BAB 2-1 Baru
BAB 2-1 Baru
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1) Uterus
Uterus mulai menekan ke arah tulang belakang, menekan vena kava
dan aorta sehingga aliran darah tertekan.Pada akhir kehamilan sering
terjadi kontraksi uterus yang disebut his palsu (braxton hicks).Ithsmus
uteri menjadi bagian kospus dan berkembang menjadi segmen bawah
rahim yang lebih lebar dan tipis, serviks menjadi lunak sekali dan lebih
mudah dimasuki dengan satu jari pada akhir kehamilan.
2) Sirkulasi Darah dan Sistem Respirasi Volume
Sirkulasi darah dan system respirasi volume darah meningkat 25%
dengan puncak pada kehamilan 32 minggu diikuti pompa jantung
meningkat 30%.Ibu hamil sering mengeluh sesak nafas akibat
pembesaran uterus yang semakin mendesak ke arah diafragma.
3) Traktus Digestivus
Ibu hamil dapat mengalami nyeri ulu hati dan regurgitasi karena terjadi
ke atas uterus.Sedangkan pelebaran pembuluh darah pada rektum, bisa
terjadi.
4) Traktus Urinarius
Bila kepala janin mulai turun ke PAP, maka ibu hamil akan kembali
mengeluh sering kencing.
5) Sistem Muskuluskeletal
Membesarnya uterus sendi pelvik, pada saat hamil sedikit bergerak
untuk mengkompensasi perubahan bahu lebih tertarik ke belakang,
lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur
sehinggamengakibatkan nyeri punggung.
6) Kulit
Terdapat striae gravidarum, mengeluh gatal, kelenjar sebacea lebih
14
Bila hal tersebut terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga
dan disertai degan beberapa riwayat atau tanda tertentu, diagnosisnya
mengarah pada sulosio plasenta.
3) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Pada umumnya, ibu
hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu disertai adanya
peningkatan tekanan darah di atas normal. Sakit kepala yang
menunjukkan kemungkinan masalah yang serius adalah sakit kepala
hebat yang menetap dan tidak hilang dengan hanya beristirahat.
Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat, ibu mungkin
merasakan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit
kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsi
apabila disertai dengan kenaikan tekanan darah.
4) Masalah penglihatan
Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu bisa berubah
selama kehamilan. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan
yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya
pandangan kabur atau berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin
disertai degan sakit kepala yang hebat, dan mungkin merupakan tanda
preeklamsia.
5) Bengkak pada muka dan tangan
Hampir separuh dari ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal
pada kaki, yang biasanya muncul pada sore hari, dan biasanya hilang
setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Bengkak bisa menunjukkan
adanya masalah serius bila muncul pada muka dan tangan, tidak hilang
setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik lain. Ini bisa jadi
merupakan pertanda anemi, gagal jantung atau preeklamsia.
6) Gerakan janin tidak dirasakan
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke lima atau ke
enam, beberapa ibu bahkan mampu merasakan gerakan bayinya lebih
awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah, bayi harus bergerak
paling sedikit tiga kali dalam periode tiga jam. Gerakan bayi akan
26
lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan bila ibu
makan dan minum dengan baik (Asrinah,dkk,2010).
2.1.1.7 Skor Poedji Rochjati
Kehamilan risiko tinggi merupakan suatu kehamilan dimana
kehidupan atau kesehatan ibu maupun janin dalam bahaya akibat adanya
gangguan/komplikasi kehamilan. Risiko adalah suatu ukuran statistik dari
peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat darurat
yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti kematian, kesakitan,
kecacatan, ketidaknyamanan atau ketidakpuasan (5K) pada ibu dan bayi.
Klasifikasi kehamilan dengan risiko bertujuan untuk memudahkan
tenaga kesehatan dalam memberikan penatalaksanaan yang tepat dan
sesuai. Ukuran risiko dapat dituangkan delam bentuk angka disebut
dengan skor (Poedji Rochjati). Digunakan angka bulat dibawah 10,
sebagai angka dasar 2, 4, 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko
rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor
kehamilan dibagi tiga kelompok yaitu :
1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan risiko rendah adalah kehamilan tanpa masalah/faktor risiko,
fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal
dengan ibu dan bayi hidup sehat. Tempat persalinan dapat dilakukan di
rumah maupun di polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan,
dukun membantu perawatan nifas bagi ibu dan bayi.
