Anda di halaman 1dari 209

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.S


DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI OOM MARKONAH Am.Keb
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2017

Disusun Oleh :
AGUS DIAH EKA LESTARI
P3.73.24.3.14.002
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA
III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2017

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.S


DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI OOM MARKONAH Am.Keb
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2017

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah


Praktik Kebidanan Klinik Komprehensif

Disusun Oleh :
AGUS DIAH EKA LESTARI
P3.73.24.3.14.002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2017
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.S


DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI OOM MARKONAH Am.Keb
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2017

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk
dipertahankan dihadapan penguji
PEMBIMBING

YULIASARI, SST., MKM


NIP : 198207142009122001

LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.S


DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI OOM MARKONAH Am.Keb
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2017

Laporan kasus ini telah di ujikan pada tanggal 15 Juni 2017

PENGUJI I PENGUJI II
SHENTYA FITRIANA, SST., M.KEB YULIASARI, SST., MKM
NIP : 197908262002122001 NIP : 198207142009122001

Mengesahkan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Jakarta III
Jurusan kebidanan
Program Studi D IV Kebidanan
Ketua

ATICEH, SST., M.KEB


NIP: 196302031984122001
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN

Nama Penulis : Agus Diah Eka Lestari


Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.S di

Bidan Praktik Mandiri Oom Markonah, Am.Keb.


Kecamatan Cakung, Jakarta Timur tahun 2017

Jumlah BAB & Halaman : 5 BAB, 155 Halaman + Gambaran Kasus + Daftar

Isi + Kata Pengantar + Lampiran

GAMBARAN KASUS
Bidan merupakan ujung tombak untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi,
salah satu upaya dengan memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif.
Tujuannya adalah untuk dapat memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif.
Kasus diambil di Bidan Praktik Mandiri Oom Markonah, Am.Keb Kecamatan
Cakung, Jakarta Timur tanggal 20 Maret 2017 sampai 3 Juni 2017. Ny.S G3P2A0
umur 33 tahun, selama kehamilannya memeriksakan kandungannya sebanyak 8

i
kali, yaitu 1 kali saat trimester I, 2 kali saat trimester II dan 5 kali saat trimester
III. Penulis melakukan ANC sebanyak 4 kali yang dimulai pada usia kehamilan
34 minggu 1 hari. HPHT tanggal 24 Juli 2016, TP tanggal 1 mei 2017. Pada
kunjungan keempat, Ny.S melakukan pemeriksaan USG oleh dr.Iman, SpOG
dengan hasil terdapat lilitan tali pusat, namun diperbolehkan lahir normal.
Tanggal 20 April 2017 jam 07.00 WIB Ny.S datang dengan keluhan mulas-mulas
sejak pukul 02.00 WIB, hasil pemeriksaan Ny.S G3P2A0 hamil 38 minggu 4 hari
partus kala I fase laten dengan lilitan tali pusat, namun keadaan ibu dan janin baik.
Pukul 15.00 ibu mengatakan merasa sangat mulas dan terasa lemas. Hasil
pemeriksaan Ny.S G3P2A0 hamil 38 minggu 4 hari partus kala I fase aktif dengan
lilitan tali pusat, didapatkan partograf telah melewati garis waspada. Ny.S dirujuk
ke RS Kartika Pulomas ditemani suami dan didampingi oleh Bidan Maria dan
penulis. Pukul 15.45 WIB Ny.S sampai di IGD RS Kartika Pulomas, kemudian
dilakukan pemeriksaan USG, CTG, dan Laboratorium. Pukul 16.20 WIB Ny.S
dipindahkan dari ruang IGD ke ruang operasi untuk dilakukan operasi sectio
caesarea. Kemudian pukul 17.10 WIB bayi lahir kulit kemerahan, menangis kuat,
tonus otot baik, IMD berhasil dilakukan selama 1 jam, keadaan ibu baik dengan
perdarahan intraoperasi + 350 cc. Pada kunjungan nifas 6 jam sampai 6 minggu,
ibu dalam keadaan baik, pemeriksaan fisik dalam batas normal, tidak
menunjukkan adanya infeksi dan tanda bahaya nifas. Pada kunjungan neonatus 1
jam sampai 6 minggu, bayi dalam keadaan baik, pemeriksaan fisik dalam batas
normal, tidak menunjukkan adanya infeksi dan tanda bahaya bayi.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat dan


kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus
komprehensif ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.S
di Bidan Praktik Mandiri Oom Markonah Am.Keb, Jakarta Timur tahun
2017”. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada tauladan sepanjang masa, nabi

ii
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang
senantiasa istiqomah dalam sunnahnya hingga akhir jaman.
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini penulis banyak sekali
mendapatkan bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat:

1. Ibu Ns. Karningsih, S.Kp, M. Kes selaku ketua jurusan kebidanan


Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
2. Ibu Aticeh, SST, M.Keb selaku ketua program studi D IV jurusan
kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
3. Bidan Oom Markonah, Bidan Ika, Bidan Desi, Bidan Maria,
terimakasih atas segala kesempatan dan bimbingan selama penulis
mencari pasien untuk laporan kasus komprehensif dan melakukan
asuhan kebidanan.
4. Ibu Yuliasari, SST, MKM selaku pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, memberi dukungan,
memberikan saran dan masukan yang membangun sehingga penulis
dapat menyempurnakan laporan kasus komprehensif ini hingga akhir.
5. Seluruh staf dosen Program D IV Kebidanan atas ilmu, doa, dorongan
serta semangatnya.
6. Ny.S dan Tn.A yang bersedia menjadi pasien dari penulis dan
mempercayai penulis untuk mendampingi ibu dari masa kehamilan
sampai nifas.
7. Ibu Tini dan Bapak Surwan selaku orang tua dari penulis, Muhammad
Lutfi Thariq dan Ryaz Afriansyah selaku adik kandung dari penulis
atas rasa sabar, doa, dukungan, keceriaan dan segala curahan kasih
sayang yang diberikan untuk penulis.

iii
8. Mega Bella Joennata, Siti Umi Mar’atus Sholihah, dan Ni Gusti Ayu
Susilawati selaku teman seperjuangan komprehensif, teman satu
bimbingan, yang membantu dan saling memberi dukungan serta
masukan, selalu bersama-sama dari awal mencari pasien di BPM
sampai akhirnya terselesaikan asuhan kebidanan komprehensif ini.
9. ANGKASA (angkatan satu) angkatan terhebat sepanjang masa, terima
kasih atas kebersamaannya, Semoga ALLAH menjaga tali silaturahim
kita selalu dan tetap berjumlah 39 sampai lulus dan menjadi bidan
profesional.
10. Evan Sevditra, Qoonitah Khairunnisa, dan teman-teman lainnya yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu atas semangat, dukungan, doa,
masukan, keceriaan kepada penulis, serta telah menemani penulis saat
kunjungan rumah pasien maupun saat di rumah sakit.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam


penyusunan laporan kasus ini, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan guna perbaikan dikemudian hari. Akhir kata semoga
laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang kebidanan.

Wassalamu’alaikum warrohmatullahi wabarokattuh.


Jakarta, Juni 2017

iv
Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBARAN JUDUL SPESIFIKASI
LEMBARAN PERSETUJUAN
LEMBARAN PENGESAHAN
GAMBARAN KASUS
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang …………………………………………..………………..1


B. Tujuan …………………………………………………………...………...4
1. Tujuan Umum …………………………………………………..….....4
2. Tujuan Khusus …………………………………………………..…....4
C. Waktu dan tempat pengambilan kasus ………………………………..…..5

BAB II. TINJAUAN TEORI …………….............................................................6


BAB III. PERKEMBANGAN KASUS ...............................................................68

A. Kehamilan ……………………………………………….………………68
B. Persalinan …………………………………………….………………….91
C. Bayi Baru Lahir ………………………………………………………...107
D. Nifas ……………………………………………………………………118

v
BAB IV. PEMBAHASAN KASUS ...................................................................132
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................149

A. Simpulan ……………………………………………………………….149
B. Saran ……………………………………………………………………150

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................152


LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah kematian ibu selama

masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,

persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab

lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain di setiap 100.000 kelahiran

hidup. Berdasarkan hasil Surevei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015,

AKI di Indonesia menunjukan penurunan dari 359 kematian ibu tahun 2012

menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB

sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target

MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup.

Kasus kematian ibu di Provinsi DKI Jakarta berjumlah 89 jiwa (Profil

Kesehatan Dinkes DKI Jakarta, 2014). Adapun AKB di DKI Jakarta menurun

di tahun 2015 sebesar 3,11 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes DKI Jakarta,

2016). Wilayah Jakarta Timur merupakan penyumbang AKI tertinggi di DKI

Jakarta yaitu 28 jiwa. Sedangkan jumlah kematian bayi tercatat 54 jiwa.

(Sudin Kesehatan Jakarta Timur, 2014)

1
Lima penyebab kematian ibu terbesar di Indonesia yaitu perdarahan,

hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus.

Kematian ibu di Indonesia dan juga wilayah Jakarta Timur masih didominasi

oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam

kehamilan (HDK), dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana

perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK

proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia

pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK (Kemenkes RI 2015 dan Sudinkes

Jakarta Timur 2014).

Penyebab kematian bayi yaitu karena asfiksia, trauma kelahiran,

infeksi, prematuritas, kelainan bawaan, dan sebab-sebab lainnya. Penyebab

tersebut sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses

ke pelayanan kesehatan, kemampuan petugas kesehatan dalam memberikan

asuhan antenatal dan persalinan yang belum maksimal, keadaan sosial

ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya

deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan

(Dinkes DKI Jakarta 2015 dan Sudinkes Jakarta Timur 2014).

Kehamilan akan mengalami komplikasi diperkirakan sebesar 20%.

Komplikasi yang tidak tertangani dapat menyebabkan kematian, namun

sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila ibu segera

mencari pertolongan ke tenaga kesehatan, tenaga kesehatan melakukan

2
prosedur penanganan yang sesuai, tenaga kesehatan mampu melakukan

identifikasi dini komplikasi, apabila komplikasi terjadi maka tenaga

kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan

stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan, proses rujukan yang efektif,

pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna (Kemenkes RI, 2015).

Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian

dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui peningkatan pelayanan antenatal

yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai,

pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil,

pelayanan pasca persalinan dan kelahiran, pelayanan emergensi obstetrik dan

neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau

secara tepat waktu oleh masyarakat yang membutuhkan (Kemenkes RI,

2015).

Menurut Kepmenkes tahun 2007, bidan merupakan salah satu tenaga

kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam

penurunan AKI dan AKB. Bidan mempunyai peran yang sangat penting

dengan memberikan asuhan kebidanan yang berfokus pada perempuan

(woman centered care) secara berkelanjutan (Continuity of Care).

Bidan Praktik Mandiri Bd.Hj.Oom Markonah, Am.Keb Kecamatan

Cakung, Jakarta Timur memberikan pelayanan kebidanan meliputi:

pemeriksaan kehamilan (ANC), pertolongan persalinan normal (INC),

3
perawatan masa nifas (PNC), penanganan bayi lahir normal, menerapkan

program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada setiap persalinan normal dengan

kondisi bayi yang baik, imunisasi bayi dan, dan pelayanan keluarga

berencana (KB). Dari pelayanan kebidanan komprehensif yang diperoleh

penulis di bidan praktik mandiri tersebut, maka penulis diharuskan memantau

sebuah perkembangan kasus dari seorang ibu hamil yang melakukan

pemeriksaan ANC di bidan praktik mandiri tersebut dengan pendekatan

asuhan kebidanan komprehensif sejak kehamilan (ANC), persalinan (INC),

bayi baru lahir, dan nifas (PNC).

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.S di Bidan Praktik

Mandiri Bd.Oom Markonah, Am.Keb Kecamatan Cakung, Jakarta Timur

tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

4
a. Melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan

nifas.

b. Menganalisa masalah, diagnosa kebidanan pada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir dan nifas.

c. Menarik diagnosa kebidanan potensial pada ibu hamil, bersalin,

bayi baru lahir dan nifas.

d. Melakukan tindakan segera pada ibu hamil, bersalin, bayi baru

lahir dan nifas.

e. Melaksanakan evaluasi pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir

dan nifas.

f. Melakukan pendokumentasian dengan metode soap.

C. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS

Pengambilan kasus dilakukan di Bidan Praktik Mandiri (BPM) dengan

menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai pada tanggal:

1. 20 Maret 2017 : Pemeriksaan kehamilan pertama

2. 31 Maret 2017 : Pemeriksaan kehamilan kedua

5
3. 14 April 2017 : Pemeriksaan kehamilan ketiga

4. 19 April 2017 : Pemeriksaan kehamilan keempat

5. 20 April 2017 : Pertolonan persalinan

6. 20 April 2017 : Kunjungan nifas 6 jam

7. 26 April 2017 : Kunjungan nifas 6 hari

8. 9 Mei 2017 : Kunjungan nifas 2 minggu

9. 3 Juni 2017 : Kunjungan nifas 6 minggu

BAB II

TINJAUAN TEORI

6
A. Asuhan Kehamilan

1. Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri dan Ginekologi Internasional (FOGI),

kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu menurut calendar internasional.

Kehamilan diklasifikasikan dalam 3 semester, yaitu trimester kesatu

dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu), trimester kedua dari

bulan keempat sampai 6 bulan (13-27 minggu), trimester ketiga dari

bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu) (Prawirohardjo, 2014).

Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang

mengidentifikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan

atau periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi

dapat menyebabkan kematian ibu. Macam-macam tanda bahaya

kehamilan antara lain (Varney, 2007 dan Kemenkes RI, 2016):

a. Muntah-muntah dan tidak mau makan

Rasa mual dan muntah dapat terjadi 50-70% ibu hamil.

Tetapi jika keadaan tersebut berlebihan disebut hyperemesis, hal ini

7
akan menghambat asupan gizi pada ibu hamil berkurang shinga

kondisi ibu menjadi lemah, dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan janin, oleh karena itu perlu segera ditangani.

b. Demam

Adanya demam menunjukkan adanya infeksi, hal ini

berbahaya bagi ibu maupun janin, olrh karena itu harus segera

mendapat pertolongan dari bidan atau dokter.

c. Bengkak kaki, tangan, dan wajah, atau sakit kepala disertai kejang

Bengkak disebabkan oleh tekanan yang menghalangi

sirkulasi jaringan. Bengkak biasanya hilang setelah beristirahat, dan

disertai dengan keluhan fisik yang lain dan bertahan lebih dari 24

jam. Oedema yang terjadi terutama pada tangan dan wajah, sakit

kepala yang hebat merupakan gejala dari preeklamsi bila disertai

hipertensi, sakit epigastrum, sakit kepala, penglihatan kabur, mual

dan muntah. Preeklamsi dapat berlanjut menjadi eklamsi bila disertai

kejang.

d. Pergerakan janin berkurang tak seperti biasa

8
Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3

jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau

beristirahat dan jika ibu makan dan minum yang baik. Jika ibu tidak

merasakan gerakan janin dalam 12 jam atau sesudah kehamilan 22

minggu, kemungkinan dapat terjadi solusio plasenta, rupture uteri,

gawat janin, dan kematian janin.

e. Perdarahan pervaginam

Pada awal kehamilan trimester I, perdarahan yang tidak

normal adalah perdarahan yang berwarna merah, banyak, atau

disertai nyeri. Perdarahan ini dapat berarti aborut, kehamilan mola,

atau kehamilan ektopik. Pada kehamilan trimester II dan III,

perdarahan yang tidak normal adalah merah, jumlahnya banyak, dan

kadang tidak disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam itu berarti

plasenta previa dan solusio plasenta.

f. Keluar air ketuban

9
Ketuban seharusnya pecah menjelang persalinan, tetapi jika

ketuban keluar sebelum ibu mengalami tanda-tanda persalinan maka

janin dan ibu akan mudah terinfeksi. Hal ini akan berbahaya baik

bagi ibu maupun janin.

Keluhan kehamilan pada trimester tiga

Trimester III merupakan masa persiapan dalam menanti

kelahiran bayi dan menjadi orang tua, sehingga sebagian besar

perhatian tertuju pada persiapan persalinan. Selama periode ini

sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata.

Perubahan-perubahan yang menjadi dasar timbulnya keluhan-

keluhan fisiologis pada trimester ketiga, yaitu: (Husin, 2014)

a. Sering berkemih

Sering berkemih dikeluhan sebanyak 60% oleh ibu

selama kehamilan akibat dari meningatnya laju Filtrasi

Glomerolus (Sandhu, dkk, 2009). Dilaporkan 59% terjadi pada

trimester pertama, 61% pada trimester kedua dan 81% pada

trimester ketiga, keluhan sering berkemih karena tertekannya

kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar dan

menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang serta

frekuensi berkemih meningkat.

10
b. Varises dan wasir

Varises terjadi pada 40% wanita, biasanya terlihat pada

bagian kaki, namun sering juga muncul pada vulva dan anus.

Varises pada bagian anus biasa disebut hemoroid. Riwayat

keluarga, frekuensi berdiri terlalu lama dan usia menjadi faktor

pencetus terjadinya varises.

Wasir

Hemoroid sering didahului dengan konstipasi. Oleh

karena itu, semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan

hemoroid. Progesteron menyebabkan relaksasi dinding vena dan

usus besar. Selain itu, pembesaran uterus secara umum

mengakibatkan peningkatan tekanan pada vena rectum secara

spesifik. Pengaruh hormon progesteron dan tekanan yang

disebabkan oleh uterus menjadi penyebab vena-vena pada

rektum mengalami tekanan yang lebih dari biasanya. Akibatnya

ketika massa dari rektum akan dikeluaran, tekanan lebih besar

sehingga terjadinya hemoroid. Penekanan dapat terjadi pada

vena bagian dalam ataupun bagian luar rektum.

c. Sesak nafas

11
Sesak nafas merupakan salah satu keluhan yang paling

sering dialami oleh ibu pada kehamilan trimester III. Hal ini

disebabkan oleh meningkatnya usaha bernafas ibu hamil.

Peningkatan dikarenakan oleh rahim yang membesar dimana

diafragma terdorong keatas sekitar 4 cm disertai pergeseran ke

tulang iga, peningkatan volume darah selama kehamilan juga

berperan terhadap keluhan ibu yang mengalami sesak nafas.

d. Gangguan tidur dan mudah lelah

Pada trimester III, hampir semua wanita mengalami

gangguan tidur. Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh

nokturia (sering berkemih di malam hari), terbangun dimalam

hari dan mengganggu tidur yang nyenyak. Dari beberapa

penelitian menyatakan bahwa cepat lelah pada ibu hamil

dikarenakan tidur malam yang tidak nyenyak karena terbangun

di tengah malam untuk berkemih. Wanita hamil yang

mengalami insomnia disebabkan ketidaknyamanan akibat uterus

yang membesar, ketidaknyamanan lain selama kehamilan dan

pergerakan janin terutama ketika janin sedang aktif.

12
e. Nyeri perut bagian bawah

Nyeri ligamentum, torsi uterus yang parah dan adanya

kontraksi Braxton-Hicks juga mempengaruhi keluhan ibu terkait

dengan nyeri pada perut bagian bawah.

f. Heartburn

Perasaan panas pada perut (heartburn) didefinisikan

sebagai rasa terbakar disaluran pencernaan bagian atas,

termasuk tenggorokan. Penyebab dari keluhan ini dapat

disebabkan oleh peningkatan kadar progesteron atau

meningkatnya metabolisme yang menyebabkan relaksasi dari

otot polos sehingga terjadi penurunan pada irama dan

pergerakan lambung dan penurunan tekanan pada spingter

esofagus bawah. Tekanan dari uterus yang semakin membesar

pada isi lambung juga dapat memperburuk keluhan heartburn.

2. Adaptasi perubahan fisik

13
Seiring berkembangnya janin, tubuh ibu juga mengalami

perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk keperluan tumbuh dan

kembang sang bayi. Perubahan tersebut difasilitasi oleh adanya

perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron selama kehamilan.

Baik dari segi anatomis maupun fisiologis, perubahan yang ditimbulkan

terjadi secara menyeluruh pada organ tubuh ibu yang berjalan seiring

dengan usia kehamilan dalam trimester. Perubahan-perubahan tersebut

meliputi :

a. Uterus

Uterus atau rahim yang semula besarnya sebesar buah pir

akan mengalami hipertrofi atau hiperplapsia, sehingga beratnya

menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan (Prawirohardjo, 2014).

b. Vagina dan perineum

Pada minggu-minggu akhir kehamilan, prostaglandin

mempengaruhi penurunan konsentrasi serabut kolagen pada serviks.

Serviks menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada waktu

persalinan (Prawirohardjo, 2014).

14
c. Payudara / mammae

Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan

mensekresi cairan yang kental kekuningan yang disebut Kolostrum.

Pada trimester 3 aliran darah di dalamnya lambat dan payudara

menjadi semakin besar. (Manuaba, 2013).

d. Kulit

Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul

garis-garis kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan

kadang kadang juga muncul pada daerah payudara dan paha.

Perubahan warna tersebut sering disebut sebagai striae gavidarum.

(Manuaba, 2013).

e. Sistem kardiovaskuler

Peredaran darah wanita hamil dipengaruhi beberapa faktor,

antara lain meningkatnya kebutuhuan darah, terjadi hubungan

langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retroplasenter, dan

pengaruh hormon esterogen dan progesteron yang makin meningkat.

Perubahan terjadi pada volume darah yang meningkat sehingga

15
jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah,

sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Hemodilusi akan

disertai dengan penurunan penurunan konsetrasi hemoglobin hingga

dibawah 11 gr/dl dan timbulah masalah yang disebut dengan anemia

defesiensi zat bes (Prawirohardjo, 2014).

f. Sistem pernapasan

Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan

ukuran uterus dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30,

peningkatan volume tidal, volume ventilasi per menit, dan

pengambilan oksigen per menit akan mencapai puncaknya pada

minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih dalam sehingga

memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen

meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh

meningkatnya sekresi progesteron (Prawirohardjo, 2014).

g. Sistem urinaria

Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas

panggul menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria.

16
Keluhan sering berkemih pun dapat muncul kembali.

(Prawirohardjo, 2014).

h. Sistem Muskuloskletal

Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya

wanita hamil memiliki bentuk punggung cenderung lordosis.

Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap pada

wanita hamil dan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada bagian

bawah punggung (Prawirohardjo, 2014).

i. Sistem Pencernaan

Penurunan motilitas usus memungkinkan penyerapan nutrisi

lebih banyak, tetapi dapat muncul juga keluhan seperti konstipasi.

Sedangkan mual dapat terjadi akibat penurunan asam lambung

(Prawirohardjo, 2014).

3. Adaptasi psikologis kehamilan

17
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu / penantian

dan waspada sebab pada saat itu ibu marasa tidak sabar menunggu

kelahiran bayinya. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan

dukungan dari suami, keluarga dan bidan. Perubahan psikologis trimester

III, diantaranya:

a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan

tidak menarik. Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh

karena perubahan postur tubuh atau terjadi gangguan body image.

b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.

c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

d. Khawatir bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya. Pada

6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin meningkat,

merasa cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya.

e. Merasa sedih akan terpisah darinya.

f. Merasa kehilangan perhatian.

g. Perasaan mudah terluka dan sensitif.

h. Libido menurun.

i. Merasa tidak feminin menyebabkan perasaan takut perhatian suami

berpaling atau tidak menyenangi kondisinya.

18
j. Sulit tidur dikarenakan kondisi fisik atau frustasi terhadap

persalinan.

4. Evidence Based

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Berdasarkan penelitian Celen, dkk (2012), pemeriksaan dengan USG

sebelum usia gestasi 11 minggu dapat menggambarkan outcome dengan

baik. Pemeriksaan USG pada trimester pertama dan kedua dalam

penentuan usia gestasi, didapatkan hasil bahwa pemeriksaan USG pada

trimester I lebih akurat dibandingkan dengan trimester II dalam penentuan

usia gestasi.

Pemeriksaan Tinggi Fundus uteri (TFU)

Penelitian yang dilakukan oleh Charles (2013), dijelaskan bahwa

keseragaman teknik pengukuran (uniformity technique) juga menentukan validitas

dan reabilitas hasil ukur tinggi fundus uteri. Beberapa rekomendasi teknik tersebut

adalah memposisikan ibu terlentang (supinasi), memastikan kandung kemih

dalam keadaan kosong dan pita ukur dalam keadaan terbalik (Husin, 2014)

Perhitungan Indkes Masa Tubuh (IMT)

Perhitungan IMT ibu hamil dapat menjadi indikator pertumbuhan janin.

Studi Mitra (2012) menjelaskan bahwa IMT maternal menggambarkan kondisi

19
nutrisi maternal, dan secara konsisten berkaitan dengan pertumbuhan berat dan

panjang janin. Namun, berdasarkan studi Lakhanpal (2012), IMT meternal secara

statistic tidak menimbulkan perbedaan yang signifikan terhadap terjadinya

Intrauterine Growth Restriction (IUGR) pada janin yang dikandungnya.

5. Asuhan kebidanan pada kehamilan

Asuhan kebidanan pada ibu hamil bertujuan untuk melakukan

pengawasan sebelum persalinan, terutama ditujukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin pada rahim. Selain itu antenatal care bertujuan untuk

mendeteksi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwa wanita hamil. Oleh

karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan

selama periode antenatal:

a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (12 minggu).

b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua antara 13 minggu – 28

minggu.

c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga antara 28 minggu sampai

36 minggu dan sesudah 36 minggu (Manuaba, 2013).

20
Untuk mendapatkan semua informasi yang diperlukan, petugas

kesehatan memberikan asuhan antenatal yang baik, sesuai dengan

Kemenkes RI tahun 2016 dan Saifuddin (2010) pelayanan asuhan

antenatal harus sesuai standar yaitu “10 T”, meliputi :

a. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan

Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT

(Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil.

Rumus menghitung IMT :

IMT = Berat badan (kg)/(Tinggi Badan (m))

Tabel 2.1 Klasifikasi Nilai IMT

Kategori IMT

Rendah <19,8

Normal 19,8 – 26

21
Tinggi 26 – 29

Obesitas > 29

Sumber : Prawirohardjo, 2014

Tabel 2.2 Rentang total kenaikan berat badan yang


direkomendasikan untuk wanita hamil berdasarkan IMT sebelum
kehamilan

Rentang total kenaikan


Kategori IMT
yang dianjurkan (kg)

Rendah (IMT <19,8) 12,5 - 18

Normal (IMT 19,8 – 26) 11,5 - 16

22
Tinggi (IMT >26 hingga 29 7,0 – 11,5

Gemeli 16 – 20,5

Sumber : Varney (2004) dan Prawirohardjo (2014)

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi

faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan

keadaan rongga panggul.

b. Ukur tekanan darah

Tekanan darah normal 120/80mmHg. Bila tekanan darah lebih

besar atau sama dengan 140/90mmHg, ada faktor risiko hipertensi

(tekanan darah tinggi) dalam kehamilan (Kementerian Kesehatan RI,

2016).

c. Nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas)

Bila < 23,5cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi

23
Kronis (Ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

d. Ukur tinggi fundus uteri

Menurut Manuaba (2013) panjang fundus uteri pada usia

kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, usia kehamilan 32 minggu adalah

27 cm, dan usia kehamilan 36 minggu panjangnya 30 cm.

Dari pengukuran tinggi fundus uteri kita juga dapat menghitung

tafsiran berat janin dengan menggunakan rumus Johnson-Tausack =

(Md – N ) x 155. Dengan Md adalah jarak simfisis ke fundus uteri dan

N = 13 (apabila janin belum masuk PAP), 12 (apabila kepala janin

masih berada diatas spina ischiadika) dan 11 (apabila kepala sudah

dibawah spina ischiadika) (Salmah, 2006).

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala

belum masuk panggul kemungkinan adanya kelainan letak atau ada

masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/ menit atau

lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin

24
(Kementerian RI, 2016).

f. Pemberian Tablet Fe 90 Tablet

Pemberian tablet Fe yaitu 60 mg zat besi elemental segera setelah

mual/muntah berkurang, dan 400 µg asam folat 1x/sehari. Pemberian

selama kehamilan minimal sebanyak 90 tablet.

g. Imunisasi TT

Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan

angka kematian bayi atau neonatus yang disebabkan oleh tetanus.

Pemberian imunisasi TT sesuai jadwal:

Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi TT

Imunisasi Selang Waktu Minimal Lama Perlindungan


TT

25
TT 1 Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
tetanus.

TT 2 1 bulan setelah TT1 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun

TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun

12 bulan setelah TT 4

TT 5 > 25 tahun

Sumber : Kementrian kesehatan RI (2016)

Imunisasi TT jangan diberikan pada ibu dengan riwayat reaksi

26
berat terhadap imunisasi TT pada masa lalu nya (contoh: kejang, koma,

demam >40oC, nyeri/bengkak ekstensif di lokasi bekas suntikan).

h. Test laboratorium (rutin dan khusus)

1) Test golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil

bila diperlukan.

2) Memeriksa kadar Hb, guna mengetahui apakah ibu kekurangan

darah (Anemia).

WHO telah memberikan patokan berapa kadar Hb normal

pada ibu hamil, sekaligus memberikan batasan kategori untuk

anemia ringan dan berat selama kehamilan:

a. Normal: Hb > 11 gr/dl

b. Anemia Ringan: Hb 8-11 gr/dl

c. Anemia Berat: Hb < 8 gr/dl

3) Melakukan pemeriksaan urin (terutama protein)

4) Pemeriksaan darah lainnya sesuai indikasi, seperti malaria, HIV,

sifilis dan lain-lain.

i. Tatalaksana kasus

27
Dilakukan apabila ibu memiliki masalah dalam kesehatan saat hamil.

j. Temu Wicara, termasuk juga perencanaan persalinan dan pencegahan

komplikasi P4K serta KB pasca persalinan.

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan

kehamilan, pencegaham kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi

menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI ekslusif,

Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2016).

B. Persalinan dan Bayi Baru Lahir

1. Persalinan Normal

a. Persalinan

1) Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

28
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

terjadi pada kehamilan usia cukup bulan (>37 minggu) tanpa

disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus

berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka

dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan

perubahan serviks (Depkes RI, 2008).

Persalinan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a) Persalinan spontan

Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan

melalui jalan lahir.

b) Persalinan buatan

Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya

dengan ekstraksi vakum, forsep, ataupun sectio caecarea.

c) Persalinan anjuran

29
Persalinan yang berlangsung dengan pemberian obat untuk

merangsang timbulnya kontraksi, misalnya dengan pemecahan

ketuban, pemberian pitocin, atau prostaglandin.

2) Tanda dan Gejala Persalinan

Ada sejumlah tanda dan gejala peringatan akan

meningkatnya kesiagaan seorang wanita mendekati persalinan.

Wanita tersebut mungkin mengalami semua, sebagian atau bahkan

tidak sama sekali tanda gejala yang ada dibawah:

a) Lightening

Ligtening yang mulai dirasakan kira –kira dua minggu

sebelum persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi

kedalam pelvis minor. Pada presentasi sevalik, kepala bayi

biasanya engaged setelah lightening. Saat itu, sesak nafas yang

dirasakan oleh ibu opada trimester 3 berkurang, karena kondisi

ini akan menciptakan ruang baru abdomen atas untuk ekspansi

paru. Sebaliknya ibu akan merasa menjadi sering berkemih,

perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang

30
menyeluruh, kram pada tungkai, dan peningkatan statis pada

vena.

b) Perubahan Serviks

Perubahan serviks mendekati persalinan serviks semakin

matang. Konsistensi servik menjadi seperti pudding dan terjadi

sedikit penipisan.

c) Persalinan Palsu

Semakin tua usia kehamilan, pengeluaran progesteron dan

estrogen semakin berkurang sehingga oksitosin dapat

menimbulkan kontraksi yang lebih sering disebut his palsu.

Sifat his palsu yaitu, rasa nyeri ringan dibagian bawah,

datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan serviks, durasinya

pendek, dan tidak bertambah jika dibawa aktifitas.

d) Ketuban Pecah Dini

31
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu

persalinan. KPD dialami oleh 80% wanita hamil dan

mengalami persalinan spontan dalam 24 jam.

e) Bloody Show

Bloody show adalah pengeluaran lendir disertai dengan

darah melalui vagina. Dengan his permulaan, terjadi perubahan

pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan,

lendir yang terdapat dikanalis servikalis lepas, kapiler

pembuluh darah pecah, yang menjadikan perdarahan sedikit

3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Pada setiap persalinan, ada 5 faktor yang harus diperhatikan,

yaitu Power, Passanger, dan Passage, psikis ibu dan penolong

(Sumarah, 2010).

4) Tahap-Tahap dalam Persalinan

a) Kala I

32
Kala satu persalinan didefinisikan sebagai permulaan

kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan

serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap

(10 cm). Hal ini sering dikatakan sebagai tahap pembukaan

serviks (Varney, 2007).

Inpartu (mulai partus) ditandai dengan penipisan dan

pembukaan serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan

perubahan serviks, cairan lendir bercampur darah (bloody

show) melalui vagina. Darah berasal dari pecahnya pembuluh

darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran

ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala I terbagi atas 2 fase,

yaitu:

 Fase Laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap,

berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm,

pada umumnya fase laten berlangsung hampir 8 jam pada

multi para dan 12-13 jam pada primipara.

 Fase aktif

33
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan

meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap

adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam 10

menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari

pembukaan 4 hingga mencapai pembukaan 10 cm, sekitar 6

jam (Kemenkes RI, 2013). Hal tersebut berarti pembukaan

serviks pada fase aktif rata-rata adalah 1 cm perjam.

Observasi yang ketat harus dilakukan selama kala I

persalinan untuk keselamatan ibu, hasil observasi dicatat

dalam partograf. Partograf membantu penolong persalinan

dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan

klinik baik persalinan normal maupun yang disertai

dengan penyulit. Pecatatan partograf dimulai pada saat

proses persalinan masuk dalam “fase aktif. Untuk

menyatakan ibu sudah masuk dalam “fase aktif”harus

ditandai dengan:

a. Kontraksi yang teratur minimal 3 kali selama 10 menit

b. Lama kontraksi minimal 40 detik

c. Pembukaan 4 cm disertai penipisan

34
d. Bagian terendah sudah masuk pintu atas panggul

Bila pembukaan sudah mencapai > 4 cm tetapi

kualitas kontraksi masih kurang 3 kali dalam 10 menit

atau lamanya kurang dari 40 detik, pikirkan diagnose

inertia uteri (Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia,

2016).

Tabel 2.4 Frekuensi Minimal Penilaian dan Intervensi dalam


Persalinan Normal.

PARAMETER FASE LATEN FASE


AKTIF

Tekanan Darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Suhu Badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam

35
Nadi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Denyut Jantung Setiap 1 jam Setiap 30 menit


Bayi

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Pembukaan Servik Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Sumber : Depkes RI (2008)

b) Kala II

Kala dua adalah saat keluarnya janin. Dimulai saat serviks

sudah berdilatasi penuh dan ibu merasakan dorongan untuk

mengejan untuk mengeluarkan bayinya. Kala ini berakhir saat

36
bayi lahir. Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan

serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya

bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primipara

dan 1 jam pada multipara. Kala dua disebut juga kala

pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala dua persalinan :

 Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

 Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum

dan vaginanya.

 Perineum menonjol.

 Vulva-vagina dan spingter ani membuka.

 Meningkatnya pengeluaran lendir dan nulipara umumnya

bercampur sedikit darah.

Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva

membuka, perineum meregang. Dengan his yang terpimpin

terlahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II

pada primipara : 1 ½ – 2 jam, pada multipara ½ - 1 jam.

c) Kala III

Kala III adalah pemisahan dan keluarnya plasenta dan

membran, pada kala tiga ini, juga dilakukan pengendalian

37
perdarahan. Kala ini berlangsung dari lahirnya bayi sampai

plasenta dan membran dikeluarkan. Kala tiga persalinan

disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta.

Kala tiga dan empat persalinan merupakan kelanjutan dari kala

satu (kala pembukaan) dan kala dua (kala pengeluaran bayi).

Kala tiga persalinan dimulai segera setelah bayi lahir sampai

lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

(Saifuddin, 2010).

Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau

semua hal-hal dibawah ini :

 Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan

sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk

bulat penuh dan tinggi fundus biasanya sepusat.

 Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong

kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear

dan fundus berada diatas pusat (seringkali mengarah

kesebelah kanan).

 Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar

melalui vulva (Tanda Ahfeld).

 Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang

terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong

plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila

38
kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang

diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta

melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur

keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

Manajemen Aktif Kala III

Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk

menghasilkan kontraksi uterus lebih efektif sehingga dapat

mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi

kehilangan darah kala III jika dibandingkan dengan

penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan

kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca

persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri

dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan

dilakukan manajemen aktif kala tiga. Manajemen Aktif Kala

III Terdiri Dari Tiga Langkah Utama:

 Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit partama

setelah bayi lahir.

 Melakukan penegangan talipusat terkendali.

 Masase fundus uteri. (Depkes, 2008).

d) Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan setelah bayi dan uri lahir

untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya

39
perdarahan pospratum karena perdarahan post partum paling

sering terjadi pada 2 jam pertama.

Tujuh pokok penting didalam kala IV, antara lain:

 Kontraksi rahim: baik atau tidak kontraksi rahim dapat

diketahui dengan palpasi. Bila perlu lakukan massase dan

berikan uteretonika.

 Perdarahan: ada perdarahan aktif atau tidak, dan jumlah dari

perdarahan.

 Kandung kemih

 Luka-luka jahitan baik atau tidak.

 Penilaian terhadap kelengkapan plasenta.

 Keadaan umum ibu seperti tanda-tanda vital

 Memeriksa Kemungkinan Perdarahan dari Perineum

Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi

atau robekan perineum dan vagina. Laserasi diklasifikasikan

berdasarkan luasnya robekan :

a. Derajat I : terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior,

kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan

dan posisi luka baik.

b. Derajat II : terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior,

kulit perineum, dan otot perineum.

40
c. Derajat III : terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior,

kulit perineum, dan otot perineum ditambah dengan otot

sfingter ani eksterna.

d. Derajat IV : terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior,

kulit perineum, dan otot perineum, otot sfingter ani eksterna

dan dinding rectum anterior. Untuk derajat III dan IV

penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi

laserasi perineum derajat III dan IV, segera rujuk (Depkes,

2008).

5) Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran

bayi

Menurut Depkes (2008) lima benang merah tersebut adalah:

a) Membuat keputusan klinik

b) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi

c) Pencegahan infeksi

d) Pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan

e) Rujukan.

2. Persalinan Sectio Caesarea

a. Pengertian

41
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin

dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Prawirohardjo,

2014).

b. Keuntungan

Keuntungannya antara lain adalah proses melahirkan memakan

waktu yang lebih singkat, rasa sakit minimal, dan tidak mengganggu

atau melukai jalan lahir.

c. Kerugian

Sedangkan kerugian dari tindakan ini dapat menimpa baik ibu maupun

bayi yang dikandungnya. Menurut Sunaryo (2008), kerugian yang dapat

menimpa ibu antara lain:

(a) Resiko kamtian empat kali lebih besar disbanding persalinan

normal.

(b) Darah yang dikeluarkan dua kali lipat disbanding persalinan normal

(c) Rasa nyeri dan penyembuhan luka pasca operasi lebih laa

dibandingkan persalinan normal.

(d) Jahitan bekas operasi beresiko terkena infeksi sebab jahitan itu

terlapis-lapis dan preoses keringnya tidak merata.

42
(e) Perlekatan organ bagian dalam karena noda darah yang tidak

bersih.

(f) Kehamilan dibatasi dua tahun setelah operasi.

(g) Pembuluh darah dan kandung kemih bida tersayat pisau bedah.

(h) Air ketuban masuk pembuluh darah yang dapat menyebabkan

kematian mendadak saat mencapai paru-paru dan jantung.

Kerugian yang dapat menimpa bayi yaitu bayi cenderung

mengalami sesak nafas karena cairan dalam paru-parunya tidak keluar.

Pada bayi yang lahir normal, cairan akan keluar saat terjadi tekanan.

d. Indikasi

Para ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain

menganjurkan sectio caesarea apabila kelahiran melalui vagina

mungkin membawa resiko pada ibu dan janin. Indikasi untuk sectio

caesarea antara lain meliputi:

(a) Indikasi medis

Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :

 Power, yang memungkinkan dilakukan Sectio caesarea misalnya

daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit

menahun lain yang mempengaruhi tenaga.

 Passanger, diantaranya anak terlalu besar, kelainan letak lintang,

43
primigravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak

tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita

fetal distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan

melemah).

 Passage, kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma

persalinan serius pada jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi

pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak, umpamanya

herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota (kondiloma

sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata (penyakit

infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar

kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C.

(b) Indikasi ibu

 Riwayat Sectio caesarea

Selama bertahun-tahun, uterus yang mengalami

jaringan parut dianggap merupakan kontra indikasi untuk

persalinan karena ketakutan akan kemungkinan ruptur uterus.

Pada tahun 1996, 28% wanita riwayat sectio caesarea melahirkan

VBAC. Pada tahun1999, American College of Obstetricians and

Gynecologists (ACOG) menganjurkan VBAC di coba hanya di

institusi yang dilengkapi untuk melakukan perawatan darurat.

 Usia

44
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar

35 tahun, memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Pada usia

>35 tahun biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko,

misalnya kelainan bawaan dan penyulit pada waktu persalinan

yang disebabka oleh otot Rahim kurang baik untuk menerima

kehamilan. Proses reproduksi sebaiknya berlangsung pada ibu

berumur antara 20 hingga 34 tahun karena jarang terjadi penyulit

kehamilan dan persalinan (Prawirohardjo, 2014).

 Tulang Panggul

Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar

panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang

dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang

panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan.

 Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea

Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesarea tidak

mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara

operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang

45
mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi

terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak

mau membuka, operasi bisa saja dilakukan.

 Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir

yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan,

adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat

pendek, dan ibu sulit bernafas.

 Kelainan Kontraksi Rahim

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi

(inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim

sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan,

menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati

jalan lahir dengan lancar.

 Ketuban Pecah Dini

46
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya kantung

ketuban dapat menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi

ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal

sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang

mengelilingi janin dalam rahim.

(c) Indikasi Janin

 Distres Janin

Penatalaksanaan yang didasarkan pada pemantauan elektronik

denyut nadi janin (electronic fetal monitoring) menyebabkan

meningkatnya angka section caesarea atas indikasi denyut

jantung janin yang tidak meyakinkan.

 Bayi besar (makrosomia)

 Kelainan letak bayi seperti letak lintang dan sungsang

 Janin abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetik, dan

hydrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), sehingga

menyebabkan dokter memutuskan untuk melakukan operasi.

(d) Faktor Plasenta

 Plasenta previa

Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian

47
atau seluruh jalan lahir.

 Plasenta lepas (Solutio placenta)

Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat

dari dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi

dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum ia

mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.

 Plasenta acreta

Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada

umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang

kali, ibu berusia rawan untuk hamil diatas 35 tahun, dan ibu yang

pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang

menyebabkan menempelnya plasenta).

(e) Kelainan Tali pusat

 Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)

Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali

pusat. Pada keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di

samping atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.

 Terlilit tali pusat

48
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya.

Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran

oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman.

Lilitan tali pusat membahayakan ketika memasuki proses

persalinan dan terjadi kontraksi rahim (mules) dan kepala janin

turun memasuki saluran persalinan. Lilitan tali pusat bisa menjadi

semakin erat dan menyebabkan penurunan utero-placenter, juga

menyebabkan penekanan / kompresi pada pembuluh-pembuluh

darah tali pusat. Akibatnya suplai darah yang mengandung

oksigen dan zat makanan ke bayi menjadi hipoksia dan ibu akan

mengalami partus lama (Prawirohardjo, 2014).

e. Kontraindikasi

Kontraindikasi dilakukan sectio caesarea adalah tidak adanya

indikasi yang tepat untuk melakukan sectio caesarea. Adapun secara

lebih rinci dari kontraindikasi sectio caesarea adalah : Janin mati, syok,

anemia berat, kelainan kongenital berat, infeksi progenik pada dinding

abdomen, minimnya fasilitas operasi sectio caesarea (Prawirohardjo,

2014). Sebaiknya sebelum dilakukan persalinan SC perlu dilakukan

pemeriksaan : Kadar Hb, pemeriksaan Ulta sound pada usia 12 sampai

20 minggu, pemeriksaan Doppler untuk mengetahui kondisi jantung

49
janin, pemeriksaan hormone Hcg untuk mengetahui umur kehamilan,

amniosentesis untuk mengetahui fungsi paru janin.

