Laporan Kasus Peb Fixxxxxxx
Laporan Kasus Peb Fixxxxxxx
DI SUSUN OLEH :
Puji dan syukur kelompok ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat Nya sehingga laporan kasus kelompok ini dapat
terselesaikan tepat waktu. Laporan kasus kelompok ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah PKK II. Semoga laporan kasus kelompok ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Sebagai harapan terakhir dari penulis, semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi yang membaca sehingga menjadi sumbangan pemikiran yang
bermafaat bagi semua yang membacanya.
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data dari Ditjen Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, penyebab kematian ibu di Indonesia tahun 2010
adalah Perdarahan (28%), Hipertensi dalam Kehamilan (24%), Infeksi
(11%), Partus lama (3%), Abortus (5%), kelainan amnion (2%), dan
penyebab lainnya (7%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2013)
1
plasenta, sampai ke tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba, 2010).
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama
dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat
badan tak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu.
(Sarwono, 2010).
Risiko kehamilan dengan faktor risiko bagi ibu yang dapat terjadi
diantaranya adalah Mengalami perdarahan, Kemungkinan keguguran /
abortus, Persalinan yang lama dan sulit. Sedangkan bagi bayi yang dapat
terjadi diantaranya adalah kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan,
berat badan lahir rendah (BBLR), cacat bawaan, dan kematian bayi.
2
kelahiran prematur memiliki dampak terhadap berat badan lahir rendah
(BBLR) mencapai 11,5%, meskipun angka BBLR tidak mutlak mewakili
angka kejadian persalinan prematur (Dirjen Bina Pelayanan Medik
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
3
2. TUJUAN KHUSUS
C. MANFAAT
4
2. Bagi Penulis
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
A. PERSALINAN
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
Menurut cara persalinan ada dua yaitu :
a. Partus normal Partus normal adalah proses lahirnya bayi pada LBK
dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam.
b. Partus abnormal Partus abnormal ialah persalinan pervaginam
dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi
caesarea (SC). (Saifuddin Bari, 2002).
Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan dalam persalinan
yang mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya
yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
optimal.
2. Teori Persalinan
Terdapat berbagai teori persalinan, di antaranya adalah :
6
(Wiknjosastro dkk, 2005). Selanjutnya otot rahim menjadi sensitif
terhadap oksitosin. Penurunan kadar progesteron pada tingkat
tertentu menyebabkan otot rahim mulai kontraksi (Manuaba, 1998).
b. Teori Oksitosin
d. Teori Prostaglandin
7
melunakkan serviks dan merangsang kontraksi, bila diberikan dalam
bentuk infus, per os, atau secara intravaginal (Manuaba, 1998).
e. Teori Janin
3. Tanda-Tanda Persalinan
1. Tanda Lightening. Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida,
terjadi penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk
ke dalam panggul.
Penyebab dari proses ini adalah sebagai berikut :
1) Kontraksi Braxton hicks.
2) Ketegangan dinding perut
3) Ketegangan ligamnetum rotondum.
4) Gaya berat janin, kepala kearah bawah uterus.
2. Terjadinya his persalinan. Pinggang terasa sakit menjalar kedepan.
Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.
Terjadi perubahan pada serviks. Jika pasien menambah
8
aktivitasnya, misalnya dengan berjalan, maka kekuatannya
bertambah.
3. Pengeluaran lendir dan darah(blood show). Dengan adanya his
persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan,
pendataran dan pembukaan, Pembukaan menyebabkan selaput
lendir yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas. Terjadi
perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
4. Pengeluaran cairan/ Air Ketuban. Mengeluarkan air ketuban akibat
pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka
persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata
tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan
tertentu, misalnya ekstraksi vakum, atau section caesaria.
9
d. Bidang-bidang:
1. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan
bagian atas symphisis dan promontorium.
2. Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi
pinggir bawah symphisis.
3. Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina
ischiadika kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi
os coccyges.
ii. POWER
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri
dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power
merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan
oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. Kekuatan yang
mendorong janin keluar (power) terdiri dari:
a. His (kontraksi otot uterus) adalah kontraksi uterus karena
otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim
menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek.
Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan
kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
b. Kontraksi otot-otot dinding perut.
c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
d. Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum
rotundum.
Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-
otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna mempunyai sifat-sifat:
1. Kontraksi simetris
2. Fundus dominan
3. Relaksasi
4. Involuntir : terjadi di luar kehendak
5. Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-
seling)
6. Terasa sakit
10
7. Terkoordinasi
8. Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik,
kimia dan psikis
His Palsu :
11
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien
atau spasme usus, kandung kencing dan otot-otot
dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul
beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan
cukup bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan
membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan
sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang
jelek, baik fisik maupun mental.
iii. PASSANGER
Passanger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan
passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah
kepala karena bagian yang paling besar dan keras dari janin
adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi
jalan persalinan. Kelainan – kelainan yang sering menghambat
dari pihak passangger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala
anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak
seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak
seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.
12
1. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis. Kala
pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
1) Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, pada umumnya fase
ini berlangsung lebih kurang 8 jam, berlangsung hingga
serviks membuka sampai 3 cm atau kurang dari 4 cm.
2) Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam,
pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2
jam pembukaan menjadi 10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik
dan vagina menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur,
kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk
setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.
3. Kala III
13
Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta
lahir (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Setelah bayi lahir, uterus
teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit
kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada
fundus uteri (Wiknjosastro dkk, 2005).
Pada tahap ini dilakukan tekanan ringan di atas puncak rahim dengan
cara Crede untuk membantu pengeluaran plasenta. Plasenta
diperhatikan kelengkapannya secara cermat, sehingga tidak
menyebabkan gangguan kontraksi rahim atau terjadi perdarahan
sekunder (Manuaba, 2012).
4. Kala IV
Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam
setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang
terjadi segera jika homeostasis berlangsung dengan baik (Bobak,
Lowdermilk & Jensen, 2004). Pada tahap ini, kontraksi otot rahim
meningkat sehingga pembuluh darah terjepit untuk menghentikan
perdarahan. Pada kala ini dilakukan observasi terhadap tekanan
darah, pernapasan, nadi, kontraksi otot rahim dan perdarahan
selama 2 jam pertama. Selain itu juga dilakukan penjahitan luka
episiotomi. Setelah 2 jam, bila keadaan baik, ibu dipindahkan ke
ruangan bersama bayinya (Manuaba, 2012).
6. Mekanisme Persalinan
1. Penurunan Kepala.
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi
pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala
melewati pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan
asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah
14
jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium. Pada
sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika
sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke
belakang mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam
keadaan asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu:
a. Asinklitismus posterior : Bila sutura sagitalis mendekati
simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os
parietal depan.
b. Asinklitismus anterior : Bila sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari
os parietal belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan
normal, tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan
disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal
sekalipun. Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan
kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan
retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan
langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan
terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi
penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi
terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga
disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan
atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan
anak.
a. Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di
antara simpisis dan promontorium.
b. Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang
lebih rendah dari os parietal depan.
c. Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal
depan lebih rendah dari os parietal belakang.
2. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan.
Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan
ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil
lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya
15
tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan
adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan
diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya
kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
4. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada
di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di
sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke
depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk
melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar
panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada
perineum dan dapat menembusnya. Subocciput yang tertahan pada pinggir
bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), maka
lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi,
hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
16
dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga
melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadikum sepihak.
6. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan
menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu
bayi lahir , selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan
sumbu jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin
dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya
posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan
persalinan tidak begitu bertambah panjang.
2) Perubahan Kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus
dan masuk kedalam system vaskuler ibu. Sehingga terjadi
beberapa perubahan pembuluh darah perifer, kemungkinan sebagai
17
respon terhadap dilatasi serviks atau kompresi pembuluh darah ibu
oleh janin yang melalui jalan lahir. Pipi menjadi merah, kaki
menjadi panas atau dingin, dan terjadi prolaps hemoroid.
3) Perubahan metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik
maupun anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini
sebagian besar diakibatkan karena kecemasan serta kegiatan otot
rangka tubuh.
4) Perubahan pernafasan
Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa
nyeri, kekhawatiran, kecemasan, serta penggunaan teknik
pernafasan yang tidak benar. Sistem pernapasan juga meningkat.
5) Perubahan pada ginjal
Selama persalinan, ibu dapat mengalami kesulitan untuk
berkemih secara spontan akibat, berbagai alasan, edema jaringan
akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, dan rasa malu.
6) Perubahan gastrointestinal
Persalinan mempungaruhi sistem saluran cerna wanita. Selama
persalinan, motalitas dan absorbsi saluran cerna menurun dan
waktu memuntahkan makanan yang belum dicerna setelah bersalin.
7) Perubahan hematologis
Jumlah sel – sel darah putih meningkat secara progresif
selama, kala satu persainan sebesar > 25.000 /mm3.
