Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

MDGs 2015 mengarahkan bahwa program pembangunan manusia

seutuhnya bertujuan dalam meningkatkan taraf hidup orang banyak. Arah

dan kebijaksanaan pembangunan kesehatan, diantaranya menyebutkan bahwa

pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan.

Salah satu yang termasuk didalamnya adalah meningkatkan kualitas hidup

serta kecerdasan dan kesejahteraan rakyat (Husaini dan Mahdim, 2011).

Pembangunan kesehatan merupakan pembangunan manusia sehat

seutuhnya . Pembangunan Indonesia di arahkan pada pembanguan manusia

seutuhnya yang mana meningkatkan kesehatan dan skesejahteraan yang

dimiliki . Pembangunan sebenarnya diarahkan pada upaya penurunan angka

kematian bayi. Salah satu penyebab utama kematian bayi menurut Survey

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2013 adalah kekurangan gizi atau

marasmus yang disebut juga malnutrisi sebesar 9,4% (Amiruddin, 2017).

Menurut (Sutomo, 2015), penyebab Malnutrisi pada bayi dan balita

disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor kurangnya kecukupan makanan pada

bayi dan balita , infeksi, malabsorbsi, dan makanan tambahan. Penyebab

kurang gizi pada bayi balita cenderung disebabkan karena pemberian

makanan pendamping ASI pada bayi usia kurang dari 4 tahun.dimana akan

membentuk pembangunan seutuhnya dalam meningkakat kesehatan ibu dan

anak/ KIA (Supariasa 2011)

1
STIKes Prima Nusantara
2

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan kesehatan yang menitik

beratkan pada kemmapuan keluarga dalam menitik beratkan tanggung jawab

bagi kelangsungan seorang ibu dan juga kelangsungan bagi anak mereka

yang mengalami masalah kekurangan gizi . kekurangan gizi sendiri bagi anak

perlu diwaspapai karena kekurangan gizi merupakan kekurangan yang

mengancam kehidupan seorang ibu dan juga akan mengancam anak mereka

jika anak mereka terjadi gangguan kekurangan gizi . dengan demikian gizi

yang kurang akan dapat mengancam pertumbuhan dan perkembangan

seseorang . terutama pertumbuhan anak mereka (Erikson dalam farrer 2011)

Kelompok penduduk yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan

dan gizi adalah anak balita. Status gizi anak balita merupakan hal penting

yang harus diketahui oleh setiap orangtua. Hal ini didasarkan fakta bahwa

kurang gizi yang terjadi pada masa emas bersifat irreversible (tidak dapat

pulih). Rentang usia 1-2 tahun merupakan masa kritis bagi anak karena pada

usia ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat (Nurlinda,

2013). Kekurangan gizi pada masa ini dapat berdampak pada perkembangan

otak, sehingga mempengaruhi kecerdasan anak(Marimbi, 2010).

Pertumbuhan anak yang mengalami kekurangan gizi akan

berpengaruh dan akan mengalami masa sulit dalam pertumbuhan jika anak

akan mengalami gangguan gizi sehingga anak perlu dipantau keadaan gizinya

dengan menggunakan status gizi mereka dengan melihat kondisi anak yang

mengalami masalah kekurangan gizi . Jika anak mengalami kekurangan gizi

maka anak akan terhambat dalam pertumbuhan akibat status gizinya

jelek.Berdasarkan hasil penelitian UNICEF di Indonesia setelah krisis

STIKes Prima Nusantara


3

ekonomi, dilaporkan bahwa hanya 14% balita yang pernah disusui dalam 24

bulan setelah kelahiran, dan juga mencatat penurunan yang tajam dalam

menyusui berdasarkan tingkat umur dari pengamatannya diketahui bahwa

63% disusui 24 bulan hanya pada bulan pertama, 45% bulan kedua, 30%

bulan ketiga, 19% bulan keempat, 12% bulan kelima dan hanya 6% pada

bulan keenam, bahkan lebih dari 200.000 balita atau 5% dari populasi balita

di Indonesia itu tidak menyusui sama sekali (Kemenkes,2017). Hal ini

disebabkan karena pemberian makanan tambahan pendamping nutrisi yang

dilakukan oleh kebanyakan ibu kepada balita nya yang belum memasuki usia

5 tahun (Sutomo, 2010).

Status gizi anak dapat diukur denga menggunakan Antropometri dan

juga dengan menggunakan indikator status gizi anak dengan menggunakan

tanda gejala yang ada pada anak dengan melihat tanda kurang gizi dimana

badan anak berkurang, dan mata cekung, rambut rontok anak pendek dan juga

anak terlihat sangat tidak bersemangat dan sering terkena peyakit. (gibney

2011) Anak juga dapat diukur pertumbuhannya dengan melihat berat badan

dan juga dengan melihat tinggi badan anak dimana anak mengalami

kemunduran berat badan ( Supariasa 2010)

Gizi anak balita sangatlah penting karena gizi anak mengalami masa

masa sulit karena anak mengalami kemunduran pertumbuhan jika anak

mengalami kurang gizi sehinga anak dengan mengalami kurang gizi akan

mengalami kemunduran pertumbuhan , diantara nya anak akan mengalami

statnting ( pendek) anak juga akan mengakami sakir marasmus dan anak juga

akan mudakh menerima penyakit yang di alami apabila anak akan mengalami

STIKes Prima Nusantara


4

penyakit maka anak akan mudah terserang berbagai kuman penyakit . hal

iniakan dipengaruhi oleh berbagai faktor anak yang mengalamikurang gizi

diantaranya . sosial ekonomi keluarga. Keluarga yang mengalami sosial

ekonomi yang rendah maka anak akan mengalami kekurangan gizi yang

mengancam pada anak mereka, Lingkungan keluarga jika keluarga

lingkungan yang tidak sehat maka anak akan mengalami banyak berbagai

penyakit yang dapat mendorong terjadinya kekurangan gizi yang tidak sehat,

kecukupan makanan , jika keluarga mengalami kekurangan kmakanan pada

anak mereka maka akan terjadi kekurangan gizi yang tidak adequat , maka

anak akan mengalami hal gizi tak seimbang maka akan terjadi kejadian gizi

yang kurang (Alant Berg 2010)