2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dengan satu atau lebih
faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi
dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu mapun janinnya,
memiliki risiko kegawat tetapi tidak darurat. Ibu PKK/kader memberi
penyuluhan agar pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter di
Puskesmas, di Polindes, atau langsung dirujuk ke Rumah Sakit,
misalnya pada letak lintang dan ibu hamil pertama dengan tinggi badan
rendah.
3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥12
(1) Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat
bagi jiwa ibu dan atau bayinya, membutuhkan rujukan tepat waktu
27
18Letak Lintang 8
III 19Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20
Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR
Sumber : Rochjati (2003)
2.1.1.8 Penatalaksanaan Dalam Kehamilan
Antenatal care (ANC) hendaknya dilakukan sedini mungkin setelah
seorang perempuan merasa dirinya hamil. Namun dengan kondisi
masyarakat Indonesia yang bervariasi baik dari segi geografis, sosial,
ekonomi, maupun tingkat pendidikan. Maka pemerintah mengeluarkan
kebijakan program agar setiap ibu hamil melakukan kunjungan antenatal
paling sedikit 4 kali selama kehamilan dengan jadwal yaitu 1 x pada
trimester I (UK 0 – 12 minggu), 1 x pada trimester II (UK > 12 minggu –
28 minggu) dan 2 x pada trimester III (UK > 28 minggu – lahir). Pada
trimester III kunjungan ulang saat UK 28-36 minggu dilakukan 2 minggu
sekali, sedangkan saat UK > 36 minggu dilakukan 1 minggu sekali
(Sulistyawati, 2009).
Berdasarkan jadwal di atas maka dapat dilihat bahwa semakin tua
umur kehamilan maka semakin sering pula jadwal kunjungan yang harus
dilakukan, sehingga dengan melakukan ANC secara teratur kelainan atau
masalah yang terjadi pada kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin.
Pada setiap kunjungan ibu hamil, seorang bidan harus melakukan
pelayanan atau asuhan yang tetap dalam standar pelayanan kebidanan
(SPK). Pelayanan kebidanan sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (kebidanan atau umum), pemeriksaan laboratorium rutin
dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai resiko yang
ditemukan dalam pemeriksaan).
3) Kala III
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan
lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah
bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan dari fundus uteri.
(Nurasiah,dkk,2014).
35
c) Sistem Renal
Kandung kemih yang hipotonik disertai retensi urine
bermakna dan pembesaran umum terjadi. Tekanan dan
kompresi pada kandung kemih dan uterus selama kehamilan
dan persalinan adalah penyebabnya. Mempertahankan
kandung kemih kosong selama persalinan dapat menurunkan
trauma. Setelah persalinan kandung kemih harus tetap kosong
guna mencegah kontraksi uterus lembek yang dapat
meningkatkan resiko perdarahan.
d) Perubahan pada Uterus
TFU setelah plasenta lahir 2 jari di bawah pusat an beratnya
mencapai 750 gram. Uterus normal teraba keras jika
berkontraksi.
e) Perubahan pada Serviks, Vagina, dan Perineum
Setelah kelahiran serviks terkulai dan tebal. Perineum dan
tonus vagina kendor jarena peregangan saat kala II. Setelah
bayi baru lahir tangan penolong bisa masuk dan 2 jam
setelahnya introitus vagina hanya bisa dimasuki 2 atau 3 jari.
2) Perubahan Psikologi dalam Proses Persalinan (Asri dan Cristine,
2010).
(1) Perubahan Psikologis Kala I
a) Fase Laten
Selama fase laten persalinan ibu mengalami emosi yang
bercampur aduk, wanita merasa gembira, bahagia, dan bebas
karena kehamilan dan penantian yang panjang akan segera
berakhir, tetapi ibu mempersiapkan diri sekaligus memiliki
kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi. Secara umum, ibu
merasa tidak terlalu merasa tidak nyaman dan mampu
menghadapi situasi tersebut dengan baik. Namun, untuk ibu
44
(20) Periksa kemungkinan adanya belitan tali pusat, segera lanjutkan proses
kelahiran bayi :
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong tali pusat diantara dua klem tersebut.
(21) Setelah kepala lahir, menunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar
secara spontan.
(22) Lahirnya bahu
Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal,
dengan lembut gerakkan kepala bayi kearah bawah hingga bahu depan
muncul dibawah arcus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas untuk
melahirkan bahu belakang.
