Anda di halaman 1dari 16

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini meneliti tentang efektivitas terapi teknik relaksasi

autogenik terhadap penurunan tekanan darah tinggi (hipertensi) pada lansia

Diwilayah Kerja Puskesmas Tapus Tahun 2019. Penelitian sudah

dilaksanakan dari tanggal 2 sampai 5 Maret 2019, dengan jumlah responden

17 orang yaitu pasien hipertensi yang berada Diwilayah Kerja Puskesmas

Tapus Tahun 2019, yang telah disesuaikan dengan kriteria sampel. Uji

statistik yang digunakan adalah pared sampel t test. Data ini berisikan data

efektivitas terapi teknik relaksasi autogenik terhadap penurunan tekanan

darah tinggi (hipertensi) pada lansia Diwilayah Kerja Puskesmas Tapus

Tahun 2019, setelah data dikumpulkan data diolah secara komputerisasi

dengan menggunakan SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel.

4.2 Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menganalisa variabel independen

yaitu terapi teknik relaksasi autogenik dan variabel dependennya yaitu

penurunan tekanan darah tinggi (hipertensi) pada lansia yang dinilai adalah

dasil pre dan post teknik pernafasan diafragma.

44

STIKes Prima Nusantara


45

1. Rerata Tekanan Darah Sebelum Terapi Teknik Relaksasi Autogenik Pada


Lansia Diwilayah Kerja Puskesmas Diwilayah Kerja Puskesmas Tapus Tahun
2019

Tabel 5.1
Rerata Tekanan Darah Sebelum Terapi Teknik Relaksasi Autogenik Pada
Lansia Diwilayah Kerja Puskesmas Diwilayah Kerja
Puskesmas Tapus Tahun 2019

Tekanan Darah Standar Deviasi


Mean n
Sebelum
Sistole Pre 168,24 8,828
17
Diastole Pre 87,65 5,623

Berdasarkan tabel 5.1dapat dilihat rata-rata tekanan sistole sebelum 168,24

mmHg dengan standar deviasi 8,828, dan rata-rata tekanan diastole sebelum

87,65 mmHg dengan standar deviasi 5,623.

2. Rerata Tekanan Darah Sesudah Terapi Teknik Relaksasi Autogenik Pada


Lansia Diwilayah Kerja Puskesmas Diwilayah Kerja Puskesmas Tapus Tahun
2019

Tabel 5.2
Rerata Tekanan Darah Sesudah Terapi Teknik Relaksasi Autogenik Pada
Lansia Diwilayah Kerja Puskesmas Diwilayah Kerja
Puskesmas Tapus Tahun 2019

Tekanan Darah Mean Standar Deviasi n


Sesudah
Sistole Post 140,59 14,778
17
Diastole Post 80,00 0,000

Berdasarkan tabel 5.2dapat dilihat rata-rata tekanan sistole sesudah 140,59

mmHg dengan standar deviasi 14,778, dan rata-rata tekanan diastole sesudah

80,00 mmHg dengan standar deviasi 0,000.

STIKes Prima Nusantara


46

4.3 Analisa Bivariat

Berdasarkan analisa bivariat yang peneliti lakukan dengan judul

efektivitas terapi teknik relaksasi autogenik terhadap penurunan tekanan

darah tinggi (hipertensi) pada lansia Diwilayah Kerja Puskesmas Tapus

Tahun 2019, dengan menghubungkan TD sebelum perlakuan dengan TD

sesudah perlakuan memakai rumus paired test dengan alpha = 0,05 sebagai

berikut dibawah ini:

1. Efektivitas Terapi Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Tinggi (Hipertensi) Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Tapus
Tahun 2019

Tabel 5.3
Efektivitas Terapi Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Tinggi (Hipertensi) Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Tapus
Tahun 2019