Gizi yang kurang maka dapat dilakukan dengan memberikan makanan

tambahan pada anak mereka. Secara teoritis diketahui bahwa pemberian

makanan tambahan dapat meningkatkan pertumbuhan balita usia 5 tahun

karena diberikan secara teratur . Dam jika tidak diberikan secara tidak teratur

, dapat meningkatkan angka kesakitan pada balita , serta dapat menyebabkan

gangguan pertumbuhan (Nadesul, 2005).

Makanan Tambahan merupakan makanan atau minuman yang

mengandung zat gizi yang diberikan kepada balita di samping makan pokok

lainnya guna memenuhi kebutuhan gizi (Irianto dan Waluyo, 2004),

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.450/Men.Kes/SK/IV/2004 menyatakan bahwa untuk mencapai

pertumbuhan perkembangan dan kesehatan optimal, makanan tambahan

diberikan mulai umur 6 bulan sampai 5 tahun dan merupakan makanan

STIKes Prima Nusantara


5

makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian makanan tambahan harus

dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan

untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna balita dalam menerima Makanan

tambahan (Kemenkes kes RI, 2004).

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Sarolangun Tahun

2017, dari 1984 balita usia 0-4 tahun hanya 30% yang mendapatkan makanan

tambahan dari ibunya dan 70 % sudah belum diberikan makanan makanan

tambahan (Dinas Kesehatan Sarolangun, 2017). Berdasarkan data yang

didapat dari Posyandu Desa Sungai Gedang Kabupaten Sarolangun tahun

2017, yaitu dari 138 bayi usia kurang dari 4 tahun sudah diberikan makanan

makanan tambahan atau sekitar 63,7 % (Puskesmas Sungai Gedang, 2017).

Hasil wawancara dengan 5 orang ibu pada saat Posyandu paripurna di

UPT Puskesmas Sungai Gedang, menyatakan bahwa ibu kurang setuju jika

hanya memberikan makanan saja hingga berusia 4 tahun tanpa memberikan

makanan tambahan dengan alasan balita bisa menangis karena lapar dan akan

berhenti menangis apabila telah diberikan makanan tambahan, jenis yang

biasanya diberikan adalah bubur, jagung, sop dan juga gorengan kentang .

Hal ini disebabkan karena keinginan ibu agar bayi Malnutrisi mendapatkan

makanan tambahan yang tepat dan benar. Pola pemberian makanan tambahan

pada bayi mal nutrisi dari 5 orang ibu yang diwawancarai ternyata 3 diantara

ibu yang tidak memberikan makanan tambhan akan kesembuhan penyakit

balitanya. Selama memberikan Makanan tambahan 3 orang balita pernah

STIKes Prima Nusantara


6

mengalami diare dan dari pengamatan langsung tidak ada balita yang

mengalami pertumbuhan yang baik.

Dari uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui Hubungan

pemberian makanan tambahan terhadap status gizi balita di Posyandu

Amanah Desa Sungai Gedang Sarolangun Tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu,”Bagaimana hubungan pemberian makanan tambahan

terhadap status gizi balita di Posyandu Amanah Desa Sungai Gedang Wilayah

Kerja Puskesmas Singkut V Sarolangun Tahun 2019.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pemberian makanan tambahan terhadap

status gizi balita di Posyandu Amanah Desa Sungai Gedang Wilayah

Kerja Puskesmas Singkut V Sarolangun Tahun 2019

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pemberian makanan tambahan

pada balita di Posyandu Amanah Desa Sungai Gedang Wilayah Kerja

Puskesmas Singkut V Sarolangun Tahun 2019.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi status gizi pada balita di

Posyandu Amanah Desa Sungai Gedang Wilayah Kerja Puskesmas

Singkut V Sarolangun Tahun 2019.

STIKes Prima Nusantara


7

c. Untuk mengetahui hubungan pemberian makanan tambahan terhadap

status gizi balita di Posyandu Amanah Desa Sungai Gedang Wilayah

Kerja Puskesmas Singkut V Sarolangun Tahun 2019

D. Manfaat Penelitian

1. Peneliti

Mengembangkan kemampuan peneliti dalam menyusun suatu penelitian dan

menambah pengetahuan serta pengalaman dalam bidang metodologi riset

kebidanan, khususnya makanan tambahan dan pertumbuhan gizi balita.

2. Institusi Pendidikan

Untuk penyediaan data dasar yang dapat digunakan untuk penelitian lebih

lanjut, khususnya dalam program pemberian makanan tambahan diatas usia 6

bulan, dan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pemberian

makanan tambahan.

3. Lahan

Penelitian ini dapat memberi manfaat bagi tenaga kesehatan khsususnya di

Puskesmas Sungai Gedang dalam menentukan arah kebijakan gizi

masyarakat khususnya pemberian makanan tambahan untuk anak di masa

yang akan datang

STIKes Prima Nusantara

Anda mungkin juga menyukai