Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN KOMUNITAS ASIA

KONTRIBUSI JEPANG DI BIDANG KEBUDAYAAN DAN


PENDIDIKAN DI WILAYAH ASIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI

ARYO EFRAIM PELURU : A 251 16 097


HASMAWATI : A 251 16 106
IIN SAFITRI : A 251 16
SULPIYANA BILA : A 251 16 144
WINDY ASTRIANA DEWI : A 251 16 149

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin,segala puji bagi Allah SWT. yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa kita panjatkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafaatnya di hari akhir nanti,
amin. Penyusunan makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Telaah
Kurikulum Kimia. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, kepada Ibu Riska yang telah
membimbing dan mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari penyusunan makalah belum sempurna. Oleh sebab itu,
kami selaku penulis memohon kepada pembaca atas kritik dan saran guna
melengkapi dan perbaikan di masa mendatang.Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dalam menambah wawasan bagi pembaca pada umumnya dan penulis sendiri secara
khusus.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat menjadi masukan yang
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.Semoga segala
jerih payah kita bernilai ibadah disisi Allah SWT. amin.

Palu,26 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………

DAFTAR ISI …………………………………………………………………...

I. BAB I
Pendahuluan …………………………………………………………...............
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….........
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
1.3 Tujuan ……………………………………………………………..........

II. BAB II
Pembahasan …………………………………………………………...............
2.1 Kontribusi jepang dibidang pendidikan………………………………...
2.2 Kontribusi jepang dibidang kebudayaan………………………………..

III. BAB III


Penutup ………………………………………………………………..........
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………….
3.2 Saran …………………………………………………………….......

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh


bagi perkembangan Indonesia. Umumnya beranggapan bahwa masa pendudukan
Jepang adalah masa paling kelam dan penuh penderitaan. Akan tetapi tidak
semuanya itu benar, ada beberapa kebijakan pemerintah pendudukan Jepang yang
memberikan dampak positif, salah satunya adalah dalam bidang pendidikan.
Kebijakan yang diterapkan pemerintah Jepang di bidang pendidikan adalah
menghilangkan diskriminasi/perbedaan siapa yang boleh mengenyam/merasakan
pendidikan. Pada masa Belanda, Anda tentu masih ingat, yang dapat merasakan
pendidikan formal untuk rakyat pribumi hanya kalangan menengah ke atas,
sementara rakyat kecil (wong cilik) tidak memiliki kesempatan. Sebagai gambaran
diskriminasi yang dibuat Belanda, ada 3 golongan dalam masyarakat: Kulit putih
(Eropa), Timur Aing (Cina, India dll), Pribumi.

Jepang adalah salah satu negara di kawasan Asia Timur yang berhasil
menyebarkan kebudayaannya ke berbagai negara. Sepanjang sejarahnya, Jepang
telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain termasuk strategi militer,
teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah
mengembangkan masukan-masukan dari luar tersebut. Bahkan gaya hidup orang
Jepang dewasa ini merupakan perpaduan budaya tradisional di bawah pengaruh Asia
dan budaya modern Barat yang masuk setelah restorasi meiji. Namun terlepas dari
semua hal di atas, Jepang tetap mempertahankan dan melestarikan kebudayaan
aslinya. Kebudayaan Jepang dewasa ini sangat beragam. Karena itulah tidak
mengherankan ketika terlihat kuil-kuil kuno tegak berdampingan dengan gedung-
gedung pencakar langit. Inilah kebudayaan Jepang saat ini sebagai gabungan yang
mengagumkan antara kebudayaan lama dan kuno, antara Timur dan Barat. Seiring
dengan kemajuan media informasi, informasi dengan mudah mengalir masuk dan
hal-hal baru pun dengan cepat tersebar luas di Jepang. Namun kebudayaan
tradisional seperti festival tradisional dan gaya hidup yang sudah berakar di setiap
daerah masih tetap melekat sebagai ciri khas daerah tersebut.

Selama dua dekade terakhir, produk-produk budaya pop Jepang telah diekspor,
diperdagangkan dan dikonsumsi besar-besaran secara global. Berbagai jenis dari
produk-produk ini sangat mudah didapat di pasaran. Menurut Hidetoshi Kato, istilah
budaya populer Jepang lebih tepat disebut sebagai taishuu bunka atau budaya massa.
Selain itu budaya pop juga erat dengan istilah minshuu bunka (budaya rakyat) dan
minzoku bunka (budaya bangsa). Namun kedua istilah terakhir menurut Kato
kurangtepat untuk menggambarkan budaya populer.Teori ini juga diungkapkan oleh
John Storey, yang mendefinisikan budaya pop sebagai budaya massa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kontribusi jepang dibidang pendidikan?
2. bagaimana kontribusi jepang dibidang kebudayaan?