Variabel Mean SD SE P value


Perbedaan Tekanan 27,647 10,914 2,647 0,000
Darah Sistole sebelum MmHg
dan sesudah terapi teknik
relaksasi autogenik
Perbedaan Tekanan 5,623 5,623 1,364 0,000
Darah diastolesebelum mmHg
dan sesudah terapi teknik
relaksasi autogenik

STIKes Prima Nusantara


47

Berdasarkan tabel 5.3dapat dilihat perbedaan rata-rata tekanan

darah sistole sebelum dan sesudah terapi teknik relaksasi autogenik adalah

27,647 dengan standar deviasi 10,914. Nilai mean perbedaan tekanan

darah diastole sebelum dan sesudah terapi teknik relaksasi autogenik

adalah 5,623dengan standar deviasi 5,623. Hasil uji statistik didapatkan p

value 0,000 dan 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa Terapi teknik

relaksasi autogenik efektif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

lansia Di wilayah Kerja Puskesmas Tapus Tahun 2019.

STIKes Prima Nusantara


48

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisa Univariat


1. Rerata Tekanan Darah Sebelum Terapi Teknik Relaksasi Autogenik Pada
Lansia Diwilayah Kerja Puskesmas Diwilayah Kerja Puskesmas Tapus Tahun
2019.
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat rata-rata tekanan sistole sebelum
168,24 mmHg dengan standar deviasi 8,828, dan rata-rata tekanan diastole
sebelum 87,65 mmHg dengan standar deviasi 5,623.Tekanan darah adalah
pengukuran tekanan jantung untuk melawan tahanan dinding pembuluh darah
saat sistolik dan diastolik. Tekanan darah ini di ukur dalam satuan mmHg
dengan alat yang disebut tensimeter ( sfigmomanometer). Pengukuran
tekanan darah ini umumnya dilakukan pada lengan tangan dominan bagian
atas. Ada dua tahapan saat darah dipompakan dan didengarkan saat
pengukuran tekanan darah (Oda Debora, 2011).
Pertamatahap sistolik merupakan pengukuran tekanan saat otot

miokard berkontraksi dan memompakan darah dari dalam ventrikel. Sistole

menggambarkan curah jantung (cardiac output). Kedua, tahapan diastole

merupakan periode relaksasi yang menggambarkan tekanan dalam pembuluh

darah perifer setelah darah dipompakan. Diastole menggambarkan tahanan

vena perifer. Tahap diastole juga di definisikan sebagai periode pengisian

jantung oleh darah (Oda Debora, 2011).

48
STIKes Prima Nusantara
49

Pada saat melakukan pengukuran tekanan darah, bunyi yang kita

dengarkan adalah bunyi korrotkoff’s. Bunyi ini terdiri atas lima bagian.

Pertama, suara denyutan terdengar tipis dan jauh, lama-lama makin keras.

Kedua, suara makin keras dan terdengar bunyi pompaan. Ketiga, suara makin

jelas dan teratur. Keempat, suara terdengar makin lirih dan mulai menghilang.

Kelima, suara menghilang. Bunyi sistole ditandai oleh bunyi korrotkoff’s 1

dan diastole ditandai oleh bunyi korrotkoff’s 5 (Oda Debora, 2011).

Jika karena suatu hal tekanan arteri meningkat diatas normal,

baroreseptor sinus karotikus dan lengkung aorta meningkatkan pembentukan

potensial aksi di neuron aferen masing-masing. Setelah mendapat informasi

bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan potensial aksi tersebut,

pusat kontrol kardiovaskuler berespon dengan mengurangi aktivitas simpatis

dan meningkatkan aktivitas parasimpatis ke kardiovaskuler. Sinyal-sinyal

eferen ini menurunkan kecepatan denyut jantung, menurunkan volume

sekuncup, dan menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena, yang pada

gilirannya menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga

tekanan darah kembali ketingkat normal (Sherwood, 2011).