(29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 IU secara
IM pada 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin)
(30) Setelah 2 menit sejak bayi lahir (cukup bulan), jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari umbilicus, gunakan jari-jari tangan untuk
mendorong isi tali pusat kearah ibu dan jepit kembali tali pusat 2 cm dari
klem yang pertama.
(31) Memotong tali pusat dan mengikat tali pusat
Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi) lalu gunting tali pusat diantara 2 klem tersebut
a) Jika menggunakan benang tali pusat, ikat tali pusat dengan benang
DTT lalu lepaskan klem pertama
(32) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu bayi,
luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya.
Usahakan kepala bayi lebih rendah dari putting susu ibu.
a) Selimuti ibu bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di
kepala bayi
b) Biarkan bayi melakukan kontak kulit dengan ibu minimal selama 1
jam
c) Sebagian besar bayi akan berhasil menyusu dalam waktu 30-60
menit, bayi akan menyusu pertama sekitar 10-15 menit dan bayi
cukup menyusu dari satu payudara.
(33) Manajemen Aktif Kala III Persalinan
Memindahkan klem pada tali pusat dengan jarak 5-10 cm dari vulva.
(34) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu (diatas sympisis)
untuk mendeteksi kontraksi dan tangan yang lain memegang klem tali
pusat untuk menegangkan tali pusat.
(35) Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorsokranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri)
a) Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan PTT dan
tunggu timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur
diatas
b) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu/suami/keluarga untuk
melakukan stimulasi putting susu.
49
(36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal
diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal maka lanjutkan
dorongan kearah cranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
5-10 cm dari vulva
b) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat ditegangkan sesuai dengan sumbu
jalan lahir (bawah-sejajar-atas)
c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
(a) Ulangi pemberian oksitosin 10 IU secara IM
(b) Lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh
(c) Minta keluarga menyiapkan rujukan
(d) Ulangi tekanan dorso-kranial penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
(e) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir dan
terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan manual plasenta
(37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudia lahirkan plasenta
a) Jika selaput ketuban robek pakai sarung tangan steril untuk
melakukan eksplorasi selaput ketuban kemudian gunakan jari-jari
tangan untuk mengeluarkannya
(38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase
uterus (letakkan tangan di fundus dan lakukan massase dengan gerakan
melingkar dan lembut selama 15 detik)
a) Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah massase
tatalaksana sebagai atonia uteri
(39) Menilai Perdarahan
Memeriksa kedua sisi plasenta dan pastikan plasenta serta selaput ketuan
lengkap. Memasukkan plasenta kedalam wadag/tempat yang disediakan.
(40) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Apabila
ada laserasi dan perdarahan aktif segera lakukan heacting.
(41) Asuhan Pasca Persalinan
Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh lalu bilas dengan air
DTT tanpa melepas sarung tangan kemudian keringkan dengan handuk
yang bersih/tissue
50
(58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik lalu rendam di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
(59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tissue/handuk pribadi yang kering dan bersih
(60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
a) Mencatat kemajuan persalinan.
b) Mencatat kondisi ibu dan janin.
c) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
d) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan.
e) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu
2.1.3 Kajian Teori Bayi Baru Lahir
2.1.3.1 Pengertian bayi baru lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan
umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram (Depkes RI, 2012). Bayi baru lahir normal adalah berat
lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan
tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim, 2010).
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra
uteri (Rukiyah dan Lia,2013).
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 inggu, dengan berat badan
2500-4000 gram, nilai apgar score >7 dan tanpa cacat bawaan
2.1.3.2 Perubahan fisiologis bayi baru lahir
Menurut Pusdiknakes (2012) perubahan fisiologis pada bayi baru
lahir adalah :
1) Perubahan sistem pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru –
paru.
(1) Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabang dan kemudian bercabangkembali membentuk struktur
52
tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus
menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah
lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu
singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan
semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.Jika seorang bayi
kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan
kehilangan panas pada BBL.
4) Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir
seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya
sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1 sampai 2 jam).BBL yang tidak mampu mencerna
makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari
glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai
persediaan glikogen yang cukup.Bayi yang sehat akan menyimpan
glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan
terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir
yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen
dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak
sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup
bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama,
maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan
(prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama,
karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).
5) Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada
55
saat lahir.Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara
esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas
lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup
bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan
dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering
oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI ondemand.
