Pendahuluan
Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular menjadi masalah kesehatan masyarakat
karena dapat menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap
anggaran biaya yang besar dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada sektor ekonomi,
pariwisata serta berpotensi menyebar luas lintas kabupaten/kota, propinsi bahkan internasional
yang membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya.Diare adalah penyakit yang pada
umumnya memiliki prognosis baik, namun jika tidak ditangani dengan baik dan dideteksi secara
dini, kemungkinan terjadinya KLB semakin besar. Dengan melakukan penyelidikan
epidemiologi, kita dapat mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, melaporkan hasil data
cakupan program pelayanan kesehatan.1
Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasaYunani yaitu “diarroi”
yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu
frekuen.1
Terdapat beberapa pendapat tentang definisi penyakit diare. Menurut Hippocrates definisi
diare yaitu sebagai suatu keadaan abnormal dari frekuensi dan kepadatan tinja.Menurut WHO
diare adalah berak cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dan lebih menitik beratkan pada
konsistensi tinja dari pada menghitung frekuensi berak. Di Indonesia penyakit diare masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, dimana insidens diare pada
tahun 2000 yaitu sebesar 301 per 1000. Secara operasional diare balita dapat dibagi 2 klasifikasi,
yaitu yang pertama diare akut adalah diare yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair
bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih
sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari, dan yang kedua yaitu diare bermasalah yang terdiri
dari disentri berat, diare persisten, diare dengan kurang energi protein (KEP) berat dan diare
dengan penyakit penyerta.1
Dari laporan surveillance pada bulan lalu peningkata kasus diare yang signifikan dari
pada periode yang lalu di wilayah kerja Puskesmas Kedondong yang terletak di pedalaman deng
populasi 800 KK dengan jumlah 1050 jiwa.Kejadian ini selalu terulang setiap tahun terutama
terjadi pada musim kemarau.
Faktor risiko yang sangat berpengaruh untuk terjadinya diare pada balita yaitu status
kesehatan lingkungan (penggunaan sarana air bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah,
pembuangan air limbah) dan perilaku hidup sehat dalam keluarga. Sedangkan secara klinis
penyebab diare dapat dikelompokkan dalam enam kelompok besar yaitu infeksi (yang meliputi
infeksi bakteri, virus dan parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan (keracunan bahan-bahan kimia,
keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi baik jasad renik, ikan, buah-buahan, sayur-
sayuran, algae dll), imunisasi, defisiensi dan sebab-sebab lain.1
1. Sporadic : penyakit yang dalam kurun waktu 1 tahun tidak muncul, mendadak
muncul
2. Endemic : penyakit yang muncul sepanjang tahun dengan angka kejadian menetap
3. Epidemic : penyakit yang pada suatu waktu mendadak mengalami peningkatan
angka kejadian yang bermakna (minimal 2 kali dari biasa)
a) KLB : terjadi di wilayah local
b) Wabah : meliputi seluruh negara
4. Pandemic : wabah yang terjadi di seluruh dunia
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa (KLB) mengacu padaKeputusan Dirjen PPM & PLP
No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan
KLB.Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa bila terdapat unsur:1
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).
Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan > 2 kali dibandingkan
angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.
CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50 % atau
lebih dibanding CFR periode sebelumnya.
Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan > 2
kali dibandingkan periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
Beberapa penyakit khusus, seperti kolera dan DHF/DSS: 1) Setiap peningkatan kasus dari
periode sebelumnya (pada daerah endemis); 2) Terdapat satu atau lebih penderita baru
dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari
penyakit yang bersangkutan.
Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita, seperti keracunan makanan dan
keracunan pestisida.
Penyelidikan Epidemiologi
Epidemiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari distribusi kejadian kesakitan dan
kematian, serta faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kejadiannya pada kelompok dan
masyarakat.3Penyelidikan epidemiologi (PE) adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu
kejadian baik sedang berlangsung maupun yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui
pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan
rekomendasi dalam bentuk laporan. Pengertian istilah-istilah dalam penyelidikan epidemiologi
KLB, antara lain:
1. Infektifitas
Adalah kemampuan unsur penyebab masuk dan berkembang biak, dapat dianggap
dengan menghitung jumlah minimal dari unsur penyebab untuk menimbulkan infeksi
terhadap 50% pejamu spesies sama. Dipengaruhi oleh sifat penyebab, cara penularan,
sumber penularan, serta faktor pejamu seperti umur, sex dll.