STIKes Prima Nusantara


50

Menurut asumsi peneliti rata-rata tekanan darah responden pada

penelitian ini adalah sistole sebelum 168,24 mmHg dengan standar deviasi

8,828, dan rata-rata tekanan diastole sebelum 87,65 mmHg dengan standar

deviasi 5,623. Pasien yang mengalami hipertensi biasanya di tandai dengan

rasa berat dipundak, sakit kepala, mual dan muntah dan peningkatan tekanan

darah dari normal. Penyakit hipertensi disebabkan oleh pola makan yang

kurang sehat, seperti makan makanan yang bersantan, berlemak, dan makan-

makanan yang banyak mengandung garam atau asin, stres, mengkonsumsi

alkohol dan pasien yang merokok.

2. Rerata Tekanan Darah Sesudah Terapi Teknik Relaksasi Autogenik Pada


Lansia Diwilayah Kerja Puskesmas Diwilayah Kerja Puskesmas Tapus Tahun
2019
Berdasarkan tabel 5.2dapat dilihat rata-rata tekanan sistole sesudah

140,59 mmHg dengan standar deviasi 14,778, dan rata-rata tekanan diastole

sesudah 80,00 mmHg dengan standar deviasi 0,000.Relaksasi autogenik

merupakan relaksasi yang bersumber dari diri sendiri dengan menggunakan

kata-kata atau kalimat pendek yang bisa membuat pikiran menjadi tenang.

relaksasi autogenik bearti pengaturan diri atau pembentukan diri sendiri.

Istilah autogenik secara spesifik bahwa anda memiliki kemampuan untuk

mengendalikan fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi jantung dan

aliran darah (Council,2013).

Menurut Pratiwi (2012), seseorang dikatakan sedang dalam keadaan

baik atau tidak, bisa ditentukan oleh perubahan kondisi yang semula tegang

menjadi rileks. Kondisi psikologis individu akan tampak pada saat individu

mengalami tekanan baik bersifat fisik maupun mental (Adisubagio, 2013).

STIKes Prima Nusantara


51

Setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap tekanan,

tekanan dapat berimbas buruk pada respon fisik, psikologis serta kehidupan

sosial seorang individu. Teknik relaksasi dikatakan efektif apabila setiap

individu dapat merasakan perubahan pada respon fisiologis tubuh seperti

penurunan tekanan darah, penurunan ketegangan otot, denyut nadi menurun,

perubahan kadar lemak dalam tubuh, serta penurunan proses inflamasi.

Teknik relaksasi memiliki manfaat bagi pikiran kita, salah satunya untuk

meningkatkan gelombang alfa (α) di otak sehingga tercapailah keadaan rileks,

peningkatan konsentrasi serta peningkatan rasa bugar dalam tubuh. Teknik

relaksasi autogenik mengacu pada konsep baru. Selama ini, fungsi-fungsi

tubuh yang spesifik dianggap berjalan secara terpisah dari pikiran yang

tertujuan pada diri sendiri (Potter & Perry, 2008).

Menurut asumsi peneliti sesudah dilakukan relaksasi autogenik

makarata-rata TD sesudah perlakuan adalah 140,59/80 mmHg dengan standar

deviasi 14,778 dan 0,000, Ini semua dipengaruhi oleh saraf otonom, sistem

saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis berperan penting dalam tubuh

selama latihan. Sistem saraf simpatis disebut sebagai sistem fight or flight,

menyiapkan tubuh untuk menghadapi krisis dan menopang atau menjaga

fungsinya selama krisis. setelah dilakukan relaksasi autogenik maka sistem

saraf simpatis dan sistem saraf para simpatis akan bekerja untuk menurunkan

tekanan darah.