6) Sistem kekebalan tubuh/ imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana
tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Kekebalan alami
juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu
BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah
ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.Kekebalan yang
didapat akan muncul. BBL dengan kekebalan pasif mengandung
banyak virus dalam tubuh ibunya.
2.1.3.3 Penilaian Awal Bayi Baru Lahir
Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak
dilakukan penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga
pertanyaan :
(1) Apakah kehamilan cukup bulan?
(2) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
(3) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia
sehingga harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan
napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013)
Dalam bagan alur manajemen BBL dapat dilihat alur pelaksanaan BBL
mulai dari persiapan, penelitian dan keputusan serta alternative tindakan
apa yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup
bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau bernafas
56
spontan dan bergera aktif maka cukup dilakukan manajemen BBL normal
(JNPKKR, 2017).
PENILAIAN:
A B
A B
Dengan Tanpa
Oksimeter Oksimeter
57
1 Lihat postur, tonus dan aktivitas Posisi tungkai dan lengan reflek
Bayi sehat akan bergerak aktif
pusat.
10 Lihat punggung dan teraba tulang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
belakang celah/ lubang dan benjolan pada
tulang belakang
12 Lihat dan raba alat kelamin luar Bayi perempuan: kadang terlihat
- Tanyakan pada ibu apakah bayi cairan vagina berwarna putih
sudah buang air kecil atau kemerahan
Bayi laki-laki: terdapat lubang
uretra pada ujung penis. Terba
atestis di skrotum.
Pastikan bayi BAK dalam 24
jam setelah lahir
15 Menilai cara menyusu, minta ibu Kepala dan badan dalam garis
untuk menyusui banyinya lurus; muka bayi menghadap
payudara, ibu mendekatkan bayi
2) Perubahan serviks
Menurut Prawirohardjo (2010) servik setelah melahirkan pada bagian
ektoserviks (porsio) akan terlihat memar, sedikit koyak. Beberapa hari
setelah persalinan, osteum eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-
pinggirnya tidak rata tetapi retak. Akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh 1 jari dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian
atas dari kanalis servikalis. Setelah post partum, OUE lebih besar dan
ada retak serta robekan pada pinggirannya.
3) Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina
Menurut Pusdiknakes - JHPIEGO (2003) berkurangnya sirkulasi
progesterone mempengaruhi otot-otot panggul, perineum, vagina dan
vulva. Proses ini membantu pemulihan ke arah tinisitas / elastisitas
normal dari ligamentum otot rahim. Semua ini merupakan proses
bertahap yang akan berguna apabila ibu melakukan ambulasi dini,
senam nifas, dan mencegah timbulnya konstipasi.Sarwono
Prawiradirdjo (2010) mengemukakan bahwa luka-luka pada jalan lahir
seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan
serviks, bila tidak seberapa luas lukanya, umumnya akan sembuh
dengan baik, kecuali bila terdapat infeksi. Umumnya. dinding vagina
akan kembali setelah 6-8 minggu dan rugae akan timbul kembali kira-
kira minggu ke-4.
4) Perubahan pada sistem gastrointestinal
(1) Nafsu makan
65
(3) Pengosonga
n usus
Pengosongan usus secara spontan terlambat 3-5 hari setelah
persalinan karena dehidrasi dan kurang makan serta pembengkakan
perineal yang disebabkan oleh episiotomi.
5) Perubahan sistem urinaria
(1) Sensitivitas
kandung kemih terhadap cairan kadang-kadang menghilang.
Hal ini disebabkan karena oedema yang
(2) Cardiac
Output
Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II
persalinan dan tetap tinggi sampai 48 jam post partum, kemudian
kembali pada keadaan sebelum hamil 2-3 minggu.
9) Perubahan tanda-tanda vital
(1) Suhu
Suhu pada 24 jam pertama post partum meningkat sampai 38°C
akibat dari dehidrasi persalinan. Jika berturut-turut selama dua hari
suhu ≥38°C harus dipikirkan adanya kemungkinan infeksi
(Manuaba, 2010). Infeksi dapat dikarenakan sepsis puerpuralis,
infeksi traktus genetalis, mastitis, dan infeksi sistemik.
(2) Nadi
6-8 jam post partum umumnya terjadi bradikardi sebagai suatu
konsekuensi dari peningkatan cardiac output. Setelah 3 bulan post
partum, nadi kembali seperti sebelum hamil. Nadi dianggap normal
yakni antara 50-70 kali/menit.nadi yang cepat mengindikasikan
hipovolemia sekunder dan perdarahan.