2. Patogenesitas
Adalahkemampuan yang dimiliki oleh bibit penyakit untuk membuat orang
menjadi sakit, atau untuk membuat sekelompok penduduk yang terinfeksi menjadi
sakit.2Patogenesitas sangat dipengaruhi oleh infektivitas, sehingga penghitungannya
mengunakan formulasi yang sama dengan infektifitas (patogenesitas=infektifitas).
Dengan tingkatan penyakit berdasarkan gejala dibagi menjadi:
A = tanpa gejala
B = penyakit ringan
C = penyakit sedang
D = Penyakit Berat
E = Mati
3. Virulensi
Adalah nilai proporsi penderita dengan gejala klinis yang berat (D+E) terhadap
seluruh penderita dengan gejala klinis yang jelas (B+C+D+E).Virulensi dipengaruhi oleh
dosis, cara masuk/penularan, faktor pejamu.
4. Reservoir
Adalah organisme hidup atau mati (misalnya tanah) dimana penyebab infeksi
biasanya hidup dan berkembang biak.Reservoir dapat berupa manusia, binatang,
tumbuhan serta lingkungan lainnya.Reservoir merupakan pusat penyakit menular, karena
merupakan komponen utama dari lingkaran penularan dan sekaligus sebagai sumber
penularan.
5. Bentuk KLB/Wabah didasarkan pada cara penularan dalam kelompok masyarakat.
Gambar 1. Betuk KLB/Wabah yang didasarkan pada cara penularan dalam kelompok masyarakat
Sumber: http://arali2008.wordpress.com/2012/05/13/pentingnya-penyelidikan-epidemiologi-
klbwabah/
6. Kasus adalah mereka dimana suatu agen infektif telah masuk dan tinggal dalam tubuh
merekadan telah ada gejala infeksi.
7. Karier adalah mereka yang menyimpan agen infektif di dalam tubuhnya. Menurut jenis
dibagi menjadi: tanpa gejala (misalnya polio, hepatitis),karier dalam penyembuhan
(contoh: diphteriae),dan karier kronik (contoh: tifus).
Epidemiologi Diare
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau
lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat
mendadak datangnya serta berlangsung dalam waktu kurang dari dua minggu.4 Bila diare
berlangsung 2-4 minggu disebut diare persisten, namun jika berlangsung lebih dari 4 minggu
disebut sebagai diare kronik.
Dalam bidang epidemiologi, terdapat tiga model yang dikenal, yaitu segitiga
epidemiologi, jaring-jaring sebab akibat, dan roda. Segitiga epidemiologi merupakan teori dasar
yang terkenal sejak disiplin ilmu epidemiologi mulai digunakan di dunia. Segitiga epidemiologi
yang saling terkait satu sama lain, yaitu:
1. Agent-Host-Environment (AHE)
Segitiga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para ahli dalam menjelaskan
konsep berbagai permasalahan kesehatan, termasuk terjadinya penyakit.
Gambar 2. Model Segitiga Epidemiologi
Sumber: Prasetyawati AE. Ilmu kesehatan masyarakat untuk kebidanan holistik (integrasi
commnity oriented ke family oriented). Yogyakarta : Nuha Medika; 2011. h. 253 – 61.
a) Agent
Agens (agent) adalah faktor yang menjadi penyebab suatu
penyakit.Penyebab penyakit dapat mencakup agent biologis, kimia, atau
fisik.Dalam kesehatan masyarakat, penyakit biasanya diklasifikasikan sebagai
penyakit akut atau kronis, atau sebagai penyakit menular (infeksius) atau tidak
menular (non-infeksius). Penyakit menular (infeksius) merupakan penyakit yang
agent biologis atau produknya menjadi penyebab dan yang dapat ditularkan dari
satu individu ke individu lain. Proses penyakit dimulai saat agens siap menetap
dan tumbuh atau bereproduksi dengan tubuh pejamu. Proses penetapan dan
pertumbuhan mikroorganisme atau virus di dalam tubuh pejamu adalah infeksi.