8) Perubahan Muskuloskeletal
Nyeri punggung dan nyeri sendi terjadi akibat semakin
renggangnya sendi pada massa aterm (Zakiah, 2013).
18
takut, khawatir, ataupun cemas, terutama pada ibu primipara. Perasaan
takut bisa meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang, dan ibu
menjadi cepat lelah, yang pada akhirnya akan menghambat proses
persalinan. Sehingga bidan diharapkan ibu sebagai pendamping
persalinan yang dapat diandalkan serta mampu meberikan dukungan,
bimbingan dan pertolongan persalinan.
Yang kedua adalah posisioning dan aktifitas untuk membantu ibu
agar tetap tenang dan rileks, sebisa mungkin bidan tidak boleh
memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu dalam
persalinannya. Adapun posisi-posisi yang dianjurkan bagi ibu bersalin
adalah sebagai berikut :
Posisi Alasan
Duduk atau setengah duduk Lebih mudah bagi bidan untuk
Berbaring miring ke kiri Memberi rasa santai bagi ibu yang letih.
Memberi oksigenasi yang baik pada bayi.
Membantu mencegah trjadinya laserasi.
B. Persalinan Preterm
1. Pengertian
Persalian preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-
37 minggu dihitung dari pertama haid terakhir (ACOD 1995). Badan Kesehatan
19
Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37 minggu atau kurang. Persalinan preterm merupakan hal yang
berbahaya kerena potensial meningkatkan kematian perinatal sebesar 65%-75%,
umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat
disebabkan oleh kelahiran preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat.
Keduanya sebaiknya harus dicegah karena dampaknya yang negatif; tidak
hanya kematian perinatal tetapi juga morbiditas, potensi generasi akan datang,
kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan.
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalianan preterm tidak ketahui.
Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan
preterm, seperti: solusi plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus,
polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain.
Penyebab persalinan preterm bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain
karena infeksi. Infeksi pada kehamilan akan menyebabkan suatu respon
imunologik spesifik melalui aktifasi sel limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat
yang menginisasi kontraksi uterus. Terdapat makin banyak bukti yang
menunjukan bahwa mungkin sepertiga kasus persalinan preterm berkaitan dengan
infeksi membran korioamnion.
Himpunan Kedokteran fetomaternal POGI di Semarang tahun 2005 menetapkan
bahwa persalinan preterm adalah persalinan yg terjadi pada usia kehamilan 22-37
minggu .
5. Masalah Preterm
Angka kejadianpersalinan preterm pada umunya adalah sekitar 6-10% .Hanya 1,5
% persalinan terjadi pada usia kehamilan kuarang dari 32 minggu dan 0,5 % pada
kehamilan kurang diri 28 minggu namun,kehamilan ini merupakan 2/3 dari
kematian neonatal.Kesulitan utama dalam persalian preterm ialah perawatan bayi
preterm,yg semakin usia kehamilan yg semakin besar morbiditas dan
mortalitas.Penelitian lain menunjukan bahwa umur kehamilan dan berat bayi lahir
saling berkaitan dengan resiko kematian perinatal.
20
seperti distensi berlebih uterus, ketuban pecah dini, atau trauma. Banyak kasus
persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik yang merupakan mediator
biokimia yang mempunyai dampak yang terjadinya kontraksi rahim dan
perubahan serviks, yaitu:
21
Preeklamsia/ hipertensi
Infeksi saluran kemih/ genetal/ intrauterin
Penyakit infeksi dengan demam
Stres psikologi
Kelainan bentuk uterus/serviks
Riwayat persalinan preterm/abortus berulang
Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1cm)
Pemakaian obat narkotik
Trauma
Perokok berat
Kelainan imunologi/ kelainan resus
2. Kondisi umum
4. Kurang gizi
5. Anemia
7. Umur hamil terlalu muda kurang dari atau terlalu tua di atas 35 tahun.
9. Penyulit kebidanan
22
2. Kehamilan dengan perdarahan antepartum pada solusio plasenta, plasenta
previa, pecahnya sinus marginalis
4. Kawin dan tidak kawin: tak syah 15% prematur; kawin syah 13%
premature
23
6. Diagnosis dari Persalinan Preterm
Diagnosis suatu persalinan preterm yang membakat (preterm labor) didasarkan
atas gejala klinis yang ditandai dengan suatu kontraksi rahim yang teratur dengan
interval <5-8 menit pada kehamilan 20-37mg, yang disertai dengan satu atau lebih
gejala-gejala berikut.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboraturium
Pemeriksaan kultur urine
Pemeriksaan gas dan pH darah janin
Pemeriksaan darah tepi ibu
Jumlah leokosit
2. Amniosentesis
- Hitung leokosit
24
- Kultur
3. Pemeriksaan ultrasonografi
- Oligohidramnion :
- Penipisan serviks :
Lams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan serviks <3cm (USG), dapat dipastikan
akan terjadi persalina preterm.