STIKes Prima Nusantara


52

Tekanan darah menurun disebabkan oleh adanya intervensi yang

dilakukan peneliti terhadap responden yaitu dilakukannya terapi teknik

relaksasi autogenik yang dilakukan pada saat pasien sedang rileks, pada

penelitian ini peneliti melakukan terapi teknik relaksasi autogenik selama 5-

10 menit, selama 3 hari berturut-turut. Adanya penurunan tekanan darah pada

responden disebabkan oleh adanya ketenangan responden dalam melakukan

terapi secara rileks dan penuh konsentrasi, sehingga bisa memberikan sinyal

ke pusat kontrol kardiovaskuler di otak yaitu baroreseptor untuk memberikan

sinyal ke saraf-saraf sehingga mengaktifkan potensial aksi sehingga

terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga menjadikan darah menjadi

lancar dan tekanan darah akan kembali normal.

5.2 Analisa Bivariat

1. Efektivitas Terapi Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Tinggi (Hipertensi) Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Tapus
Tahun 2019
Berdasarkan tabel 5.3dapat dilihat perbedaan rata-rata tekanan darah

sistole sebelum dan sesudah terapi teknik relaksasi autogenik adalah 27,647

dengan standar deviasi 10,914. Nilai mean perbedaan tekanan darah diastole

sebelum dan sesudah terapi teknik relaksasi autogenik adalah 5,623 dengan

standar deviasi 5,623. Hasil uji statistik didapatkan p value 0,000 dan 0,001

maka dapat disimpulkan bahwa Terapi teknik relaksasi autogenik efektif

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada lansia Di wilayah Kerja Puskesmas

Tapus Tahun 2019.

STIKes Prima Nusantara


53

Penelitian ini diperkuat oleh penelitian muhrosin (2015) Tentang

pengaruh relaksasi autogenik terhadap tekanan darah pada lansia. di unit

pelayanan sosial wening wardoyo ungaran. Hasil penelitian menunjukan ada

perbedaan yang signifikan tekanan darah sistolik maupun diastolik kelompok

intervensi (p-value 0,000 dan p-value 0,000). Adaperbedaan yang signifikan

tekanan darah sistolik maupun diastolik kelompok kontrol (p-value 0,000

dan p-value 0,058). Ada pengaruh relaksasi autogenik terhadap tekanan

darah pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran (p-

value 0,000) tekanan darah sistolik dan diastolik.

Relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang bersumber dari diri

sendiri dengan menggunakan kata-kata atau kalimat pendek yang bisa

membuat pikiran menjadi tenang. Relaksasi autogenik bearti pengaturan diri

atau pembentukan diri sendiri. Istilah autogenik secara spesifik bahwa anda

memiliki kemampuan untuk mengendalikan fungsi tubuh seperti tekanan

darah, frekuensi jantung dan aliran darah (Council,2003).

Setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap tekanan,

tekanan dapat berimbas buruk pada respon fisik, psikologis serta kehidupan

sosial seorang individu. Teknik relaksasi dikatakan efektif apabila setiap

individu dapat merasakan perubahan pada respon fisiologis tubuh seperti

penurunan tekanan darah, penurunan ketegangan otot, denyut nadi menurun,

perubahan kadar lemak dalam tubuh, serta penurunan proses inflamasi.

Teknik relaksasi memiliki manfaat bagi pikiran kita, salah satunya untuk

meningkatkan gelombang alfa (α) di otak sehingga tercapailah keadaan rileks,

peningkatan konsentrasi serta peningkatan rasa bugar dalam tubuh. Teknik

STIKes Prima Nusantara


54

relaksasi autogenik mengacu pada konsep baru. Selama ini, fungsi-fungsi

tubuh yang spesifik dianggap berjalan secara terpisah dari pikiran yang

tertujuan pada diri sendiri (Potter & Perry, 2008).

Pada saat latihan, akan berefek akut atau sesaat pada tubuh yang

memengaruhi yaitu sistem otot, sistem hormonal, sistem peredaran darah dan

pernafasan, sistem pencernaan, metabolisme, dan sistem pembuangan.