Penyakit tidak menular (non-infeksius) atau kesakitan merupakan penyakit yang
tidak dapat ditularkan dari orang yang terkena pada orang sehat yang
rentan.Penetapan penyebab penyakit tidak menular ini seringkali lebih sulit
karena adanya beberapa atau bahkan banyak faktor yang berkontribusi dalam
perkembangan kondisi kesehatan tidak menular.
Faktor pejamu yang dapat menimbulkan diare akut terdiri atas faktor-
faktor daya tangkis dan lingkungan intern traktus intestinalis, seperti keasaman
lambung, motilitas usus, imunitas, dan juga mencakup lingkungan mikroflora
usus, sekresi mukosa, dan enzim percernaan.4 Kejadian diare akut pada anak laki-
laki hampir sama dengan anak perempuan. Penderita gizi buruk akan mengalami
penurunan produksi antibodi serta terjadinya atropi pada dinding usus yang
menyebabkan berkurangnya sekresi berbagai enzim sehingga memudahkan
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh terutama penyakit diare. Pemberian
makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan, akan memberikan
kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah
cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karena itu,
dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindungi
dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan
parasit.
c) Environment
Lingkungan (environment) adalah situasi atau kondisi di luar agens dan pejamu
yang memudahkan terjadinya sakit pada pejamu. Lingkungan dapat dibedakan
menjadi lingkungan biologis, fisik, kimia, dan sosial.3 Seperti pada kasus 4,
lingkungan terjadinya KLB diare adalah di kecamatan puskemas kedondong.
2. Person-Place-Time (PPT)
Person (individu) adalah karakteristik dari individu yang mempengaruhi
keterpaparan yang mereka dapatkan, berupa faktor genetik, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, kebiasaan, dan status sosial ekonomi. Place (tempat) berkaitan dengan
karakteristik geografis. Time (waktu) dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan, atau tahun.
Informasi waktu dapat menjadi pedoman tentang kapan kejadian timbul dalam
masyarakat.
3. Frekuensi –Distribusi-Determinan (FDD)
Frekuensi menunjuk pada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada
sekelompok masyarakat. Distribusi menunjuk pada pengelompokan masalah kesehatan
berdasarkan suatu keadaan tertentu. Determinan menunjuk pada faktor penyebab dari
suatu penyakit atau masalah kesehatan, baik yang menjelaskan frekuensi, penyebaran,
ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah itu sendiri.
Model jaring-jaring sebab akibat ingin menunjukkan apabila terjadi perubahan
dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat
bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Menurut model ini, suatu
penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri tetapi sebagai akibat dari
serangkaian proses ‘sebab akibat’. Dengan demikian, timbulnya penyakit dapat dicegah
atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik.
Seperti halnya model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan
identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak
begitu menekankan pentingnya agens. Di sini dipentingkan hubungan antara manusia
dengan lingkungan hidupnya.
1. Isolasi Kasus
Diare akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau memproduksi toksin akan
menyebabkan diare sekretorik dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan, disertai
atau tanpa nyeri (kejang perut), dengan feses lembek/cair.5 Umumnya gejala diare
sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan/minum yang terkontaminasi. Diare
sekretorik yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat
dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan yang mengakibatkan renjatan
hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut.
Karena kehilangan cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
menjadi cekung, serta suara menjadi serak. Sedangkan kehilangan karbonas dan asam
karbonas berkurang yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam
(pernafasan Kussmaul). Gangguan kardiovaskular pada tahap hipovolemik yang berat
dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat (>120/menit), tekanan
darah menurun sampai tak terukur. Bakteri yang invasif akan menyebabkan diare yang
disebut diare inflamasi dengan gejala mual, muntah, dan demam yang tinggi, disertai
nyeri perut, tenesmus, diare yang disertai lendir dan darah.
