Materi Kel.2 Maternitas
Materi Kel.2 Maternitas
A. Latar Belakang
Dari kasus kehamilan yang dirawat di rumah sakit 3-5 % merupakan kasus preeklampsi
atau eklampsi (Manuba,1998). Dari kasus tersebut 6 % terjadi pada semua kehamilan, 12 %
terjadi pada primigravida (Muthar,1997). Masih tingginya angka kejadian dapat dijadikan
sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu hamil dan tingkat kesehatan masyarakat pada
umumnya.
Dengan besarnya pengaruh atau komplikasi dari preeklampsi terhadap tingginya tingkat
kematian bumil dan janin, sudah selayaknya dilakukan suatu upaya untuk mencegah dan
menangani kasus preeklampsi. Keperawatan bumil dengan preeklampsi merupakan salah satu
usaha nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi sebagai akibat lanjut
dari preeklampsi tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
c. Patofisiologi pre-eklamsia dan eklamsia
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Preeklamsia
1. Pengertian
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang
terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih (Rustam Muctar, 1998).
Pre–eklampsi adalah suatu sindrom klinik dalam kehamilan viable/usia kehamilan > 20 minggu
dan atau berat janin 500 gram yang ditandai dengan hypertensi, protein urine dan oedema.
Pada pre–eklampsi sering terjadi peningkatan tekanan darah disertai protein urine akibat
kehamilan terutama pada komplikasi primigravida terjadi setelah usia 20–40 minggu kecuali jika
terjadi penyakit trofoblastik.
3. Etiologi
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti, tapi pada penderita yang
meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat. Tapi kelainan
yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi
intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi
vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai preeklamsi.
a. Vasospasmus menyebabkan :
1) Hypertensi
3
b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu :
3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
1) Molahidatidosa
2) Diabetes melitus
3) Kehamilan ganda
4) Hidrocepalus
5) Obesitas
4. Klasifikasi
a. Preeklamsi Ringan :
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring terlentang, atau
kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
3) Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ & 2+ pada urine
kateter atau midstream.
b. Preeklamsi Berat
4) Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada efigastrium.
5. Patofisiologi
Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan
bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II.
Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme
menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen
hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen
mencukupi kebutuha sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan
vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan
aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan gangguan
perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru-
paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema serebri
dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat
menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi enditheliosis
menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan
menyebabkan terjadinya pendarahan, sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan
terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya
kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema
paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati,
vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas
miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan
5
penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi
natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga
dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme
arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan
meningkat.
Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga
menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri
atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas
terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi
glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya
menyebabkan oedem diskus optikus dan retina.
6. Komplikasi
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara
lain :
a. Pada Ibu
1) Eklapmsia
2) Solusio plasenta
6) Ablasio retina
b. Pada Janin
2) Prematur
3) Asfiksia neonatorum
6
7. Manifestasi klinis
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
- Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita
hamil adalah 12-14 gr% )
2) Urinalisis
7
4) Tes kimia darah
5) Ultrasonografi
6) Kardiotografi
9. Penatalaksaan
a. Pencegahan
1) Pemeriksaan antenatal yang bermutu dan teliti, mengenali tanda – tanda sedini
mungkin (PER) supaya tidak menjadi berat.
2) Harus selalu waspada kemungkinan terjadinya pre eklampsi kalau ada faktor –faktor
predisposisi.
- Manfaat istirahat dan tidur demi ketenangan yang dapat mencegah PER menjadi
PEB.
- Pentingnya mengatur diit rendah lemak serta karbohidrat tinggi protein, kurangi
garam karena garam dapat mencegah terjadinya oedema dan dapat menurunkan berat
badan.
- Suplementasi kalsium, defisiensi kalsium pada diit ibu hamil meningkatkan resiko
pre – eklampsi, kekurangan kalsium yang terlalu lama akan menyebabkan.
dikeluarkannya kalsium dari jaringan otot pembuluh darah maka akan terjadi
vasokontriksi dan meningkatkan tekanan darah.
b. Penanganan
8
- Hendaknya janin lahir hidup
- Pengobatan hendaknya bersifat simtomatik dan selain rawat inap maka penderita
dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang sering misalnya 2x seminggu.
- Penanganan pada penderita rawat inap atau rawat jalan adalah istirahat di tempat
tidur, diit rendah garam dan berikan obat – obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3x
sehari atau fenilbarbitol tablet 30 mg dengan dosis 3x sehari.
- Diuretika dan obat antihypertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu
bermanfaat bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre eklampsi.
- Dengan cara diatas biasanya pre eklampsi ringan jadi tenang dan hilang. Ibu hamil
dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasanya.
- Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap, monitor keadaan janin. Bila
keadaan mengijinkan barulah dilakukan induksi persalinan pada kehamilan > 37 minggu.