- Kardiotokografi :
2.9 Penatalaksanaan
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm akibat amnionitis
dan yang mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani
seksama untuk meningkatkan keluaran noenatal. Pada kasus-kasus amnionitis
yang tidak mungkin ditangani akspektatif, harus dilakukan intervensi, yaitu
dengan :
2. Pemberian antibiotik
25
Mercer dan arheart (1995) menunjukan bahwa pemberian antibiotika yang tepat
dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan spesies neonatorum.
Diberikan 2 gram ampicilin (iv) tiap 6 jam sampai persalinan selesai (ACOG).
Peneliti lain memberikan antibiotika kombinasi untuk kuman aerob. Yyang
terbaik bila sesuai dengan kultur dan tes sensitivitas setelah itu dilakukan deteksi
dan penanganan terhadap faktor risiko persalinan preterm, bila tidak ada kontra
indikasi, diberi tokolitik.
3. Pemberian tokolitik
a. Nifedin 10mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. Umumnya hanya
diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3 x 10 mg.
- Salbutamol
- Per infus : 20 – 50
2.10 Penanganan
Penanganan umum
Prinsip penanganan
Oleh karena usia hamil dan berat lahir merupakan faktor penentu dari fetal
survival,maka yang menjadi tujuan utama pengelolaan persalinanadalah sebagai
berikut.
26
2. Meningkatkan berat lahir
4. Ada atau tidak petanda-petanda yang meramalkan persalinan dalam waktu yang
relatif dekat( kontraksi ,penipisan serviks, dan kadar IL – dalam air ketuban ).
Pada dasarnya apabila tidak ada bahaya untuk ibudan janin, maka pengelolaan
persalinan preterm yang membakat adalah konservatif, yaitu sebagai berikut.
1. Menunda persalinan dengan tirah baring dan pemberian obat – obat tokolitik.
4. Merencanakan cara persalinan preterm yang aman dan dengan trauma yang
minimal
27
Bermacam-macam tokolitik yang dikenal dengan titik tangkap dan cara kerja yang
berbeda dapat diberikan baik secara tunggal maupun kombinasi sesuai dengan
prosedur pemberian yang dianjurkan dengan tetap memperhatikan kemungkinan
efek samping yang dapat timbul pada ibu / atau janin.
a. Beta -2 agonis
Terbutalin
1000 mcg (2 amp) terabutalin dalam 500 ml NaCL sehingga diperoleh konsentrasi
2 mcg/ml atau 0,5 mcg/tetes.
Beta -2 agonis yang lain dapat diberikan sesuai dengan prosedur yang
dianjurkan pada masing – masing obat.
28
Janin : gangguan paada sirkulasi feto-plasental yang mengakibatkan
hipoksia janin intrauterin.
Obat-obat NSAIAs yang lain ( seperti indomethasin dan lain-lain, saat ini tidak
dianjurkan lagi terutama pada kehamilan >32minggu karena efek samping
penutupan dini duktus arteriosus)
c. Calsium Antagonis
Nifedipine oral dengan dosis 3x10 mg/hari. Pada dasarnya obat ini cukup aman
terhadap ibu dan janin, akan tetapi dalam beberapa penelitian pernah ditemukan
efek samping pada ibu berupa sakit kepala dan hipotensi.
d. Progesteron
e. Oxytocin analog
Betamethason 12-16 mg (3-4 amp ) /IM,/hari diberikan selama 2 hari ( liggin dan
Howie 1972 ) atau Dexamethason 6 mg/IM, diberikana 4 dosis tiap 6 jam sekali
( Parkland Hospital, 1994). Pemberian ini hanya dianjurkan sekali saja, tidak
dianjurkan untuk mengulangi pemberian setelah ini karena efek samping terhadap
ibu ( hipertensi ) dan janin ( gangguan perkembangan syaraf ) (NIHCDC-2000 ).
29
dianjurkan derivat penisilin/ ampisilin mengingat efek teratogenikterhadap janin.