2. Mengobati kasus
Pada kasus diare, ada tiga tahapan penatalaksanaan, yaitu:
a) Rehidrasi oral
Penggunaan terapi rehidrasi oral (TRO) telah semakin luas diterima di seluruh
dunia karena merupakan terapi yang cepat, aman, efektif, dan murah untuk
diare.Larutan rehidrasi yang optimal harus dapat mengganti air, natrium, kalium,
dan bikarbonat, dan larutan tersebut juga harus isotonik atau hipotonik.
Penambahan glukosa ke dalam larutan meningkatkan penyerapan natrium dengan
memanfaatkan kotransportasi natrium yang digabungkan dengan glukosa, yang
maksimal apabila konsentrasi glukosa tidak lebih daripada 110 sampai 140
mmol/L. Kontraindikasi pemakaian TRO adalah syok, volume tinja lebih dari 10
mL/kg/jam, ileus, atau intoleransi monosakarida.5,6
b) Pemulihan diet
Setelah rehidrasi yang adekuat tercapai, masalah berikutnya yang perlu diatasi
adalah pemulihan makanan yang normal sesuai usia. Pilihan makanan awal
mungkin mencakup makanan yang mudah diserap, misalnya nasi dan mi gandum
serta makanan komplementer, seperti pisang (yang banyak mengandung
kalium).5,6
c) Obat antidiare
Terdapat tiga kategori obat diare, yaitu obat intralumen, antimotilitas, dan
antisekretorik.Obat intralumen yang paling luas digunakan adalah suspensi tanah
liat atau silikat yang berfungsi sebagai adsorben (penyerap).Opiat, termasuk
paregorik serta obat sintetik, seperti kodein, difenoksilat, dan loperamid sering
digunakan sebagai obat antimotilitas untuk pengobatan diare ringan pada orang
dewasa sehingga karena efek sampingnya jangan digunakan pada anak-anak.
Okteotrid sangat efektif dalam menghambat diare sekretorik yang berkaitan
dengan tumor penghasil hormon dan dalam mengurangi volume diare akibat
AIDS.5,6
3. Pencegahan Kasus
Ada tingkat pelaksanaan tindakan pencegahan dalam pengendalian penyakit, yaitu:
a) Pencegahan primer, tujuannya untuk mencegah awitan suatu penyakit selama
masa prapatogenesis. Pencegahan primer meliputi health promotion dan spesific
protection. Health promotion merupakan suatu tindakan preventif yang dilakukan
pada saat masih sehat sehingga tidak menjadi sakit, seperti perilaku sehat (cuci
tangan sebelum makan), olahraga, kebersihan lingkungan, dll). Spesific protection
merupakan tindakan preventif yang dilakukan pada saat masih sehat sehingga
tidak sakit dengan menggunakan suatu alat pelindung khusus, seperti melakukan
vaksinasi terhadap penyakit tertentu.
b) Pencegahan sekunder adalah diagnosis dini dan pengobatan segera penyakit
sebelum penyakit itu berkembang dan disabilitas menjadi parah. Salah satu
tindakan pencegahan sekunder yang paling penting adalah skrinning kesehatan.
Tujuan skrinning ini bukan untuk mencegah terjadinya tetapi lebih untuk
mendeteksi keberadaannya selama masa patogenesis awal, sehingga intervensi
(pengobatan) dini dan pembatasan disabilitas dapat dilakukan.
c) Pencegahan tersier bertujuan untuk melatih kembali, mendidik kembali, dan
merehabilitasi pasien yang mengalami disabilitas permanen. Tindakan
pencegahan tersier mencakup tindakan yang diterapkan setelah berlangsungnya
masa patogenesis.
4. Surveilans
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus
menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi risiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan.Tujuan surveilans adalah mengetahui perubahan
epidemiologi kasus, mengidentifikasi populasi risiko tinggi, memprediksi dan mencegah
terjadinya KLB, dan penyelidikan epidemiologi setiap KLB.Surveilans penyakit di
tingkat desa dilaksanakan oleh kelompok kerja surveilans tingkat desa, dengan
melakukan kegiatan pengamatan dan pemantauan situasi penyakit/kesehatan masyarakat
desa dan kemungkinan ancaman terjadinya KLB secara terus menerus.Pemantauan tidak
hanya sebatas penyakit tetapi juga dilakukan terhadap faktor risiko munculnya suatu
penyakit.