1.2 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami kontribusi jepang dibidang
pendidikan.
2. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami kontribusi jepang dibidang
kebudayaan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONTRIBUSI JEPANG DIBIDANG PENDIDIKAN

Masa pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh


bagi perkembangan Indonesia. Umumnya beranggapan bahwa masa pendudukan
Jepang adalah masa paling kelam dan penuh penderitaan. Akan tetapi tidak
semuanya itu benar, ada beberapa kebijakan pemerintah pendudukan Jepang yang
memberikan dampak positif, salah satunya adalah dalam bidang pendidikan.

Kebijakan yang diterapkan pemerintah Jepang di bidang pendidikan adalah


menghilangkan diskriminasi/perbedaan siapa yang boleh mengenyam/merasakan
pendidikan. Pada masa Belanda, Anda tentu masih ingat, yang dapat merasakan
pendidikan formal untuk rakyat pribumi hanya kalangan menengah ke atas,
sementara rakyat kecil (wong cilik) tidak memiliki kesempatan. Sebagai gambaran
diskriminasi yang dibuat Belanda, ada 3 golongan dalam masyarakat:

1. Kulit putih (Eropa)


2. Timur Aing (Cina, India dll)
3. Pribumi

Pola seperti ini mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang. Rakyat dari lapisan
manapun berhak untuk mengenyam pendidikan formal. Jepang juga menerapkan
jenjang pendidikan formal seperti di negaranya yaitu: SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan
SMA 3 tahun. Sistem ini masih diterapkan oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini
sebagai satu bentuk warisan Jepang.

 Maksud diberikannya Pendidikan kepada Rakyat Indonesia pada Masa


Pendudukan Jepang

Jepang memberikan pendidikan pada rakyat Indonesia dengan maksud atau


tujuan untuk mendukung kepentingan perangnya. Jepang memiliki keinginan untuk
memanfaatkan segala sumber daya yang ada di Indonesia pada saat pendudukannya,
yaitu dari sumber daya ekonomi, sumber daya alam, sumber daya manusia dan
sumber daya yang lainnya. Jepang menganggap pendidikan penting untuk rakyat
Indonesia guna mendukung maksud dan tujuannya tesebut. Jepang beranggapan
kaum intelektual dapat membantu programnya dan kaum intelektual muda yang
dianggap lebih dinamis, idealis dan mempunyai semangat kerja yang tinggi. Selain
itu Jepang beranggapan kaum intelektual muda belum mendapat pengaruh dari
bangsa barat. Karena itu Jepang memberikan perhatian khusus pada kaum muda
Indonesia. Hal itu diwujudkan dengan memberikan pendidikan pada kaum muda,
baik pendidikan umum maupun khusus, seperti kursus-kursus yang diberikan oleh
Jepang.

Kaum muda diharapkan dapat mempokan doktrin Asia Timur Raya, sehingga
golongan muda diberikan pendidikan oleh Jepang pada masa pendudukannya di
Indonesia. Dengan berbagai cara Jepang mengambil hati rakyat Indonesia melalui
pendidikan. Selain menggunakan bahasa Jepang dalam pengantar pelajaran Jepang
tidak mengabaikan bahasa Indonesia dengan mengadakan komisi penyempurnaan
bahasa Indonesia. Selain itu Jepang memeberikan wadah olahraga untuk semua
kalangan rakyat Indonesia.

 Usaha yang Dilakukan Jepang untuk Pendidikan di Indonesia dan


Perkembangannya dari Pendidikan Sebelumnya

Pada mulanya Jepang memberikan pendidikan di Indonesia dengan meneruskan


pendidikan yang sudah ada sebelumnya, yaitu pada masa pendudukan Belanda
dengan pendidikan ala barat. Akan tetapi kemudian Jepang merombaknya yaitu
dengan memasukkan doktrin Asia raya agar sesuai dengan tujuan serta maksud
Jepang.Pendidikan dari jaman pendudukan Belanda dirombak secara total, karena
pada jaman pendudukan Belanda di Indonesia yang diberi pendidikan hanya kaum
tertentu saja. Yaitu golongan elite saja, karena dengan itu golongan elite dapat
mempengaruhi orang banyak serta memeritahkan rakyatnya agar mengikuti Belanda.
Pada masa pendudukan Jepang, secara langsung Jepang menghimbau kepada
seluruh rakyat indonesia agar dapat mebantu Jepang memenangkan perang. Oleh
karena itu pendidikan diberikan kepada seluruh rakyat indonesia. Jepang juga
memiliki kebijaksanaan dalam bidang pendidikan di Indonesia pada masa
pendudukannya di Indonesia. Ada tiga prinsip pokok dari kebijaksanaan tersebut,
yaitu :