3. Sistem Rujukan

a. Definisi

Sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional Depkes RI

2009, merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan

yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap

satu/lebih kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dari

unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara

horizontal antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.

b. Indikasi Rujukan

Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan

perlengkapan di suatu fasilitas kesehatan tidak mampu menatalaksana

komplikasi yang mungkin terjadi. Dalam pelayanan kesehatan

maternal dan pernatal, terdapat dua alasan untuk merujuk ibu hamil,

yaitu ibu dan/atau janin yang dikandungnya.

50
Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:

1) Rujukan kegawatdaruratan

Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan

sesegera mungkin karena berhubungan dengan kondisi

kegawatdaruratan yang mendesak.

2) Rujukan Berencana

Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan

persiapan yang lebih panjang ketika keadaan umum ibu masih

relatif lebih baik, misalnya di masa antenatal atau awal persalinan

ketika didapati kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak

dilakukan dalam kondisi gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan

dengan pilihan modalitas transportasi yang lebih beragam, nyaman,

dan aman bagi pasien.

d. Kontraindikasi Rujukan

51
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:

1) Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan

2) Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk.

3) Persalinan sudah akan terjadi.

4) Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani.

5) Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan.

e. Perencanaan Rujukan

1) Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya,

karena rujukan harus medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau

keluarganya. Tenaga kesehatan perlu memberikan kesempatan,

apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan dan

pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan

sebaiknya meliputi:

52
(a) Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan

(b) Alasan untuk merujuk ibu

(c) Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan

(d) Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan

(e) Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan

untuk merujuk

(f) Tujuan rujukan

(g) Modalitas dan cara transportasi yang digunakan

(h) Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu

(i) Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan

kesehatan yang dituju

(j) Perkiraan lamanya waktu perawatan

(k) Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen

kelengkapan untuk Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)

(l) Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan

menggunakan modalitas transportasi lain

(m) Pilihan akomodasi untuk keluarga

53
2) Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan

sampaikan kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien

hal-hal berikut ini:

(a) Indikasi rujukan

(b) Kondisi ibu dan janin

(c) Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi

lingkungan dan cuaca menuju tujuan rujukan)

(d) Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan

(e) Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum

transportasi, berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan

sebelumnya

3) Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan

menerima pasien adalah:

(a) Nama pasien

54
(b) Nama tenaga kesehatan yang merujuk

(c) Indikasi rujukan

(d) Kondisi ibu dan janin

(e) Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya

(f) Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien u

Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut

telah dicatat dan diketahui oleh tenaga kesehatan di pusat

layanan kesehatan yang akan menerima pasien.

4) Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung

ataupun melalui faksimili) sesegera mungkin:

(a) Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil

pemeriksaan, diagnosis kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan

rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang

memberi pelayanan)

(b) Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal

(c) Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini

(d) Hasil pemeriksaan penunjang

55
(e) Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan

kesehatan

5) Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang identifikasi.

Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan

kanul berukuran 16 atau 18.

6) Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi

segera setelah berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan

rujukan. Semua resusitasi, penanganan kegawatdaruratan dilakukan

sebelum memindahkan pasien.

7) Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan

untuk merujuk, dengan mempertimbangkan juga kemungkinan

yang dapat terjadi selama transportasi.

8) Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.

9) Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:

(a) Keadaan umum pasien

(b) Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)

(c) Denyut jantung janin

56
(d) Presentasi

(e) Dilatasi serviks

(f) Letak janin

(g) Kondisi ketuban

(h) Kontraksi uterus: kekuatan, frekuensi, durasi

10) Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama tenaga

kesehatan dan jam pemeriksaan terakhir.

Untuk memudahkan dan meminimalkan resiko dalam

perjalanan rujukan, keperluan untuk merujuk ibu dapat diringkas

menjadi BAKSOKU (Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan,

dan Uang).

4. Evidence Based

Hubungan pendampingan suami dengan tingkat kecemasan ibu

dalam menghadapi proses persalinan kala I

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elisa, dkk (2013),

terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan tingkat

kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan kala I. Suami sebagai orang

57
yang paling sering mendampingi ibu saat bersalin, memiliki pengaruh

yang cukup dominan terhadap keberhasilan persalinan yang aman, sangat

kecil kemungkinan gangguan emosional dan fisiknya, komplikasi pada

bayi yang akan dilahirkan, serta akan memudahkan persalinan.

Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tingkat nyeri persalinan

Salah satu managemen nyeri persalinan adalah dengan tehnik relaksasi

nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan teknik pereda nyeri yang

banyak memberikan masukkan terbesar karena teknik relaksasi dalam persalinan

dapat mencegah kesalahan yang berlebihan pasca persalinan. Adapun relaksasi

bernafas selama proses persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf

simpatis dalam keadaan homeostasis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai

darah, mengurangi kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradaptasi dengan

nyeri selama proses persalinan.

Berdasarkan hasil penelitian Kusyati dan Astuti (2012), tingkat nyeri

sesudah teknik relaksasi nafas dalam dengan nyeri paling rendah 2 dan tertinggi 8.

Berbeda dengan sebelum teknik relaksasi nafas dalam dengan nyeri rendah 4 dan

tertinggi 9. Hasil penelitian ini menunjukkan ibu yang mengalami nyeri berat

mengalami penurunan tingkat nyeri setelah diberikan teknik relaksasi nafas

dalam.

58
Terapi pijat terhadap pengurangan nyeri persalinan kala I fase aktif

Nyeri persalinan merupakan nyeri yang timbul karena adanya kontraksi

otot-otot uterus, hipoksia dari otot- otot yang mengalami kontraksi, peregangan

serviks pada waktu membuka, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen

bawah rahim. Salah satu cara penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengurangi

nyeri persalinan adalah dengan endorphin-induced massage. Pijat ini merupakan

teknik sentuhan serta pemijatan ringan yang dapat menormalkan denyut jantung

dan tekanan darah, serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh ibu hamil

dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Teknik ini dapat

meningkatkan pelepasan zat oksitosin. Pijatan dimulai pada lengan atas kemudian

turun hingga pada lengan bawah. Pijatan bisa juga dilakukan pada daerah bahu,

punggung, leher dan juga paha.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novoyanti, dkk (2016) menunjukan

bahwa sebelum dilakukan endorphin-induced massage, 33 (91,7%) responden

mengalami skala nyeri berat dan, setelah dilakukan endorphin-induced massage,

sebagian besar responden atau 32 orang (88,9%) mengalami nyeri sedang. Hal ini

menunjukkan bahwa pijat ini memiliki pengaruh terhadap nyeri persalinan kala I

fase aktif Endorphin-induced massage disarankan untuk memberikan sebagai

intervensi dan asuhan kebidanan pada ibu selama persalinan kala I fase aktif.

5. Asuhan Kebidanan pada Persalinan

59
Asuhan kebidanan pada persalinan normal pada kala I

Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti: suami, keluarga,

atau teman terdekat

1) Mengatur aktivitas dan posisi ibu

2) Membimbing ibu untuk rileks ketika ada his, misalnya ibu diminta

menarik nafas panjang dan kemudian dilepaskan dengan cara meniup

sewaktu ada his.

3) Menjaga privasi ibu dengan cara menggunakan penutup atau tirai

4) Penjelasan tentang kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi pada

tubuh ibu, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil

pemeriksaan.

5) Menjaga kebersihan diri, membolehkan ibu untuk mandi,

menganjurkan ibu untuk membasuh sekitar kemaluannya selesai

BAK/BAB.

6) Mengatasi rasa panas menggunakan kipas angin / AC dalam kamar.

7) Massase pada punggung mengurangi rasa sakit.

8) Pemberian nutrisi dan hidrasi untuk memenuhi kebutuhan energi dan

mencegah dehidrasi.

9) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong.

10) Sentuhan bertujuan untuk mengurangi rasa kesendirian selama proses

persalinan (Prawirohardjo, 2014).

60
6. Bayi Baru Lahir 1 jam

e. Bayi Baru Lahir

1) Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan

individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma

kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari

kehidupan intrauterine ke kehidupan ektrauterin (Sudarti, 2010).

2) Tujuan perawatan bayi baru lahir

Perawatan bayi bertujuan menilai kondisi bayi baru lahir dan

membantu terlaksananya pernafasan spontan serta mencegah

hipotermi dan mengurangi angka kematian bayi.

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, antara lain:

a) Membersihkan jalan nafas.

b) Memotong dan merawat tali pusat.

c) Mempertahankan suhu tubuh bayi.

d) Mencegahan infeksi.

3) Pemantauan bayi baru lahir

61
Hal-hal yang dinilai pada jam pertama sesudah lahir:

a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah

b) Bayi tampak aktif

c) Bayi kemerahan atau biru

d) Feces: feces berupa mekonium yakni seperti titik hitam, pekat

yang telah berada dalam saluran pencernaan sejak janin berusia

16 minggu. Mulai keluar dalam 24 jam pertama lahir sampai

hari ke 2 dan 3, selanjutnya hari ke 4-5 berwarna cokelat

kehijauan, kemudian kuning dan lembek jika minum ASI.

e) Tali pusat: pemotongan talipusat merupakan pemisahan antara

kehidupan bayi dan ibu. Tali pusat biasanya lepas 7-10 hari

setelah lahir.

f) Refleks: bayi yang dilahirkan mempunyai sejumlah refleks

merupakan dasar bagi bayi untuk mengadakan reaksi dan

tindakan aktif.

g) Refleks tersebut terdiri dari:

 Refleks rooting : refleks mencari

 Reflek sucking : refleks menghisap

 Refleks swallowing : refleks menelan

 Refleks moro : refleks seolah-olah memeluk

 Refleks tonik neck : refleks otot leher

 Refleks grasping : refleks menggenggam

62
 Refleks babinsky : refleks telapak kaki akan defleksi

 Refleks walking : refleks melangkah

h) Berat badan bayi baru lahir: dalam tiga hari pertama

mengalami penurunan karena bayi mengeluarkan air kencing

dan mekonium, kemudian pada hari ke-4 berat badan akan naik

lagi dalam 10 hari berat badan kembali normal (Dewi, 2010).

4) Ciri-ciri bayi normal

Ciri-ciri bayi normal antara lain:

a) Berat badan 2500-4000 gram

b) Panjang badan 48-52 cm

c) Lingkar dada 30-38 cm

d) Lingkar kepala 33-35 cm

e) Bunyi jantung pertama kira-kira 180x/menit, kemudian

menurun sampai 120-160 x/menit

f) Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80x/menit,

kemudian menurun sekitar 40-60 kali/menit

g) Kulit kemerah-merahan, licin dan diliputi verniks caseosa

h) Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya

telah sempurna.

i) Kuku telah agak panjang dan lemas

j) Pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia

minora, dan pada bayi laki-laki testis sudah turun.

63
k) Refleks menghisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

l) Reflek moro sudah baik

m) Eliminasi baik, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam

pertama (Dewi, 2010).

5) Tanda bahaya bayi baru lahir

a) Sulit bernapas atau lebih dari 60 kali/menit

b) Suhu terlalu tinggi (>38oC) atau terlalu dingin (< 36oC)

c) Kulit bayi kuning (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau

memar.

d) Hisapan saat menyusui lemah, rewel, sering muntah.

e) Tali pusat memerah, bengkak, keluar cairan dan berdarah.

f) Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah,

bengkak, bau busuk, keluar cairan dan pernapasan sulit.

g) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja

lembek/encer, berwarna hijau tua ada lendir atau darah.

h) Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, dan menangis

terus-menerus (Saifuddin, 2010).

f. Evidence Based

Inisiasi menyusui dini (immediate breasfeeding) menentukan

kesuksesan menyusui selanjutnya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fikawati (2003),

Inisiasi Menyusu Dini akan menentukan kesuksesan menyusui

64
selanjutnya, karena ibu yang memberikan ASI dalam satu jam pertama

setelah melahirkan mempunyai peluang 2-8 kali lebih besar untuk

memberikan ASI eksklusif. Kontak awal ini merupakan periode

sensitif, sehingga apabila terlambat, perkembangan anak dan

keberhasilan menyusui akan terganggu.

Kunci utama keberhasilan immediate breastfeeding terletak pada

penolong persalinan karena dalam 30 menit pertama setelah bayi lahir

umumnya peran penolong persalinan masih sangat dominan. Bila ibu

difasilitasi oleh penolong persalinan untuk segera memeluk bayinya

diharapkan interaksi ibu dan bayi ini akan segera terjadi. Dengan

immediate breastfeeding ibu semakin percaya diri untuk tetap

memberikan ASInya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan

makanan/minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa nyaman

menempel pada payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu segera

setelah lahir.

g. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Umur 1 jam

Asuhan bayi segera setelah lahir adalah asuhan yang diberikan

kepada bayi selama menit-menit pertama setelah kelahiran. Menurut

Depkes tahun 2008, asuhan yang diberikan kepada bayi segera setalah

lahir adalah asuhan yang segera, aman, dan bersih. Asuhan bayi baru

65
lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut pada

satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang baru

lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit

bantuan atau gangguan.

Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir :

1) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat,

2) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu

(Prawirohardjo, 2014).

Asuhan yang dapat diberikan kepada bayi baru lahir normal

antara lain:

1) Membersihkan jalan nafas, bayi lahir normal akan menangis

spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung

menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan

cara sebagai berikut:

a) Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat keras dan

hangat

b) Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga

leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi

kepala diatur lurus sedikit terngadah kebelakang.

c) Bersihkan hidung, rongga mulut dengan alat penghisap

lendir.

66
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok

kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan

ini biasanya bayi segera menangis.

2) Memotong dan merawat tali pusat.

Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera

dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada

bayi. Tali pusat dipotong 5cm dari dinding perut bayi dengan

gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Pembalut tersebut

diganti setiap hari dan atau setiap kali pembalut basah atau kotor.

3) Mempertahankan suhu tubuh bayi.

Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur

tetap suhu tubuhnya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk

membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat

dan kering.

67
Upaya pencegahan kehilangan panas:

a) Mengeringkan tubuh bayi secara seksama

b) Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi

c) Selimuti ibu dan bayi serta pakaikan topi dikepala bayi

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

e) Tidak memandikan bayi sesegera mungkin, menunggu

minimal 6 jam setelah persalinan.

f) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.

g) Bayi jangan dibedong terlalu ketat karena dapat menghambat

gerakan bayi.

4) Memberi vitamin K, guna mencegah terjadinya perdarahan pada

bayi baru lahir. Maka semua bayi baru lahir normal dan cukup

bulan perlu diberi vitamin K 1mg dengan dosis 0,5 mg I.M.

(Kementrian Kesehatan, 2014).

5) Memberi salep mata. Setiap bayi baru lahir perlu diberi salep

mata. Pemberian obat mata eritromosin 0,5% atau tetrasiklin 1%

dianjurkan untuk pencegahan penularan infeksi (Kementrian

Kesehatan RI, 2014).

6) Identifikasi, alat yang digunakan hendaknya kebal air dan tepi

yang halus dan tidak melukai, tidak mudah sobek dan tidak

mudah lepas. Pada gelang identifikasi harus tercantum: nama

68
(bayi, nyonya), tanggal lahir, waktu lahir, berat badan, panjang

badan, dan jenis kelamin.

7) Inisiasi menyusui dini

Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD):

a) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya

segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.

b) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan

inisiasi menyusu dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap

untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.

c) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan

kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai

dilakukan (Depkes, 2008).

C. Bayi

1. Asuhan pada bayi umur 24 jam sampai dengan bayi 6 minggu

a. Perawatan fisik bayi baru lahir

b. Menjaga kebersihan bayi

c. Merawat tali pusat

d. Indentifikasi bayi atau beri bayi penanda yang sama dengan ibunya

69
e. Berikan bayi kepada ibuya atau dengan rawat gabung dan biarkan

bayi disusui oleh ibunya.

f. Pemeriksaan tanda bahaya pada bayi seperti kejang, demam tinggi,

tali pusat bernanah.

g. Menjaga suhu bayi

2. Evidence Based

Menjemur bayi dengan tepat

Dalam artikel IDAI (2015), dijelaskan bahwa saat ini pilihan terapi

untuk ikterus neonatorum yang utama adalah fototerapi, bukan paparan

sinar matahari. paparan sinar matahari pada bayi dapat meningkatkan

risiko berkembangnya melanoma dan kanker lainnya pada usia lanjut.

Oleh karena itu, perlindungan terhadap sinar matahari terutama pada

bayi, sangat penting untuk mengurangi risiko terkena kanker kulit.

American Academy of Pediatric (2011) merekomendasikan cara

menjemur bayi dengan tepat yaitu dengan memakaikan baju, topi, dan

tabir surya selama menjemur bayinya. Ketika berada di luar, minimalisasi

bayi terkena paparan cahaya matahari. Hindari paparan sinar matahari

pada pukul 10.00-16.00. Paparan sinar matahari harus dihindari bagi bayi

berusia kurang dari 6 bulan dan bayi harus selalu menggunakan pakaian

dan topi untuk melindungi kulit. Orangtua boleh memberikan tabir surya

70
saat sinar matahari tidak dapat dihindari dan hanya diberikan pada kulit

yang terpapar saja.

D. Nifas

1. Pengertian Masa

Nifas

Masa nifas (Puerperium) adalah mulai partus selesai dan berakhir setelah

kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti

sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Prawirohardjo, 2014).

2. Tujuan asuhan masa nifas

a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas

b. Menjaga kesehatan mulut ibu dan bayi

c. Melaksanakan skrining secara komprehensif

d. Memberikan pendidikan kesehatan diri

e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara.

f. Konseling mengenai KB (Siti Soleha, 2009).

3. Tahapan masa nifas

71
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:

a. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa

ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia

uteri. Oleh karena itu, bidaan dengan teratur harus melakukan

pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah dan

suhu.

b. Periode early postpartum ( 24 jam – 1 minggu )

Pada fase ini ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta

menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.

c. Periode late postpartum ( 1 minggu – 5 minggu )

72
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

apabila ibu selama hamil atau bersalin mempunyai komplikasi.

4. Asuhan kebidanan masa nifas

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali yaitu pada 6

jam,6 hari, 2 minggu dan 6 minggu. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status

ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi,serta manangani

masalah-masalah yang terjadi.

Tabel 2.5 Asuhan Kebidanan Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

73
- Mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri.
1 6-8 jam setelah persalinan - Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan, rujuk
jika perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga,
bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
- Pemberian ASI awal.
- Melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir.
- Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah terjadi hipotermi.
- Jika petugas kesehatan
menolong persalinan, petugas
kesehatan harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan
stabil.

2 6 hari setelah persalinan - Memastikan involusi uterus


berjalan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, fundus
di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal atau tidak
ada bau.
Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.

- Memastikan ibu cukup


mendapatkan makanan, cairan dan
istirahat.
- Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi agar tetap
hangat dan merawat bayi sehari-

74
hari.
- Sama seperti kunjungan II yaitu:
- Memastikan involusi uterus
3 2 minggu setelah persalinan berjalan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, fundus
di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal atau tidak
ada bau.
- Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.
- Memastikan ibu cukup
mendapatkan makanan, cairan dan
istirahat.
- Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda- tanda
penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi agar tetap
hangat dan merawat bayi sehari-
hari.

4 6 minggu setelah persalinan - Menanyakan pada ibu, penyulit


yang ibu atau bayi alami.

- Memberikan konseling KB
secara dini.

Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2014

Pelayanan pasca persalinan atau masa nifas harus terselenggara

untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, meliputi upaya pencegahan,

75
deteksi dini masalah yang terjadi dan pengobatan komplikasi atau penyakit

yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara

menjarangkan kehamilan, imunisasi bayi dan kebutuhan nutrisi bagi ibu

(Prawirohardjo, 2014).

5. Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan,

menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode

tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah (Ambarwati, 2008).

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:

a. Fase Taking In

76
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari

hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada

dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.

Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka

jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase

ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.

b. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu

merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam

perawatan bayinya. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi

yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan

tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan yaitu mengajarkan

cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka

jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan

diri dan lain-lain.

c. Fase Letting Go

77
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran

barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah

mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi

peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri

akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya

dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat

bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga

kondisi fisiknya.

6. Adaptasi Perubahan Fisik Masa Nifas

a. Involusi Uterus

Dalam masa nifas, alat-alat genitalia iterna maupun eksterna akan

berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Perubahan-perubahan alat-alat genitalia ini dalam keseluruhannya

disebut involusi.

Tabel 2.6 Involusi Uterus

78
Involusi TFU Berat Uterus

Bayi lahir Sepusat 1000 gram

Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram

Pertengahan pusat
1 minggu 500 gram
simpisis

2 minggu Tak teraba 350 gram

Berukuran normal seperti


6 minggu 50 gram
semula

Sumber: Prawirohardjo 2014)

79
b. Ligamen-ligamen

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi menciut

dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan

menjadi retrofleksi, karena ligamentum menjadi kendor.

c. Sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan

yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,

haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur

dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian

cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3

hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau

diberikan obat yang lain.

d. Sistem hematologi dan kardiovaskular

80
Leukositosis akan meningkat pada beberapa hari post partum,

sehingga dianjurkan untuk mengajarkan pada ibu cara menjaga

kebersihan genetalia. Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit

akan bervariasi pada awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah,

volume plasma, dan volume sel darah yang berubah-ubah (Saleha,

2009).

e. Perubahan sistem perkemihan.

Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu. Urine

biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini

disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam

kehamilan dan sekarang dikeluarkan.

f. Perubahan Sistem Musculoskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan

pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan

menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor.

81
Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang

berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding

abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan

dibantu dengan latihan.

g. Perubahan sistem endokrin

1) Hormon plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.

Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan

menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan

sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.

2) Hormon pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak

menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH

82
meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan

LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

3) Hipotalamik Pituitary Ovarium

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan

mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali

menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan

rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi

sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45%

setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40%

menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90%

setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama

anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama

anovulasi.

h. Perubahan sistem kardiovaskular

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc.