Pada usia kehamilan < 37 minggu, Jika janin menunjukkan maturitas paru maka
penanganannya adalah sebagai berikut :
- Berikan suntikan sulfat magnikus dengan dosis 8 gram ini kemudikan disusul 4
gram im tiap 4 jam (selama tidak ada komplikasi). Jika ada perbaikan jalannya penyakit
pemberian sulfat magnicus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria
pre eklampsi ringan (kecuali ada komplikasi). Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan
keadaan janin dimonitor serta berat badan ditimbang seperti pada pre eklampsi ringan
sambil mengawasi gejala. Jika dengan induksi persalinan atau tindakan lain sesuai
keadaan.
- Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda – tanda kematangan paru janin makan
penatalaksanaan kasus sama dengan kehamilan diatas 37 minggu.
- Penderita rawat inap, istirahat mutlak dan tempatkan di kamar isolasi, berikan diit
rendah garam dan tinggi protein. Berikan suntikan 5 gram / Im. 4 gr bokong kanan dan 4
gr bokong kiri, suntikan dapat diulang tiap 4 jam dengan dosis 4 gram. Syarat
pemebriannya adalah reflek patela positif, diurisis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi
9
16x/mnt dan harus tersedia antidotumnya kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc,
infus dekstrose 5% dan RL.
- Diuretika tidak diberikan kecuali terdapat oedema dan kegagalan jantung kogestif.
- Setelah pemberian sulfat magnicus dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa
amniotomi.
- Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps jadi ibu dilarang
mengejan.
- Jangan berikan methergin post partum kecuali pada perdarahan atonia uteri.
- Pemberian SM kalau tidak ada kontra indikasi kemudian diteruskan dengan dosis 4
gr setiap 4 jam dalam 24 jam post partum.
c. Diet
1) Tujuan Diet :
- Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyakit baru pada
saat kehamilan atau setelah melahirkan.
2) Syarat Diet
- Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan diberikan secara
berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan . Penambahan energi
tidak lebih dari 300 Kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
- Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air.
Penambahan BB diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1 Kg/minggu.
10
- Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan lemak tdk jenuh
ganda.
- Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan
disesuaikan dengan cairan yg keluar melalui urine, muntah, keringat dan pernafasan.
B. Eklampsia
1. Pengertian
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-
gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo,2000: 49).
Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi
kejang (helen varney;2007).
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang dirumuskan
penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma, (kamus istilah
medis : 163,2001).
Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi pada wanita hamil
dan nifas (Ilmu Kebidanan : 295, 2006).
2. Klasifikasi
a. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling sering
terjadi),
11
b. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan
1) Kejadian jarang
3. Etiologi
Etiologi dan patogenesis Preeclampsia dan Eklampsia saat ini masih belum sepenuhnya
dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the
disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan
terjadinya Preeklampsia adalah : factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan
keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan
ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan dua.
4. Patofisiologi
Pada eklampsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang
tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma
dan mengatur retensi air dan natrium.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat
janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun, sehingga
menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam
hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi
garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomerulus dan
tingkat penyerapan kembali oleh tubulus.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada beberapa
arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema
intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan. Setelah persalinan berakhir,
12
retina melekat lagi dalam 2 hari samapai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan
gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan
aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara.
Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas natrikus, sehingga menyebabkan
cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk
dapat berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian,
cadangan alkali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat.
Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada
eklampsia.
5. Manifestasi klinis
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau koma. Kejang
dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
Berlangsung 30–35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong),
kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok
kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit, berlangsung
kira–kira 20–30 detik.
Semua otot berkontraksi dan berulang–ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti
dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar,
menarik nafas, seperti mendengkur.
13
d. Stadium koma
6. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama adalah melahirkan
bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
1) Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah
sehingga terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat
terlepas.
3) Hemolisis
b. Terhadap ibu
1) Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg
persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
2) Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.
3) Kelainan mata
14
5) Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan
enzim-enzimnya.
6) Sindroma HELLP
7) Kelainan ginjal
8) Komplikasi lain
yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia
aspirasi, dan DIC.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah rutin
b. Pemeriksaan diagnostik
1) Ultrasonografi
2) Elektrokardiograf
8. Penatalaksanaan
a. Penanganan Kejang :
15
2) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2 dan
tabung O2).
5) Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi.
b. Penanganan Umum :
1) Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic
diantara 90-100 mmHg.
10) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru
hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic.
12) Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit.
Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang
sama) pasien akan merasa agar panas sewaktu pemberian MgSO4.
16
15) Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >
16) Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium
glukonat 2 gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai
lagi.
17
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia dan eklampsia adalah :
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun.
Terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan
kabur.
d. Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan
pre eklampsia atau eklampsia sebelumnya.
e. Riwayat penyakit
Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan
meningkatkan resiko empat sampai delapan kali.
f. Pola nutrisi
Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan
moril untuk menghadapi resikonya.
h. Pemeriksaan Fisik :
- Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan pernafasan minimal setiap 2 sampai 4 jam
untuk menetapkan nilai dasar dan memantau perubahan kecil sepanjang masa hamil.
18
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM (jika
refleks +).
- Edema dievaluasi pada wajah, ekstremitas dan sacrum setiap 4 jam ; kedalaman
ditentukan dengan melakukan penekanan pada area di atas tulang.
- Berat badan ditentukan setiap hari pada waktu yang sama kecuali tirah baring ketat.