Efeknya tidak dapat dirasakan langsung oleh tubuh, namun dapat terungkap

melalui pemeriksaan laboratoris. Chemoreflex mengirim respons melalui

saraf eferen dan dibawa menuju sistem saraf pusat (SSP). Pusat saraf otonom

SSP memberikan respons dengan mensupresi tonus vagal (parasimpatis),

menyebabkan peningkatan kerja simpatis lebih dominan, sesuai dengan

intensitas latihan yang dilakukan. Saraf otonom, khususnya saraf simpatis

menstimulasi medula adrenalin pada kelenjar adrenalin (medula supraspinale)

untuk mengeluarkan hormon epinefrin dan noreprinefrin (sirkulasi

katekolamin) sirkulasi katekolamin dapat memberikan efek : Meningkatkan

denyut jantung dan kontraksi tambahan, Meningkatkan laju metabolisme,

Meningkatkan glikogenesis,Meningkatkan pelepasan glukosa dalam darah,

Redistribusi darah pada otot rangka,Meningkatkan tekanan darah,

Meningkatkan respirasi.

Plasma norepinefrin akan dilepas apabila latihan telah mencapai 50%

VO2max. Sedangkan konsentrasi epinefrin tidak akan meningkat signifikan

hingga intensitas latihan mancapai 60% hingga 70% VO2max. Epinefrin akan

turun kembali apabila recovery beberapa menit, sedangkan norepinefrin dapat

bertahan selama beberapa jam.

STIKes Prima Nusantara


55

Pada saat latihan, sistem saraf otonom khususnya sistem saraf simpatis

dan sistem saraf parasimpatis berperan penting dalam tubuh selama latihan.

Sistem saraf simpatis disebut sebagai sistem fight or flight, menyiapkan tubuh

untuk menghadapi krisis dan menopang atau menjaga fungsinya selama

krisis. Saraf simpatis berpengaruh terhadap: Peningkatan denyut jantung dan

kekuatan kontraksi jantung, Dilatasi pembuluh koroner, meningkatkan suplai

darah ke otot jantung,Meningkatkan vasodilatasi periferal aliran darah

menuju otot rangka yang aktif, Vasokontriksi menuju sebagian besar jaringan

untuk mencegah darah mengalirinya dan mengalihkannya ke otot yang

aktif,Meningkatkan tekanan darah, memberikan perfusi otot, dan

memperbaiki aliran darah vena menuju jantung.

Sistem saraf parasimpatis memiliki tugas utama sebagai pengeluaran,

seperti: pencernaan, urinasi, sekresi kelenjar, dan konservasi energi. Sistem

ini lebih afektif apabila tubuh dalam keadaan tenang dan saat istirahat.

Tugasnya cenderung berlawanan dengan sistem saraf simpatis karena

menurunkan denyut jantung, kontriksi pembuluh koroner, dan brokontriksi.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dijelaskan percabangan sistem

saraf otonom khususnya saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf otonom

berhulu di hipotalamus, medula oblongata, dan saraf tulang belakang. Saraf

parasimpatis berhubungan langsung pada medula oblongata, sedangkan saraf

simpatis berhubungan dengan saraf tulang belakang.

STIKes Prima Nusantara


56

Menurut asumsi peneliti Pada saat latihan, sistem saraf otonom

khususnya sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis berperan

penting dalam tubuh selama latihan. Sistem saraf simpatis disebut sebagai

sistem fight or flight, menyiapkan tubuh untuk menghadapi krisis dan

menopang atau menjaga fungsinya selama krisis. Jika tekanan darah

meningkat maka sistem saraf simpatis akan berusaha menurunkan tekanan

darah. Teknik relaksasi dikatakan efektif apabila setiap individu dapat

merasakan perubahan pada respon fisiologis tubuh seperti penurunan tekanan

darah, penurunan ketegangan otot, denyut nadi menurun, perubahan kadar

lemak dalam tubuh, serta penurunan proses inflamasi. Teknik relaksasi

memiliki manfaat bagi pikiran kita, salah satunya untuk meningkatkan

gelombang alfa (α) di otak sehingga tercapailah keadaan rileks, peningkatan

konsentrasi serta peningkatan rasa bugar dalam tubuh.