1. Pendidikan ditata kembali atas dasar keseragaman dan kesamaan untuk


seluruh kelompok etnis dan sosial.
2. Secara sistematis pengaruh Belanda dihapuskan dari sekolah-sekolah,
sedangkan unsur-unsur kebudayaan Indonesia dijadikan landasan utama.
3. Semua lembaga pendidikan dijadikan alat untuk memasukkan doktrin
gagasan

Kemakmuran Bersama Asia Tenggara di bawah pimpinan Jepang. Jepang


membekukan semua kegiatan sekolah yang didirikan Belanda, deangan tujuan untuk
menghilangkan pengaruh Belanda. Usaha yang dilakukan Jepang dalam
menghilangkan pengaruh Belanda yaitu dengan mengadakan pemeriksaan terhadap
buku-buku yang berbahasa Belanda, hal ini dirasakan langsung oleh rakyat
Indonesia. Selain untuk menghilangkan pengaruh Belanda, usaha ini dimaksudkan
untuk meninggikan derajat bangsa Asia dibawah pimpinan dan kekuasaan jepang.

Karena Jepang menganggap pentingnya sekolah memiliki arti penting dalam


menunjang program indoktrinasi maka sekolah-sekolah kembali dibuka, akan tetapi
tentunya dengan model yang berbeda dari sekolah yang ada saat pendudukan
Belanda di Indonesia. Jepang memasukkan bahasa Jepang sebagai bahsa pengatar
dalam pengajaran. Agar rakyat indonesia dapat dengan cepat menguasai bahasa
Jepang, diadakan lomba penggunaan bahasa Jepang.

Lomba penggunaan bahasa Jepang yaitu dengan lomba membuat karangan,


becakap-cakap, membaca dan menyanyi dalam bahasa Jepang. Selain itu Jepang juga
membentuk sekolah dan kursus kilat pelajaran bahasa Jepang yakni Nippongo Gakko
atau dalam bahasa Indonesia diartiakan Sekolah Bahasa Nippon. Selain itu pihak
swasta menyelenggarakan kursus bahasa Jepang dengan masa pendidikan selama
empat bulan yang dikelola olehy Toa Bumka Kai yaitu Asosiasi Kebudayaan Asia
Timur. Badan ini bekerja dalam bidang kebudayaan.

Usaha Lain yang dilakukan Jepang dalam pendidikan di Indonesia ini adalah
memperhatikan penyempurnakan bahasa Indonesia yang tidak berkembang pada
masa pemerintahan Belanda. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian rakyat
Indonesia. Untuk penyempurnaan bahasa Indonesia ini, Jepang membentuk
Indonesia Goseibi Iinkai yaitu komisi untuk penyempurnakan bahasa Indonesia.
Komisi ini bertempat di gedung perpustakaan Islam di Tanah Abang Bukut, Jakarta.
Komisi ini memiliki pimpinan harian yaitu Ichiki, Mr Rd. Soewandi dan St. Takdir
Alisyahbana. Untuk mendekati para pemuda selain pendidikan formal dilakukan pula
melalui bidang olahraga. Pada tanggal 21 Agustus 1943 Jepang mempersatukan
perkumpulan olahraga tersebut dalam wadah yaitu perkumpulan olahraga Jawa.
Badan beranggotakan dari berbagai kalangan rakyat Indonesia, dari pegawai kantor
sampai murid-murid sekolah.

Dari perubahan-perubahan yang dilakukan Jepang terhadap pendidikan


Indonesia, hal ini telah mengalami perkembangan. Dari yang mulanya pada masa
pendudukan Belanda hanya golongan elite saja yang diberi pendidikan, kini
pendidikan diberikan kepada seluruh rakyat Indonesia. Penggunaan bahasa Jepang
sebagai bahasa pengangantar dalam pendidikan dan penyempurnaan bahasa
Indonesia merupakan perkembangan dari pendidikan masa pendudukan Jepang dari
pendidikan sebelumnya yaitu masa pendudukan Belanda.