Pemberian antibiotik ini masih banyak kontroversi karena satu pihak berhasil
menurunkan kejadian infeksi pada amnion/janin dan memperpanjang usia
kehamilan ( karena bisa meningkatkan efek obat-obat tokolitik ), akan tetapi pihak
lain menolak memberikan karena ternyata pemberian antibiotik ini tidak
memperbaiki hasil akhir (outcome) janin seperti kejadian-kejadian Necrotising
Enterocolitis (NEC), Respiratory Distress Syndrome (RDS), dan Intracranial
Haemorhage (Mercer dan Arheart 1995). Kyle dan turner (1996 ) menolak
memberikan antibiotik dalam jangka waktu lama karena alasan meningkatkan
resiko terjadinya infeksi dari bakteri lain dan resistensi bakteri terhadap antibiotik.
4. Cara Persalinan.
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk
30
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian
atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
berfokus pada klien (Varney, 2007).
Menurut Helen Varney, alur berpikir bidan saat
menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui
orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan
melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan
pendokumentasian dalam bentuk SOAP yatu :
a. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnese
sebagai langkah I Varney.
b. Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan sebagai langkah I Varney .
c. Analisa data
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa
dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi diagnosa/ masalah, antisipasi diagnosa/
masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter, konsultan/ kolaborasi dan atau rujukan
sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.
d. Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari
perencanaan, tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E)
berdasarkan analisa sebagai langkah 5, 6, 7 Varney.
(Soepardan, 2008 dalam penelitian Pipit Nurafifah
Khalilah,2016 ).
31
2. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Preeklamsia
Berat
Langkah-langkah yang lebih rinci bisa berubah sesuai dengan
kebutuhan pasien. (Rukiyah, 2009).
a. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnese
sebagai langkah I Varney. Hasil anamnese yaitu pasien
mengeluh nyeri kepala menetap, gangguan penglihatan, dan
nyeri ulu hati (Varney, 2007).
b. Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan
sebagai langkah I Varney .
a) Pemeriksaan fisik umum
b) Pemeriksaan penunjang,data ini akan memberikan bukti
gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosis.
32
serum kreatinin dan serum asam urat (Varney, 2007).
Pemeriksaan USG lebih awal (25-28 minggu) juga
diperlukan untuk menilai pertumbuhan janin serta
mengetahui kesejahteraan janin (Kurniawati, 2009).
c) Analisa Data
33
mengalami preeklamsia berat
2. Mengobservasi keadaan umum dan produksi urine ibu.
3. Mengobservasi Vital Sign ibu, terutama tekanan darah tiap
jam.
4. Memposisikan ibu yang nyaman, yaitu tidur miring ke kiri.
5. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi anti
hipertensi, anti kejang dan infus RL.
6. Berkolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan
darah lengkap dan proteinuria.
7. Berkolaborasi dengan bagian radiologi untuk dilakukan
USG.
8. Berkolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian
diet makanan. Evaluasi :
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah dipenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana rencana dapat di anggap
efektif jika memang benar efektif dalam penatalaksanaannya (
Varney,2007 ).
34
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
KALA I
IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. M Nama suami : Tn. E
Umur : 25 tahun Umur : 41 tahun
Suku Bangsa : Betawi Suku Bangsa : Betawi
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
35
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Montir
Alamat Rumah: Jl. Pedongkelan RT 05/15 Kayu putih, Jakarta Timur.
No. Telp : 087876846693
SUBJEKTIF
a. Alasan Datang
Pukul 07.25 WIB, klien datang dengan keluhan mulas-mulas sejak jam 04.00
b. Riwayat Haid
Hari Pertama Haid Terakhir tanggal 11-03-2018 dan Tafsiran Persalinan tanggal
Anak 1. Lahir tahun 2013, lahir cukup bulan, spontan, ditolong oleh dukun/paraji,
tidak ada penyulit, jenis kelamin laki – laki, BB 3000, PB 49 cm, lama menyusui
ginjal, kencing manis, kelainan darah, ASMA, hipertensi, IMS dan HIV/AIDS.
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan tidak memiliki riwayat
penyakit gemeli.
36
OBJEKTIF
Tekanan darah 90/80 MmHg, Denyut nadi 80 kali/menit, suhu tubuh 36,7 °C,
pernafasan 20 kali/menit.
Muka tidak ada oedema, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning ekstermitas
TFU 23 cm, difundus teraba bokong, disebelah kanan perut ibu teraba ekstremitas
dan sebelah kiri perut teraba punggung, bagian terendah teraba kepala dan kepala
Djj 130 kali/menit, teratur, punctum maksimum satu tempat disebelah kiri
dibawah pusat.
