya bu
begitu ibu benar sekali. Baiklah untuk besuk saya akan melatih ibu kembali
dengan menghardik lagi, sampai ibu benar-benar mengerti cara menghardik.”
C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektif (Klien)
Bagaimana perasaan ibu setelah melakukan cara yang pertama tadi?
Evaluasi Obyektif (Perawat)
Coba ibu ulangi lagi ya apa yang sudah kita pelajari hari ini. Iya bagus bu.
2. Rencana tindak lanjut
Jika bayangan-bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silahkan coba cara
mengahardik yang saya ajarkan tadi walaupun saya tidak ada. Dan besuk
saya akan mengulangi kembali cara menghardik sampai ibu mengerti.
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya.
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “Baiklah ibu besuk kita akan bertemu untuk belajar cara menghardik
ya bu.”
Waktu : Jam berapa ibu bisa? Bagaimana jika setelah makan pagi saja?
Waktunya seperti biasa ya hanya 15 menit saja. Apakah ibu bersedia?
Tempat : Ibu mau bercakap-cakap dimana? Ohh.. baiklah bu di halaman
depan saja.

58
Lampiran 2
FORMAT
ANALISA PROSES INTERAKSI
Inisial kien Ny. SW Nama mahasiswa Eka Putri Yulianti
Status interaksi perawat-klien - Tanggal 31 Desember 2018
Lingkungan Teras depan Jam 17.00 WIB
Deskripsi klien Klien memakai kaos berwarna Bangsal Ruang Sedap Malam
orange
Tujuan (berorientasi pada BHSP
klien)

KOMUNIKASI KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT RASIONAL


VERBAL VERBAL PADA PERAWAT PADA PASIEN
P : selamat pagi bu, boleh P : memandang klien P ingin membuka K merasa tidak ada Salam merupakan salam
kita ngobrol? dengan tersenyum percakapan dengan K dan keraguan terhadap orang pembuka untuk
berharap dengan sapaan baru yang masuk ke menunjukkan suatu
K :iya, pagi. Boleh mbak K :memandang perawat sederhana P bisa diterima lingkungannya percakapan sehingga dapat
dengan tersenyum oleh K, merasa senang ada rasa percaya
ada tanggapan

P : perkenalkan nama saya P : memandang sambil P merasa bahwa K harus K berkomunikasi secara Memperkenalkan diri dan
Eka, ibu bisa panggil saya menjulurkan tangan ke mengenal P terlebih kooperatif menciptakan rasa percaya
mbak Eka. Ibu namanya klien dahulu diri klien
siapa? Dan suka dipanggil P senang dengan respon
apa? K : menjabat tangan Ny. S
perawat dengan tersenyum

59
K : saya Ny. SW panggil
aja bu S

P : oh.. Ny. S. Rumahnya P : memandang klien dan P ingin mengetahui K merasa senang Teknik sederhana
dimana? tersenyum kepada klien alamat K K merasa berkenalan akan membangun dan menjalin
P merasa K senang untuk membuatnya tenang kedekatan dengan klien
K : Saya dari Malang sini K : Bicara dan memandang berkenalan
mbak. Perawat

P : Ibu S sudah berapa hari P : kontak mata menatap Bersikap empati kepada K mampu mengingat lama Menanyakan alamat rumah
disini? klien dengan tersenyum klien dan berusaha agar dia dirawat di RSJ Memberikan informasi
klien mau berbicara Lawang tentang orientasi waktu
K : sudah lama mbak. K : menatap perawat dan dengan P dan melihat
menjawab pertanyaan daya ingat K

P : ibu S dirumah tinggal P : kontak mata menatap Mendorong K untuk K mampu bercerita Memberikan informasi
dengan siapa? klien sambil tersenyum berbicara tentang tentang keluarganya tentang latar belakang
keluarganya keluarga K
K : dengan suami saya K : menatap perawat dan
mbak, dan anak saya 4 menjawab

P : ibu S bisa masuk kesini P : kontak mata menatap Bersikap empati dan K mampu bercerita tapi Mencari informasi
kenapa? klien dan tersenyum mendorong K berbicara mulai tidak fokus penyebab klien
alasan K masuk RSJ dimasukkan RSJ dan awal
K : itu mbak, saya marah- K : diam sejenak, lalu gangguan jiwanya
marah sama suami saya, menjawab pertanyaan
ditali tersu dibawa ke sini