 Model Pendidikan Masa Pendudukan Jepang

Seperti pendidikan pada masa Belanda yang memiliki model pengajaran


mempengaruhi atau doktrinasi barat, pendidikan Jepang juga memiliki model
pengajaran dengan doktrinasi Asia Raya di bawah pimpinan Jepang. Model
pengajaran dengan bahasa pengantar yaitu bahasa Jepang yang di terapkan pada
pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Mata pelajaran yang
diberikan juga mengacu pada kebudayaan Jepang. Selain model pendidikan formal
diadakan juga kursus-kursus, pendirian badan olah raga ada pula pendidikan
keprajuritan.

Penerapan pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang yang


mengharuskan penguasaan dalam bahasa Jepang, karena bahasa pengantar dalam
pengajaran adalah bahasa Jepang. Hal ini secara tidak langsung memperkenalkan
budaya Jepang pada rakyat Indonesia. Akan tetapi memang inilah yang diharapkan
Jepang pada pendidikan yang diberikan pada rakyat Indonesia. Dalam pendidikan ini
memang sengaja di masukkan kebudayaan Jepang. Contoh-contoh kebudayaan yang
diberikan yaitu adat istiadat Jepang, semangat Jepang, lagu-lagu Jepang dan
olahraga. Dengan pemberian kebudayaan Jepang diharapkan dapat menghilangkan
pengaruh pendidikan gaya barat yang sebelumnya ada. Satu hal yang melemahkan
dari aspek pendidikan adalah penerapan sistem pendidikan militer. Sistem
pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa memiliki
kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan mampu menghapal lagu
kebangsaan Jepang. Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk
menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai pengantar di sekolah
menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para guru wajib mengikuti kursus bahasa
Jepang yang diadakan. Dengan melihat kondisi tersebut, ada dua sisi, yaitu kelebihan
dan kekurangan dari sistem pendidikan yang diterapkan pada masa Belanda yang
lebih liberal namun terbatas. Sementara pada masa Jepang konsep diskriminasi tidak
ada, tetapi terjadi penurunan kualitas secara drastis baik dari keilmuan maupun mutu
murid dan guru.

 Contoh-Contoh Sekolahan yang Ada pada Masa Pendudukan Jepang di


Indonesia

Sekolah rakyat yang ada pada masa pendudukan Jepang di Indonesia contohnya
H.I.S Djagamonjet, H.I.S Oastenweg, H.I.S Baloelweg-Djatinegara. Sekolah
menengah pertama seperti Sekolah Menengah Pertama I di prapatan 10, Sekolah
Menengah Pewrtama II di Gambir Wetan 2, Sekolah Menengah Pertama III di Jalan
Reynstaa (Manggarai). Selain itu ada pula Sekolah Menengah Tinggi di Menteng 10.
Ada pula sekolah Tabib Jakarta dan sekolah Tinggi Hukum Jakarta dan bagi kaum
wanita didirikan Sekolah Kepandaian Poetri Wakaba. Mungkin hampir 90% sekolah
menengah yang didirikan Belanda dihapuskan oleh Jepang. Karena Jepang ingin
menghapuskan rakyat Indonesia dari pengaruh Barat. Jepang ingin mengenalkan
Asia Raya di bawah pimpinan Jepang.

