Anda di halaman 1dari 28

ABSTRAK

Motor induksi yang kontruksi rotornya tersusun dari beberapa batangan logam yang
dimasukkan melewati slot slot yang ada pada rotor motor yang kemudian pada setiap
bagiannya disatukan oleh cincin disebut dengan motor 3 fasa rotor sangkar. Sedangkan untuk
motor 3 fasa rotor belitan adalah tipe motor induksi yang lilitan rotor dan statornya terbuat
dari bahan sama. Akibat dari penyatuan bagian pada motor 3 fasa rotor sangkar, terjadi
hubungan singkat antara batangan logam dengan batangan logam yang lainnya. Bagian
bagian motor 3 fase yaitu stator dan rotor. Stator adalah bagian pada motor listrik yang
berfungsi sebagai stasioner dari sistem rotor. Penempatan stator mengelilingi rotor, stator
biasanya berupa gulungan kawat tembaga yang berinteraksi dengan jangkar dan membentuk
medan magnet untuk mengatur perputaran rotor. Stator dihunungkan langsung ke sumber
tegangan 3 fase. Rotor adalah bagian dari motor listrik yang berputar pada sumbu rotor.
Perputaran rotor ini disebabkan karena adanya medan magnet dan lilitan kawat pada rotor.
Sedangkan torsi dari perputaran rotor ditentukan oleh banyaknya lilitan kawat dan juga
diameter. Pada motor 3 fasa rotor belit menggunakan motor induksi rotor belit yang
mempunyai belitan kumparan 3 fasa sama seperti kumparan statornya, serta kumparan stator
dan rotornya mempunyai jumlah kutub yang sama. Belitan 3 fasa pada motor jenis ini
biasanya terhubung Y dan ujung 3 kawat belitan rotor tersebut dihubungkan pada sliping
yang terdapat pada poros rotor. Belitan belitan rotor ini kemudian dihubung singkatkan
melalui sikat (brush) yang menempel pada slipring dengan sebuah perpanjangan kawat untuk
tahanan luar. Slipring dan sikat merupakan penghubung belitan rotor ke tahanan luar (fungsi
tahanan luar yaitu membatasi arus awal yang besar). Tahanan luar ini kemudian perlahan
dikurangi hingga nol sebagaimana kecepatan motor yang bertambah telah mencapai
kecepatan penuh. Setelah mencapai kecepatan penuhnya, 3 buah sikat akan terhubung
singkat maka rotor belitan ini akan bekerja mirip seperti rotor sangkar . motor induksi jenis
ini mempunyai arus awal yang rendah dan torsi awal yang tinggi. Setelah dilakukan
percobaan maka didapatkan data yaitu pada hambatan 40 ohm didapatkan nilai RPM sebesar
1409,7 dengan daya 46,4 watt . Pada hambatan 30 ohm didapatkan nilai RPM sebesar 1889,5
dengan daya 46,4 watt . Pada hambatan 25 ohm didapatkan nilai RPM sebesar 1081,9 dengan
daya 46,2. Pada hambatan 20 ohm didapatkan nialai RPM sebesar 2041,1 dengan daya 46,4
watt. Pada hambatan 10 ohm didapatkan nilai RPM sebesar 2204,7 dengan daya 47,4 watt .
Pada hambatan 0 didapatkan nilai RPM sebesar 22721 dengan daya 47,4.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Motor listrik
dapat ditemukan pada peralatan pompa, crane dan peralatan lainya. Penggunaan motor sebagai
salah satu peralatan listirk saat ini sudah menjadi kebutuhan yang bisa dikatakan primer. Salah
satunya adalah motor asinkron 3 fasa. Motor asinkron 3 fasa sangat umum digunakan dalam
bidang industri, termasuk industri maritime. Baik itu adalah motor asinkron 3 fase rotor sangkar
maupun rotor belit. Oleh karena itu pengenalan mengenai bagian-bagian beserta fungsinya, serta
aplikasi penggunaannya menjadi sangat berguna untuk dipelajari
Untuk menunjang mata kuliah listrik perkapalan diadakan praktikum yaitu praktikum motor
asinkron 3 fase rotor belit. Untuk mengetahui perbedaan pada penggunaan motor asinkron 3 fase
rotor sangkar dan rotor belit maka diadakan praktikum motor asinkron 3 phase dengan jenis rotor
belit agar lebih memahami perbedaan, prinsip kerja, fungsi dan aplikasi dari motor asinkron 3
fase rotor belit
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat disimpulkan dari praktikum Motor Asinkron 3 Phase adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana mengukur frekuensi pada motor asinkron 3 fase rotor belit?
2. Bagaimana mengukur besarnya daya pada motor asinkron 3 fase rotor belit?
3. Bagaimana mengukur tegangan line (Vline) pada motor asinkron 3 fase rotor belit?
4. Bagaimana mengukur tegangan phase pada motor asinkron 3 fase rotor belit?
5. Bagaimana mengukur arus line (Iline) pada motor asinkron 3 fase rotor belit?
6. Bagaimana mengukur arus phase pada motor asinkron 3 fase rotor belit?
7. Bagaimana mengukur putaran motor pada motor asinkron 3 fase rotor belit?
8. Bagaimana mengukur torsi pada motor asinkron 3 fase rotor belit?
9. Bagaimana mengetahui pengaruh tahanan rotor terhadap putaran dan arus resistansi?
10. Bagaimana mengukur cos 𝝅 pada motor asinkron 3 fase rotor belit?
11. Bagaimana mengetahui atau mengukur resitas?