Bila kelahiran melalui sectio caesarea, maka kehilangan darah dapat

dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah (blood volume) dan

83
hematokrit (haemoconcentration). Bila persalinan pervaginam,

hematokrit akan naik dan pada section caesaria hematokrit cenderung

stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.

Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume

darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban

pada jantung, dapat menimbulkan decompensationcordia pada

penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme

kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume

darah kembali seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5

postpartum.

i. Lokhea

Lokhea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

pada masa nifas (Prawirohardjo, 2014). Jenis- jenis lokhia:

1) Lokhia Rubra

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua, vernik caseosa, lanugo dan mekonium, selama dua hari

pascapersalinan.

2) Lokhia Sanguinolenta

84
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke-3

sampai ke-7 pascapersalinan.

3) Lokhia Serosa

Berwarna kuning, cairan tidak berubah, pada hari ke-7

sampai ke-14 pascapersalinan.

4) Lokhia Alba

Cairan putih setelah 2 minggu.

5) Lokhia Purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk

j. Endometrium

85
Perubahan yang terjadi pada endometrium adalah timbulnya

trombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta.

Vagina dan lubang vagina pada awal puerperium merupakan saluran

yang luas dan berdinding tipis. Rugae timbul kembali pada minggu ke

tiga (Saleha, 2009).

k. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari

pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur

akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

l. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali

86
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan

sebelum melahirkan.

m. Laktasi

Umumnya produksi air susu baru berlangsung betul pada hari ke 2-

3 postpartum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum

yang merupakan cairan kuning lebih kental dari pada air susu,

mengandung banyak protein albumin dan globulin.

n. Perubahan tanda-tanda vital.

1) Suhu Badan

Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit

(37,5°C – 38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,

kehilangan cairan dan kelelahan. Biasanya pada hari ketiga suhu

badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada

menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila

87
suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,

mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.

Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.

3) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan

rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan

darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya

preeklampsi postpartum.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan

suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga

88
akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada

saluran nafas.

7. Prinsip Penyembuhan Luka

Prinsip penyembuhan luka menurut Afyalvin dikutip Paskalilaudes

(2016) adalah kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan

dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap

orang, respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap

dijaga, respon tubuh secara sistemik pada trauma, aliran darah dari dan ke

jaringan yang luka, penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas

dari benda asing termasuk bakteri.

8. Evidence Based

Faktor-faktor yang menghambat produksi ASI pada ibu Post SC

Penelitian yang dilakukan oleh Nurliawati (2010) menunjukkan

bahwa karakteristik responden yaitu umur, paritas, tingkat pendidikan dan

pekerjaan tidak berhubungan dengan produksi ASI. Faktor yang

berhubungan dengan produksi ASI adalah nyeri, asupan cairan, kecemasan,

motivasi, dukungan suami dan atau keluarga dan informasi tentang ASI.

89
Analisis lebih lanjut menunjukan bahwa faktor yang paling berpengaruh

terhadap produksi ASI adalah motivasi.

Hisapan bayi mempengaruhi produksi ASI

Penelitian yang dilakukan oleh Tauriska dan Umamah (2017),

menyebutkan bahwa semakin sering bayi menghisap payudara dengan

benar, ASI semakin sering diproduksi. Fisiologi, terbentuknya ASI

dipengaruhi hormon prolaktin yang menentukan dalam hal pengadaan dan

mempertahankan sekresi air susu. Isapan bayi yang efektif akan

mengoptimalkan rangsangan ke otak yang akan memerintahkan untuk

memproduksi hormon prolaktin dan oksitosin. Oleh karena itu, diharapkan

bagi ibu menyusui tetap mempertahankan untuk menyusui bayinya dengan

cara menyusui yang benar untuk meningkatkan produksi ASI.

BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Kunjungan Pertama

Tanggal 20 Maret 2017 pukul 20.00 WIB

90
Identitas

Nama Ibu : Ny.S Nama Suami : Tn. A

Umur : 33 tahun Umur : 42 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU

Perkejaan :Ibu rumah Pekejaan : Wiraswasta

tangga

Alamat : Cakung Barat RT 01/09, Jakarta Timur.

Data Subjektif

1. Alasan datang

Datang ke BPM Bd.Oom Markonah ingin memeriksakan

kehamilannya dengan keluhan nyeri punggung.

2. Riwayat Haid

91
Menarche usia 13 tahun. HPHT tanggal 24 Juli 2016, lamanya 5-6

hari, banyaknya 3 kali ganti pembalut perhari. Haid sebelumnya pada

tanggal 26 Juni 2016 lamanta 5-6 hari, siklus haid yaitu 28 hari. Taksiran

persalinan pada tanggal 1 Mei 2017.

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu

Anak I. Lahir pada tahun 2005, lahir cukup bulan, spontan,

ditolong oleh bidan, tidak ada penyulit pada saat persalinan, jenis

kelamin perempuan, berat badan lahir 2700 gram, panjang badan lahir 48

cm, keadaan sehat, dan nifas baik.

Anak II. Lahir pada tahun 2007, lahir cukup bulan, spontan,

ditolong oleh bidan, tidak ada penyulit pada saat persalinan, jenis

kelamin laki-laki, berat badan lahir 3100 gram, panjang badan lahir 49

cm, keadaan sehat, dan nifas baik.

4. Riwayat Keluarga Berencana

Akseptor KB jenis pil sejak tahun 2005, lamanya 1 tahun, alasan

berhenti ingin mempunyai anak lagi dan tidak terdapat keluhan.

92
Akseptor KB jenis suntik tiga bulan sejak tahun 2007, lamanya 8,5

tahun, alasan berhenti ingin mempunyai anak lagi, dan tidak terdapat

keluhan.

5. Riwayat Penyakit yang dan sedang diderita

Ibu tidak memiliki riwayat atau menderita penyakit seperti

hipertensi, hepatitis B, jantung, asma, diabetes mellitus, alergi, infeksi

menular seksual.

6. Riwayat dan kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi

1) Sebelum hamil : Untuk nutrisi frekuensi makan tiga kali

sehari, dengan porsi satu piring, jenis makanan adalah nasi, sayur,

dan lauk. Tidak terdapat pantangan dan keluhan dalam pola

nutrisi sebelum hamil. Untuk hidrasi frekuensi minum ialah

empat sampai dengan lima gelas perhari, jenis minuman air putih

dan teh manis.

2) Saat hamil : Untuk nutrisi frekuensi makan pada

trimester pertama menurun menjadi dua kali sehari dikarenakan

emesis gravidarum yang diderita namun pada usia 12 minggu

pola nutrisi kembali seperti sebelumnya yaitu tiga kali sehari,

93
dengan porsi satu piring, jenis makanan adalah nasi, sayur, lauk,

dan biscuit. Untuk hidarasi frekuensi minum menjadi enam

sampai delapan gelas perhari dengan air putih, dan susu hamil

satu gelas perhari.

b. Pola Eliminasi

1) BAK : Sebelum hamil frekuensi BAK yaitu empat

sampai enam kali sehari, warna kuning jernih, dan tidak terdapat

keluhan. Saat hamil frekuensi BAK meningkat yaitu enam sampai

delapan kali sehari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan seperti

nyeri saat berkemih.

2) BAB : Sebelum hamil dan saat hamil frekuensi

BAB yaitu satu kali sehari, konsistensi lunak, warna kuning

kecoklatan dan tidak terdapat keluhan.

c. Personal Hygiene : Sebelum hamil mandi dua kali sehari,

mengganti pakaian dua kali sehari, sikat gigi duakali sehari dan

keramas satu kali dalam dua hari. Saat hamil frekuensi mandi dua

kali sehari, mengganti pakaian dua sampai tiga kali sehari

dikarenakan lebih mudah berkeringat, gosok gigi dua kali sehari, dan

keramas satu kali dalam dua hari.

7. Kondisi Psikososial (keluarga inti, perkawinan, kehamilan)

94
Ibu tinggal bersama suami dan dua orang anaknya. Ibu pertama

kali menikah pada umur 20 tahun dan suami berumur 29 tahun.

Kehamilan ini merupakan kehamilan yang direncanakan oleh ibu dan

suami.

8. Riwayat Kehamilan Trimester I, II dan III

a. Trimester I : Kunjungan sebanyak satu kali di bidan

Oom Markonah pada saat usia kehamilan 17 minggu dengan keluhan

mual dan muntah. Terapi yang diberikan adalah Fe 1x1, Kalk 1x1, dan

Vitamin C 1x1.

b. Trimester II : Kunjungan sebanyak tiga kali di bidan

Oom Markonah dengan tidak ada keluhan dan terapi yang diberikan

ialah Fe 1x1, Kalk 1x1, dan vitamin C 1x1.

c. Trimester III : Kunjungan pertama pada trimester ketiga

pada tanggal 20 Maret 2017 di bidan Oom Markonah, pemeriksaan

kehamilan dilakukan oleh Mahasiswa dan didampingi oleh bidan

dengan keluhan pegal-pegal di daerah pinggang. Terapi yang

diberikan adalah Fe 1x1, Kalk 1x1, dan Vitamin B6 2x1.

9. Imunasasi TT

95
Status imunisasi TT sebanyak lima kali. Imunisasi TT pertama

dilakukan pada saat sebelum menikah., imunisasi TT kedua dan ketiga

pada saat ibu hamil anak pertama, imunisasi TT keempat dan kelima

pada saat ibu hamil anak kedua.

10. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

Ibu bernama Ny. S, taksiran persalinan pada tanggal 1 Mei 2017, ibu

mengatakan ingin ditolong oleh bidan di BPM bidan Oom Markonah,

pendamping saat persalinan yaitu suami, transportasi yang akan

digunakan oleh ibu untuk mencapai tempat bersalin adalah motor dan

golongan darah ibu adalah O+. Biaya persalinan ibu yaitu ditanggung

oleh ibu dan suami.

Data Objektif

Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Keadaan Emosional : Stabil

4. Antropometri

96
a. Berat badan sebelum hamil : 44 kg

b. Berat Badan saat hamil : 51 kg

c. Tinggi Badan : 145 cm

d. Lingkar Lengan Atas (LILA) : 26 cm

e. Indeks Massa Tubuh (IMT) : 20,93 (normal)

5. Tanda-tanda Vital

a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

b. Nadi : 80 x/m

c. Pernapasan : 22 x/m

d. Suhu : 360C

Pemeriksaan Fisik

1. Kepala : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, dan tidak

ada benjolan

2. Rambut : Bentuk rambut lurus, berwarna hitam, bersih

3. Wajah : Tidak ada oedem, tidak pucat

4. Mata : Simetris, sclera putih, konjungtiva merah, tidak

mengeluarkan sekret

5. Hidung : Simetris, tidak mengeluarkan sekret

6. Rongga Mulut : Simetris, tidak ada somatic, tidak ada karies

7. Telinga : Simetris, tidak mengeluarkan sekret

97
8. Leher : Tidak ada pembengkakan dan pembesaran kelenjar

tiroid

9. Dada : Tidak ada bunyi wheezing pada paru-paru

10. Payudara : Simetris, tidak ada lesi, puting susu menonjol, tidak ada

pembengkakan, tidak ada benjolan, belum mengeluarkan ASI

11. Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, ada Linea Nigra, dan tidak

ada Striae Gravidarum

12. Ekstermitas atas: Simetris, tidak ada oedem

13. Ekstermitas bawah: Simetris, tidak ada oedem

14. Genetalia : Vulva vagina bersih, tidak ada lesi, tidak ada tanda infeksi

menular seksual, tidak ada oedem, tidak ada varises

15. Anus : tidak ada hemoroid

16. Reflek Patela : Positif (+)

Pemeriksaan Obstetri

TFU 29 cm, difundus teraba bokong, dibagian kanan perut ibu teraba

ekstermitas janin, bagian kiri perut ibu teraba punggung janin, bagian terendah

teraba kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul. Taksiran berat janin

dengan menggunakan rumus Johnson-Thousack yaitu (29-13) x 155 = 2480 gram.

Detak jantung janin 138 kali / menit, teratur, puntum maksimum satu

tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis.

98
Pada vulva vagina bersih, tidak ada lesi, tidak ada tanda infeksi menular

seksual, tidak ada oedem, tidak ada varises.

Analisa

Diagnosa Ibu : G3P2A0 hamil 34 minggu 1 hari

Diagnosa Janin : Tunggal, Hidup, Intrauterin, Presentasi Kepala

Masalah : Nyeri Punggung

Kebutuhan : Mekanik tubuh (Body Mechanic)

Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan kondisi ibu

dan janinnya saat ini baik. Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan dan ibu

senang mendengar bahwa kondisi ibu dan janin baik.

2. Memberitahu Ibu bahwa nyeri punggung yang Ibu rasakan adalah hal yang

wajar di kehamilan trimester III, sehingga ibu tidak perlu khawatir. Ibu

mengerti dan tidak khawatir.

3. Memberitahu ibu mengenai mekanik tubuh yang benar yaitu:

a. Menekuk kaki dari pada membungkuk ketika mengambil atau

mengangkat apapun dari bawah.

b. Melebarkan kedua kaki dan tempatkan satu kaki sedikit didepan kaki

yang lain saat menekukkan kaki sehingga terdapat jarak yang cukup saat

bangkit dari proses setengah jongkok.

99
Ibu mengerti dan akan memperbaiki mekanik tubuhnya.

4. Menyarankan ibu untuk tidak membungkuk berlebihan, mengangkat beban

yang berat, berjalan tanpa istirahat, menggunakan sepatu bertumit rendah,

kompres air hangat, berikan pijatan atau usapan pada punggung bawah. Ibu

mengerti.

5. Memberitahu ibu bahwa saat kehamilan mengalami kegerahan adalah hal

yang wajar, karena disebabkan oleh peningkatan kadar hormone. Cara

mengatasi kegerahan yaitu dengan memakai pakaian yang longgar dan

nyaman, memilih baju yang mudah menyerap keringat, menjaga sirkulasi

udara di dalam rumah dengan sering membuka jendela atau pintu, perbanyak

minum cairan baik air putih atau jus untuk mengganti cairan tubuh yang

keluar dalam bentuk keringat. Ibu mengerti.

6. Menganjurkan ibu agar tetap memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu makan

dengan pola gizi seimbang dan bervariasi dalam satu porsi, misalnya satu

porsi menu pagi yaitu nasi dengan sop sayuran, ikan, keripik tempe serta

susu, buah dapat dikonsumsi saat siang dan malam. Ibu dianjurkan

mengonsumsi makanan bersumber protein seperti ayam, ikan, daging, telur,

hati, keju, susu, kacang-kacangan, tahu, tempe. Ibu mengerti dan bersedia

makan dengan pola gizi seimbang.

7. Menganjurkan ibu untuk minum air putih 10 gelas sehari. Ibu mengerti dan

akan melakukannya.

100
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan tes laboratorium untuk mengecek darah

dan urin di puskesmas atau klinik yang menyediakan tes laboratorium. Ibu

bersedia untuk melakukan tes laboratorium.

9. Memberikan ibu tablet Fe 1x1, kalk 1x, dan vitamin B6 2x1. Ibu akan

meminumnya dengan rutin.

10. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi yaitu

pada tanggal 27 Maret 2017 atau jika ibu ada keluhan, ibu langsung datang

saja tanpa harus menunggu jadwal kontrol. Ibu akan datang kontrol tepat

waktu.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Kunjungan Kedua

Tanggal 31 Maret 2017 pukul 19.00 WIB

101
Data Subjektif

Ibu mengeluh sering berkemih di malam hari sehingga sering terbangun di

malam hari. Ibu mengatakan berkemih dengan frekuensi dua sampai tiga kali di

malam hari, berwarna kuning jernih. Frekuensi minum air mineral pun cukup

sering yaitu tujuh sampai sembilan gelas perhari dan minum teh manis hangat di

pagi atau sore hari. Pola tidur ibu di siang hari yaitu satu sampai dua jam, dan

tidur malam yaitu empat sampai lima jam.

Ibu mengatakan masih terasa nyeri punggung, tapi tidak seperti

sebelumnya, hal itu karena ibu sudah melakukan mekanik tubuh yang benar, ibu

juga sudah melakukan kompres hangat serta melakukan pijatan pada punggung

bawahnya yang dibantu oleh suaminya.

Ibu mengganti pakaian tiga kali sehari karena mudah berkeringat dengan

menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman, dapat menyerap keringat, dan

juga sering membuka pintu atau jendela agar sirkulasi ruangannya bagus.

Ibu mengkonsumsi makanan dengan pola gizi seimbang dan bervariasi

yaitu satu porsi nasi dengan lauk seperti ayam, ikan, telur, kacang-kacangan, serta

makan buah saat siang dan sore.

Data Objektif

Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

102
3. Keadaan Emosional : Stabil

4. Berat Badan : 51,5 kg

5. Tanda-tanda Vital

a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

b. Nadi : 82 x/m

c. Pernapasan : 21 x/m

d. Suhu : 36,20C

Pemeriksaan Fisik

1. Wajah : Tidak ada oedem, tidak pucat

2. Mata : Simetris, sclera putih, konjungtiva merah, tidak

mengeluarkan sekret

3. Leher : Tidak ada pembengkakan dan pembesaran kelenjar

tiroid

4. Payudara : Simetris, tidak ada lesi, puting susu menonjol,

tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan, belum keluar ASI

Pemeriksaan Obstetri

TFU 30 cm, difundus teraba bokong, dibagian kanan perut ibu teraba

ekstermitas janin, bagian kiri perut ibu teraba punggung janin, bagian terendah

103
teraba kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul. Taksiran berat janin

dengan menggunakan rumus Johnson-Thousack yaitu (30-13) x 155 = 2635 gram.

Detak jantung janin 146 kali / menit, teratur, puntum maksimum satu

tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis.

Pada vulva vagina bersih, tidak ada lesi, tidak ada tanda infeksi menular

seksual, tidak ada oedem, tidak ada varises.

Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan pada tanggal 29 Maret 2017 di Laboratorium Rumah Sakit Firdaus,

Sukapura.

1. Darah

- Haemoglobin = 11,9 g/dL

- Hemtokrit = 36,8 %

- Trombosit = 301.000 ul

- Leukosit = 13.500 ul

2. Urin

- Urin protein = (-) negatif

- Urin reduksi = (-) negatif

- Bilirubin = (-) negatif

Analisa

104
Diagnosa Ibu : G3P2A0 hamil 35 minggu 5 hari

Diagnosa Janin : Tunggal, Hidup, Intrauterin, Presentasi Kepala

Masalah : Sering buang air kecil di malam hari, kualitas tidur

Kebutuhan : Pola hidrasi, pola tidur

Penatalaksanaan

1. Memberitahu Ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam

keadaan baik. Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan dan ibu senang

mendengar bahwa kondisi ibu dan janin baik.

2. Memberitahu kepada ibu mengenai keluhan sering buang air kecil adalah

perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu di usia kehamilan trimester III,

dikarenakan kandung kemih tertekan oleh penurunan kepala janin yang

mengakibatkan daya tampung dari kandung kemih semakin sedikit membuat

seorang ibu hamil di trimester III mengalami sering berkemih. Ibu mengerti.

3. Menganjuran kepada ibu untuk tetap minum air mineral agar hidrasinya baik

dengan mengurangi minum di malam hari, lebih baik minum lebih banyak di

pagi, siang, dan sore. Selain itu mengurangi minuman yang memicu buang air

kecil seperti teh dan kopi. Ibu mengerti dan akan mengurangi minum di

malam hari tetapi minum lebih banyak di pagi, siang, dan sore serta

mengurangi minum teh.

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan USG dengan tujuan mengevaluasi

pertumbuhan janin. Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan USG.

105
5. Mengevaluasi ibu mengenai kebutuhan nutrisi dan hidrasinya. Ibu dapat

menjelaskan bagaimana makan dengan pola gizi seimbang dan hidrasi yang

baik untuk ibu hamil.

6. Mengevaluasi nyeri punggung yang ibu rasakan dan menganjurkan kepada

ibu agar selalu menjaga posisi-posisi yang baik untuk ibu hamil. Seperti tidur

dengan posisi miring, duduk dengan tegak, tidak membungkuk ketika

mengambil atau mengangkat apapun dari bawah. Ibu akan selalu menjaga

posisi tubuhnya dengan baik.

7. Mengingatkan ibu untuk melanjutkan dalam mengonsumsi vitamin yang telah

diberikan, dan memberitahu untuk meminum Fe dengan Kalk di waktu yang

berbeda. Karena jika pada waktu yang bersamaan, penyerapan dari Fe akan

mengalami gangguan. Ibu mengatakan masih rutin dalam mengonsumsi

vitamin yang telah diberikan yaitu Fe, Kalk, dan B6, meminum Fe dan Kalk

di waktu yang berbeda.

8. Mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai anjuran bidan

pada tanggal 12 April 2017 atau jika ibu ada keluhan, ibu langsung datang

saja tanpa harus menunggu jadwal kontrol. Ibu akan datang kontrol sesuai

jadwal.

106
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Kunjungan Ketiga

Tanggal 14 April 2017 pukul 14.30 WIB

Data Subjektif

Ibu mengeluh kadang masih terasa nyeri punggung, ibu sudah melakukan

mekanik tubuh yang benar, ibu juga sudah melakukan kompres hangat serta

melakukan pijatan pada punggung bawahnya yang dibantu oleh suaminya.

Ibu sudah tidak terlalu sering berkemih di malam hari sehingga jarang

terbangun di malam hari. Hal itu karena ibu sudah mengurangi frekuensi minum

107
di malam hari. Frekuensi ibu dalam mengonsumsi air mineral cukup sering yaitu

tujuh sampai sembilan gelas perhari serta sudah mengurangi minum teh manis.

Tidak ada keluhan seperti nyeri ulu hati, mata berkunang, bengkak pada

wajah dan ektermitas, sulit tidur, ataupun sulit BAK. Tidak ada tanda persalinan

pada kunjungan kehamilan hari ini, seperti mulas dengan frekuensi sering, keluar

lendir bercampur darah dan pecah air ketuban.

Ibu tidak mengetahui informasi tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

dikarenakan jarak anak kedua dengan kehamilan ketiga cukup jauh yaitu 10 tahun.

Ibu mengatakan Fe, kalk, dan B6 rutin dikonsumsi dan masih ada.