Ada dua jenis surveilans, yaitu surveilens sindromik dan surveilens penyakit
menular. Surveilans sindromik merupakan awal dari sistem deteksi dini penyakit
menular. Surveilens sindromik itu penting karena dengan mencatat dan mendata secara
rapi, kemunculan penyakit menular dapat ditemukan sejak awal.Jika deteksi dini dapat
dilakukan, koordinasi dengan ahli pun dapat dilakukan dengan cepat, gangguan akibat
meluasnya wabah antara lain berupa penularan massal serta penularan sekunder dapat
dikendalikan sebelum meluas.Surveilans penyakit menular adalah pengamatan dan
analisis tren kemunculan penyakit menular dengan cara memahami kondisi munculnya
penyakit berdasarkan diagnose, peraturan perundang-undangan terkait pencegahan
penyakit menular dan pengobatan terhadap pasien penyakit menular.Jenis laporan
surveilans penyakit menular dapat berupa: W1 (KLB/Wabah), W2 dan EWARS
(mingguan), STP (bulanan). Strategi surveilans meliputi:
a) Surveilans Rutin
Surveilans rutin merupakan pengamatan epidemiologi kasus diare yang telah
dilakukan secara rutin selama ini berdasarkan sumber data rutin yang telah ada
serta sumber data lain yang mungkin dapat dijangkau pengumpulannnya.
b) SKD dan Respon KLB
Pelaksanaan SKD dan Respon KLB campak dilakukan setelah diketahui atau
adanya laporan 1 kasus pada suatu daerah serta pada daerah yang memiliki
populasi rentan lebih 5%.
c) Penyelidikan dan penanggulangan setiap KLB
Setiap KLB harus diselidiki dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang
meliputi pengobatan simtomatis pada kasus, pengobatan dengan antibiotika bila
terjadi komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi, perbaikan gizi dan
meningkatkan cakupan imunisasi campak/ring vaksinasi (program
cepat,sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.
d) Pemeriksaan laboratorium pada kondisi tertentu
Contoh: pada tahap reduksi campak dengan pencegahan KLB, pemeriksaan
laboratorium dilakukan terhadap 10 – 15 kasus baru pada setiap KLB.Pada tahap
eliminasi/eradikasi, setiap kasus campak dilakukan pemeriksaan laboratorium.
e) Studi epidemiologi
Melakukan survei cepat, penelitian operasional atau operational research (OR)
sebagai tindak lanjut hasil analisis surveilans untuk melengkapi data/informasi
surveilans yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam perbaikan
program (corrective action).
Puskesmas
Fungsi Puskesmas
2. Proses
Proses meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pencatatan, dan pelaporan,
serta pengawasan.8
Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan puskesmas untuk mengatasi
masalah kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Rencana tahunan puskesmas dibedakan atas dua
macam. Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan wajib. Kedua, rencana tahunan upaya
pengembangan.
(1) Perencanaan upaya kesehatan wajib
Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap puskesmas, yakni promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana,
perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta
pengobatan. Langkah – langkah perencanaan yang harus dilakukan puskesmas adalah
sebagai berikut :
a. Menyusun usulan kegiatan usulan
Langkah pertama yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun kegiatan dengan
memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik nasional maupun daerah,
sesuai dengan masalah sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di
puskesmas. Usulan ini disusun dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang berisikan
rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta
perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan.
Rencana ini disusun melalui pertemuan perencanaan tahunan puskesmas yang
dilaksanakan sesuai dengan siklus perencanaan Kabupaten/kota dengan
mengikutsertakan BPP serta dikoordinasikan dengan camat.
b. Mengajukan usulan kegiatan
Langkah kedua yang dilakukan puskesmas adalah mengajukan usulan kegiatan ke
dinas kesehatan kabupaten/kota untuk persetujuan pembiayaannya, perlu diperhatikan
dalam mengajukan usulan kegiatan harus dilengkapi dengan usulan kebutuhan rutin,
sarana dan prasarana dan operasional puskesmas beserta pembiayaannya.
c. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Dinas kesehatan kabupaten/kota
(Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang
dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping).
(2) Perencanaan upaya kesehatan pengembangan
Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan puskesmas yang
telah ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan sendiri. Upaya laboratorium medik,
upaya laboratorium kesehatan masyarakat dan pencatatan pelaporan tidak termasuk
pilihan karena ketiga upaya ini adalah upaya penunjang yang harus dilakukan untuk
kelengkapan upaya – upaya puskesmas. Langkah – langkah perencanaan upaya kesehatan
pengembangan yang dilakukan oleh puskesmas mencakup hal – hal berikut :
a. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi upaya kesehatan
pengembangan yang akan diselenggarakan oleh puskesmas. Identifikasi ini dilakukan
berdasarkan ada tidaknya masalah kesehatan yang terkait dengan setiap upaya
kesehatan pengembangan tersebut. Apabila puskesmas memiliki kemampuan,
identifikasi masalah dilakukan bersama masyarakat melalui pengumpulan data secara
langsung dilapangan (Survei Mawas Diri).
Pengertian Survei Mawas Diri adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengenali
keadaan dan masalah yang dihadapi, serta potensi yang dimiliki untuk mengatasi
masalah tersebut.
Tahap pelaksanaan Survei Mawas Diri :
- Pengumpulan data dapat berupa data primer yakni yang dikumpulkan langsung
dari sumber data atau data sekunder yakni yang berasal dari catatan yang ada
- Pengolahan data
- Penyajian data berupa data masalah dan potensi
Tetapi apabila kemampuan pengumpulan data bersama masyarakat tersebut tidak
dimiliki oleh puskesmas, identifikasi dilakukan melalui kesepakatan kelompok
(Delbecq Technique) oleh petugas puskesmas dengan mengikutsertakan Badan
Penyantun Puskesmas.
Pengertian Delbecq Technique adalah perumusan masalah dan identifikasi potensi
melalui kesepakatan sekelompok orang yang memahami masalah tersebut.
Tahapan pelaksanaannya :
- Pembentukan Tim
- Menyusun daftar masalah
- Menetapkan kriteria penilaian masalah
- Menetapkan urutan prioritas masalah berdasarkan kriteria penilaian dilengkapi
dengan uraian tentang potensi yang dimiliki
Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, jumlah upaya kesehatan pengembangan
yang dipilih dapat lebih dari satu. Disamping itu, identifikasi upaya kesehatan
pengembangan dapat pula memilih yang bersifat inovatif yang tidak tercantum dalam
daftar upaya kesehatan puskesmas yang telah ada, melainkan dikembangkan sendiri
sesuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat serta kemampuan puskesmas.
b. Menyusun usulan kegiatan
Langkah kedua yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun usulan kegiatan
yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu,
lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan.
Rencana yang telah disusun tersebut diajukan dalam bentuk matriks (Gantt Chart).
Penyusunan rencana pada tahap awal pengembangan program dilakukan melalui
pertemuan yang dilaksanakan secara khusus bersama dengan BPP dan Dinas
kesehatan kabupaten/kota dalam bentuk musyawarah masyarakat.
Pengertian musyawarah masyarakat adalah pertemuan yang dihadiri oleh para
pemimpin, baik formal maupun informal dan anggota masyarakat untuk merumuskan
prioritas masalah kesehatan dan upaya penanggulangannya.
Tahap pelaksanaannya:
- Pemaparan daftar masalah kesehatan dan potensi yang dimiliki
- Membahas dan melengkapi urutan prioritas masalah
- Mambahas dan melengkapi potensi penyelesaian masalah yang dimiliki
- Merumuskan cara penanggulangan masalah sesuai dengan potensi
- Menetapkan rencana kegiatan penanggulangan masalah (dalam bentuk Gantt
Chart)
Penyusunan rencana pada tahap pelaksanaan tahun berikutnya dilakukan secara
terintegrasi dengan penyusunan rencana upaya kesehatan wajib.