1.3. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengukur besarnya frekuensi
2. Mengukur besarnya daya motor
3. Mengukur tegangan line (Vline)
4. Mengukur tegangan phase
5. Mengukur arus line (Iline)
6. Mengukur arus phase
7. Mengukur putaran motor
8. Mengukur torsi
9. Mengetahui pengaruh tahanan rotor terhadap putaran dan arus resistansi
10. Mengukur cos 𝜋
11. Mengukur arus resitas
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Macam-Macam Motor Listrik

Gambar 2.1 Diagram Pembagian Jenis Motor Listrik


Sumber : http://elektronika-dasar.web.id
2.1.1 Motor Sinkron
Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada
rotor. Kumparan jangkarnya berbentuk sama dengan mesin induksi, sedangkan kumparan medan
mesin sinkron dapat berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah udara sama rata
(rotor silinder). Motor ini memerlukan arus searah (DC) untuk pembangkitan daya dan
memiliki torque awal yang rendah, dan oleh karena itu motor sinkron cocok untuk
penggunaan awal dengan beban rendah, seperti kompresor udara, perubahan frekuensi dan

generator motor

Gambar 2.2 Motor Sinkron


Sumber : http://blogs.itb.ac.id
2.1.2 Motor Induksi
Motor induksi adalah salah satu jenis dari motor-motor listrik yang bekerja berdasarkan induksi
elektromagnet. Motor induksi memiliki sebuah sumber energi listrik yaitu di sisi stator,
sedangkan sistem kelistrikan di sisi rotornya di induksikan melalui celah udara dari stator dengan
media elektromagnet. Hal inilah yang menyebabkannya diberi nama motor induksi. Adapun
penggunaan motor induksi di industri ini adalah sebagai penggerak, seperti untuk blower,
kompresor, pompa, penggerak utama proses produksi atau mill, peralatan workshop seperti
mesin-mesin bor, grinda, crane, dan sebagainya.

Gambar 2.3 Motor Induksi


Sumber : https://blog.mesin77.com

2.1.3 Motor Induksi 1 Fase

Konstruksi motor induksi satu fasa terdiri atas tiga komponen yaitu stator, rotor, dan kapasitor.
Stator adalah bagian dari motor yang tidak bergerak dan rotor adalah bagian yang bergerak yang
bertumpu pada bantalan poros terhadap stator. Motor induksi selalu berputar dibawah kecepatan
sinkron karena medan magnet yang dibangkitkan stator akan menghasilkan fluks pada rotor
sehingga rotor tersebut dapat berputar. Namun fluks yang terbangkitkan oleh rotor mengalami
lagging dibandingkan fluks yang terbangkitkan pada stator sehingga kecepatan rotor tidak akan
secepat kecepatan putaran medan magnet. Kapasitor berfungsi untuk menyimpan muatan listrik.
Yang membedakan dari kedua motor induksi ini ialah motor induksi 1 fasa tidak dapat berputar
tanpa bantuan gaya dari luar sedangkan motor induksi 3 fasa dapat berputar sendiri tanpa
bantuan gaya dari luar.
Gambar 2.4 Motor induksi 1 fasa
Sumber (http://insyaansori.blogspot.co.id)

2.1.4 Motor Induksi 3 Fasa

Motor listrik 3 fasa adalah motor yang bekerja dengan memanfaatkan perbedaan fasa
pada sumber untuk menimbulkan gaya putar pada bagian rotornya. Perbedaan fasa pada
motor 3 phase didapat langsung dari sumber. Hal tersebut yang menjadi pembeda antara
motor 1 fasa dengan motor 3 fasa.

Secara umum, motor 3 fasa memiliki dua bagian pokok, yakni stator dan rotor. Bagian
tersebut dipisahkan oleh celah udara yang sempit atau yang biasa disebut dengan air gap.
Jarak antara stator dan rotor yang terpisah oleh air gap sekitar 0,4 milimeter sampai 4
milimeter.

Gambar 2.5 Motor Induksi 3 Fasa


Sumber : http://belajarelektronika.net
2.1.5 Motor DC

Motor arus searah ialah suatu mesin listrik yang berfungsi mengubah energi listrik arus
searah (listrik DC) menjadi energi gerak atau energi mekanik, dimana energi gerak tersebut
berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energy mekanik tersebut
berlangsung di dalam medan magnet.
Prinsip kerja dari motor DC sebenarnya sangat sederhana, yakni menggunakan prinsip
elektromagnetik dimana pada saat arus listrik diberikan, maka permukaan kumparan yang
bersifat utara akan bergerak ke selatan, dan permukaan kumparan yang bersifat selatan akan
bergerak ke utara dan menghasilkan sebuah putaran.