Data Objektif

Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Keadaan Emosional : Stabil

4. Berat Badan : 52 kg

5. Tanda-tanda Vital

a. Tekanan Darah : 120/70 mmHg

b. Nadi : 82 x/m

c. Pernapasan : 23 x/m

d. Suhu : 36,40C

108
Pemeriksaan Fisik

1. Wajah : Tidak ada oedem, tidak pucat

2. Mata : Simetris, sclera putih, konjungtiva merah, tidak

mengeluarkan secret

3. Leher : Tidak ada pembengkakan dan pembesaran kelenjar

tiroid

4. Payudara : Simetris, tidak ada lesi, puting susu menonjol,

tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan, belum keluar ASI

Pemeriksaan Obstetri

TFU 29 cm, difundus teraba bokong, dibagian kanan perut ibu teraba

ekstermitas janin, bagian kiri perut ibu teraba punggung janin, bagian terendah

teraba kepala dan sudah masuk pintu atas panggul dengan penurunan kepala 4/5.

Taksiran berat janin dengan menggunakan rumus Johnson-Thousack yaitu (29-12)

x 155 = 2635 gram.

Detak jantung janin 142 kali / menit, teratur, puntum maksimum satu

tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis.

Pada vulva vagina bersih, tidak ada lesi, tidak ada tanda infeksi menular

seksual, tidak ada oedem, tidak ada varises.

Analisa

109
Diagnosa Ibu : G3P2A0 hamil 37 minggu 5 hari

Diagnosa Janin : Tunggal, Hidup, Intrauterin, Presentasi Kepala

Masalah : Nyeri pinggang

Kebutuhan : Body Mechanic, persiapan persalinan

Penatalaksanaan

1. Memberitahu Ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam

keadaan baik. Ibu mengerti bahwa kondisi ibu dan janin baik.

2. Mengevaluasi nyeri punggung yang ibu rasakan dan menganjurkan kepada

ibu agar selalu menjaga posisi-posisi yang baik untuk ibu hamil. Seperti tidur

dengan posisi miring, duduk dengan tegak, tidak membungkuk ketika

mengambil atau mengangkat apapun dari bawah. Ibu akan selalu menjaga

posisi tubuhnya dengan baik.

3. Memberitahu ibu mengenai persiapan persalinan yaitu pakaian ibu seperti

baju berkancing, jarit, pembalut, pakaian dalam. Pakaian bayi yaitu baju bayi,

popok bayi, topi bayi. Serta buku KIA juga harus dibawa. Ibu akan

mempersiapkan persiapan persalinan tersebut.

4. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda awal persalinan yaitu :

a. Perut mulas-mulas yang teratur, timbulnya semakin sering dan semakin

lama.

b. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir atau keluar cairan ketuban

dari jalan lahir. Ibu mengerti mengenai tanda awal persalinan.

110
5. Meminta ibu untuk datang ke pelayanan kesehatan jika muncul salah satu

tanda awal persalinan tersebut. Ibu akan datang ke pelayanan kesehatan jika

mengalami tanda-tanda persalinan.

6. Memberitahu informasi kepada ibu bahwa setelah bayi lahir, bayi akan

dilakukan Inisasi Menyusui Dini (IMD) yaitu bayi diletakkan di dada ibu

untuk mencari puting ibunya sendiri selama 1 jam agar dapat mengurangi

perdarahan setelah melahirkan, kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi

akan meningkatkan ikatan batin dan membuat bayi lebih tenang. Ibu mengerti

dan ingin dilakukan IMD setelah melahirkan.

7. Mengevaluasi ibu mengenai kebutuhan nutrisi dan hidrasinya. Ibu dapat

menjelaskan kembali bagaimana makan dengan pola gizi seimbang dan

hidrasi yang baik untuk ibu hamil.

8. Mengingatkan ibu untuk melanjutkan dalam mengonsumsi vitamin yang telah

diberikan. Ibu mengatakan masih rutin dalam mengonsumsi vitamin yang

telah diberikan yaitu Fe, Kalk, dan B6, meminum Fe dan Kalk di waktu yang

berbeda.

9. Mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai anjuran bidan

Ika yaitu tanggal 19 April 2017 atau jika ibu ada keluhan, ibu langsung

datang saja tanpa harus menunggu jadwal kontrol. Ibu akan datang sesuai

jadwal.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

111
Kunjungan Keempat

Tanggal 19 April 2017 pukul 17.00 WIB

Data Subjektif

Ibu mengeluh kadang masih terasa nyeri punggung, ibu sudah melakukan

mekanik tubuh yang benar, ibu juga sudah melakukan kompres hangat serta

melakukan pijatan pada punggung bawahnya yang dibantu oleh suaminya.

Ibu sudah tidak terlalu sering berkemih di malam hari sehingga jarang

terbangun di malam hari. Hal itu karena ibu sudah mengurangi frekuensi minum

di malam hari. Frekuensi ibu dalam mengonsumsi air mineral cukup sering yaitu

tujuh sampai sembilan gelas perhari.

Ibu sudah mengganti pakaian tiga kali sehari karena mudah berkeringat

dengan menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman, dapat menyerap

keringat, dan juga sering membuka pintu atau jendela agar sirkulasi ruangannya

bagus.

Tidak ada keluhan seperti nyeri ulu hati, mata berkunang, bengkak pada

wajah dan ektermitas, sulit tidur, ataupun sulit BAK. Ibu telah merasakan

kencang-kencang pada bagian perut bawah, namun lamanya masih pendek dan

tidak begitu kuat.

Ibu dapat mengulang kembali tanda-tanda persalinan dan sudah

mempersiapkan persiapan persalinannya, Ibu juga mampu menjelaskan tentang

inisiasi menyusu dini dan tujuan dari inisasi menyusu dini. Pada anak pertama dan

kedua ibu menyusui hingga usia anak dua tahun dan selama enam bulan ibu hanya

112
memberikan ASI saja tanpa pendamping makanan lain. Dan untuk anak ketiga ibu

merencanakan untuk kembali ASI ekslusif.

Data Objektif

Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Keadaan Emosional : Stabil

4. Berat Badan : 52 kg

5. Tanda-tanda Vital

a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

b. Nadi : 84 x/m

c. Pernapasan : 24 x/m

d. Suhu : 36,3 0C

Pemeriksaan Fisik

1. Wajah : Tidak ada oedem, tidak pucat

2. Mata : Simetris, sclera putih, konjungtiva merah, tidak

mengeluarkan sekret

113
3. Leher : Tidak ada pembengkakan dan pembesaran kelenjar

tiroid

4. Payudara : Simetris, tidak ada lesi, puting susu menonjol,

tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan,

belum keluar ASI

Pemeriksaan Obstetri

TFU 29 cm, difundus teraba bokong, dibagian kanan perut ibu teraba

ekstermitas janin, bagian kiri perut ibu teraba punggung janin, bagian terendah

teraba kepala dan sudah masuk pintu atas panggul dengan penurunan kepala 4/5.

Taksiran berat janin dengan menggunakan rumus Johnson-Thousack yaitu (29-12)

x 155 = 2635 gram.

114
Detak jantung janin 140 kali / menit, teratur, puntum maksimum satu

tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis.

Pada vulva vagina bersih, tidak ada lesi, tidak ada tanda infeksi menular

seksual, tidak ada oedem, tidak ada varises.

Pemeriksaan Penunjang

USG dilakukan oleh dr. Iman, SpOG tanggal 19 April 2017 pukul 16.45 WIB

Usia Kehamilan : 39 minggu

Jenis Kelamin : laki-laki

TBJ : 2800 gram

ICA : cukup

Lilitan tali pusat : ada

Analisa

Diagnosa Ibu : G3P2A0 hamil 38 minggu 3 hari

Diagnosa Janin : Tunggal, Hidup, Intrauterin, Presentasi Kepala

Masalah : Perut bawah kencang-kencang, Nyeri Punggung

Kebutuhan : Teknik relaksasi, Body Mechanic

Penatalaksanaan

1. Memberitahu Ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam

keadaan baik. Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan dan ibu senang

mendengar bahwa kondisi ibu dan janin baik.

115
2. Memberitahu ibu bahwa kencang-kencang pada bagian perut bawah atau

disebut dengan kontraksi palsu (Braxton Hicks) merupakan fisiologis yang

terjadi pada ibu di usia kehamilan trimester III dan biasanya ini dapat terjadi

selama berhari-hari dan merupakan tanda bahwa persalinan sudah mulai

dekat. Ibu mengerti dan sudah siap menghadapi persalinannya.

3. Memberutahu ibu tidak perlu khawatir dengan adanya lilitan tali pusat, lilitan

tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya, selama tali pusat tidak terjepit

atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin

tetap aman. Ibu menegerti dan tidak terlalu khawatir.

4. Membimbing ibu untuk teknik relaksasi dengan pernapasan dalam yaitu jika

perut terasa kencang-kencang, tarik napas dalam-dalam dan hembuskan

melalui mulut secara perlahan. Ibu dapat melakukannya dengan baik.

5. Mengevaluasi mengenai tanda awal persalinan. Ibu mampu menjelaskan

kembali dan akan datang ke pelayanan kesehatan jika ibu sudah merasakan

salah satu tanda awal persalinan.

6. Mengevaluasi nyeri pinggang yang ibu rasakan dan menganjurkan kepada ibu

agar selalu menjaga posisi-posisi yang baik untuk ibu hamil. Seperti tidur

dengan posisi miring, duduk dengan tegak, tidak membungkuk ketika

mengambil atau mengangkat apapun dari bawah. Ibu akan selalu menjaga

posisi tubuhnya dengan baik.

7. Mengevaluasi ibu mengenai persiapan persalinan yaitu pakaian ibu seperti

baju berkancing, jarit, pembalut, pakaian dalam. Pakaian bayi yaitu baju bayi,

116
popok bayi, topi bayi. Serta buku KIA juga harus dibawa. Ibu sudah

mempersiapkannya dalam satu tas.

8. Mengevaluasi informasi kepada ibu bahwa setelah bayi lahir, bayi akan

dilakukan Inisasi Menyusui Dini (IMD) yaitu bayi diletakkan di dada ibu

untuk mencari puting ibunya sendiri selama 1 jam agar dapat mengurangi

perdarahan setelah melahirkan, kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi

akan meningkatkan ikatan batin dan membuat bayi lebih tenang. Ibu dapat

menjelaskan kembali mengenai IMD dan ingin dilakukan IMD setelah

melahirkan.

9. Mengevaluasi ibu mengenai kebutuhan nutrisi dan hidrasinya. Ibu dapat

menjelaskan kembali bagaimana makan dengan pola gizi seimbang dan

hidrasi yang baik untuk ibu hamil.

10. Mengingatkan ibu untuk melanjutkan dalam mengonsumsi vitamin yang telah

diberikan. Ibu mengatakan masih rutin dalam mengonsumsi vitamin yang

telah diberikan yaitu Fe, Kalk, dan B6, meminum Fe dan Kalk di waktu yang

berbeda.

11. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi yaitu

tanggal 26 April 2017 atau jika ibu ada keluhan, ibu langsung datang saja

tanpa harus menunggu jadwal kontrol. Ibu akan datang sesuai jadwal.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Kala I Fase Laten

117
Tanggal 20 April 2017 pukul 07:00 WIB

Data Subjektif

Ibu datang ke BPM Bidan Oom markonah pada pukul 07:00 WIB dengan

keluhan mules-mules sejak pukul 02.00 WIB dengan intensitas belum terlalu

sering.

Ibu mengatakan tidak ada sakit kepala, nyeri ulu hati, pandangan kabur,

pergerakan janin aktif, sudah ada pengeluaran darah pervaginam dan belum keluar

air-air pervaginam.

Makan terakhir pukul 20:00 WIB dengan satu porsi nasi, tumis kacang dan

tempe goreng. Minum terakhir pukul 06.30 WIB dengan air putih sebanyak satu

gelas. BAB terakhir pukul 05:00 WIB, berwarna kuning kecoklatan, berbau khas,

tidak ada keluhan. BAK terakhir pukul 06:00 WIB, berwarna kuning jernih,

berbau khas, tidak ada keluhan.

Objektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

118
Keadaan emosional : Stabil

Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah : 120/80 mmHg

2. Nadi : 88 x/menit

3. Pernapasan : 23 x/menit
o
4. Suhu : 36,5 C

Pemeriksaan fisik

1. Abdomen

Palpasi

TFU : 29 cm

Leopold I : Difundus teraba bulat, lunak,dan tidak melenting

(bokong).

Leopold II : Dibagian kiri teraba keras, panjang seperti papan

(punggung) dan dibagian kanan teraba bagian terkecil janin (ekstremitas).

119
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras, dan sulit dilentingkan

(kepala).

Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk pintu atas

panggul, teraba kepala 4/5 bagian.

Taksiran berat : (28-11) x 155 = 2635 gram.

Auskultasi

DJJ : Frekuensi 146 x/menit, teratur, puntum maksimum satu

tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis.

His : 2 kali dalam 10 menit lamanya 15 detik, kekuatan lemah.

2. Anus : Tidak terdapat haemorroid.

3. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, tidak ada kelainan.

4. Pemeriksaan dalam

120
Dinding Vagina : Tidak ada kelainan

Portio : Tipis lunak

Pembukaan : 3 cm

Ketuban : utuh

Presentasi : Belakang kepala

Penurunan : Hodge I

Analisa

Diagnosa kebidanan

Ibu : G3P2A0 hamil usia 38 minggu 4 hari inpartu kala 1 fase laten

dengan lilitan tali pusat

Janin : tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala.

Masalah :-

Kebutuhan : Manajemen nyeri dengan teknik relaksasi dan pijat lumbal,

Nutrisi, Hidrasi

Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga, berdasarkan hasil pemeriksaan yang

telah dilakukan bahwa sampai saat ini keadaan ibu dan janin dalam keadaan

baik. Ibu dan keluarga mengerti dengan keadaan ibu dan janin.

2. Menghadirkan pendamping persalinan. Ibu ditemani oleh suami.

121
3. Membimbing ibu dalam melakukan relaksasi saat mulas datang, dengan cara

menarik nafas panjang lewat hidung, kemudian dilepaskan dengan perlahan

dan ditiupkan melalui mulut secara berulang. Ibu dapat mengulangi teknik

relaksasi dengan baik.

4. Membimbing suami untuk memijat daerah lumbal atau pinggang untuk rasa

nyaman bagi ibu serta mengurangi rasa nyeri yang ibu rasakan saat mulas

datang. Suami dapat melakukan dengan baik.

5. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memenuhi nutrisi dan hidrasinya, guna

menambah tenaga untuk persiapan saat mengejan. Ibu bersedia untuk makan

dan minum. Ibu meminum air mineral, larutan isotonik, dan teh manis hangat.

Serta makan nasi, lauk, dan sayur.

6. Menganjurkan kepada ibu untuk mobilisasi dengan posisi tubuh miring ke

kiri, ataupun berganti kearah kanan jika ibu sudah merasa pegal. Serta

menganjurkan untuk berjalan, supaya penurunan kepala janin dapat lebih

cepat. Ibu mengerti, dan ibu memilih untuk miring ke arah kiri, terkadang

berjalan juga jika sudah pegal tiduran.

7. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak menahan dalam BAB dan BAK guna

keefektifan penurunan kepala janin, dan memanggil petugas kesehatan untuk

membantu proses eliminasi. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

8. Memberikan dukungan kepada ibu agar bersabar dalam penantian persalinan.

Ibu terlihat lebih tenang dan dapat menguasai dirinya.

9. Mengobservasi kemajuan persalinan seperti detak jantung janin, his, nadi,

setiap 1 jam dan melakukan pemeriksaan dalam, tekanan darah, suhu, urin 4

122
jam lagi (pukul 11:00 WIB) atau jika ada indikasi. Observasi telah dilakukan

dengan menggunakan lembar observasi.

Tabel Observasi

Nadi DJJ

Tanggal Jam His

(x/menit) (x/menit)

20 April 2017 08.00 90 140 2 x 10’15”

09.00 88 135 2 x 10’25”

10.00 90 138 2 x 10’25”

123
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Kala I Fase Aktif

tanggal 20 April 2017 pukul 11:00 WIB

124
Data Subjektif

Ibu mengatakan merasa keluar air-air, mulas yang semakin sering, dan terasa

lemas.

Data Objektif

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan emosional : Stabil

Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah : 120/70 mmHg

2. Nadi : 87 x/menit

3. Pernapasan : 22 x/menit
o
4. Suhu : 36,5 C

Abdomen : Kandung kemih penuh, penurunan kepala 3/5 bagian

Auskultasi

DJJ : Frekuensi 136 x/menit, teratur, puntum maksimum satu

tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis.

125
His : 3 kali dalam 10 menit lamanya 25 detik, kekuatan sedang.

Genetalia : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan dalam

Dinding vagina : Tidak ada kelainan

Portio : Tipis lunak

Pembukaan : 4 cm

Ketuban : negatif (-), jernih

Presentasi : Kepala

Posisi : UUK kiri depan

Penurunan : Hodge II

Analisa

Diagnosa kebidanan

Ibu : G3P2A0 hamil usia 38 minggu 4 hari inpartu kala 1 fase

aktif dengan lilitan tali pusat

Janin : tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala.

Masalah : kandung kemih penuh, lemas

Kebutuhan : Eliminasi, Manajemen nyeri dengan teknik relaksasi dan

pijat lumbal, Nutrisi, Hidrasi

Penatalaksanaan

126
1. Memberitahu kepada ibu dan suami, berdasarkan hasil pemeriksaan yang

telah dilakukan bahwa sampai saat ini keadaan ibu dan janin dalam keadaan

baik. Ibu dan suami mengerti dengan keadaan ibu dan janin.

2. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih. Ibu berkemih

sebanyak 25 ml.

3. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak menahan dalam BAK guna keefektifan

penurunan kepala janin, dan memanggil petugas kesehatan untuk membantu

proses eliminasi. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

4. Mengevaluasi ibu dalam melakukan relaksasi saat mulas datang, dengan cara

menarik nafas panjang lewat hidung, kemudian dilepaskan dengan perlahan

dan ditiupkan melalui mulut secara berulang. Ibu dapat melakukan teknik

relaksasi dengan baik.

5. Mengevaluasi suami untuk memijat daerah lumbal atau pinggang untuk rasa

nyaman bagi ibu serta mengurangi rasa nyeri yang ibu rasakan saat mulas

datang. Suami dapat melakukan dengan baik.

6. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memenuhi nutrisi dan hidrasinya, guna

ibu tidak merasa lemas dan menambah tenaga untuk persiapan saat mengejan.

Ibu bersedia untuk makan dan minum. Ibu meminum air mineral, larutan

isotonik, dan teh manis hangat. Serta makan nasi, lauk, dan sayur.

7. Menganjurkan kepada ibu untuk mobilisasi dengan posisi tubuh miring ke

kiri, ataupun berganti kearah kanan jika ibu sudah merasa pegal. Ibu mengerti

dan memilih untuk miring ke arah kiri.

127
8. Memberikan dukungan kepada ibu agar bersabar dalam penantian persalinan.

Ibu terlihat lebih tenang dan dapat menguasai dirinya.

9. Mengobservasi kemajuan persalinan seperti detak jantung janin, his, nadi,

setiap 30 menit dan melakukan pemeriksaan dalam, tekanan darah, suhu, urin

setiap 4 jam (pukul 15:00 WIB) atau jika ada indikasi. Observasi telah

dilakukan dengan menggunakan lembar partograf.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Kala I Fase Aktif

tanggal 20 April 2017 pukul 15:00 WIB

Subjektif

Ibu mengatakan merasa sangat mulas yang semakin sering dan terasa lemas.

Objektif

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan emosional : Stabil

Tanda-tanda vital

128
1. Tekanan darah : 120/80 mmHg

2. Nadi : 90 x/menit

3. Pernapasan : 22 x/menit
o
4. Suhu : 36,5 C

Abdomen : Kandung kemih kosong, penurunan kepala 2/5

bagian

Auskultasi

DJJ : Frekuensi 138 x/menit, teratur, puntum maksimum satu

tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis.

His : 3 kali dalam 10 menit lamanya 35 detik, kekuatan sedang.

Pemeriksaan dalam

Vulva/Vagina : Tidak terdapat kelainan

Portio : Tipis lunak

Pembukaan : 6 cm

Ketuban : (-) negatif

Presentasi : Kepala

Posisi : UUK kiri depan

Penurunan : Hodge II

Molase : Tidak ada

Analisa

Ibu : G3P2A0 hamil usia 38 minggu 4 hari inpartu kala 1 fase

129
aktif dengan lilitan tali pusat.

Janin : tunggal, hidup, intrauterin, presentasi belakang kepala.

Masalah : lemas

Kebutuhan : persiapan rujukan

Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga, berdasarkan hasil pemeriksaan yang

telah dilakukan bahwa sampai saat ini keadaan ibu dalam keadaan kurang

baik, dan sangat dianjurkan untuk dirujuk ke rumah sakit. Ibu dan keluarga

mengerti dengan keadaan ibu, dan menyetujui untuk dirujuk ke rumah sakit.

2. Memasang infus Ringer Laktat 8 tetes per menit untuk stabilisasi ibu dalam

perjalanan menuju rumah sakit. Infus sudah terpasang.

3. Melakukan persiapan rujukan yaitu BAKSOKU. BAKSOKU sudah

disiapkan, ibu dirujuk ke RS Kartika Pulomas ditemani suami dan

didampingi Bidan Maria dan Agus Diah Eka Lestari.

A. Asuhan Pre-operasi , tanggal 20 April 2017 pukul 16:30 WIB

Data Subjektif

Ibu dipindahkan dari IGD ke ruang operasi tangal 20 April 2017

pukul 16.20 WIB dengan diagnosa G3P2A0 hamil usia 38 minggu 4 hari

inpartu kala 1 fase aktif dengan lilitan tali pusat. Keluhan yang Ibu rasakan

saat ini adalah cemas karena sebelumnya ibu tidak pernah dioperasi. Ibu

130
mengatakan tidak mempunyai alergi obat, ibu sudah mulai puasa sejak

pukul 16.00 WIB.

Data Objektif

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan emosional : Stabil

Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah : 130/90 mmHg

2. Nadi : 85 x/menit

3. Pernapasan : 20 x/menit
o
4. Suhu : 36,8 C

Auskultasi

DJJ : Frekuensi 148 x/menit, teratur, puntum maksimum

satu tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis.