B. KONTRIBUSI JEPANG DIBIDANG KEBUDAYAAN

Pasca Perang Dunia II, Jepang berupaya membangun hubungan kerjasama


dengan negara-negara lain, terutama negara-negara di kawasan Asia. Namun upaya
ini tidak mudah dilakukan. Jepang merupakan salah satu negara agresif yang
menguasai dan menjajah negara-negara di Asia Timur dan Asia Tenggara antara lain
Cina, Mongolia, Taiwan, Korea Selatan, dan termasuk Indonesia. Meskipun Jepang
kalah dalam Perang Dunia II dan tidak lagi menjadi negara agresor, citra Jepang
sebagai Negara penjajah tidak mudah untuk dihilangkan. Oleh karena itu Jepang
memilih untuk menggunakan pendekatan ekonomi dan budaya untuk mendekati
bangsa-bangsa di kawasan tersebut. Untuk mengurangi sikap “permusuhan’ dari
berbagai bangsa di Asia, termasuk Indonesia, pemerintah Jepang menggunakan
pendekatan yang sangat berhati-hati dalam melakukan diplomasi dan negosiasi. Hal
ini di ungkapkan oleh ketua delegasi Jepang Takasaki Tatsunosuke dalam Konferensi
Asia Afrika I di Bandung tahun 1955, dikatakan bahwa Jepang akan meningkatkan
kerjasama di bidang ekonomi dan kebudayaan di Asia terutama di Indonesia dan
pada tahun 1958 dilakukan penandatanganan hubungan diplomatik antara Jepang –
Indonesia. Sejak itulah kerjasama di bidang budaya terjalin sebagai bentuk awal
hubungan diplomatik kedua negara. Kemudian didirikanlah sebuah organisasi
bernama The Japan Foundation pada tahun 1972 sebagai sebuah badan hukum yang
bertujuan untuk mempromosikan kegiatan pertukaran kebudayaan antara Jepang
dengan negara-negara lain di dunia guna memperkenalkan negara Jepang.
Dasar pendirian Japan Foundation adalah ketetapan khusus yang dibuat oleh
Diet (parlemen Jepang) dalam melakukan hubungan di dunia Internasional. The
Japan Foundation berpusat di Tokyo, dan memiliki sebuah kantor cabang di Kyoto,
dua institut bahasa Jepang (di Urawa dan Kansai). Hingga saat ini, The Japan
Foundation telah mendirikan 23 kantor yang tersebar di 21 Negara diseluruh dunia,
termasuk di Indonesia yang berada di Jakarta. Tetapi sejak tanggal 1 Oktober 2003,
status the Japan Foundation berubah menjadi lembaga administratif independen di
bawah naungan Departemen Luar Negeri Jepang berdasarkan Independent
Administrative Institution Japan Foundation Law. The Japan Foundation yang pada
awalnya hanya sebagai organisasi pertukaran budaya dan sekarang berubah menjadi
lembaga yang memiliki tujuan yang tidak hanya berfokus pada budaya tetapi
memiliki berbagai macam jenis kegiatan. Kali ini, kegiatan the Japan Foundation
akan dipusatkan pada empat area kegiatan yang sekaligus juga menjadi empat tujuan
utama the Japan Foundation, yaitu pertukaran kebudayaan, pendidikan bahasa
Jepang, pertukaran intelektual dan pengembangan studi Jepang, dan pengumpulan
dan penyediaan informasi yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pertukaran
internasional. Didirikannya the Japan Foundation di Indonesia berdampak positif
bagi Negara maupun masyarakat Indonesia. Bisa dilihat dari banyaknya kegiatan
yang dilakukan di Indonesia, the Japan Foundation telah mendukung kegiatan
tersebut secara nasional maupun internasional. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan event
the Japan Foundation di tiga kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung.
Alasan memilih 3 kota tersebut adalah karena ketiga kota besar ini telah melakukan
kerjasama yang dinamakan sister cityyang memang difokuskan dibidang budaya,
sehingga memudahkan the Japan Foundation untuk melakukan hubungan kerjasama
di bidang budaya di kota-kota tersebut.
Demi alasan politik anti Barat-nya, Jepang mendirikan Keimin Bunka Shidosho
(Pusat Kebudayaan) tanggal 1 April 1943 di Jakarta. Fungsi lembaga ini mewadahi
aktivitas budayawan Indonesia agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang. Tanggal
29 Agustus 1942, lembaga ini mengadakan pameran karya pelukis lokal Indonesia
seperti Basuki Abdoellah, Agus Djajasoeminta, Otto Djaja Soetara, Kartono
Joedokoesoemo, dan Emiria Soenassa. Selain itu, ia juga memfasilitasi R. Koesbini
dan Cornel Simanjuntak membentuk grup seni suara yang melahirkan lagu-lagu
nasional Indonesia. Lahirlah lagu-lagu nasional Kalau Padi Menguning Lagi,
Majulah Putra-Putri Indonesia, Tanah Tumpah Darahku. Keimin Bunka Shidosho
juga memungkinkan Nur Sutan Iskandar melahirkan karyanya Tjinta Tanah Sutji,
Karim Halim melahirkan Palawidja, atau Usmar Ismail dengan Angin Fudji. Seni
drama karya budayawan Indonesia juga lahir seperti Api dan Tjitra (temanya
pengabdian tanah air) karya Usmar Ismail, Taufan di atas Asia atau Intelek Istimewa
karya Abu Hanifah.

Agustus 1943 Jepang membentuk Persatuan Aktris Film Indonesia (Persafi).