Gambar 2.6 Motor DC


Sumber :http//:zonaelektro.net

2.2. Pengertian Motor 3 Fasa Belit


Motor induksi 3 fasa merupakan salah satu cabang dari jenis motor listrik yang merubah
energi listrik menjadi energi gerak berupa putaran yang mempunyai slip antara medan stator
dan rotor dengan sumber tegangan 3 fasa. Arus rotor motor ini bukan diperoleh dari suatu
sumber listrik, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan
relatif antara putaran rotor dengan medan putar.

Untuk Motor 3 fasa belit mempunyai rotor dengan belitan kumparan tiga fasa sama seperti
kumparan stator. Kumparan stator dan rotor juga mempunyai jumlah kutub yang sama.
Penambahan tahanan luar sampai harga tertentu, dapat membuat kopel mula mencapai harga
kopel maksimumnya. Motor induksi dengan rotor belitan memungkinkan
penambahan (pengaturan) tahanan luar. Tahanan luar yang dapat diatur ini dihubungkan ke
rotor melalui cincin, selain untuk menghasilkan kopel mula yang besar, tahanan luar tadi
diperlukan untuk membatasi atus mula yang besar pada saat start. Disamping itu dengan
mengubah-ubah tahanan luar, kecepatan motor dapat diatur.
Gambar 2.7 Motor 3 fasa dengan rotor belit
Sumber ; (http://belajarelektronika.net

2.3. Bagian-bagian Motor 3 Fasa


2.3.1 Stator

Gambar 2.8 Stator

Sumber : http://www.steelman.com

Stator adalah bagian pada motor listrik atau dinamo listrik yang berfungsi sebagai
stasioner dari sistem rotor. Jadi penempatan stator biasanya mengelilingi rotor, stator bisa
berupa gulungan kawat tembaga yang berinteraksi dengan angker dan membentuk medan
magnet untuk mengatur perputaran rotor. Stator inilah yang dihubungkan langsung ke
sumber tegangan 3 fase.

2.3.2 Rotor

Rotor adalah bagian dari motor listrik atau generator listrik yang berputar pada sumbu
rotor. Perputaran rotor di sebabkan karena adanya medan magnet dan lilitan kawat email
pada rotor. Sedangkan torsi dari perputaran rotor di tentukan oleh banyaknya lilitan
kawat dan juga diameternya.
Gambar 2.9 Rotor

Sumber : http://www.directindustry.com/

2.4. Jenis-jenis Rotor

Macam-macam rotor:
2.4.1 Rotor Sangkar

Motor induksi jenis ini mempunyai motor dengan kumparan yang terdiri atas beberapa
batang konduktor yang disusun sedemikian rupa hingga mempunyai sangkar tupai (lihat
gambar 3.4) konstruksi rotor seperti ini sangat sederhana bila dibandingkan dengan
rotor mesin listrik lainnya. Dengan demikian harganya pun murah, kama konstruksinya
yang demikian, padanya tidak 'nankin diberikan pengaturan tahana luar seperti pada
motor induksi dengan motor belitan. Untuk membatasi arus mula yang besar,
tegangan sumber harus dikurangi dan biasanya digunakan ototransformator atau saklar
Y – A. Tetapi berkurangnya arus akan berakibat berkurangnya kopel
Gambar 2.10 Rotor Sangkar
Sumber : http://dunia-electrical.blogspot.co.id

2.4.2 Rotor Belit


Jenis motor induksi ini mempunyai belitan kumparan 3 fasa sama seperti
kumparan statornya serta kumparan stator dan rotornya mempunyai jumlah kutub yang
sama. Belitan 3 fasa pada motor jenis ini biasanya terhubung Y dan ujung 3 kawat belitan
rotor tersebut di hubungkan pada slipring yang terdapat pada poros rotor. Belitan-belitan
rotor ini kemudian di hubung singkatkan melalui sikat (brush) yang menempel pada
slipring dengan sebuah perpanjangan kawat untuk tahanan luar. slipring dan sikat
merupakan penghubung belitan rotor ke tahanan luar (fungsi tahanan luar yaitu
membatasi arus awal yang besar). Tahanan luar ini kemudian perlahan dikurangi hingga
nol sebagaimana kecepatan motor yang bertambah telah mencapai kecepatan penuh.
Setelah mencapai kecepatan penuhnya, 3 buah sikat akan terhubung singkat (tanpa
tahanan luar ) maka rotor belitan ini akan bekerja mirip seperti rotor sangkar. Motor
induksi jenis ini mempunyai arus awal yang rendah dan torsi awal yang tinggi.

Gambar 2.11 Rotor Belit


Sumber : http://all-thewin.blogspot.co.id

2.4.3 Perbedaan Rotor Sangkar dan Rotor Belit


Perbedaan mendasar dari rotor belit dan rotor sangkar adalah terdapat pada konstruksi
rotor.
a. Rotor Sangkar
- Tahanan Rotor Tetap
- Arus Starting tinggi
- Torsi starting rendah

b. Rotor Belit
- Arus Starting rendah
- Torsi starting tinggi
- Memungkinkan tahanan luar dihubungkan ke tahanan rotor melalui slip ring
yang terhubung ke sikat

2.5. Prinsip kerja Motor Asinkron 3 Fasa

Gambar 2.12 Prinsip kerja motor asinkron 3 fasa


Sumber : http://mekatronika-smk.blogspot.co.id

Gambar 2.13 Grafik Sinusoidal Motor3 fasa


Sumber : http://mekatronika-smk.blogspot.co.id

Motor asinkron 3 phase biasa juga disebut dengan motor induksi 3 phase, dimana motor ini
berfungsi mengubah energi listrik 3 phase menjadi sebuah energi mekanik.
Prinsip kerja dari motor induksi adalah sebagai berikut:

1. Bila sumber tegangan tiga fasa dipasang pada kumparan stator, maka pada kumparan stator akan timbul
medan putar dengan kecepatan, ns = 120f/P , ns = kecepatan sinkron, f = frekuensi sumber, p = jumlah
kutup. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
2. Medan putar stator akan memotong konduktor yang terdapat pada sisi rotor, akibatnya pada kumparan
rotor akan timbul tegangan induksi ( ggl ) sebesar E2s = 44,4fnØ. Keterangan : E = tegangan induksi ggl,
f = frekkuensi, N = banyak lilitan, Q = fluks
3. Karena kumparan rotor merupakan kumparan rangkaian tertutup, maka tegangan induksi akan
menghasilkan arus ( I ).
4. Adanya arus dalam medan magnet akan menimbulkan gaya ( F ) pada rotor.
5. Bila torsi awal yang dihasilkan oleh gaya F pada rotor cukup besar untuk memikul torsi beban, maka
rotor akan berputar searah dengan arah medan putar stator.
6. Untuk membangkitkan tegangan induksi E2s agar tetap ada, madddka diperlukan adanya perbedaan
relatif antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan putar rotor (nr).
7. Perbedaan antara kecepatan nr dengan ns disebut dengan slip ( S ) yang dinyatakan dengan Persamaan S
= ns-nr/ns (100%)
8. Jika ns = nr tegangan akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada rotor, dengan demikian tidak ada torsi
yang dapat dihasilkan. Torsi suatu motor akan timbul apabila ns > nr.
9. Dilihat dari cara kerjanya motor tiga phasa disebut juga dengan motor tak serempak atau asinkron

2.5.1 Menghitung Frekuensi Terhadapat Kecepatan Putaran Motor

𝟏𝟐𝟎𝒇
𝑵𝒔 =
𝑷
Keterangan :
Ns = Kecepatan Putar Medan Stator
f = Frekuensi Sumber
P = Jumlah Kutub motor

Dari persamaan di atas, maka jika kita ingin merubah-rubah nilai Ns, dapat
dilakukan dengan mengubah nilai frekuensi dari sumber (f) atau mengubah jumlah
kutub motor (p). Semakin besar frekuensi maka semakin besar pula kecepatan putaran
motor (Ns) yang kita dapatkan, begitu juga sebaliknya. Sedangkan semakin banyak
jumlah kutub, maka semakin kecil pula kecepatan motor yang dihasilkan, dan berlaku
juga sebaliknya.

2.5.2 Menghitung Besarnya Slip Terhadap Kecepetan Putaran Motor

𝑵𝒔−𝑵𝒓
𝑺𝒍𝒊𝒑 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑵𝒔

Keterangan :
Ns = Kecepetan Putar Medan Stator
Nr = Kecepetan Putaran Rotor

Dari persamaan di atas maka kita dapat mengetahui besaran slip dari putaran stator
dengan rotor, dikatakan motor slip karena motor berputar apa bila kecepatan putar
stator lebih besar dari pada kecepatan putaran rotor.

2.5.3 Rumus Torsi Dengan Putaran

Torsi pada motor dipengaruhi oleh Daya dan kecepatan radial dari motor tersebut,
dengan penurunan lanjutan dapat kita ketahui putaran motor akan mempengaruhi torsi
semakin besar putaran semakin kecil pula torsi yang dihasilkan, putaran dan torsi
berbanding terbalik, seperti dibawah ini.

𝑷
𝝉=
𝝎
𝑷
𝝉=
𝟐𝝅 𝒙 𝑵
Dimana
 = Torsi (Torque), Newton Meter (N.m)
N = Putaran Motor (RPS)
P = Daya Motor (Watt)

2.5.4 Rumus Hubungan Putaran dengan Hambatan

Putaran pada motor, berpengaruh pada tegangan jangkar sedangkan tegangan


jangkar akan berpengaruh pada tegangan yang diberikan ke motor atau dari sumber,
dan juga arus dan hambatan pada rotornya. Hal tersebut dapat lebih dipahami dari
rumus berikut.

Vt = Ea + Ia . Ra
Ea = C . n . Ø
R = e/(3 .I)
-2

R2+Rvar = K x N /(3-1/2 x Irr)

Dimana : Vt = tegangan masukan pada motor/terminal (V)


Ea = tegangan pada jangkar (V)
Ia = arus jangkar (A)
Ra = tahanan jangkar (Ω)
n = putaran/ kecepatan motor (rad/sec)
C = constante of armature winding
Ø = magnetic flux of field winding
2.6. Pengaruh Putaran Motor

2.6.1 Pengaruh tegangan terhadap kecepatan putaran motor


Kecepatan putaran motor dapat diatur dengan merubah tegangan sumber,semakin
besar teganga sumber maka kecepatan putaran motor akan sekamin meningkat juga,
tetapi perubahan tersebut sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja motor. Dengan
menurunkan tegangan dibawah tegangan kerja, kerja motor menjadi terbatas, efisiensi
dayanya menurun, dan motor menjadi cepat panas akibat over current

2.6.2 Pengaruh frekuensi terhadap kecepatan putaran motor


Perubahan frekuensi akan mempengaruhi kecepatan motor secara berbanding lurus.
Apabila frekuensi semakin besar, akan menyebabkan kecepatan putar medan magnet
stator akan semakin meningkat sehingga kecepatan putaran motor juga akan meningkat

2.6.3 Pengaruh kutub terhadap kecepatan putaran motor


Perubahan pada kutub akan mempengaruhi kecepatan putaran motor, karena apabila
jumlah kutub makin banyak, putaran motor semakin sedikit dan menyebabkan
kecepatan putaran motor meningkat, serta torsi akan semakin besar dikarenakan nilai n
yang semakin kecil

2.6.4 Pengaruh Hambatan Terhadap Kecepatan Putaran Motor


Pada motor asinkron 3 fasa rotor belit kecepatan putaran motor diatur melalui hambatan
pada rotornya. Pada saat starting hambatan yang diberikan besar agar putaran pada
rotor tidak langsung besar. Untuk menambah kecepatan putaran motor hambatan yang
diberikan pada rotor dikurangi dan mencapai keceptan penuh ketika hambatan yang
diberikan adalah sama dengan 0.

2.7 Rugi-Rugi Pada Motor


 Rugi Tembaga
Rugi - rugi yang ditimbulkan sebanding dengan nilai I2.R , dimana I merupakan arus
yang mengalir pada belitan tembaga dan R merupakan besarnya nilai tahanan tembaga
tersebut. Sehingga semakin besar arus maka semakin besar rugi - rugi pada tembaga
tersebut. Yang berarti semakin besar beban yang dikerjakan oleh sebuah motor, semakin
besar arus yang mengalir dibelitan tembaga sehingga rugi - rugi tembaga pada motor
tersebut akan menjadi besar.
Pcu = (I2)2 . R2

Dimana, Pcu = Rugi tembaga (watt)


I2 = Arus pada kumparan sekunder (A)
R = Tahanan kumparan di sisi sekunder (ohm)

 Rugi Inti Besi


Untuk rugi - rugi pada inti besi, rugi - rugi tersebut tidak terkait penuh dengan besar
kecilnya beban yang diberikan pada motor tersebut. Faktor yang mempengaruhi besarnya
rugi - rugi pada inti besi adalah hysterisis dan eddy current (arus eddy). Dan hal ini lebih
dipengaruhi pada konstruksi motor itu sendiri

Pe = Ke (f . Bmax)2

Dimana, Pe = Rugi Arus eddy (watt)


f = Frekuensi (Hz)
B = Kerapatan fluks (Wb)
Ke = Konstanta Arus Eddy

 Rugi Mekanik
Sedangkan untuk rugi - rugi mekanik pada umumnya disebabkan faktor mekanikal
seperti hambatan dan gesekan, seperti pada bearing, udara dll. Total rugi - rugi yang
dijelaskan diatas akan memperbesar daya listrik yang dibutuhkan untuk menggerakan
beban oleh sebuah motor.

2.8 Keuntungan dan Kerugian Motor Asinkron 3 fase Rotor Blite

Kelebihan Kekurangan
Arus starting rendah. Rangkainnya rumit.
Torsinya sangat besar. Maintenance Mahal.
Putarannya bisa diatur sesuai kebutuhan
kita.

2.9 Aplikasi
2.9.1 Aplikasi pada bidang maritime

No Aplikasi Gambar Penjelasan


.
1. Kompres Kompresor adalah alat mekanik
or yang berfungsi untuk
meningkatkan tekanan fluida
mampu mampat, yaitu gas atau
udara. tujuan meningkatkan
tekanan dapat untuk
mengalirkan atau kebutuhan
proses dalam suatu system
proses yang lebih besar.

Gambar 2.14 Kompresor


(sumber: www.alibaba.com)
2. Windlass Windlass adalah alat yang
digunakan untuk menaikkan
dan menurunkan jangkar kapal,
putaran dari motor 3 phase
digunakan untuk memutar
poros windlass dan digunakan
untuk menaikkan dan
Gambar 2.15 Windlass menurunkan jangkar.
(sumber: http://www.nauticexpo.com)
3. Motor Blower adalah alat yang
Blower digunakan untuk
mensirkulasikan udara atau
alat yang digunakan untuk
menaikkan atau memperbesar
tekanan udara yang akan
dialirkan pada suatu ruangan.
Gambar 2.16 Motor Blower GGL yang terjadi di dalam
(sumber: https://www.indotrading.com mator asikron 3 fasa akan
memutar poros baling baling
blower, sehingga blower dapat
berfungsi.
4. Motor Di kapal pompa air laut
Pompa berfungsi untuk menghisap air
Air Laut laut dari luar kapal, yang
nantinya air laut tersebut dapat
digunakan untuk berbagai hal,
misalnya untuk sistem
pendingin dan sistem ballast.
Induksi yang terjadi di motor 3
fasa akan memutar poros
Gambar 2.17 Motor Pompa Air Laut
impeller.
(sumber: www.indonesia.alibaba.com)
5. Bow Bow thruster adalah suatu alat
Thruster pendorong yang dipasang pada
bagian depan kapal yang dapat
digunakan untuk membantu
pergerakan/maneuver kapal.
Oleh karena daya yang
dibutuhkan banyak maka
menggunakan motor 3 phase.
Gambar 2.18 Bow Thruster
(sumber: http://www.bendock.co.id/)

2.9.2 Aplikasi pada bidang non maritime

No. Aplikasi Gambar Penjelasan


1. Motor Motor listrik tiga fasa
Pompa sering dimanfaatkan
Air sebagai motor
penggerak utama dalam
pompa air. Dalam
sistem kerjanya motor
listrik menggerakkan
impeller untuk memberi
Gambar 2.19 Motor Pompa Air energi gerak pada air.
(sumber: http://wawan-electro.blogspot.co.id)
2. Mesin Pemanfaatan motor tiga
Pengaduk fasa pada mesin
pengaduk sama dengan
sistem kerja motor pada
mixer yang biasa
digunakan di peralatan
rumah tangga. Dimana
motor listrik 3 fasa
digunakan sebagai
Gambar 2.20 Mesin Pengaduk penggerak dari alat
(sumber: http://indotrading.com) pengaduk ini.

3. Crane Pada umumnya, crane


mengangkut beban
yang memiliki berat
lebih dari 1000kg.
Berkaitan dengan hal
tersebut, untuk menarik
kerekan digunakan
motor 3 fase karena
memerlukan daya yang
besar dan terkadang
Gambar 2.21 Crane membutuhkan
(sumber: http://www.wallmart.com/) pergerakkan yang cepat
pula sehingga motor
belit berperan penting
4. Mesin Mesin penggiling adalah
Penggiling alat yang digunakan
untuk menggiling
beberapa jenis bahan
seperti padi, daging, dan
lain-lain.

Gambar 2.22 Mesin Penggiling


(sumber:
https://www.indotrading.com/showcase/mesin-
penggiling-padi)
5. Conveyor Conveyor adalah suatu
sistem mekanik yang
mempunyai fungsi
memindahkan barang
dari satu tempat ke
tempat yang lain.
Conveyor banyak
dipakai di industri untuk
transportasi barang
Gambar 2.23 Conveyor
(sumber: http://www.norcalcompactors.net/)
BAB III
DATA PRAKTIKUM

3.1 PERALATAN DAN FUNGSI


No Nama Gambar Fungsi

Sebagai alat listrik yang


1 Motor Asinkron 3 mengkonversi energi listrik
phase berupa arus AC 3 fasa
menjadi energy mekanik

Untuk memberikan
2 Three phase motor hambatan pada rotor
starter 65 - 150 motor asinkron 3 phase
rotor belit

Sebagai alat ukur arus,


daya, cos phi, dan
Single & three
3 tegangan phase pada
phase
measurements 68 – praktikum
100

Sebagai sumber untuk


memberikan suplai daya
4 Three phase supply pada praktikum
control 60-100
Sebagai sumber untuk
memberikan hambatan
Resistor Control
5 pada praktikum
panel

Sebagai alat ukur putaran


6 Tachometer motor 3 phase rotor belit

Sebagai alat ukur arus


7 Tangmeter
resistansi

Kabel Sebagai penghubung antar


rangkaian

3.2 Langkah Percobaan


Percobaan motor asinkron 3 fasa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Membuat rangkaian seperti gambar di bawah ini
2. Sambungkan ketiga resistor pada terminal rotor belit K, L, M.
3. Atur resistances pada 40Ω.
4. Sambungkan panel mesin pada hubungan Y.
5. Berikan tegangan 380V AC 3 Phase.
6. Operasikan motor pada keadaan putaran penuh 3000 rpm dan atur kembali resistances
pada range 0 Ω
3.3 Data Hasil Praktikum
Hambatan Frekuensi Daya Vline Vphase I line I phase Putaran IL Res
(x2000mA)
Ω Hz Watt V R S T mA R S T RPM R S T
40 49.9 46.4 388 388 389 389 311 309 312 303 1409.7 0 0.06 0.06
30 49.9 46.6 389 388 389 389 312 309 313 304 1889.5 0 28 28
25 49.9 46.2 388 388 389 389 313 309 312 303 1881.9 0 23 23
20 49.9 46.4 389 388 390 389 316 310 309 303 2041.1 0 20 20
10 49.9 47.4 389 388 389 389 316 310 312 304 2204.7 0 18 18
0 49.9 47.4 388 388 391 391 311 311 314 307 2272.1 0 18 18
3.4 Gambar Rangkaian