131
His : 3 kali dalam 10 menit lamanya 35 detik, kekuatan

sedang.

Kandung kemih : kosong

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan dilakukan saat berada di IGD pukul 15.45 WIB

1. Pemeriksaan darah

a. Haemoglobin : 11,6 gr/dL

b. Leukosit : 19.400 uL

c. Hematokrit : 35,7 %

d. Trombosit : 289.000 uL

2. Pemeriksaan USG : ICA cukup, terdapat lilitan tali pusat

3. Pemeriksaan CTG : (terlampir)

Analisa

132
Ibu : G3P2A0 hamil usia 38 minggu 4 hari inpartu kala 1 fase

aktif dengan lilitan tali pusat

Janin : tunggal, hidup, intrauterin, presentasi belakang kepala.

Masalah : Cemas

Kebutuhan : Asuhan Pre-operasi, pemasanagan kateter

Penatalaksanaan

1. Memberitahu Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan, bahwa

keadaan ibu dan janin dapat menjalani operasi saat ini. Ibu dan

keluarga mengerti.

2. Melepas semua prosthesis yang ibu gunakan. Prosthesis sudah dilepas.

3. Memasang kateter kepada ibu untuk melihat keseimbangan cairan.

Kateter sudah dipasang oleh petugas perawat di ruang operasi.

4. Memberikan dukungan positif serta menganjurkan ibu berdoa untuk

mengurangi kecemasan ibu. Ibu menerima afirmasi positif serta ibu

lebih banyak berdoa.

5. Membantu ibu untuk mengalihkan rasa sakitnya saat diberi obat

anestesi di bagian lumbal pukul 17.00 WIB, pengalihan rasa sakit

dengan cara melakukan pernapasan dalam lalu dihembuskan melalui

mulut secara perlahan. Ibu dapat melakukannya dengan baik.

133
B. Asuhan Intra-operasi , tanggal 20 April 2017 pukul 17.05 WIB

Data Subjektif

Ibu sudah diberikan anestesi sejak pukul 17.00 WIB. Mengevaluasi

tingkat kecemasan ibu, ibu sudah tidak cemas dan lebih banyak berdoa.

Ibu juga tidak merasakan apa-apa dibagian perutnya.

Objektif

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan emosional : Stabil

Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah : 120/90 mmHg

2. Nadi : 80 x/menit

3. Pernapasan : 22 x/menit
o
4. Suhu : 36,6 C

134
Perdarahan : + 350 cc

Analisa

Ibu : G3P2A0 hamil usia 38 minggu 4 hari inpartu kala 1 fase

aktif dengan lilitan tali pusat

Janin : tunggal, hidup, intrauterin, presentasi belakang kepala.

Masalah :-

Kebutuhan : Asuhan Intra-operasi

Penatalaksanaan

1. Membimbing ibu untuk berdoa agar diberikan kelancaran operasi. Ibu

berdoa.

2. Mengobservasi tanda-tanda vital selama operasi, sirkulasi cairan. Ibu

dalam keadaan baik. Bayi lahir pukul 17.10 WIB, terdapat lilitan tali

pusat, menangis kuat, kulit kemerahan, tonus otot baik, jenis kelamin

135
laki-laki dengan berat badan lahir 2600 gram dan panjang badan lahir

47 cm. Plasenta lahir spontan pukul 17.15 WIB.

3. Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 1 jam.

4. Memberikan ibu ucapan selamat atas kelahiran bayinya. Ibu merasa

bersyukur dan senang atas kelahiran bayinya.

C. Asuhan Post-operasi , tanggal 20 April 2017 pukul 17.40 WIB

Subjektif

Ibu merasa bersyukur, senang, dan lega setelah bayinya lahir. Ibu juga merasa

kedinginan.

Objektif

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan emosional : Stabil

Tanda-tanda vital

136
1. Tekanan darah : 120/90 mmHg

2. Nadi : 80 x/menit

3. Pernapasan : 22 x/menit
o
4. Suhu : 36,6 C

Keseimbangan cairan

1. Urine : 200 ml

2. RL : 20 tetes permenit

Pemeriksaan Obstetri

Pada bagian abdomen, luka jahit sudah tertutup oleh balutan. TFU berada

di dua jari bawah pusat, kontraksinya baik. Pada vulva vagina tidak ada kelainan,

perdarahan yang keluar sebanyak 40 ml.

Analisa

Ibu : P3A0 Post SC

Masalah :-

137
Kebutuhan : Asuhan Post-operasi

Penatalaksanaan

1. Memindahkan ibu ke ruang pemulihan. Ibu sudah dipindahkan.

2. Memberitahu ibu bahwa obat anestesi akan hilang dengan sendirinya,

sehingga ibu akan merasakan nyeri pada luka sekitar operasi. Ibu

mengerti.

3. Menganjurkan ibu untuk dapat beristirahat dengan baik dan

menghangatkan tubuh ibu dengan menggunakan selimut. Ibu bersedia

dan selimut sudah dipakaikan.

4. Mengobesrvasi tanda-tanda vital, perdarahan, dan kontraksi uterus

sampai ibu dipindahkan ke ruang perawatan. Ibu dalam keadaan baik.

138
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

UMUR SATU JAM

Tanggal 20 April 2017 jam 18.10 WIB

Data Subjektif

Bayi lahir spontan langsung menangis dan ibu mengatakan bayi bergerak aktif.

Data Objektif

Penilaian awal

 Menangis kuat : Ya

 Warna kulit : Kemerahan

 Tonus otot : Bergerak aktif

139
Pemeriksaan antropometri

 Berat badan : 2600 gram

 Panjang badan : 48 cm

 Lingkar kepala : 33 cm

 Lingkar dada : 32 cm

Keadaan umum : Baik

Tanda-tanda vital
o
a. Suhu : 37 C

b. Denyut jantung bayi : 138 x/menit

c. Pernapasan : 48 x/menit

Pemeriksaan fisik

1. Kulit : Berwarna kemerahan, tidak terdapat

ruam, bercak atau tanda lahir.

2. Kepala : Tidak ada caput succedaneum, dan

cepal hematoma, tidak ada molase.

3. Wajah : Simetris, reflek glabela positif.

4. Mata : Simetris, sejajar dengan telinga, sklera putih

konjungtiva merah muda, reflek labirin positif.

5. Telinga : Simetris, terdapat lubang dan tidak

terdapat serumen.

6. Mulut : Tidak terdapat labioskizis,

140
palatoskizis, labiopalatoskizis. Reflek rooting,

sucking, dan swallowing positif.

7. Leher : Tidak ada kelainan dan tidak ada

pembesaran kelenjar.

8. Bahu-lengan : Simetris, tidak terdapat fraktur.

9. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada.

10. Paru-paru : Tidak terdapat bunyi wheezing

11. Jantung : Tidak terdapat bunyi murmur dan

gallop.

12. Abdomen : Tidak ada pembesaran, tidak ada kelainan.

13. Umbilikus : Tidak ada perdarahan dan infeksi

14. Genetalia : Normal, penis berlubang dibagian

ujung dan testis sudah turun.

15. Anus : Terdapat lubang anus.

16. Punggung : Tidak ada pembengkakan dan cekungan

17. Ekstremitas : Reflek moro positif.

a. Atas : Tidak terdapat polidaktili dan sindaktili, reflek

palmar grasping positif.

b. Bawah : Tidak terdapat polidaktili dan sindaktili, reflek

plantar grasping dan walking positif

18. Eliminasi

141
a. BAB : Belum

b. BAK : Belum

Analisa

Neonatus cukup bulan – sesuai usia kehamilan usia 1 jam

Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa

keadaan bayi saat ini dalam keadaan sehat. Ibu dan keluarga telah mengetahui

keadaan bayinya.

2. Membersihkan dan mengganti kain yang sudah kotor dengan kain yang

kering dan bersih. Telah dilakukan

3. Memberikan injeksi Neo-K 2 mg/mL sebanyak 0,5 mL untuk mencegah

terjadinya perdarahan intrakranial pada bayi baru lahir. Vitamin K telah

diberikan.

4. Memberikan salep mata chlorampenicol untuk mencegah infeksi pada mata.

Salep mata telah diberikan.

5. Melakukan perawatan tali pusat, menjaga kebersihannya dan menjaga agar

tali pusat tetap dalam kondisi kering. Perawatan tali pusat telah dilakukan.

6. Memindahkan bayi ke ruang perawatan bayi pukul 18.30 WIB. Bayi sudah

dipindahkan ke ruang perawatan bayi oleh perawat.

142
143
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

UMUR 6 HARI

Tanggal 26 April 2017 jam 15.00 WIB

Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya sehat, aktif dan sudah mampu menghisap puting

susu dengan kuat. Bayi menyusu lebih dari 8 kali dalam sehari. BAB tiga sampai

empat kali dalam sehari, sekarang warnanya kekuningan. BAK lima sampai enam

kali dalam sehari, berwarna jernih. Bayi belum diberikan imunisasi yang pertama

yaitu Hb0.

Data Objektif

Keadaan umum : Baik

Tanda-tanda vital

1. Pernapasan : 43 x/menit

2. Denyut jantung : 138 x/menit


o
3. Suhu : 36,8 C

Antropometri

1. Berat badan : 2500 gram.

2. Panjang Badan : 48 cm

Pemeriksaan Fisik

144
1. Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda,

tidak ada nanah dan tidak infeksi.

2. Kulit : Kulit kemerahan, tidak ada pustul.

3. Tali pusat : Belum puput, bersih dan kering serta tidak ada

tanda-tanda infeksi seperti kemerahan.

Analisa

Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan umur 6 hari.

Penatalaksaan

1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa

bayi dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan mengetahui keadaan bayinya.

2. Memberikan imunisasi pertama pada bayi yaitu imunisasi Hb0. Imunisasi

Hb0 sudah dilakukan oleh Agus Diah Eka Lestari.

3. Memotivasi ibu agar tetap memberikan ASI saja kepada bayi, tidak

memberikan makanan atau minuman tambahan. Ibu mengerti dan akan

memberikan ASI Ekslusif.

4. Memberitahu tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi tidak mau menyusu,

kejang, lemah, sesak nafas, merintih, menangis terus-menerus, tali pusat

145
kemerahan sampai dinding perut disertakan berbau dan bernanah, demam,

mata bernanah, diare, kulit dan mata kuning, tinja berwarna pucat. Jika

ditemukan satu atau lebih tanda tersebut, bayi segera dibawa ke fasilitas

kesehatan. Ibu mengerti dan akan segera ke fasilitas kesehatan jika terdapat

tanda bahaya bayi baru lahir.

5. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi, bersih dan

kering. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

6. Mengingatkan ibu agar selalu menjaga tali pusat bayi tetap kering. Ibu

mengerti.

7. Mengajarkan ibu dan keluarga cara mencuci tangan yang benar, dilakukan

setelah BAK dan BAB, sebelum makan, sebelum memegang bayi, sebelum

menyusui, sebelum menyiapkan makanan dan minuman bagi anak, sebelum

memberikan makan dan minum pada anak. Ibu dan keluarga dapat

melakukannya dengan baik.

8. Merencanakan untuk pemberian imunisasi yang kedua yaitu BCG dan Polio 1

pada tanggal 3 Juni 2017. Ibu mengerti dan akan datang sesuai jadwal.

9. Merencanakan jadwal kunjungan neonatus ketiga yaitu pada tanggal 4 Mei

2017. Ibu bersedia.

146
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
UMUR 19 HARI
Tanggal 9 Mei 2017 jam 13.00 WIB
Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya sehat dan aktif. Bayi menyusu lebih dari 8 kali

dalam sehari. BAB tiga sampai empat kali dalam sehari, sekarang warnanya

kekuningan. BAK lima sampai enam kali dalam sehari, berwarna jernih.

Ibu dapat mengulang kembali beberapa tanda bahaya bayi baru lahir dan

tidak terdapat tanda bahaya tersebut pada bayinya, serta cara mencuci tangan yang

benar dan kapan saja harus mencuci tangan.

147
Ibu menjemur bayinya setiap pagi selama setengah jam dengan cara bayi

ditenjangi dan dijemur langsung terkena matahari.

Data Objektif

Keadaan umum : Baik

Tanda-tanda vital

1. Pernapasan : 48 x/menit

2. Denyut jantung : 142 x/menit


o
3. Suhu : 36,7 C

Antropometri

1. Berat badan : 2900 gram

2. Panjang badan : 49 cm

Pemeriksaan Fisik

1. Mata : Tidak ada nanah dan tidak infeksi.

2. Kulit : Kulit kemerahan, tidak ada pustul.

3. Abdomen : Tidak ada pembengkakan, tali pusat sudah puput sejak

tanggal 27 Mei 2017

148
Analisa

Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan umur 19 hari.

Penatalaksaan

1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa bayi

dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan senang dengan keadaan bayinya.

2. Memberitahu ibu mengenai cara menjemur bayi dengan tepat yaitu sebaiknya

bayi dipakaikan baju, topi, dan tabir surya pada kulit yang terpapar selama

menjemur bayinya, meminimalisasi paparan cahaya matahari, serta hindari

paparan sinar matahari pada pukul 10.00-16.00 Ibu mengerti dan akan

menjemur bayi dengan tepat.

3. Memberikan pujian kepada ibu karena hanya memberikan ASI saja hingga

hari ini. Serta menganjurkan kepada ibu agar tetap memberikan ASI saja

kepada bayi selama enam bulan, tanpa makanan atau minuman tambahan.

Serta memberikan ASI setiap satu atau dua jam sekali. Ibu mengerti dan

bersedia untuk hanya memberikan ASI saja kepada bayinya.

4. Memberi pujian kepada ibu dan keluarga karena dapat melakukan mencuci

tangan yang benar. Ibu dan keluarga akan menerapkannya untuk sehari-hari.

5. Mengingatkan ibu tanggal 3 Juni 2017 jadwal bayi imunisasi BCG dan Polio

1 serta tidak lupa untuk membawa buku KIA. Ibu mengerti dan akan

membawa bayi ke klinik Bidan Oom Markonah untuk imunisasi dan

membawa buku KIA.

149
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

UMUR 44 hari

Tanggal 3 Juni 2017 jam 16.00 WIB

Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya sehat dan aktif. Bayi menyusu lebih dari 8 kali

dalam sehari. BAB tiga sampai empat kali dalam sehari, sekarang warnanya

kekuningan. BAK lima sampai enam kali dalam sehari, berwarna jernih.

Ibu menjemur bayinya setiap pagi di bawah jam 09.00 selama + 20 menit

dengan cara bayi tetap menggunakan pakaian dan topi dan menjemurnya di teras

rumah serta tidak terkena paparan sinar matahari langsung.

Bayi sudah diberikan imunisasi yang kedua yaitu BCG dan Polio 1 di

BPM Bd.Hj.Oom Markonah tadi pagi. Saat ini tidak ada keluhan pada bayi.

Data Objektif

Keadaan umum : Baik

Tanda-tanda vital

1. Pernapasan : 43 x/menit

2. Denyut jantung : 138 x/menit


o
3. Suhu : 36,6 C

Antropometri

150
1. Berat badan : 4200 gram

2. Panjang badan : 52 cm

Pemeriksaan Fisik

1. Mata : Tidak ada

nanah dan tidak infeksi.

2. Kulit : Kulit

kemerahan, tidak ada pustul.

3. Abdomen : Tidak ada

pembengkakan

Analisa

Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan umur 44 hari.

Penatalaksaan

1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa bayi

dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan senang dengan keadaan bayinya.

2. Memberikan pujian kepada ibu karena sudah benar dan tepat dalam

menjemur bayinya. Ibu mengerti dan akan rajin menjemur bayinya setiap

pagi.

3. Memberi pujian kepada ibu dan keluarga karena dapat melakukan mencuci

tangan yang benar. Ibu dan keluarga akan menerapkannya untuk sehari-hari.

151
4. Mengingatkan ibu kembali mengenai tanda bahaya pada bayi, jika ditemukan

satu atau lebih tanda tersebut, bayi segera dibawa ke fasilitas kesehatan. Ibu

mengerti dan akan segera ke fasilitas kesehatan jika terdapat tanda bahaya

bayi baru lahir.

5. Mengingatkan kembali kepada ibu dan keluarga cara mencuci tangan yang

benar. Ibu dan keluarga dapat melakukannya dengan baik.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 JAM

Tanggal 20 April 2017 jam 23.10 WIB

Data Subjektif

Ibu merasa senang dan lega dengan kelahiran bayinya, merasakan nyeri

pada bekas luka operasi dan ASI nya belum keluar. Namun ibu belum BAB. Ibu

hanya dapat menggerakkan tangan dan kaki, belum bisa memiringkan badan ke

kiri dan kanan. Ibu masih merasa sedikit mulas dan dapat mempraktikkan teknik

massase uterus yang sudah diajarkan. Pengeluaran darah tidak banyak dan masih

dalam batas normal.

Data Objektif

152
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan emosional : Stabil

Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah : 120/80 mmHg

2. Nadi : 80 x/menit

3. Pernapasan : 20 x/menit
o
4. Suhu : 36,5 C

Pemeriksaan fisik

1. Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak pucat.

2. Payudara : Tidak terdapat pembengkakan, puting susu

menonjol dan belum ada pengeluaran ASI.

3. Abdomen

 TFU : 2 jari dibawah pusat

 Kontraksi uterus : Baik, teraba keras

 Kandung kemih : Kosong

 Luka operasi : Tertutup perban

4. Pengeluaran

 Perdarahan : Normal, ±50 cc

 Warna : Merah (Lochea Rubra)

5. Genetalia : tidak terdapat oedema, tidak

153
ada tanda-tanda infeksi, terpasang Dower Catheter.

6. Ekstremitas : Tidak ada oedema, varises dan homan sign negatif.

Analisa

Diagnosa kebidanan

Ibu : P3A0 post SC 6 jam

Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu dan keluarga berdasarkan hasil pemeriksaan, ibu dalam

keadaan baik. Ibu dan keluarga mengerti.

2. Mengevaluasi ibu mengenai menilai kontraksi uterus yang baik dan teknik

massase uterus yang benar. Ibu masih ingat dan dapat mempraktikkan dengan

baik.

3. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu akan beristirahat

dengan baik.

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini di 6-10 jam pertama

setelah operasi yaitu ibu harus tirah baring dan hanya menggerakkan lengan,

tangan, ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,

meregangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki serta diharuskan

untuk miring kanan dan kiri untuk mencegah thrombosis dan thromboemboli,

peningkatan suhu tubuh, involusi yang tidak baik, peningkatan intensitas

nyeri dan infeksi. Ibu mengerti dan baru dapat menggerakkan tangan dan

kaki.

154
5. Menganjurkan untuk tetap menyusui bayinya walaupun ASI belum keluar,

karena hisapan bayi dapat merangsang keluarnya ASI.

6. Memberitahu ibu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI yaitu

rasa nyeri, status gizi, kecemasan, motivasi, perawatan payudara, dukungan

suami atau keluarga, informasi tentang ASI, dan hisapan bayi. Ibu mengerti

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI.

7. Mengevaluasi pengetahuan ibu mengenai ASI ekslusif dan memotivasi ibu

untuk ASI ekslusif. Ibu mengerti mengenai ASI ekslusif dan antusias untuk

ASI ekslusif.

8. Memberikan pendidikan kesehatan tentang personal hygiene terutama daerah

genetalia yaitu mengajarkan kepada ibu cara mencebok yang benar dengan

membersihkannya dari arah depan ke belakang dengan menggunakan air

bersih, mengganti pembalut sesering mungkin, serta mengeringkan dengan

tissue atau kain bersih. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

9. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas, yaitu pendarahan lewat

jalan lahir keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah, tangan,

kaki, atau sakit kepala dan kejang-kejang, demam, payudara bengkak, merah

disertai rasa sakit, merasa sedih, murung, dan menangis tanpa sebab. Serta

menganjurkan ibu agar mendatangi petugas kesehatan bila terdapat tanda-

tanda masa nifas. Ibu dapat mengulangi beberapa tanda bahaya masa nifas

dan akan datang memberitahu pelayanan kesehatan jika terdapat tanda bahaya

masa nifas.

155
10. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap mengonsumsi obat dan vitamin yang

telah diberikan dengan air mineral bukan dengan air teh ataupun susu. Ibu

mengerti dan akan rutin mengonsumsi obat.

11. Merencakan kunjungan nifas kedua yaitu enam hari setelah persalinan. Ibu

mengerti dan bersedia.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 HARI

Tanggal 26 April 2017 jam 14.00 WIB

Data Subjektif

156
Ibu masih terasa sedikit nyeri luka operasi. Ibu dapat mengulangi beberapa

tanda bahaya nifas dan tidak terdapat tanda tersebut pada ibu, seperti pendarahan

lewat jalan lahir keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah, tangan,

kaki, atau sakit kepala dan kejang-kejang, demam, payudara bengkak, merah

disertai rasa sakit, merasa sedih, murung, dan menangis tanpa sebab.

Ibu memberikan ASI setiap satu jam sekali atau dua jam satu kali. Ibu merasa

kurang tidur, karena harus terbangun di malam hari untuk menyusui. Pada siang

hari ibu biasanya tidur satu jam, pada malam hari ibu tidur hanya empat sampai

lima jam.

Ibu makan teratur sebanyak tiga kali sehari dengan satu porsi nasi, lauk,

sayuran, dan buah serta mengonsumsi. Minum air mineral dengan frekuensi 9-10

gelas dalam satu hari. BAB tidak teratur, frekuensi satu kali dalam sehari atau dua

hari, warna kecoklatan, konsistensi sedikit keras, bau khas. BAK 5-6 kali sehari,

warna kuning jernih, bau khas tidak ada keluhan.

Pengeluaran pervaginam berupa darah berwarna kecoklatan, dan tidak ada

keluhan pada pengeluaran pervaginam. Ibu melakukan personal hygiene yaitu

mandi dengan cara diseka-seka menggunakan waslap sebanyak dua kali dalam

sehari, keramas dua hari sekali, mengganti pembalut tiga kali sehari, serta

mengganti celana dalam setiap ibu merasa tidak nyaman.

Data Objektif

157
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan emosional : Stabil

Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah : 110/90 mmHg

2. Nadi : 82 x/menit

3. Pernapasan : 19 x/menit
o
4. Suhu : 36,0 C

Pemeriksaan fisik

1. Mata : Konjungtiva merah muda dan sklera putih.

2. Payudara : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan,

tidak ada benjolan, puting susu menonjol dan ada

pengeluaran ASI.