Pada vulva tidak ada odema, tidak ada varices, tidak ada kondiloma, pengeluaran
Pemeriksaan dalam atas indikasi menilai sudah inpartu atau belum pukul 07.30
WIB. Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan serviks 4cm,
ketuban utuh, presentasi kepala, penurunan bagian terendah janin hodge II.
Pemeriksaan penunjang
HB : 13,7
Leukosit : 10,3
Eritrosit : 4,4
Hematokrit : 38
Trombosit : 225
37
GDS : 92
ANALISA
Diagnosa Kebidanan
PENATALAKSANAAN
4. Membaringkan ibu pada posisi miring kiri. Ibu sudah berbaring dalam
bersalin preterm.
7. Memberitahu keluarga mengenai hasil pemeriksaan bahwa pasien dalam
keadaan baik tetapi kehamilan nya kurang bulan atau belum waktu
38
melahirkan. Dan menjelaskan kemungkinan yang akan terjadi. Keluarga
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
39
Tanda-tanda vital Ny. R dalam batas normal, His: 3x 10’ 55”. Menurut
Prawirohardjo (2006), akhir kala I kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-
60 detik untuk setiap kontraksi, his Ny. R sesuai teori, tidak terdapat kesenjangan.
(2006), kala satu persalinan terdiri dari fase laten (berlangsung saat serviks
membuka sampai 3 cm atau kurang dari 4 cm) dan fase aktif (berlangsung dari
pembukaan 4-10 cm). Pada kasus Ny. R sudah memasuki fase aktif.
Pada pemeriksaan ditemukan tekanan darah Ny.R yaitu 150/100 mmHg maka
protein urine +2. sehingga pada kasus Ny. R ini termasuk ke dalam PEB. Menurut
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. berdasarkan hasil
dosis awal sebanyak 4 gr secara bolus selama 20 menit. Dan dosis pemeliharaan
sebanyak 6 gr secara drip infus selama 6 jam. Hal ini sesuai dengan teori
penangan awal PEB yaitu dengan memberikan dosis awal yaitu 10ml MgSo4 40%
(4gr) IV selama 10 menit. Dosis pemeliharaan yaitu segera lanjutkan dengan 15ml
MgSo4 40% (6gr) dalam larutan RL atau D5 2:1 selama 6 jam (Sarwono, 2005).
40
Memberikan O2 sebanyak 2 liter/menit serta membaringkan ibu pada posisi
miring kiri, untuk mencegah depresi nafas pada ibu dan memberikan oksigen pada
Darah dan DJJ. Observasi kemajuan persalinan meliputi DJJ, His, Nadi setiap 30
tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis
mengobservasi keadaan umum dan produksi urine ibu, mengobservasi Vital Sign
ibu, terutama tekanan darah tiap jam, memposisikan ibu yang nyaman, yaitu tidur
miring ke kiri Antisipasi yang dilakukan oleh bidan adalah observasi tekanan
darah setiap satu jam serta menganjurkan ibu untuk bedrest dengan posisi tidur
proteinuria.
RS karena tekanan darah tinggi dan keluhan ibu yang semakin pusing serta
padangan kabur.
41
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Preeklampsia berat adalah suatu keadaan hipertensi yang muncul pada kehamilan
> 20 minggu yang ditandai dengan tekanan darah sistol ³ 160 mmHg dan tekanan
diastol ³ 110 mmHg. Secara garis besar untuk menegakkan diagnosa PEB harus
ada tanda dan gejala seperti tekanan darah Sistol ³ 160 mmHg dan tekanan darah
diastol ³ 110 mmHg, terdapat odema pada muka, tangan, dan kaki serta pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan protein urinnya + 4.
Dalam makalah ini, penyusun dapat menarik kesimpulan dari kasus yang di telah
di observasi terhadap klien Ny. “R” G4P3A0 usia kehamilan 38 minggu dengan
Preeklampsia berat bahwa:
10. Dilakukan pengkajian menyeluruh secara continue pada klien agar kondisi
pasien dapat terus dipantau.
11. Dilakukan intepretasi masalah agar didapat diagnosa masalah yang dialami
klien.
12. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang dialami klien. Hal
ini dilakukan oleh dokter atau tenaga medis yang bertanggung jawab atas
klien tersebuut.
14. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman oleh dokter atau
tenaga medis yang bertanggung jawab atas klien tersebut.
42
DAFTAR PUSTAKA
43