Gambar 3.1 Gambar Rangkaian Motor 3 Fase Rotor Belit


BAB IV
Analisis Data

4.1. Perhitungan
Tabel 4.1
Hambatan Frekuensi Daya Vline Vphase I line I phase Putaran IL Res
(x2000mA)
Ω Hz Watt V R S T mA R S T RPM R S T
40 49.9 46.4 388 388 389 389 311 309 312 303 1409.7 0 0.06 0.06
30 49.9 46.6 389 388 389 389 312 309 313 304 1889.5 0 28 28
25 49.9 46.2 388 388 389 389 313 309 312 303 1881.9 0 23 23
20 49.9 46.4 389 388 390 389 316 310 309 303 2041.1 0 20 20
10 49.9 47.4 389 388 389 389 316 310 312 304 2204.7 0 18 18
0 49.9 47.4 388 388 391 391 311 311 314 307 2272.1 0 18 18
Dengan data hasil praktikum pada tabel 4.1, maka dapat dicari hitungan data lainnya
dengan menggunakan rumus yang sudah ditentukan dan mendapatkan data baru yang
dibutuhkan.

4.1.1. Perhitungan 𝑐𝑜𝑠 𝜑 pada setiap hambatan


➢ Menghitung 𝑐𝑜𝑠 𝜑 Pada saat hambatan 40 Ω
𝑃𝑑𝑖𝑠𝑝𝑙𝑎𝑦
𝑐𝑜𝑠 𝜑 = = 46.4/(388 x 0.311√3) = 0. 0.222006
𝑉 𝑥 𝐼√3

➢ Menghitung 𝑐𝑜𝑠 𝜑 Pada saat hambatan 30 Ω

𝑃𝑑𝑖𝑠𝑝𝑙𝑎𝑦
𝑐𝑜𝑠 𝜑 = = 46.6 /(389 x 0.312√3) = 0.221677
𝑉 𝑥 𝐼√3

➢ Menghitung 𝑐𝑜𝑠 𝜑 Pada saat hambatan 25 Ω


𝑃𝑑𝑖𝑠𝑝𝑙𝑎𝑦
𝑐𝑜𝑠 𝜑 = = 46.2 /(388 x 0.313√3) = 0.219637
𝑉 𝑥 𝐼 √3
➢ Menghitung 𝑐𝑜𝑠 𝜑 Pada saat hambatan 20 Ω
𝑃𝑑𝑖𝑠𝑝𝑙𝑎𝑦
𝑐𝑜𝑠 𝜑 = 𝑉 𝑥 𝐼 √3
= 46.4 /(389 x 0.316√3) = 0. 217932

➢ Menghitung 𝑐𝑜𝑠 𝜑 Pada saat hambatan 10 Ω


𝑃𝑑𝑖𝑠𝑝𝑙𝑎𝑦
𝑐𝑜𝑠 𝜑 = 𝑉 𝑥 𝐼 √3
= 47.4/(389 x 0.316√3) = 0.222629

➢ Menghitung 𝑐𝑜𝑠 𝜑 Pada saat hambatan 0 Ω


𝑃𝑑𝑖𝑠𝑝𝑙𝑎𝑦
𝑐𝑜𝑠 𝜑 = 𝑉 𝑥 𝐼 √3
= 47.4/(388 x 0.311√3) = 0.226791

4.1.2. Perhitungan torsi pada setiap hambatan


➢ Torsi pada saat hambatan 40 Ω
𝑃 .60 209.0031 .60
𝑇 = = =1.415216 Nm
2𝜋 .𝑁 2𝜋 .1409.7

➢ Torsi pada saat hambatan 30 Ω


𝑃 . 60 210.2155 . 60
𝑇 = = = 1.066932𝑁𝑚
2𝜋 . 𝑁 2𝜋 . 1889.5

➢ Torsi pada saat hambatan 25 Ω


𝑃 . 60 210.3472. 60
𝑇 = = = 1.066932
2𝜋 . 𝑁 2𝜋 . 1881.9

➢ Torsi pada saat hambatan 20 Ω


𝑃 . 60 212.9106 . 60
𝑇 = = = 0.995703
2𝜋 . 𝑁 2𝜋 . 2041.1

➢ Torsi pada saat hambatan 10 Ω


𝑃 . 60 212.9106 . 60
𝑇 = = = 0.921816
2𝜋 . 𝑁 2𝜋 . 2204.7

➢ Torsi pada saat hambatan 0 Ω


𝑃 . 60 209.0031. 60
𝑇 = = = 0.878055
2𝜋 . 𝑁 2𝜋 . 2272.10

Maka dengan data yang didapat pada praktikum, didapatkan perhitungan dengan data sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hambatan IL Res (x2000mA Tegangan Arus P Torsi
cos∏
Ω R S T V A Watt N.m
40 0 0.06 0.06 0.222006 388 311 46.4 1.415216