Persafi mendorong artis-artis profesional dan amatir Indonesia bereksperimen
dengan mementaskan lakon-lakon terjemahan bahasa asing ke bahasa Indonesia.
Sandiwara, sebagai salah satu bentuk seni peran, juga berkembang di bawah
pendudukan Jepang karena sebelum Perang Pasifik, pertunjukan sandiwara hampir
tidak dikenal di Indonesia. Dalam hal kebudayaan/kepercayaan, ada pemaksaan yang
dilakukan oleh pemerintah Jepang agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan
penghormatan kepada Tenno ( Kaisar) yang dipercayai sebagai keturunan dewa
matahari ( Omiterasi Omikami). Sistem penghormatan kepada kaisar dengan cara
membungkukkan badan menghadap Tenno, disebut dengan Seikeirei. Penghormatan
Seikerei ini, biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (
kimigayo) . Tidak semua rakyat Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya
dari kalangan Agama. Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam, salah satunya
perlawanan yang dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok
pesantren Sukamanah Jawa Barat. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna.

Sejak pendudukan Jepang, tradisi kerja bakti secara massal melalui kinrohosi/
tradisi kebaktian di dalam masyarakat Indonesia juga berkembang. Adanya tradisi
kebaktian, kerja keras dan ulet dalam mengerjakan tugas. Nilai tradisi Jepang dan
kemiliterannya melalui semangat Bushido (semangat ksatria Jepang akan dapat Anda
ketahui dari analisa aspek militer). Secara garis besar, dampak/pengaruh Jepang
terhadap Budaya Indonesia pada masa penjajahan adalah sebagai berikut:

1. Jepang mempunyai kebiasaan menghormat ke arah matahari terbit (diibaratkan


sebagai tempat Kaisar Jepang berada) sebagai keturunan Dewa Matahari.
2. Pengaruh Jepang dalam kebudayaan terlihat dalam lagu, film, dan drama sebagai
alat propaganda mereka.
3. Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat didikkan Jepang
yang menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.
4. Anak-anak sekolah diberikan latihan olahraga Taiso yang baik untuk kesehatan
mereka.
5. Setiap hari bagi anak-anak sekolah maupun para pegawai wajib untuk
menghormati bendera (merah putih) dan menyanyikan lagu kebangsaan nasional
(merupkan warisan budaya bangsa Jepang).
6. Kewajiban menggunakan waktu Tokyo dan tahun Jepang.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Masa pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh


bagi perkembangan Indonesia. Umumnya beranggapan bahwa masa pendudukan
Jepang adalah masa paling kelam dan penuh penderitaan. Akan tetapi tidak
semuanya itu benar, ada beberapa kebijakan pemerintah pendudukan Jepang yang
memberikan dampak positif, salah satunya adalah dalam bidang pendidikan.

Pasca Perang Dunia II, Jepang berupaya membangun hubungan kerjasama


dengan negara-negara lain Jepang memilih untuk menggunakan pendekatan ekonomi
dan budaya untuk mendekati bangsa-bangsa di kawasan tersebut. Kemudian
didirikanlah sebuah organisasi bernama The Japan Foundation pada tahun 1972
sebagai sebuah badan hukum yang bertujuan untuk mempromosikan kegiatan
pertukaran kebudayaan antara Jepang dengan negara-negara lain di dunia guna
memperkenalkan negara Jepang.

3.2 SARAN

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam pembahasan


masih terdapat kekurangan baik dari substansi materi maupun contoh dari setiap
materi yang dibahas. Penulis menyarankan kepada guru maupun calon guru untuk
memahami prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar dan langkah-langkah pemilihan
bahan ajar.
Dalam penulisan makalah ini juga masih terdapat kekurangan lain, oleh
karena itu saran dan kritik sangat penulis butuhkan dalam memperbaiki makalah
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya
untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Buchori, Mochtar. (2007). Evolusi Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: Insist Press

Happy Nugraha. (2017). Upaya The Japan Foundation Dalam Meningkatkan


Hubungan Kerjasama Indonesia – Jepang dibidang Budaya. Journal Ilmu
Hubungan Internasional, Volume 5, Nomor 4, 2017 : 1133 – 1148

http://setabasri01.blogspot.com/2012/04/pengaruh-barat-di-indonesia.html

http://belajar.kemdiknas.go.id/index3.php?display=view&mod=script&cmd=Bahan
%20Belajar/Modul%20Online/SMP/view&id=116&uniq=1108

http://budisma.web.id/materi/sma/sejarah-kelas-xi/dampak-pendudukan-jepang-di-
indonesia/

http://amirdapir.blogspot.com/2012/08/masa-pendudukan-jepang-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai