Anda di halaman 1dari 18

Luka Bakar Derajat Dua Dalam

Abstrak
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar
merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan
untuk penanganannya pun tinggi. Luka bakar dapat dikelompokan menjadi luka bakar termal,
radiasi atau kimia. Dan luka bakar itu sendiri diklasifikasikan berdasarkan kedalaman dan luas
daerah yang terbakar. Prinsip penatalaksanaan utama bagi luka bakar yaitu penutupan lesi
sesegera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada
kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut. Luka
bakar ringan dapat ditangani secara konservatif. Sedangkan luka bakar berat memerlukan
tindakan bedah yakni escharotomi.
Kata kunci : kulit, luka bakar, penatalaksanaan

Abstract
Burns are a form of damage or loss of tissue caused by contact with heat sources such as fire,
hot water, chemicals, electricity and radiation. Burns are a type of trauma with high morbidity
and mortality. The cost that is required for handling the burn patient is also high. Burns can be
grouped into thermal, radiation or chemical burns. And the burn itself is classified by the depth
and breadth of the burning area. The main principles for burns are closure of the lesion as soon
as possible, infection prevention, pain reduction, prevention of mechanical trauma to the vital
skin and elements inside, and restriction of scar tissue formation. Mild burns can be handled
conservatively. While severe burns require surgery called escharotomi.
Keywords: skin, burns, management

Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan adalah auto atau allo anamnesis. Dokter akan menanyakan
beberapa pertanyaan secara langsung kepada pasien atau keluarga pasien untuk mengetahui
dengan lebih jelas penyakit yang diderita oleh pasien tersebut. Anamnesis yang dilakukan pada
pasien luka bakar adalah anamnesis singkat dikarenakan luka bakar merupakan bagian dari
kegawat daruratan biasanya anamnesis yang sering ditanyakan adalah, berat badan pasien, umur,

1
sudah berapa lama setelah terpapar ledakan, terkena ledakan apa, seberapa besar ledakan,
penanganan apa yang sudah dilakukan dan lain lain seperti keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu riwayat penyakit keluarga, riwayat pekerjaan, sosial,
ekonomi. Perlu juga di tanyakan masalah-masalah medis yang menyertai seperti alergi,
khususnya sulfat karena banyak antimikroba topikal mengandung sulfat dan penting menanyakan
adanya konsumsi obat-obatan tertentu.1,2

Pemeriksaan fisik
Primary survey
 A (Airway) – Jalan nafas
Edema mukosa dapat terjadi pada pasien luka bakar atau trauma inhalasi, obstruksi pada
saluran napas atas (pharynx/larynx) dapat berkembang dengan cepat terutama pada anak.
Trauma inhalasi harus dicurigai pada siapa pun dengan luka bakar dan diasumsikan
sampai terbukti sebaliknya, pada siapa pun yang terbakar dalam ruang tertutup. Inspeksi
dari mulut dan pharynx harus dilakukan lebih awal, dan intubasi endotracheal dilakukan
jika perlu. Suara serak dan bunyi wheezing pada ekspirasi adalah tanda-tanda edema
saluran napas yang serius atau trauma inhalasi. Produksi lendir berlebihan dan dahak
karbon yaitu dahak bercampur flek hitam juga tanda-tanda positif trauma inhalasi.
Tingkat karboksihemoglobin harus didapatkan dan peningkatan tingkat gejala atau
keracunan karbon monoksida (CO) adalah berdasarkan kemungkinan trauma inhalasi.
Penurunan rasio dari tekanan oksigen arteri (PaO2) dan persentase oksigen terinspirasi
(FiO2), adalah salah satu indikator yang paling awal pasien telah menghirup asap. Bila
pasien positif trauma inhalasi sebaiknya pasien dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai
fasilitas pusat luka bakar (burn centre) dengan dilakukan intubasi terlebih dahulu untuk
memastikan jalan nafas tetap terbuka.1

 B (Breathing) – Kemampuan bernafas


Jika jalan napas baik dan pasien dapat bernapas, pemberian oksigen dengan sungkup atau
nasal kanul mungkin dapat mencukupi. Tetapi jika pasien tidak dapat bernapas akibat
obstruksi jalan napas atas atau akibat penurunan kesadaran, dapat diberikan intubasi
endotrakeal. Trakeostomi emergensi harus dihindari kecuali jika hal itu benar-benar

2
dibutuhkan. Jika curiga terdapat trauma pada vertebra servikalis, manipulasi jalan napas
harus dilakukan dengan tetap meimobilisasi leher dan kepala pada axis tubuh sampai
vertebra servikal terevaluasi sepenuhnya.1

 C (Circulation)
Sirkulasi perifer yang adekuat harus ditemukan dengan cepat setelah terjadinya luka
bakar dengan meraba pulsasi di perifer.Semua pakaian pasien harus dilepaskan. Cincin,
jam dan perhiasan harus dilepaskan pada anggota tubuh yang mengalami cedera,
konstriksi pada bagian yang bengkak akibat jeratan perhiasan dapat mengakibatkan
iskemia di bagian distal. Pada luka bakar, permeabilitas pembuluh darah meningkat,
sehingga terjadi perpindahan cairan dari pembuluh darah ke jaringan intersitial, akibatnya
dapat menimbulkan syok hipovolemik. Semakin luas area luka bakar, semakin berat syok
hipovolemik yang terjadi.Resusitasi cairan harus diberikan secepatnya.1

 D (Disability/Drugs) : apakah ada gangguan ekstremitas atau gerakan lain, dan apakah
ada penggunaan obat-obatan.1

 E (Exposure) : bagaimana tampak keseluruhan dari unjung rambut sampai ujung kaki.1

Secondary survey
Kepala : apakah ada deformitas
Wajah : adakah luka bakar di wajah bagian depan dan kiri dan kanan
Rambut : adakah terbakar
Mata : apakah ada bagian mata yang mengalami gangguan atau cacat
THT : apakah ada gejala dan ada kelainan pendengaran atau mengeluarkan darah
Paru : simetris, fremitus, vesikuler , rhonki, wheezing
Jantung : BJ I-II, murmur, gallop
Abdomen : apakah distended, lemas, bagaimana bunyi usus
Ekstremitas : akral hangat atau dingin , apakah ada edema.

Status Lokalis

3
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu tinggi,
adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju
yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang
terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar
juga mudah meleleh oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman
luka bakar.2 Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar
derajat I, II, atau III:2,3

 Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan untuk
dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan
dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai eritema dan timbul
dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah
sunburn.

Gambar 1. Luka bakar derajat I

 Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih terdapat epitel
vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Terdapat bullae, nyeri karena
ujung-ujung saraf sensorik teriritasi, dibedakan atas 2 (dua) bagian:
a) Derajat II dangkal/superficial (IIA)

4
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis.Organ
– organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak.Semua ini
merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontandalam waktu
10-14 hari tanpa terbentuk sikatrik.

Gambar 2. Luka bakar derajat II A

b) Derajat II dalam/deep (IIB)


Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan epitel
tinggal sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai
parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

Gambar 3. Luka bakar derajat IIB

Dengan adanya jaringan yang masih sehat, luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu.
Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh
darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri.Apabila luka bakar derajat

5
II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan penurunan aliran darah di
jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III.

 Derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai
jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan,tidak ada lagi sisa
elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih
pucat sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan
dermis yang dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena
ujung-ujung sensorik rusak.Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi
spontan.

Gambar 4. Luka bakar derajat III

Gambar 5. Penampang kedalaman luka bakar


Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian – bagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal dengan
nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.1,2

6
Kepala dan leher - 9%
Lengan - 18 %
Badan Depan - 18 %
Badan Belakang - 18 %
Tungkai - 36 %
Genitalia/perineum - 1%
Total - 100 %

Gambar 6. Rules of nine

Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah
1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak –anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut
Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.1,2,3

Gambar 7. Rules of nine sesuai umur


Kriteria Berat-ringannya
Kriteria berat-ringannya suatu luka bakar menurut American Burn Association adalah:2
a) Luka bakar ringan.
- Luka bakar derajat II <15 %

7
- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak
- Luka bakar derajat III < 2 %
b) Luka bakar sedang
- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar II 10 – 20% pada anak – anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
c) Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

Fase Luka Bakar


Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan penyakitnya
dibedakan dalam 3 fase: akut, subakut dan fase lanjut. Namun demikian pembagian fase menjadi
tiga tersebut tidaklah berarti terdapat garis pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan
demikian kerangka berpikir dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan tetap
harus terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis pada fase
selanjutnya 3
 Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi
dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderita pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik
 Fase sub akut

8
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
‐ Proses inflamasi dan infeksi
‐ Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka yang tidak berepitel
luas atau pada struktur atau organ fungsional
‐ Keadaan hipermetabolism
 Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan
fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyakit berupa sikatrik yang
hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur

Pada skenario diketahui bahwa kesadaran pasien somnolen, tampak sakit berat, dengan
nadi 96 kali/menit, Nafas 30 kali/menit, Tekanan darah 100/60, Suhu 37,7 celcius, pada
pemeriksaan fisik juga di temukan 2 buah bullae di dada berukuran 3x4 dan 4x5, di lengan kiri
dasar luka berwarna merah, pucat, kering, jaringan lemak tampak, terasa nyeri. di lengan kanan
tampak ada eksudat, oedem dan nyeri, dasar luka berwarna merah. Jadi dapat disimpulkan pasien
mengalami luka bakar derajat 2 dalam.

Pemeriksaan Penunjang
Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat juga dilakukan pemeriksaan
penunjang, beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:4
 Pemeriksaan darah lengkap dilakukan dengan cara memeriksa Hb, dan Ht tiap 8 jam pada
2 hari pertama dan tiap 2 hari pada 10 hari berikutnya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui apakah pasien mengalami hemokonsentrasi atau tidak pada darahnya akibat
hilangnya cairan pada tubuh, hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai Hb 12-16 g/dl
dan Ht 35-45%.
 Pemeriksaan elektrolit juga dapat dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi luka bakar
dapat menyebabkan penurununan atau peningkatan dari kadar elektrolit (kalium
meningkat, natrium menurun)

9
 Selain itu konsetrasi gas darah dan karboksi hemoglobin juga perlu segera diukur oleh
karena pemberian oksigen dapat menutupi keracunan CO yang dialami penderita, adapun
data yang dapat diperoleh dari analisis gas darah PaCO2 >50 mmHg, PaO2 <50mmHg,
serta saturasi oksigen <90%.
 Pemeriksaan rontgen dada dilakukan bila kita curiga pasien mengalami trauma inhalasi
atau tidak, biasanya dapat kita temukan tekanan yang terlalu kuat pada dada, usaha
kanulasi pada vena sentralis, dan fraktur iga, kondisi ini berpotensi untuk menimbulkan
pneumothoraks dan hemotoraks.
 EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.

Diagnosis kerja
Diagnosis dari luka bakar dapat diambil dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Selain itu diagnosis pembagian derajat juga diperlukan agar penanganannya tepat dan
cepat. Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas sumber,
penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita.

Etiologi
Beberapa penyebab luka bakar menurut Syamsuhidayat adalah sebagai berikut:1
1. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan api ketubuh
(flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek
panas lainnya. Beberapa hal yang dapat menyebabkan thermal burn antara lain benda
panas (padat, cair, uap), api dan sengatan matahari/ sinar panas
2. Luka bakar bahan kimia (chemical burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau basa kuat yang biasa
digunakan dalam industri, militer, laboratorium, dan bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga.
3. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan. Aliran
listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah, dalam
hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima,

10
sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh
dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun ground.
4. Luka bakar radiasi (radiation injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injury ini
sering disebabkan oleh penggunaan bahan radioaktif untuk keperluan terapeutik dalam
dunia kedokteran dan dalam bidang industri. Terpapar sinar matahari yang terlalu lama
juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.

Epidemiologi
Sekitar dua juta orang menderita luka bakar di Amerika Serikat, tiap tahun, di mana
100.000 penderita dirawat di rumah sakit dan 20.000 penderita yang perlu dirawat dalam pusat
perawatan luka bakar. Dewasa ini, penderita luka bakar lebih dari 50% daerah permukaan tubuh
memiliki cukup kemungkinan untuk bertahan hidup bila dirawat dengan tepat. Insiden puncak
luka bakar pada dewasa muda yaitu pada umur 20-29 tahun, diikuti oleh anak umur 9 tahun ke
bawah. Luka bakar jarang terjadi pada umur 80 tahun ke atas. Dengan sekitar 80% luka bakar
terjadi di rumah.5

Gejala Klinis
Gejala klinis yang utama pada luka bakar yaitu lepuh yang merupakan tanda khas luka
bakar superfisial. Cairan dihasilkan dari jaringan cedera yang lebih dalam sehingga permukaan
superfisial yang terbakar (mati) akan terangkat. Lepuh atau bullae pada luka bakar sering pecah
dan meninggalkan suatu permukaan merah kasar yang mengeluarkan cairan serous dan dapat
berdarah. Luka bakar yang superfisial terasa nyeri karena ujung saraf terpapar dan mengalami
inflamasi.1
Luka bakar yang dalam, gejala klinisnya yaitu, kulit mungkin terlihat normal. Akan
tetapi, tampak mengkilap sehingga pembuluh-pembuluh darahnya mudah dilihat, tetapi darah
dalam pembuluh darah tersebut tidak dapat keluar karena sudah mengalami koagulasi sehingga
saat ditusuk tidak akan mengeluarkan darah. Selain itu, kulit amat kaku ketika disentuh, serta
tidak dapat merasakan nyeri, karena sebagian besar ujung saraf sudah mati. Pada kondisi yang
lebih berat, dapat terjadi pengarangan dan karbonisasi (hitam).1,3

11
Gejala-gejala klinis lain selain diatas, yaitu adanya tanda-tanda distress pernapasan
seperti suara serak, ngiler, tanda-tanda cedera inhalasi seperti pernapasan cepat dan sulit, suara
napas ronki basah, stridor, serta batuk pendek.1

Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan terjadi peningkatan permeabilitas. Sel darah yang ada
di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.Meningkatnya permeabilitas menyebabkan
edema dan menimbulkan bula yang berisi banyak elektrolit.Hal ini menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar
derajat 2, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat 2.6
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya. Akan tetapi, bila luas lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan
gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, dan produksi urine berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi
setelah 8 jam.6
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Edema laring yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan gejala sesak, takipnea, stridor,
suara serak, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.6
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tidak dapat lagi mengikat oksigen. Tanda
keracunan ringan adalah bingung, lemas, pusing, mual, dan muntah.Pada keracunan yang berat
bisa terjadi koma.Bila lebih dari 60% hemoglobin berikatan dengan CO, dapat terjadi kematian.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.6
Kontaminasi pada kulit mati akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena
daerahnya tidak tercapai oleh kapiler yang mengalami trombosis.Padahal, kapiler ini membawa
sistem pertahanan tubuh.Kuman penyebab infeksi luka bakar, selain berasal dari kulit penderita

12
sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran nafas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan
rumah sakit. Infeksi nosokomial sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten
terhadap antibiotik.3
Luka bakar terbentuk dari beberapa daerah, dimulai dengan daerah koagulasi jaringan pada titik
kerusakan maksimal.Mengelilingi daerah koagulasi terdapat daerah stasis yang ditandai dengan
aliran darah yang cepat dan terdiri dari sel-sel yang masih dapat diselamatkan.Di sekeliling
daerah stasis terdapat daerah hyperemia, tempat sel sedikit rusak dan dapat sembuh
sempurna.Dengan pengeringan atau infeksi, sel pada daerah stasis dapat hilang dan luka dengan
kedalaman tidak penuh diubah menjadi kedalaman penuh. Salah satu tujuan perawatan luka
bakar adalah menghindari hilangnya kedua daerah luar ini.4

Penatalaksanaan
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan
infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di
dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut.4
Saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan korban dari sumber
trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Pada trauma bahan kimia, siram
kulit dengan air mengalir. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi
berlangsung terus walau api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas. Proses tersebut
dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin
ini pada jam pertama. Oleh karena itu, merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit
pertama sangat bermanfaat. Tindakan ini tidak dianjurkan pada luka bakar lebih dari 10%,
karena akan terjadi hipotermia yang menyebabkan cardiac arrest. Tindakan selanjutnya antara
lain:3
1. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi, seperti
memberikan oksigen, memasang iv line untuk resusitasi cairan, pemasangan kateter untuk
memantau diuresis, pengukuran CVP untuk pemantauan sirkulasi darah pada luka bakar
ekstensif (lebih dari 40%) dan sebagainya. Untuk mengetahui jumlah cairanyang
diperlukan kitadapat menggunakan ruus (4cc x luas luka bakar x KgBB) pemberian
dilakukan tiap jam.

13
2. Memeriksa cedera di seluruh tubuh untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas, dan
derajat luka bakar. Dengan demikian, jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk
resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat 2 atau 3
dengan luas lebih dari 25%, atau pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila
masukan oral dapat menggantikan parenteral.
3. Berikan analgetik efektif seperti morfin atau petidin secara intravena. Hati-hati dengan
pemberian intramuskuler karena dengan sirkulasi yang terganggu akan terjadi
penimbunan dalam otot.
4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan
debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang
mengandung larutan antiseptik.
5. Berikan antibiotik topikal pasca pencucian luka untuk mencegah dan mengatasi infeksi.
Bentuk krim lebih bermanfaat daripada bentuk salep. Yang dapat digunakan adalah silver
nitrate 0,5%, mafenide acetate 10%, silver sulfadiazine 1%, atau gentamisin sulfat
6. Balut luka dengan kasa gulung kering dan steril
7. Berikan ATS 3000 unit pada dewasa dan separuhnya pada anak-anak.3

Indikasi rawat inap


1. Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar lebih dari 10% pada anak atau
lebih dari 15% pada orang dewasa
2. Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat
3. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata,
tangan, kaki, perineum.3

Tindakan bedah
Eskaratomi dilakukan pada luka bakar derajat 3 yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh.
Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar.Tanda
dini penjepitan berupa nyeri, kemudian menjadi kebal pada ujung-ujung distal.Tindakan yang
dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjahitan bebas.
Debridement diusahakan sedini mungkin.4

14
Komplikasi
Bila penanganan luka bakar tidak dilakukan dengan segera atau terlambat, maka pasien
akan mengalami berbagaimacam komplikasi antara lain :3
 Sepsis
Keadaan infeksi yang terjadi akibat bakteri yang menyebar melalui darah keadaan
ini terjadi karena luka bakar yang dialami pasien tidak dilakukan penanganan
sehingga terjadi akumulasi bakteri pada luka tersebut, masalah ini merupakan
komplikasi tersering yang muncul pada kasus combustion terutama kasus
pneumonia.
 Terbentuk bekuan darah
Keadaan ini dapat terjadi oleh karena darah mengalami proses hemokonsentrasi
akibat kehilangan cairan sehingga cairan darah akan menjadi kental dan hal ini
akan menimbulkan aliran darah yang melambat. Kondisi seperti ini dapat
menimbulkan terjadinya cerebrovascular accident, infark miokardium, atau
emboli paru.
 Sindroma distress dan kongesti paru
Keadaan ini terjadi akibat adanya kerusakan pada paru akibat inhalasi asap atau
pembentukan embolus akibat hemokonsentrasi sehingga hal ini dapat memicu
terjadinya kongesti paru akibat gagal jantung kiri atau infark miokardium, serta
sindrom distress pernafasan pada orang dewasa.
 Disritmia jantung
Kondisi ini terjadi akibat terjadinya gangguan kadar elektrolit tubuh.
 Gagal ginjal
Terjadi akibat pasien mengalami syok hipovolemik sehingga perfusi aliran darah
pada ginjal menjadi terganggu dan hal ini dapat menimbulkan terjadinya
kerusakan pada ginjal yang irreversible dalam kurun waktu 1-2 minggu pertama
setelah luka bakar.
 Ulkus curling
Penurunan aliran darah ke saluran cerna sehingga menyebabkan sel-sel penghasil
mucus akan mengalami hipoksia dan hal ini akan memicu terbentuknya ulkus

15
peptikum yaitu ulkus akibat stress (ulkus Curling). Kondisi ini dapat dicegah
dengan antasid, bloker H2 atau inhibitor pompa proton profilaksis.

Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang
terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan
medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka
bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka
bakar mayor membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan parut.
Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan
diperlukan untuk membuang jaringan parut.7

Kesimpulan
Luka bakar merupakan salah satu kasus yang banyak dirujuk ke rumah sakit. Hal ini tidak
terlepas dari kurangnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan alat-alat sehari-hari. Dalam
penanganannya harus dilakukan secara sistematis antara airway, breathing dan manajemen
sirkulasi darah. Penanganan luka bakar harus dilakukan secara berkesinambungan dan
memperhatikan banyak faktor mengingat luka bakar sendiri untuk derajat yang lebih berat akan
meninggalkan bekas luka yang tidak baik pada pasien. Perawatan luka bakar didasarkan pada
luas luka, kedalaman luka, faktor penyebab dan lain-lain. Evaluasi yang baik, manajemen jalan
nafas, resusitasi dan ketahanan organ sangat penting bagi pasien untuk dapat bertahan hidup pada
hari-hari selanjutnya.

Daftar Pustaka
1. R Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Bab 3:luka, luka Bakar. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi 2. Jakarta: EGC; 2007.h.66-88
2. Kartini A, Wijaya C, Komala S, Ronardy D. Luka bakar. Dalam: Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu
Bedah. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2010. h. 97-106.
3. Djamaeludin H. Luka bakar. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa
Aksara; 2009. h. 435-40.
4. Sabiston DC. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC; 2005.h.151-63.

16
5. Gibran NS. Burns. In: Mulholland MW, Lillemoe KD, Doherty GM, Gerard M, Ronald V,
Upchurch GR. Editors. Greenfield’s surgery: scientific principles and practice. 4th Ed.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2006.p.478-98
6. Grace PA, Borley NR. Luka bakar. Dalam:At A Glance Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta:Erlangga;
2010.h.87-8.
7. Moenadjat Y. Petunjuk praktis penatalaksanaan luka bakar. Jakarta: Komite Medik Asosiasi
Luka Bakar Indonesia; 2005.h.4-20; 30-41.

Lampiran.

17
Sasaran Pembelajaran :
1. Mampu memahami dan menjelaskan derajat luka bakar
2. Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi luka bakar
3. Mampu memahami dan menjelaskan komplikasi luka bakar
4. Mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan luka bakar

Mind-map :

18

Anda mungkin juga menyukai