30 0 28 28 0.221677 389 312 46.6 1.061976

25 0 23 23 0.219637 388 313 46.2 1.066932

20 0 20 20 0.217932 389 316 46.4 0.995703

10 0 18 18 0.222629 389 316 47.4 0.921816

0 0 18 18 0.226791 388 311 47.4 0.878055


4.2 Analisa Grafik
4.2.1. Grafik Perbandingan Putaran Motor dan Torsi

Putaran vs Torsi
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 500 1000 1500 2000 2500

Putaran

Grafik 4.1 Perbandingan Putaran dengan Torsi


Pada Grafik 4.1, data menunjukkan bahwa jika kecepatan putaran motor semakin tinggi, maka
torsi akan semakin rendah. Maka, hubungan antara putaran dan torsi adalah berbanding
terbalik. Hal ini sesuai dengan teori rumus :
𝑃
T=
2𝜋 .𝑁(𝑟𝑝𝑠)

4.2.2. Grafik Perbandingan Daya Terhadap cos φ

Daya terhadap Cosp


47.6
0.385604113, 0.392813339,
47.4
47.4 47.4
47.2
47
46.8
Daya
0.383956232,
46.6
46.6
0.377469005, 0.384526138,
46.4
46.4 46.4
0.380422252,
46.2
46.2
46
0.375 0.38 0.385 0.39 0.395
7
Grafik 4.2 Perbandingan Daya Terhadap cos φ
Grafik diatas menunjukan bahwa dari lima percobaan yang dilakukan dengan hambatan yang
berbeda-beda mempunyai nilai daya yang beragam. Seharusnya daya dan cosp berbanding
lurus sebagai mana dalam persamaan P = v.i.cosp telah terbukti bahwa P dan cosp berbanding
lurus. Namun pada grafok percobaan diatas terdapat data yang tidak stabil dan mungkin terjadi
dikarenakan pengamatan data praktikum yang kuranh teliti dan alat praktikum yang kurang
mendukung
4.2.3. Grafik Perbandingan Hambatan Vs RPM

Tahanan hambatan terhadap Putaran


45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0 500 1000 1500 2000 2500

Putaran

Grafik 4.3 Hambatan Vs RPM


Grafik diatas menunjukkan bahwa apabila hambatan semakin kecil, maka putaran motor
akan semakin cepat. Maka, hubungan antara hambatan dan RPM adalah berbanding terbalik,
𝑃 𝑉^2
sesuai dengan rumus : 𝑁 = = dimana putaran berbanding terbalik dengan
2𝜋𝑇 2𝜋 .𝑇.𝑅
hambatan motor.
4.4. Grafik Perbandingan Hambatan Vs I Resistansi
Hambatan terhadap IL
Resistansi
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40

R S T
7

Grafik 4.4 Hambatan Vs I Line

Grafik percobaan diatas menunjukan bahwa tahanan berbanding lurusdengan Resistansi


yang di sebabkan oleh IL, namun ada beberapa data yang kurang stabil yang diakibatkan oleh
kesalahan alat praktikum dan kurangnya ketelitian praktikan. Apabila ditinjau dari alat, hal ini
dapat terjadi karena salah kabel sambungan dari control hambatan menuju motor mati, atau
adanya kerusakan pada salah satu belitan motor, atau kerusakan pada salah satu slip ring, dan
berbagai kerusakan lain yang mugkin terjadi.
BAB V
KESIMPULAN

1. Besarnya kecepatan motor berbanding terbalik denga torsi yang dihasilkan. Semakin tinggi
kecepatan motor, maka torsi yang dihasilkan akan semakin kecil. Begitupun sebaliknya
semakin rendah kecepatan motor, maka torsi yang dihasilkan akan semakin besar. Hal
tersebut sesuai dengan persamaan:
b.  = P/w (Nm)
c.  = P/2 π rps

2. Pengaturan kecepatan putaran motor pada motor asinkron 3 fasa dengan cara mengatur
hambatan pada rotornya. Hambatan yang diberikan pada saat starting harus besar agar
putaran rotor tidak langsung besar. Untuk menambah kecepatan putaran rotor dapat diatur
dengan mengurangi hambatan yang ada. Seperti yang dilakukan pada saat praktikum motor
asinkron 3 fasa hambatan awal yang diberikan besar sebesar 40 dan dikurangi sampai dengan
putaran penuh dengan beban 0.
3. Perbedaan antara motor asinkron 3 fasa rotor sangkar dan rotor belit terletak pada kontruksi
rotor. Arus dana torsi saat starting pada rotor belit memiliki karakteristik yang berbeda
dimana arus starting yang rendah dan torsi starting yang tinggi. Sedangkan pada rotor
sangkar memiliki karakteristik yang sebaliknya

Anda mungkin juga menyukai