3. Abdomen

 Luka operasi : tertutup oleh perban

 TFU : Pertengahan pusat simpisis

 Kontraksi uterus : Baik, teraba keras

 Kandung kemih : Kosong

4. Genetalia : Tidak ada tanda-tanda infeksi perdarahan normal,

158
warna kecoklatan (Lochea Sanguinolenta)

5. Ekstremitas : Tidak ada oedema, varises dan homan sign negatif.

Analisa

Ibu P3A0 post SC 6 hari

Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan, ibu dalam

kondisi baik. Ibu mengerti dengan kondisinya.

2. Mengganti perban luka bekas operasi. Sudah dilakukan oleh Agus Diah Eka

Lestari dan dibimbing oleh bidan Ika, luka jahit baik dan tidak ada tanda

infeksi.

3. Menganjurkan ibu untuk tidak bekerja terlalu berat, melakukan body

mechanic dengan baik, supaya tidak nyeri luka operasi, jika terasa nyeri

dianjurkan untuk tirah baring sejenak. Ibu mengerti dan akan melakukannya.

4. Menganjurkan kepada ibu untuk makan-makanan yang mengandung serat

seperti sayuran, buah-buahan, dan makanan yang mengandung protein untuk

penyembuhan luka operasi. Ibu mengerti dan akan melakukannya.

5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan air minum pada enam bulan

pertama setelah melahirkan yaitu 14 gelas perhari. Ibu akan menambah porsi

minumnya.

159
6. Memberitahu ibu untuk dapat beristirahat dengan baik, jika bayi tidur maka

ibu ikut tidur, sehingga pola jam tidur ibu tidak berkurang atau terganggu. Ibu

mengerti dan akan melakukannya.

7. Memberitahu suami untuk dapat bekerjasama dengan istri, misalnya suami

dapat mengganti popok atau menggendong bayi untuk disendawakan. Suami

bersedia bekerjasama dengan istri.

8. Memastikan ibu melakukan posisi menyusui bayi yang baik dan perlekatan

yang benar. Ibu sudah benar posisi menyusui bayi dan perlekatannya.

9. Merencakan kunjungan nifas ketiga yaitu dua minggu setelah persalinan. Ibu

mengerti dan bersedia.

160
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 19 HARI

Tanggal 9 Mei 2017 jam 12.30 WIB

Data Subjektif

Ibu kadang masih terasa nyeri luka operasi dan sudah mengurangi pekerjaan

yang berat-berat, tidak terdapat pendarahan lewat jalan lahir keluar cairan berbau

dari jalan lahir, bengkak di wajah, tangan, kaki, atau sakit kepala dan kejang-

kejang, demam, payudara bengkak, merah disertai rasa sakit, merasa sedih,

murung, dan menangis tanpa sebab.

Ibu sudah tidak merasa kurang tidur lagi, karena ibu istirahat saat bayi tidur,

Pada siang hari ibu tidur satu sampai dua jam, pada malam hari lima sampai tujuh

jam.

Ibu mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang tiga kali sehari dengan satu

porsi nasi, sayuran, lauk pauk yang tinggi protein, dan buah. Minum sebanyak 12-

13 gelas perhari dengan air putih. BAB satu kali sehari, warna kuning kecoklatan,

161
konsistensi lembek, bau khas, tidak ada keluhan. BAK 7-8 kali sehari, warna

kuning bening, bau khas tidak ada keluhan .

Pengeluaran pervaginam berupa darah berwarna kekuningan, dan tidak ada

keluhan pada pengeluaran pervaginam. Ibu melakukan personal hygiene yaitu

mandi seperti biasa sebanyak dua kali dalam sehari, keramas dua hari sekali,

mengganti pembalut tiga kali sehari, serta mengganti celana dalam setiap ibu

merasa tidak nyaman.

Data Objektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan emosional : Stabil

Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah : 110/90 mmHg

2. Nadi : 80 x/menit

3. Pernapasan : 20 x/menit
o
4. Suhu : 36,0 C

Pemeriksaan fisik

1. Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak pucat.

2. Payudara : Tidak terdapat pembengkakan, puting susu

menonjol dan pengeluaran ASI matur.

3. Abdomen

 Luka operasi : tertutup perban

162
 TFU : Tidak teraba

 Kandung kemih : Kosong

4. Genetalia : Tidak oedema, tidak ada tanda-

tanda infeksi, pengeluaran coklat kekuningan

(Lochea Serosa)

5. Ekstremitas : Tidak ada oedema, varises dan homan sign negatif.

Analisa

Ibu P3A0 post SC 19 hari

Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan, berdasarkan pemeriksaan yang

telah dilakukan bahwa ibu dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan merasa

senang mendengar keadaannya.

2. Memberikan pujian kepada ibu karena memberikan ASI saja hingga saat ini

dan tetap memotivasi kepada ibu agar terus memberikan ASI demi

mendukung pemberian ASI Ekslusif.

3. Memberikan pujian kepada ibu karena masih mengingat tanda bahaya masa

nifas yang diberikan. Ibu masih mengingat tanda bahaya nifas dan tidak

ditemukan tanda bahaya tersebut.

4. Memberitahu kepada ibu jenis-jenis kontrasepsi yang aman untuk ibu yang

sedang menyusui. Ibu mengatakan ingin alat kontrasepsi jenis implant,

163
dikarenakan ibu ingin kontrasepsi jangka panjang, tetapi belum berdiskusi

dengan suami.

5. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap mengonsumsi makanan yang bergizi,

tinggi protein, dan banyak minum air mineral. Guna penyembuhan luka

jahitan dan kondisi fisik ibu. Ibu mengatakan akan melakukan anjuran yang

telah diberikan demi pemulihan luka jahitan.

6. Merencakan kunjungan nifas keempat, kunjungan nifas keempat yaitu 6

minggu setelah persalinan. Ibu mengerti dan bersedia.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 44 HARI

Tanggal 3 Juni 2017 jam 16.00 WIB

Data Subjektif

Ibu masih terasa nyeri luka operasi jika sedang lelah, tidak terdapat

pendarahan lewat jalan lahir keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di

wajah, tangan, kaki, atau sakit kepala dan kejang-kejang, demam, payudara

164
bengkak, merah disertai rasa sakit, merasa sedih, murung, dan menangis tanpa

sebab.

Ibu mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang tiga kali sehari dengan satu

porsi nasi, sayuran, lauk pauk yang tinggi protein, dan buah. Minum sebanyak 11-

13 gelas perhari dengan air putih. BAB satu kali sehari, warna kuning kecoklatan,

konsistensi lembek, bau khas, tidak ada keluhan. BAK 7-8 kali sehari, warna

kuning bening, bau khas tidak ada keluhan .

Pengeluaran pervaginam berupa cairan berwarna putih, dan tidak ada keluhan

pada pengeluaran pervaginam. Ibu melakukan personal hygiene yaitu mandi

seperti biasa sebanyak dua kali dalam sehari, keramas dua hari sekali, sudah tidak

menggunakan pembalut karena keluar cairannya sedikit dan jarang, serta

mengganti celana dalam jika terasa lembab dan setiap ibu merasa tidak nyaman.

Ibu berencana ingin menggunakan kontrasepi jenis implant karena ibu ingin

kontrasepsi jangka panjang dan tidak mempengaruhi produksi ASI, sudah

berdiskusi dengan suami dan suami menyetujui.

Data Objektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan emosional : Stabil

Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah : 120/80 mmHg

165
2. Nadi : 78 x/menit

3. Pernapasan : 20 x/menit
o
4. Suhu : 36,2 C

Pemeriksaan fisik

1. Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak pucat.

2. Payudara : Tidak terdapat pembengkakan, puting susu

menonjol dan terdapat pengeluaran ASI.

3. Abdomen

 Luka operasi : Tidak ditutup perban, luka sudah kering dan tidak

ada tanda infeksi

 TFU : Tidak teraba

4. Kandung kemih : Kosong

5. Genetalia : Tidak oedema, tidak ada tanda- tanda infeksi,

166
tidak ada pengeluaran.

6. Ekstremitas : Tidak ada oedema, varises dan homan sign negatif.

Analisa

Ibu P3A0 post SC 44 hari

Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan, berdasarkan pemeriksaan yang

telah dilakukan bahwa ibu dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan merasa

senang mendengar keadaannya.

2. Menganjurkan ibu untuk tidak bekerja terlalu berat, melakukan body

mechanic dengan baik, supaya tidak nyeri luka operasi, jika terasa nyeri

dianjurkan untuk tirah baring sejenak. Ibu mengerti dan akan melakukannya.

3. Memberikan pujian kepada ibu karena memberikan ASI saja hingga saat ini

dan tetap memotivasi kepada ibu agar terus memberikan ASI demi

mendukung pemberian ASI Ekslusif.

4. Merencanakan pemasangan kontraspesi jenis implant. Ibu akan memasang

kontrasepsi jenis implant di BPM Bd.Hj.Oom Markonah setelah menstruasi.

5. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap makan dengan pola gizi seimbang dan

bervariasi, tinggi protein, serta banyak minum air mineral guna penyembuhan

167
luka jahitan dan kondisi fisik ibu. Ibu mengatakan akan melakukan anjuran

yang telah diberikan demi pemulihan luka jahitan dan kondisi fisik.

BAB IV

PEMBAHASAN

Kehamilan

Anamnesa pertama kali dilakukan penulis dilakukan pada tanggal 20

Maret di BPM Bd.Hj. Markonah Cakung yang didampingi oleh Bd.Ika, klien

menyatakan bahwa usianya sekarang 33 tahun. Usia ini merupakan usia yang baik

untuk bereproduksi. Ibu yang melahirkan pada usia diatas 40 tahun, memiliki

penyakit yang beresiko, misalnya kelainan bawaan dan penyulit pada waktu

persalinan yang disebabkan oleh otot Rahim kurang baik untuk menerima

kehamilan. Proses reproduksi sebaiknya berlangsung pada ibu berumur antara 20

168
hingga 34 tahun karena jarang terjadi penyulit kehamilan dan persalinan

(Prawirohardjo, 2014).

Pada teori dinyatakan bahwa pemeriksaan yang lengkap adalah K1, K2,

K3 dan K4. K merupakan singkatan dari kunjungan. Hal ini berarti minimal

dilakukan satu kali kunjungan antenatal pada trimester pertama, satu kali

kunjungan pada trimester kedua dan dua kali kunjungan antenatal pada trimester

ke tiga. (Manuaba, 2013). Sesuai dengan teori tersebut, Ny.S dilakukan

pemeriksaan antenatal 8 kali yaitu 1 kali pada trimester I, 2 kali pada trimester II,

5 kali pada trimester III.

Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan memberikan kontribusi yang

sangat penting bagi proses dan output persalinan. Berat badan Ny. S sebelum

hamil adalah 44 kg dengan tinggi badan 145 cm. Berdasarkan hasil pengukuran

terakhir berat badan Ny. S adalah 52 kg dan kenaikan berat badan selama

kehamilan adalah 8 kg. Dari data yang didapatkan diatas dapat dihitung dengan

rumus, IMT = Berat badan (kg)/Tinggi badan (m)2. IMT = 44 kg/(1,45)2 = 20,93

kg/m2. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa ibu dalam kondisi normal

berdasarkan IMT. Namun kenaikan berat badan yaitu 8 kg, tidak sesuai dengan

rentang total kenaikan yang dianjurkan yaitu 11,5 – 16 kg untuk kategori IMT

normal (IMT 19,8 – 26) (Varney, 2004). Hal ini tidak diketahui secara pasti

penyebab tersebut, karena memang di awal kehamilan ibu mengatakan tidak nafsu

makan, tetapi saat kehamilan 12 minggu nafsu makan kembali meningkat.

169
Pada pemeriksaan tekanan darah selama kunjungan antenatal yaitu 120/80

mmHg, tidak ditemukannya tekanan darah melebihi batas normal pada Ny.S.

Mengukur tekanan darah pada ibu hamil guna mendeteksi adanya faktor risiko

berupa hipertensi dalam kehamilan. Tekanan darah normal 120/80mmHg. Bila

tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90mmHg, ada faktor risiko

hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam kehamilan (Kementerian Kesehatan RI,

2016).

Pada pemeriksaan Lila (lingkar lengan atas) guna penilaian status gizi

didapatkan Lila ibu adalah 26 cm. Ambang batas LILA wanita usia subur dengan

risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Bila < 23,5cm menunjukkan ibu hamil

menderita Kurang Energi Kronis (Ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR) (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Sehingga hasil

tersebut menunjukkan bahwa ibu tidak termasuk ke dalam klasifikasi KEK

(kekurangan energi kronis).

Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen yang

mencangkup manuver leopold untuk mendeteksi keadaan letak janin. TFU Ny.S

pada usia kehamilan 34 minggu adalah 29 cm, usia kehamilan 35 minggu 30 cm,

usia kehamilan 37 minggu 29 cm, usia kehamilan 38 minggu adalah 29 cm.

Sesuai dengan teori Manuaba (2013) panjang fundus uteri pada usia kehamilan 28

minggu adalah 25 cm, usia kehamilan 32 minggu adalah 27 cm, dan usia

kehamilan 36 minggu panjangnya 30 cm. Selama kehamilan TFU Ny.S

mengalami peningkatan sehingga keadaan dan letak janin dalam keadaan baik.

170
Hal tersebut juga didukung oleh pemeriksaan USG pada kunjungan antenatal

keempat, bahwa janin dalam keadaan baik, hanya saja terdapat lilitan talipusat.

Dari pengukuran tinggi fundus uteri dapat menghitung taksiran berat janin

dengan menggunakan rumus Johson-Tausack = (mD-N)x155 (Salmah, 2006).

Taksiran berat janin yang didapatkan saat usia kehamilan 38 minggu dan sudah

masuk pintu atas panggu, dengan tinggi fundus uteri 29 cm adalah 2635 gram.

Keadaan ini masih dalam batas normal sesuai dengan teori yang menyatakan berat

badan bayi lahir normal adalah 2500 gram – 4000 gram (Prawirohardjo, 2014).

Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk mengetahui denyut jantung janin.

Selama pemeriksaan kehamilan denyut jantung janin dalam kondisi normal. Pada

kunjungan pertama didapatkan 138 x/menit, kunjungan kedua 146 x/menit,

kunjungan ketiga 142 x/menit dan kunjungan keempat yaitu 140 x/menit. Hasil

pemeriksaan ini masih sesuai dengan teori yang menyatakan denyut jantung janin

normal ialah 120-160 x/menit (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Ny.S melakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan Laboratorium

pada tanggal 29 Maret 2017 di Laboratorium RS Firdaus Sukapura. Pada

pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb ibu sebesar 11,9 gr/dl. Dari hasil

pemeriksaan Hb klien, klien dapat dikatakan tidak mengalami anemia. Karena

batasan anemia pada ibu hamil yaitu memiliki Hb < 11 gr/dl pada trimester ke III

(Kilpatrick, 2010).

Selain pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan USG juga dilakukan oleh

Ny.S pada tanggal 19 April 2017. Pemeriksaan USG didaptkan hasil bahwa usia

171
kehamilan 39 minggu, jenis kelamin laki-laki, TBJ 2800 gram, ICA cukup,

terdapat lilitan tali pusat. Sebenarnya tidak ada keuntungan melakukan USG

secara rutin, dianjurkan melakukan USG pada awal kehamilan sebagai penegakan

diagnosa pasti, yaitu pada usia lebih dari 6 minggu. Pemeriksaan yang kedua yaitu

pada usia 16-24 minggu untuk mendeteksi gangguan pada pertumbuhan janin dan

diatas 32 minggu sebagai deteksi kelainan letak plasenta, posisi janin, dan

perkembangan janin (Husin, 2013).

Keluhan Ny.S selama hamil yang berhubungan dengan perubahan

fisiologis yaitu nyeri pinggang, sering berkemih, dan Braxton Hicks, hal ini

merupakan hal yang fisiologis pada kehamilan trimester ke III. Sering berkemih

dikeluhan sebanyak 60% oleh ibu selama kehamilan akibat dari meningatnya laju

Filtrasi Glomerolus. Keluhan sering berkemih karena tertekannya kandung kemih

oleh uterus yang semakin membesar dan menyebabkan kapasitas kandung kemih

berkurang serta frekuensi berkemih meningkat (Sandhu, dkk, 2009). Rasa nyeri

pada bagian punggung ibu dialami oleh 20%-25% ibu hamil, keluhan ini dimulai

pada usia 24 minggu sampai menjelang persalinan (James et al, 2006). Pada akhir

kehamilan, Braxton Hicks dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan menjadi

peyebab persalinan palsu. Salah satu dampak klinis yang baru-baru ini dibuktikan

adalah bahwa 75% wanita dengan 12 atau lebih kontraksi per jam didiagnosis

memasuki persalinan aktif dalam 24 jam (Peter, dkk., 2007).

Penulis memberikan pendidikan kesehatan mengenai tanda-tanda bahaya

pada kehamilan seperti perdarahan dari jalan lahir, gerakan janin tidak terasa,

172
nyeri perut hebat, demam, sakit kepala, pandangan berkunang-kunang, bengkak

dibagian wajah dan tangan, nyeri ulu hati (Kementrian Kesehatan RI, 2015).

Selama kehamilan tidak ditemukan adanya tanda-tanda bahaya kehamilan pada

ibu.

Sesuai dengan program Kementrian Kesehatan (2016) mengenai

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Ny.S berencana ingin

melahirkan di BPM Bd.Oom Markonah didampingi oleh suami, menggunakan

kendaraan motor untuk menuju BPM, dan biaya ditanggung oleh Ny.S dan Tn.A.

Selain P4K, program Kementrian Kesehatan yang termasuk ke dalam 10 T

yaitu perencanaan KB, setelah klien dijelaskan mengenai jenis-jenis KB klien

memilih untuk menggunakan konrasepsi jenin implan setelah masa nifasnya

selesai. Hal tersebut dikarenakan klien ingin menunda kehamilan selanjutnya.

Persalinan

Pada tanggal 20 April 2017, pukul 07.00 WIB Ny. S datang ke BPM

Bd.Hj Oom Markonah ditemani oleh suami. Klien mengatakan mules-mules sejak

pukul 02.00 WIB. Pada pemeriksaan dalam, didapatkan ibu sudah masuk kala I

fase laten yaitu pembukaan 3. Sesuai dengan teori bahwa persalinan dimulai

(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

173
Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks

(Depkes RI, 2008).

Pada kala 1 fase laten, penulis melakukan beberapa asuhan kebidanan

seperti menganjurkan ibu untuk didampingi oleh pendamping persalinan dan ibu

memilih untuk didampingi oleh suami, membimbing Ny.S melakukan teknik

relaksasi, dan membimbing suami untuk melakukan pijatan ringan kepada ibu.

Sesuai dengan penelitian bahwa pendamping persalinan memiliki pengaruh yang

cukup dominan terhadap keberhasilan persalinan yang aman, sangat kecil

kemungkinan gangguan emosional dan fisiknya, komplikasi pada bayi yang akan

dilahirkan, serta akan memudahkan persalinan (Elisa dkk, 2013). Teknik relaksasi

nafas dalam (Kusyanti dan Astuti, 2012) dan Terapi pijat (Noviyanti dkk, 2016)

dapat mengurangi tingkat nyeri persalinan. Namun, Tn.A tidak sepenuhnya

mendampingi Ny.S, sehingga Ny.S kurang mendapatkan pendampingan dari

suami.

Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar tetap memiliki tenaga

yang akan digunakan saat ibu memasuki kala II. Serta mempersilahkan ibu untuk

tidak menahan BAK dan BAB demi lancarnya proses kala 1 fase laten. Asuhan

kebidanan yang penulis lakukan sesuai dengan asuhan kebidanan kala I yang

dianjurkan (Prawirohardjo, 2014).

Pukul 15.00 WIB Ny.S mengatakan merasa sangat mulas yang semakin

sering dan terasa lemas. Berdasarkan pemantauan persalinan dengan

menggunakan partograf yang dilakukan oleh penulis, partograf telah melewati

174
garis waspada dengan pembukaan 6, kontraksi 3 kali dalam 10 menit dengan lama

kontraksi 35 detik. Hal tersebut tidak sesuai dengan fisiologis persalinan yaitu

Dari pembukaan 4 hingga mencapai pembukaan 10 cm, sekitar 6 jam (WHO,

2013). Hal tersebut berarti pembukaan serviks pada fase aktif rata-rata adalah 1

cm perjam. Bila pembukaan sudah mencapai > 4 cm tetapi kualitas kontraksi

masih kurang 3 kali dalam 10 menit atau lamanya kurang dari 40 detik, pikirkan

diagnosa inertia uteri (Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2016).

Lilitan tali pusat membahayakan ketika memasuki proses persalinan dan

terjadi kontraksi rahim (mules) dan kepala janin turun memasuki saluran

persalinan. Lilitan tali pusat bisa menjadi semakin erat dan menyebabkan

penurunan utero-placenter, juga menyebabkan penekanan / kompresi pada

pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya suplai darah yang mengandung

oksigen dan zat makanan ke bayi menjadi hipoksia dan ibu akan mengalami

partus lama (Prawirohardjo, 2014). Oleh karena itu Ny.S dirujuk ke Rumah Sakit

Kartika Pulomas untuk penanganan lebih lanjut dengan diagnosa Ny.S G3P2A0

hamil 38 minggu inpartu kala I fase aktif dengan lilitan tali pusat.

Ny.S memasuki ruang operasi dari IGD tanggal 20 April 2017 pukil 16.20

WIB. Asuhan pre operasi yang dilakukan pada Ny.S yaitu konsultasi dengan

dokter, informed choice dan informed consent, pemeriksaan laboratorium,

pramedikassi pre op, pemasangan douwer cateter, pelepasan semua prosthesis dan

mengecek kembali kondisi fisik keseluruhan pasien dan riwayat kesehatan.

Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan, misalnya

175
relaksan, antiemetik, analgesik dll. Tugas bidan adalah memberikan medikasi

kepada klien sesuai petunjuk/resep (Saifudin, 2010).