P : sebelumnya sudah P : kontak mata menatap Bersikap empati dan K kembali fokus dan mau Menilik kembali riwayat
pernah kesini? klien sambil tesenyum mendorong K bercerita bercerita tentang gangguan jiwa yang
riwayatnya dialami klien

60
K : sudah mbak, satu kali K : sudah tidak menunduk, tentang riwayat gangguan
bulan November 2018 mata menatap perawat dan jiwa yang dialami
menjawab
FORMAT
ANALISA PROSES INTERAKSI
Inisial kien Ny. SW Nama mahasiswa Eka Putri Yulianti
Status interaksi perawat-klien - Tanggal 1 januari 2019
Lingkungan Di kursi depan Jam 09.00 WIB
Deskripsi klien Klien memakai kaos berwarna Bangsal Ruang Sedap Malam
ungu
Tujuan (berorientasi pada Mengenal Halusinasi dan
klien) menghardik

KOMUNIKASI KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT RASIONAL


VERBAL VERBAL PADA PERAWAT PADA PASIEN
P : “Assalamuálaikum ibuk, P : Memanang klien Perawat ingin membuka Klien merasa nyaman Salam merupakan kalimat
bagaimana kabarnya hari dengan tersenyum dan percakapan dengan klien dengan kedatangan pembuka untuk menunjuk-
ini? berjabat tangan. dan berharap dengan perawat kan suatu percakapan
sapaan sederhana sehingga dapat ada rasa
K : Waalaikum salam, baik K : Membalas jabatan dan perawat bisa diterima percaya.
mbak tersenyum oleh klien.

P : Hari ini kita akan P : Berbicara dengan klien Bertanya ke klien dengan Klien menjawab Kontrak waktu dapat
berbicara tentang halusinasi dan tersenyum pelan-pelan pertanyaan perawat dan dilakukan untuk membuat
ibuk, waktunya 15 ya buk, meyerujui waktu jadwal selanjutnya
apakah ibu sudah siap?

61
K : Menggaruk dan
K : Nggih mbak saya siap. menjawab

P : Apakah ibu melihat P : Kontak mata menatap Bertanya ke klien dengan Klien menjawab sesuai Halusinasi bisa terjadi
bayangan tanpa ada klien pelan-pelan dan perawat dengan yang terjadi kapan saja karena stimulus
wujudnya? mengkaji klien lanjut tertentu
K : Menjawab perawat. alasan klien dirawat
K : Ada bayangan-
bayangan warna hitam
seperti suami saya, dan ada
yang memanggil nama saya
“sri-sri”gitu mbak.

P : Apa yang dikatakan P : kontak mata menatap Mengkaji lebih lanjut Klien menjawab sesuai Halusinasi dapat terjadi
bayangan itu ? klien dengan tersenyum alasan klien dirawat. dengan yang terjadi kapan saja karena stimulus
tertentu
K : Bayangan itu tidak K : Diam lalu menjawab
mengatakan apa-apa

P : Apakah melihat P : Kontak menatap klien Mencoba menggali data Klien diam lalu menjawab Mengkaji waktu halusinasi
bayangan terus atau dan tersenyum lebih dalam perawat
sewaktu waktu?
K : Menggaruk kepala dan
K : Sewaktu-waktu, menjawab pertanyaan
terkadang saat saya diam /
waktu saya akan tidur
berada diatas saya

P : Kapan ibu seing melihat P : kontak mata menatap Mencoba menggali data Klien menjawab dengan Mengkaji waktu halusinasi
bayangan dan suara itu? klien lebih dalam berfikir

62
K : Bayangan itu hanya K : Menunduk dan
datang sekilas saja, Cuma menjelaskan
lewat gitu aja.
P : Berapa kali dalam sehari P : Memandang K dan Mencoba menggali data Klien menjawab dengan Mengkaji frekuensi
ibu mengalaminya membuat lelucon lebih dalam ekspresi ceria halusinasi

K : Tidak menghitung K : Menjawab dan


mbak, sering kok. tersenyum

P : Pada keadaan apa P : Melanjutkan pertanya- Mencoba menggali data Klien menjawab dengan Mengkaji situasi yang
bayangan suara-suara itu an lebih dalam memandang perawat menimbulkan halusinasi
datang?
K : Menjawab dengan raut
K : Bayangan dan suara- muka sedih
suara itu datang pas saya
sendiri.

63

Anda mungkin juga menyukai