Terapi teknik relaksasi autogenik bisa menurunkan tekanan darah

pada pasien hipertensi. Respon stres bermula dari hipotalamus di dalam otak,

yang mengeluarkan hormon pelepas kortikotropin. apabila individu

melakukan relaksasi ketika ia mengalami ketegangan atau kecemasan, maka

reaksi-reaksi fisiologis yang dirasakan individu akan merasa rileks. Apabila

kondisi fisiknya sudah rileks, maka kondisi psikisnya juga tenang. Dengan

demikian terapi teknik relaksasi autogenik sangat efektif menurunkan tekanan

darah pada pasien hipertensi disebabkan oleh adanya kerja sama antara

peneliti dengan responden, dan adanya konsentrasi responden dalam

melakukan penelitian, dan responden rileks dan tenang sehingga terjadinya

perubahan pada tekanan darah responden.

STIKes Prima Nusantara


57

5.3 Keterbatasan Penelitian

1. Variabel Perancu Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian ini tidak dapat mengontrol variabel

perancu atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada

hipertensi secara ketat seperti mengurangi kolesterol, meningkatkan makanan

berupa sayur-sayuran dan buah-buahan, mengurangi kecemasan (stres) dan

aktifitas latihan setiap hari. Hal ini sulit dilakukan karena berhubungan

dengan pola hidup sehari-hari dan status ekonomi responden.

2. Waktu Pelaksanaan Pengukuran Tekanan Darah

Waktu pelaksanaan pengukuran tekanan darah pada responden tidak dalam

rentang waktu yang sama karena responden yang memiliki jarak rumah nya

yang jauh antara yang satu dengan yang lain.

STIKes Prima Nusantara


58

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Rata-rata tekanan sistole sebelum intervensi168,24 mmHg dengan standar

deviasi 8,828, dan rata-rata tekanan diastole sebelum 87,65 mmHg dengan

standar deviasi 5,623

2. Rata-rata tekanan sistole sesudahintervensi 140,59 mmHg dengan standar

deviasi 14,778, dan rata-rata tekanan diastole sesudah 80,00 mmHg dengan

standar deviasi 0,000.

3. Perbedaan rata-rata tekanan darah sistole sebelum dan sesudah terapi teknik

relaksasi autogenik adalah 27,647 dengan standar deviasi 10,914. Nilai mean

perbedaan tekanan darah diastole sebelum dan sesudah terapi teknik relaksasi

autogenik adalah 5,623 dengan standar deviasi 5,623. Hasil uji statistik

didapatkan p value 0,000 dan 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa Terapi

teknik relaksasi autogenik efektif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

lansia Di wilayah Kerja Puskesmas Tapus Tahun 2018.

58
STIKes Prima Nusantara
59

6.2 Saran

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti

dalam menerapkan ilmu pengetahuan khususnya dibidang keperawatan serta

sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan S1

Keperawatan di Stikes Prima Nusantara Bukittinggi.

2. Bagi Instituti Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber masukan dan dapat menambah

pengetahuan terhadap penelitian terkait yang mana akan menambah informasi

tentang penanganan penyakit hipertensi. Bisa dijadikan sebagai program

pembelajan dan bisa dipraktekkan dalam mata kuliah terapi komplementer.

3. Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran bagi instansi mengenai

terapi relaksasi autogenik yang akan dipraktekkan pada pasien penyakit

hipertensi, sebagai bahan acuan untuk menegakkan disiplin pada pasien

selanjutnya dan sebagai landasan untuk melaksanakan program ekstra

membahas tentang penanganan pada pasien hipertensi.

STIKes Prima Nusantara

Anda mungkin juga menyukai