Bayi Baru Lahir (BBL)

Setelah bayi Ny. S lahir, langsung dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

bersama ibu dengan meletakkan bayi diatas ibu dengan posisi telungkup tanpa

menggunakan baju agar terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi, bayi diselimuti

badan dan ujung kaki bayi sebagai upaya pencegahan kehilangan panas, selama

satu jam pertama dan IMD telah berhasil terbukti dengan bayi tampak mencari

puting susu ibu (Depkes, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Fikawati (2003), Inisiasi Menyusu Dini akan menentukan kesuksesan menyusui

selanjutnya, karena ibu yang memberikan ASI dalam satu jam pertama setelah

melahirkan mempunyai peluang 2-8 kali lebih besar untuk memberikan ASI

eksklusif. Kontak awal ini merupakan periode sensitif, sehingga apabila terlambat,

perkembangan anak dan keberhasilan menyusui akan terganggu.

Pada kunjungan neonatus pertama, penulis melakukan kunjungan 1 jam.

Setelah dilakukannya IMD selama 1 jam, selanjutnya penulis melakukan

antropometri dan pemeriksaan fisik secara lengkap terhadap bayi baru lahir. Dari

hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap bayi Ny. S didapatkan bahwa berat

badan bayi Ny. S sebesar 2600 gram, hal tersebut menunjukkan bahwa berat

badan bayi Ny. S termasuk normal. Sesuai dengan ciri-ciri bayi baru lahir normal

menurut Pawirohardjo (2014) bahwa berat badan bayi baru lahir normal ialah

176
berkisar dari 2500 gram – 4000 gram. Panjang badan bayi Ny. S ialah 48 cm,

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Vivian Nanny (2010) bahwa panjang

badan bayi baru lahir normal ialah 48 cm – 52 cm. Selain berat badan dan panjang

badan, pemeriksaan antropometri lain yang diperiksa adalah lingkar kepala dan

lingkar dada, dari pemeriksaan dihasilkan bayi Ny. S memiliki lingkar kepala 33

cm dan lingkar dada 32 cm, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bayi Ny. S

termasuk normal dikarenakan menurut teori bahwa lingkar kepala dan lingkar

dada bayi baru lahir normal ialah 33-35 cm, dan 30 -38 cm (Nanny, 2010).

Selain pemeriksaan antropometri, penulis juga melakukan pemeriksaan

fisik pada bayi Ny. S berdasarkan pemeriksaan didapatkan hasil bahwa bayi Ny. S

dalam keadaan normal, hal ini sesuai dengan teori bahwa bunyi jantung normal

120-160 x/menit, pernapasan pada menit pertama sekitar 40-60 kali/menit, kulit

kemerah-merahan, licin dan diliputi verniks caseosa, rambut lanugo telah tidak

terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku telah agak panjang dan

lemas, pada alat genetalia testis sudah turun dan berbagai refleks telah terlihat

baik (Mitayani, 2010).

Bayi Ny. S diberikan salep mata chlorampenicole 1% pada kedua

konjungtiva mata, yang berguna untuk mencegah penularan infeksi dari ibu ke

bayi. Sesuai dengan teori, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata.

Pemberian obat mata eritromosin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk

pencegahan penularan infeksi (Kementrian Kesehatan, 2014). Penulis juga

memberikan vitamin K setelah 1 jam persalinan pada 1/3 paha luar kiri. Menurut

177
teori, semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K untuk mcegah perdarahan

pada otak akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL

(Depkes, 2008). Penulis juga melakukan perawatan tali pusat seperti menjaga tali

pusat dalam kondisi kering dan bersih, hal ini sesuai dengan asuhan kebidanan

yang diberikan pada bayi baru lahir (IDAI, 2016).

Pada kunjungan neonatus kedua yaitu pada usia 6 hari (26 April 2017).

Pada kunjungan ini ibu datang ke BPM Bd.Oom Markonah mengatakan bahwa

tali pusat bayi belum puput. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tali pusat biasanya

lepas dalam satu minggu setelah lahir, beberapa kasus dapat lebih lambat hingga

10-14 setelah bayi lahir (IDAI, 2016). Pada pemeriksaan berat badan didapatkan

hasil 2500 gram, hal tersebut menunjukkan terjadinya penurunan berat badan

sebanyak 100 gram pada bayi Ny.S. Sesuai dengan teori berat badan bayi baru

lahir yaitu ketika lahir, berat badan bayi mengandung banyak cairan tubuh yang

akan hilang dalam beberapa hari. Sebagian besar bayi kehilangan 1/10 dari berat

badannya selama lima hari pertama dan berat badan akan naik kembali dalam lima

hari berikutnya. Pada hari kesepuluh, berat badan biasanya akan kembali ke berat

lahir (IDAI, 2016).

Bayi Ny. S juga diberikan imunisasi HB-0 yang pertama kali pada paha

1/3 paha kanan secara I.M dengan dosis 0,5 cc. Imunisasi HB-0 bermanfaat untuk

mencegah infeksi hepatitis B pada bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Dalam

178
buku kesehatan Ibu dan Anak (2016) yang menyatakan bahwa pemberian

imunisasi HB-0 adalah saat bayi berusia 0-7 hari.

Pada kunjungan neonatus ketiga yaitu pada usia 19 hari (9 Mei 2017),

penulis melakukan kunjungan rumah. Pada kunjungan ini ibu mengatakan bahwa

tali pusat bayi sudah puput pada hari ketujuh. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

tali pusat biasanya lepas dalam satu minggu setelah lahir (IDAI, 2016). Penulis

memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir normal pada

umumnya seperti memeriksa tanda-tanda vital bayi, pemeriksaan berat badan,

mengamati tanda bahaya pada bayi, mengamati cara bayi menyusu, dan

memberitahu cara menjemur bayi yang tepat. Pada pemeriksaan berat badan

didapatkan hasil 2900 gram, hal tersebut menunjukkan terjadinya kenaikan berat

badan sebanyak 400 gram pada bayi Ny.S. Sesuai dengan teori berat badan bayi

baru lahir yaitu sebagian besar bayi kehilangan 1/10 dari berat badannya selama

lima hari pertama dan berat badan akan naik kembali dalam lima hari berikutnya.

Pada hari kesepuluh, berat badan biasanya akan kembali ke berat lahir (IDAI,

2016).

Pada kunjungan neonatus keempat yaitu pada usia 44 hari (3 Juni 2017),

penulis melakukan kunjungan rumah. Pada kunjungan ini ibu mengatakan bahwa

bayi sudah diberikan imunisasi yang kedua yaitu BCG dan Polio 1 di BPM

Bd.Oom Markona. Hal ini sesuai dengan teori bahwa jadwal pembeian imunisasi

BCG dan Polio 1 pada usia bayi 1 bulan (Kemenkes RI, 2016). Penulis

memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir normal pada

179
umumnya seperti memeriksa tanda-tanda vital bayi, pemeriksaan berat badan,

mengamati tanda bahaya pada bayi, mengamati cara bayi menyusu, mengingatkan

kembali mengenai tanda bahaya pada bayi dan mencuci tangan yang benar. Pada

pemeriksaan berat badan didapatkan hasil 4200 gram, hal tersebut menunjukkan

terjadinya kenaikan berat badan sebanyak 1300 gram pada bayi Ny.S. Sebagian

besar bayi tumbuh dengan cepat setelah kembali ke berat lahir terutama selama

masa pacu tumbuh pada hari ketujuh sampai kesepuluh dan antara minggu ketiga

dan keenam. Rerata pertambahan berat badan adalah 20-30 gram per hari

sehingga pada usia satu bulan berat badan mencapai 4 kilogram (IDAI, 2016).

Selama penulis melakukan kunjungan baik kunjungan di Puskesmas

Kecamatan Matraman pada KN 1 ataupun kunjungan rumah pada KN 2, KN 3,

dan KN 4 tidak ditemukannya tanda bahaya bayi baru lahir seperti, sulit bernapas

atau lebih dari 60 kali/menit, suhu terlalu tinggi (>38oC) atau terlalu dingin (<

36oC), kulit bayi kuning (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar,

hisapan saat menyusui lemah, rewel, sering muntah, tali pusat memerah, bengkak,

keluar cairan dan berdarah, tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat,

merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan dan pernapasan sulit, tidak BAB dalam

3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer, berwarna hijau tua ada lendir

atau darah, menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, dan menangis terus-

menerus (Saifuddin, 2006).

180
Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan,

pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat kandungan/reproduksi,

seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pascapersalinan

(Jannah, 2011).

Penulis melakukan kunjungan masa nifas pada 6 jam, 6 hari, 2 minggu,

dan 6 minggu. Dengan tujuan memonitor masa nifas klien, dan mendeteksi

apakah adanya gangguan yang dirasakan oleh klien pada masa nifas serta

menginformasikan tentang KB. Sesuai dengan teori bahwa kunjungan masa nifas

diperlukan dengan tujuan, mendeteksi adanya perdarahan masa nifas,

melaksanakan skrining secara komprehensif, memberikan pendidikan kesehatan

diri, memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara dan

konseling mengenai KB (Siti Soleha, 2009).

Sesuai dengan ketetapan Kementrian Kesehatan tahun 2016 bahwa

kunjungan nifas dilakukan sebanyak minimal 4 kali, yaitu kunjunga nifas pertama

pada usia 6 jam, kunjungan nifas kedua pada usia 6 hari, kunjungan nifas ke tiga

pada usia 2 minggu dan kunjungan nifas keempat pada usia 6 minggu

(Kementrian Kesehatan RI, 2016). Penulis telah melakukan empat kali

pemeriksaan nifas, yaitu pada nifas usia 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu

setelah persalinan. Penulis melakukan kunjungan nifas sebanyak empat kali sesuai

dengan program yang ditetapkan oleh pemerintah.

181
Masa nifas Ny.S berlangsung normal, keadaan umum dan tanda-tanda vital

dalam batas normal. Proses involusi uteri pada Ny. S berlangsung normal pada 6

jam postpartum TFU setinggi 2 jari dibawah pusat, pada hari ke 6 post partum

TFU teraba pertengahan pusat simpisis, pada hari ke 14 atau 2 minggu postpartum

TFU sudah tidak teraba, dan pada 6 minggu post partum besar uterus sudah

kembali ke bentuk semula. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Prawirohardjo (2014), bahwa:

Involusi TFU Berat Uterus

Bayi lahir Sepusat 1000 gram

Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram

2 minggu Tak teraba 350 gram

182
Berukuran normal seperti
6 minggu 50 gram
semula

Pada masa nifas ibu memiliki keluhan pada pola eliminasi, BAB yang

tidak teratur dan konsistensi yang sedikit keras yang muncul pada hari ke 6 masa

nifas sedikit membuat ibu terganggu. Penulis telah menyarankan untuk tetap

mengonsumsi makanan yang dapat memperlancar proses eliminasi BAB, dan

tetap memenuhi hidrasi agar tidak terjadi dehidrasi. BAB yang tidak teratur pada

masa nifas nyatanya adalah hal yang wajar dikarenakan terdapat perubahan pada

sistem pencernaan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat

pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,

pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang

makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur

dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang

cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong

dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat yang lain

(Saleha, 2009).

Lokhea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada masa

nifas (Prawirohardjo, 2014). Pada pengeluaran lokhea Ny.S berlangsung fisiologis

183
yaitu pada pemeriksaan nifas pertama yaitu 6 jam postpartum, pengeluaran lokhea

pada Ny. S adalah lokhea rubra dengan warna kemerahan. Pada pemeriksaan nifas

kedua yaitu 6 hari post partum, pengeluaran lokhea pada Ny.S adalah lokhea

Sanguinolenta dengan warna merah kuning berisi darah dan lendir, pada

pemeriksaan nifas ketiga yaitu 2 minggu postpartum, pengeluaran lokhea Ny.S

adalah lokhea serosa dengan warna kuning kecokelatan, dan pada pemeriksaan

nifas keempat yaitu 6 minggu post partum pengeluaran lokhea Ny.S adalah lokhea

alba. Berdasarkan hasil pemantauan lokhea, dapat disimpulkan bahwa Ny.S

memiliki pengeluaran lokhea yang fisiologis. Hal ini sesuai teori (Prawirohardjo,

2014).

Proses adaptasi psikologi ibu berjalan dengan baik, pada nifas hari pertama

ibu hanya mengalami periode taking in, yaitu Ny.S masih merasa mulas, nyerri

pada luka operasi, kurang tidur, dan kelealahan. Berdasarkan teori, Fase ini

merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai

hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga

cenderung pasif terhadap lingkungannya (Ambarwati, 2008). Asuhan yang

diberikan kepada ibu yaitu istirahat yang cukup dan komunikasi yang baik.

Setelah melewati fase taking in, ibu akan menjalani fase taking hold yang

berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan, dimana pada fase ini ibu merasa

khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan

bayinya (Ambarwati, 2008). Ny.S masih merasa canggung untuk mengurus

184
bayinya, terlebih ibu masih sedikit terasa nyeri luka operasi, terkadang Ny.S

meminta bantuan orang tuanya untuk sekedar memandikan atau menjemur

bayinya dibawah sinar matahari pagi. Penulis selalu memberikan dorongan

semangat kepada Ny.S agar mampu mengurus bayinya secara efisien, selain

mengurus bayi ibu juga harus merasa cukup dengan pola istirahatnya serta tidak

lupa penulis mengingatkan untuk selalu menjaga personal hygiene, perawatan

luka, penkes gizi, cara menyusui yang benar.

Setelah berhasil melewati fase taking hold, ibu memasuki fase ketiga yaitu

fase letting go. Dimana difase inilah ibu mulai menerima tanggungjawab akan

peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan

akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya,

lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami

dan keluarga dapat membantu merawat bayi (Ambarwati, 2008). Ny.S selalu

dibantu oleh suaminya dalam mengurus buah hatinya, misalnya dalam hal

menggantikan popok, ataupun menggendong bayi untuk disendawakan.

Selama masa nifas, proses laktasi berjalan dengan baik dan tidak terjadi

pembengkakan pada payudara ibu. Segera setelah lahir, penulis menganjurkan

agar ibu memberikan hanya ASI saja tanpa makanan atau minuman tambahan

apapun. Penulis juga memberikan pujian kepada ibu karena hingga pada

kunjungan nifas ke 44 hari ibu masih tetap memberikan ASI kepada bayinya dan

185
bertekad akan memberikan ASI Ekslusif hingga bayi berusia 6 bulan. Penulis juga

memberikan penkes mengenai manfaat dari pemberian ASI, sesuai dengan teori

yang dikemukakan, Air Susu Ibu (ASI) mempunyai sifat melindungi bayi

terhadap infeksi seperti gastro enteritis, radang jalan pernafasan dan paru-paru,

otitis media, karena air susu ibu mengandung lactoferrin, lysozyme dan immune

globulin A (Prawirohardjo, 2014).

Penulis juga memberikan konseling tentang penggunaan KB, memberitahu

jenis-jenis KB serta manfaat dari penggunaan KB. Ny.S memutuskan ingin

menggunakan kontrasepsi jenis implant setelah masa nifasnya usai, Ny.S memilih

implant karena sesuai dengan perencanaan persalinan yang pernah di diskusikan

oleh Ny.S dan suami. Berdasarkan teori, kunjungan 6 minggu setelah persalinan,

asuhan yang diberikan adalah memberikan konseling KB secara dini (Kemenkes

2014).

186
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dalam melaksanakan studi kasus ini penulis telah memberikan asuhan

kebidanan secara komprehensif pada klien sejak masa kehamilan, persalinan,

bayi baru lahir, dan nifas. Asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.S

umur 33 tahun G3P2A0 sejak usia kehamilan 34 minggu sampai nifas 6

minggu dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengkajian data subjektif dan objektif yang bersumber langsung dari Ny.S

telah dilakukan mulai tanggal 20 Maret 2017 yaitu ketika usia kehamilan

klien memasuki 34 minggu 1 hari. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan,

ibu tidak mempunyai keluhan yang menjurus pada kegawatdaruratan.

2. Analisa masalah diagnosa kebidanan yaitu terdapat lilitan tali pusat pada

usia kehamilan 38 minggu, hal tersebut didasarkan pada pemeriksaan

USG.

3. Diagnosa potensial yang terjadi pada lilitan tali pusat adalah bayi menjadi

hipoksia dan ibu akan mengalami partus lama, karena lilitan tali pusat

dapat menjadi semakin erat dan menyebabkan penurunan utero-placenter,

187
juga menyebabkan penekanan / kompresi pada pembuluh-pembuluh darah

tali pusat.

4. Tindakan segera pada Ny.S adalah merujuk. Bedasarkan pemeriksaan

USG sebelumnya dan partograf melewati garis waspada, maka ibu di rujuk

ke RS Kartika Pulomas untuk dilakukan sectio caesarea atas indikasi

lilitan tali pusat.

5. Dari seluruh rangkaian asuhan yang diberikan penulis pada klien dapat

dievaluasi bahwa ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang

diberikan dari masa kehamilan, bersalin, nifas dan bayi baru lahir sehingga

pengetahuan ibu dan keluarga semakin bertambah.

6. Dokumentasi asuhan kebidanan pada Ny. S sejak hamil, bersalin, nifas dan

bayi baru lahir dalam bentuk laporan kasus studi kasus.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

- Meningkatkan pemberian materi dan studi laboratorium mengenai

asuhan kebidanan baik pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan

nifas bagi mahasiswi kebidanan.

- Meningkatkan kerjasama dengan pihak penyedia layanan kesehatan

guna memberikan pembelajaran bagi mahasiswi kebidanan.

2. Bagi Mahasiswi

188
- Meningkatkan kualitas pengetahuan baik materi maupun praktik

mengenai asuhan kebidanan baik untuk kehamilan, persalinan, bayi

baru lahir, maupun nifas, sehingga mampu memberikan asuhan

kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir

serta nifas.

- Mampu melakukan pendokumentasian secara baik dan benar.

3. Bagi BPM

- Meningkatkan kualitas asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu

hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas.

- Meningkatkan promosi kesehatan tentang peranan Puskesmas di

masyarakat guna menurunkan AKI dan AKB.

4. Bagi Ny.S

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya tentang kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir dan nifas.

5. Bagi Keluarga Ny. S

Diharapkan dapat memberikan dukungan terutama dukungan dari segi

psikologi pada ibu dalam proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas

agar proses yang dijalani ibu dapat berjalan dengan baik. Keluarga juga berperan

189
dalam membantu ibu mengambil keputusan yang berhubungan dengan

kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2008. Asuhan kebidanan (Nifas). Jogjakarta: Mitra Cendikia

American Academy of Pediatrics, Council on Environmental Health and Section


on Dermatology. 2011. Policy Statement - Ultraviolet Radiation: A
Hazard to Children and Adolescents. Pediatrics. 127:588-97.

BPJS. 2014. Sistem Rujukan Berjenjang. Diunduh pada 11 Juni 2017 pukul 16.45
WIB.

190
Celen S, Dover N, Seckin B, Goker U, Yenicesu O, Danisman N. 2012. Utility of
First Trimester Ultrasonography before 11 Weeks of Gestation: A
Retrospective Study. Obstetric and Gynocology.

Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.

_________. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.

Dinkes RI. 2016. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Jakarta:
Dinkes RI.

________. 2014. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014. Jakarta:
Dinkes RI.

Elisa, Primasnia P, Wagiyo. 2013. Hubungan Pendampingan Suami Dengan


Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Dalam Menghadapi Proses
Persalinan Kala I Di Rumah Bersalin Kota Ungaran. Rosiding Konferensi
Nasional PPNI Jawa Tengah.

Husin, Farid. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto.

Jean I, Irion GL. 2011. Water Immersion to Reduce Peripheral Edema in


Pregnancy. Journal of Women’s Health Physical Therapy. 35 (2):4.

Kalish RB, Thaler HT, Chasen ST, Gupta M, Berman SJ, Rosenwaks Z, et al.
2004. First and Secon Trimester Ultrasound Assessment of Gestasional
Age. Am J Obstet Hynecol. 191(3):975-8.

Kemenkes RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency).

___________. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kemenkes RI.

___________. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan


Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kusyati, E. and Astuti, L.P., 2012. Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam

191
Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tlogosari Wetan Semarang Tahun 2012. Jurnal Kebidanan. 4(2).

Manuaba, et.al. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :
EGC.

Mitra S, Misra S, Nayak PK, Sahoo JP. 2012. Effect of Maternal Anthropometry
and Metabolic Parameters of Fetal Growth. Indiana Journal of
Endrokinology and Metabolism. 16(5):754-8.

Lakhanpal S, Aggrarwal A, Kaur G. 2012. To Asses The Effect of Maternal BMI


on Obstetrical Outcome. International Journal of Advancements in
Research and Technology. 1(1):17.

Ma’rifah, A.R., 2014. Efektifitas Tehnik Counter Pressure dan Endorphin


Massage Terhadap Nyeri Persalinan Kala 1 pada Ibu Bersalin di RSUD
Ajibarang. In Prosiding Seminar Nasional & Internasional.

Noviyanti, N., Astuti, I. and Hamdah, N.M.N., 2016. Pengaruh Terapi Pijat
terhadap Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Ibu
Bersalin (Studi Kasus Di Kota Bandung). The Southeast Asian Journal of
Midwifery, 2(1), pp.1-8.

Oxon,H. et al. 2010. Ilmu Kebidanan ; Patologi & Fisiologi Persalinan.


Yogayakarta: Yayasan Essentia Medica.

Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. 2016. Buku Acuan Midwifery Update.
Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Primasnia, P., 2013. Hubungan Pendampingan Suami dengan Tingkat Kecemasan


Ibu Primigravida dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I di Rumah
Bersalin Wilayah Kota Ungaran. Karya Ilmiah S1 Ilmu Keperawatan.

Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

192
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Salmah, Rusmiati. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.

Sudarti. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Sudin Kesehatan Jakarta Timur. 2014. Profil Kesehatan Jakarta Timur Tahun
2014. Jakarta: Sudin Kesehatan Jakarta Timur.

Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta : Fitramaya.

Tauriska, T.A. and Umamah, F., 2017. Hubungan antara Isapan Bayi dengan
Produksi Asi Pada Ibu MenyusuidDi Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya. Journal of Health Sciences, 8(1).

Varney,H., 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

193
lAMPIRAN
Gambar: Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar: Surat Rujukan


Gambar: Hasil pemeriksaan CTG
Gambar : Identifikasi Bayi
Gambar: Kunjungan nifa dan BBL 19 hari

Anda mungkin juga menyukai