c. Mengajukan usulan kegiatan
Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas adalah mengajukan usulan kegiatan
ke Dinas kesehatan kabupaten/kota untuk pembiayaannya. Usulan kegiatan tersebut
dapat pula diajukan ke Badan Penyantun Puskesmas atau pihak – pihak lain. Apabila
diajukan ke pihak – pihak lain, usulan kegiatan harus diperlengkapi dengan uraian
tentang latar belakang, tujuan serta urgensi perlu dilaksanakannya upaya
pengembangan tersebut.
d. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
Penyelenggaraan
Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah
menyelenggarakan rencana kegiatan puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan
para pelaksana yang telah ditetapkan pada pengorganisasian, ditugaskan
menyelenggarakan kegiatan puskesmas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Pemantauan
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan
secara berkala. Kegiatan pemantauan mencangkup hal – hal sebagai berikut :
Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai yang dibedakan
atas 2 hal :
Telaahan internal yakni telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil
yang dicapai oleh puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan. Data
yang dipergunakan diambil dari Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
yang berlaku.
Pengertian simpus adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu
proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen puskesmas dalam
mencapai sasaran kegiatannya.
Sumber informasi
SP2TP terdiri dari :
1. Catatan : kartu individu, rekam kesehatan keluarga dan buku register
2. Laporan : bulanan, tahunan dan KLB
3. Survey lapangan
Laporan lintas sektor
Laporan sarana kesehatan swasta
Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran. Kegiatan yang dilakukan
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang
dicapai,dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan. Sumber data
yangdipergunakan pada penilaian dibedakan atas dua. Pertama, sumber data primer
yakniyang berasal dari SIMPUS dan berbagai sumber data lain yang terkait,
yangdikumpulkan secara khusus pada akhir tahun. Kedua, sumber data sekunder yakni
datadari hasil pemantauan bulanan dan triwulanan.
b.Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaianserta
masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya.
3. Keluaran
Keluaran adalah hasil akhir dari kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional
terhadap pasien atau terhadap suatu program yang dilaksanakan.
4. Sasaran
Sasaran merupakan golongan yang menjadi tumpuan terhadap pelaksanaan suatu
program yang direncanakan. Sasaran dapat berupa perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
5. Dampak
Hasil dari pelaksanaan yang dijadikan indikator apakah kebutuhan dan tuntutan
kelompok sasaran terpenuhi atau tidak.Dampak merupakan indikator yang sulit untuk dinilai.
6. Umpan balik
Umpan balik merupakan merupakan hasil dari keluran yang menjadi masukan dari suatu
sistem.
7. Lingkungan
Lingkungan fisik (faktor kesulitan geografis, iklim, transport, dan lain-lain) dan non fisik
(sosial budaya, tingkat pendapatan ekonomi masyarakat, pendidikan masyarakat, dan lain-lain)
Program Pokok Puskesmas
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di laksanakan
karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Ada 6 Program Pokok pelayanan kesehatan di Puskesmas yaitu :
5. Manager Mampu dan bisa memiliki skill manajerial yang baik untuk menjalankan
fungsi-fungsi diatas
Untuk melaksanakan semua fungsi, maka penting untuk “five stars doctor” untuk
memperoleh keterampilan manajerial. Ini akan memungkinkan mereka untuk memulai
pertukaran informasi dalam rangka membuat keputusan yang lebih baik, dan untuk
bekerja dalam tim multidisiplin yang erat hubungannya dengan mitra lain untuk
kesehatan dan pembangunan sosial, apakah ditakdirkan untuk individu atau untuk
masyarakat.10
Kesimpulan
Demikianlah telah kita ketahui bersama tentang managemen system administrasi
kesehatan melalui program-program puskesmas yang telah direncanakan dan ditetapkan. Dalam
tiap program yang ada di puskesmas, baik itu program wajib maupun program pengembangan,
diperlukan suatu sistem yang mengatur mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerak
pelaksanaan hingga tahapan penilaian. Bahkan hingga sampai pada pencatatan dan pelaporan
dari tiap program yang telah direncanakan.Dari tiap program yang telah dilakukan, perlu kita
evaluasi kembali untuk mengetahui apakah pelaksanaan dari program sudah sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.
Daftar Pustaka