- Refleks tendon dalam dievaluasi setiap 4 jam terhadap hiperaktivitas dari tendon
bisep, trisep atau achiles.
- Pelepasan plasenta dikaji setiap jam dengan memeriksa perdarahan vagina atau
rigiditas uterus.
- Breathing : Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau
tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas
tambahan, sianosis.
i. Pemeriksaan penunjang
- Protein urine ditentukan setiap jam bila dipasang kateter (hasil +3 menandakan
kehilangan 5 mg protein dalam 24 jam).
- Berat jenis urine ditentukan setiap jam bila dipasang kateter (hasil yang didapat
1,040 berhubungan dengan oliguria dan proteinuria).
19
- NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.
j. Analisa Data
2 DS :
Klien mengatakan sempat minum
obat dan jamu peluntur kehamilan
tetapi tidak berhasil.
DO :
TD : 140/90 mmHg Cidera pada janin Fetal distress
kehamilan 39-40 mg,
Hb : 11 gr %
Reduksi urine (-)
Gerakan janin < 10x/jam
3 DS :
Klien mengatakan merasa cemas
menjelang persalinan.
DO :
Klien tampak cemas
Nadi : 92x/menit Ancaman cidera pada bayi kecemasan
RR : 22x/menit
2. Diagnosa Keperawatan
20
3. Rencana keperawatan
2 Resiko tinggi cedera Setelah dilakukan 1. Monitor DJJ sesuai 1. Peningkatan DJJ
pada janin b/d fetal tindakan perawatan indikasi. sebagai indikasi terjadinya
distress tidak terjadi fetal 22. Kaji tentang hipoxia, prematur dan
distress pada janin pertumbuhan janin. solusio plasenta.
dengan 3. Jelaskan adanya tanda- 2. Penurunan fungsi
Kriteria hasil : tanda solutio plasenta ( plasenta mungkin
- tidak terjadi nyeri perut, perdarahan, diakibatkan karena
21
cedera pada klien rahim tegang, aktifitas hipertensi sehingga timbul
janin turun ). IUGR.
4. Kaji respon janin pada 3. Ibu dapat mengetahui
ibu yang diberi SM. tanda dan gejala solutio
5. Kolaborasi dengan plasenta dan tahu akibat
medis dalam pemeriksaan hipoxia bagi janin.
USG dan NST 4. Reaksi terapi dapat
menurunkan pernafasan
janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin.
5. USG dan NST untuk
mengetahui keadaan atau
kesejahteraan janin
22
pengobatan, memberikan
pengertian pada klien
sehingga persepsi yang
keliru dan
membingungkan dapat
dihindari dengan demikian
kecemasan klien dapat
berkurang.
5. Dengan
mengekspresikan perasaan
diharapkan klien merasa
sedikit lega telah
mengungkapkan
masalahnya sehingga akan
mengurangi kecemasan
klien.
6. Dengan terapi sentuhan
diharapkan klien merasa
masih ada yang
memperhatikannya
sehingga klien tidak
merasa sendiri dalam
menghadapi masalahnya.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan dimana awalan
kata pada intervensi ditambah dengan kata kerja misalnya jika pada intervensi keperawatan kaji TTV
maka pada implementasi keperawatan mengkaji TTV.(Judith M.W.2007).
5. Evaluasi
- Evaluasi adalah suatu proses yang berkesinambungan. Untuk menjadi efektif, evaluasi perlu
didasarkan pada criteria yang dapat diukur yang mencerminkan hasil akhir perawatan yang diharapkan.
- Ibu dan janin tidak menderita gejala sisa akibat per eklampsia atau penatalaksanaannya
- Ibu tidak akan mengalami eklampsia atau komplikasi yang berat
- Janin tidak akan mengalami distress
- Bayi baru lahir akan dilahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu efek akibat penyakit maternal dan
penatalaksanaannya.
- Ibu akan melahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu akibat pada kondisi dan
penatalaksanaannyaKeluarga akan mampu berkoping secara efektif terhadap keadaan ibu yang beresiko
tinggi, penatalaksanaan dan hasil akhirnya
- Jika hasil akhir bagi ibu atau bagi janin tidak menguntungkan, keluarga dibantu untuk mengatasi
kehilangan dan kesedihan.
23
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pre eklamsi dan eklamsi hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara.
Biasanya terdapat pada wanita usia subur dengan umur ekstrem, yaitu pada remaja belasan tahun
atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara biasanya dijumpai pada
keadaan-keadaan : kehamilan multifetal dan hidrop fetalis, penyakit vaskuler, termasuk
hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus, penyakit ginjal.
24
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . EGC : Jakarta.
https://sp1r1tgr4zy.wordpress.com/2013/04/04/makalah-eklamsia/
Corwin Elizabeh.J.2009 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim penerbit PSIK
UNPAD, Jakarta: EGC
Price, Silvia A, 2006. Patofisiologi, volume 2, Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta: Media Aesculapius
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka Cipta
Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
YBP
http://binbask.blogspot.com/2013/01/askep-preeklampsia.html
https://copoarya.wordpress.com/keprawatan/asuhan-keperawatan-preeklamsia
25