(3) Respirasi
Respirasi segera menjadi normal seperti sebelum hamil.
(4) Tekanan
Darah
Tensi ibu tetap stabil. Jika terjadi penurunan tekanan sistolik 20
mmHg atau lebih pada saat ibu berubah posisi dari tidur terlentang
keposisi duduk mungkin merupakan gangguan sementara pada
komponen kardivaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler
panggul. Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dengan diastolik 15
mmhg, terutama bila disertai sakit kepala atau perubahan
penglihatan, dapat dicurigai adanya preeklamsia. Berkeringat dan
menggigil mungkin disebabkan oleh vasomotor instability, bila
disertai panas berarti untuk membantu pengeluaran jumlah sisa atau
kelebihan cairan tubuh.
2.1.4.4 Tanda Bahaya Masa Nifas
Menurut Sulistyawati (2009), tanda bahaya masa nifas adalah sebagai
berikut:
67
Kondisi bayi
Hamil Umur Jenis Tempat/ Kond.
UK saat lahir laktasi
ke anak persalinan penolong skrg
BB PB JK
Spontan
BPM/RS
Belakang
/Puskes 2500-
>2 kepala/ 48-52
< 4 kali Aterm mas. 4000 ♂/♀ ASI Sehat
tahun SC/ cm
Bidan/ gram
Vakum/
Dokter
Forcep
pada siang hari ibu sempat istirahat atau tidak serta adakah
gangguan saat tidur. Biasanya pada ibu hamil TM III
mengeluh tidak nyaman saat tidur karena nyeri punggung
yang dirasakan. Pada ibu hamil TM III biasanya memilih
posisi miring dan memeluk bantal guling untuk menopang
berat rahim serta tidur dengan kedua tungkai kaki lebih
tinggi dari badan dapat mengurangi rasa lelah (Kusmiyati,
dkk, 2009).
(e) Personal hygiene
Untuk mengetahui kebersihan ibu yang dapat
mempengaruhi kesehatan ibu dan janinnya dengan
mengkaji berapa kali ibu mandi, frekuensi keramas dalam
seminggu, frekuensi gosok gigi dalam sehari, serta
frekuensi ibu mengganti pakaian khususnya pakaian dalam.
(f) Dukungan suami dan keluarga
Untuk mengetahui penerimaan oleh keluarga terhadap
kehamilannya yang dapat mempengaruhi psikologis ibu dan
kesehatan bayinya.
(g) Rencana persalinan
dikaji untuk mengetahui apakah ibu ada rencana bersalin
dimana seperti BPM, RS, Puskesmas, agar sewaktu-waktu
apabila ada tanda-tanda akan bersalin bisa langsung
membawa ke tempat rencana bersalin.
c) Pemeriksaan antropometri
(a) Tinggi Badan
Untuk mengetahui apakah kehamilan ibu termasuk
kehamilan beresiko oleh karena tinggi badan ibu, karena
normalnya tinggi badan ibu hamil > 145 cm.
(b) Berat Badan
Untuk mengetahui peningkatan berat badan ibu setiap
trimester.
Pada TM III berat badan meningkat 5-5,5 kg atau 0,5 kg
tiap minggunya. Rata-rata peningkatan berat badan ibu
hamil normal 9-12 kg selama kehamilan.
(c) Lingkar Lengan
Untuk mengetahui tingkat status gizi pada ibu hamil dan
mendeteksi faktor risiko yang terjadi.
Normalnya lingkar lengan atas ibu hamil minimal 23,5 cm.
86
d) Pemeriksaan fisik
(a) Kepala
Untuk mengetahui keadaan kepala ibu hamil meliputi
rambut bersih atau tidak, ada ketombe atau tidak, rambut
rontok atau tidak, apakah ada luka bekas operasi, apakah
kepala pernah mengalami benturan dan ada atau tidaknya
luka atau trauma pada kepala yang menjadi keluhan ibu.
Biasanya pada perempuan hamil fisiologis akan didapatkan
hasil rambut bersih, tidak ada ketombe, rambut tidak rontok
dan tidak ada luka bekas operasi atau benturan pada kepala
dan tidak ada luka yang menyebabkan terjadinya keluhan
pada ibu.
(b) Wajah
Untuk mengetahui wajah pucat atau tidak, ada atau tidak
cloasma gravida dan oedema pada wajah. Biasanya pada ibu
hamil fisiologis tidak ditemukan oedema pada wajah dan
wajah ibu tidak pucat.
(c)Mata
Untuk mengetahui bentuk mata, apakah terjadi anemia atau
tidak pada ibu dengan melihat warna konjungtiva dan warna
sklera. Biasanya pada ibu hamil fisiologis hasil yang
didapatkan adalah mata simetris, konjungtiva merah muda
dan sclera putih.
(d) Hidung
Untuk mengetahui ada atau tidak polip atau secret.
(e) Telinga
Untuk mengetahui ada atau tidak serumen di telinga.
(f) Mulut dan bibir
Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu melalui keadaan
mulut dan bibir dengan melihat kelembaban bibir, warna
bibir, dan adakah karies pada gigi. Pada ibu hamil fisiologis
87
b) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu saat datang
ke pelayanan kesehatan. Keluhan utama kasus ibu bersalin
biasanya adalah adanya tanda-tanda persalinan seperti sakit
perut hilang timbul, keluar lendir bercampur darah, adanya
pengeluaran ketuban dll.
c) Riwayat Persalinan Ini
Untuk mengetahui tanda-tanda persalinan yang sudah
dirasakan oleh pasien seperti:
Sakit perut hilang timbul sejak tanggal berapa, jam berapa,
frekuensi dalam 10 menit, lamanya berapa detik,
intensitasnya bagaimana, lokasi ketidaknyamanannya
dimana. His dikatakan adekuat apabila frekuensinya
minimal 3 kali dalam 10 menit.
96
(d) Eleminasi
Untuk melakukan pengkajian BAB dan BAK terakhir
yang meliputi frekuensi, warna dan keluhan pasien saat
BAB dan BAK. Dalam persalinan jika kandung kemih
dan rektum penuh dapat menyebabkan penurunan
kepala janin terganggu, hal ini memperlambat proses
persalinan (Anggoro 2011). Biasanya pada ibu bersalin
akan sering mengalami perasaan ingin BAB atau BAK
karena penekanan yang disebabkan oleh turunnya
kepala bayi.
(e) Aktivitas
Hal ini perlu dikaji aktivittas sehari-hari pasien karena
data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat
aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah tangga.
Aktivitas yang terlalu berat dapat menyebabkan
abortus, persalinan premature dan KPD.
(f) Psikologis
Hal ini dikaji kebanyakan ibu merasa takut dan cemas
saat proses persalinan. Apalagi dalam persalinan yang
pertama kali, sehingga perlu dukungan supaya ibu
tenang dengan melibatkan peran pendamping.
(g) Sosial
Dikaji untuk mengetahui hubungan klien dengan
keluarga saat menjelang persalinan, pengambilan
keputusan, dukungan keluarga terhadap ibu menjelang
persalinan, serta peran pendamping persalinan.
(h) Spiritual
Dikaji untuk mengetahui adakah ritual khusus
menjelang persalinan yang membutuhkan bantuan atau
adakah kepercayaan-kepercayaan yang dianut ibu
sehingga dapat membantu ibu merasa tenang
menghadapi persalinan.
(2) Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
(a) Keadaan Umum
98
KALA II PERSALINAN
1) Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
(1) Data Subyektif
Data subjektif yang mendukung bahwa pasien dalam persalinan
kala II adalah pasien mengatakan sakit perut semakin sering dan
ingin meneran (Sulistyawati, 2012).
(2) Data Obyektif
a) DJJ : 120-160 x/menit
b) Vulva dan anus membuka, perineum menonjol
c) Hasil pemantauan kontraksi
Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit, durasi lebih dari 40
detik, intensitas kuat dan teratur.
106
(5) Ibu tampak minum 1 gelas teh hangat yang dibantu oleh
keluarga.
(6) Ibu tampak kencing ½ bengkok.
(7) Hasil pemantauan DJJ normal dan irama teratur.
(8) Amniotomi dilakukan, air ketuban berwarna jernih, tidak ada
mekonium, volume ½ bengkok.
(9) Bayi lahir pukul ..... tangis kuat, gerak aktif, kulit kemerahan,
BB ... gram, PB ... cm, JK L/P
KALA IV PERSALINAN
1) Langkah I : Pengkajian Data Dasar
(1) Data Subjektif
a) Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir
b) Pasien mengatak perutnya mules
c) Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia (Sulistyawati,
2012)
(2) Data Objektif
a) TTV
b) TFU berapa jari di bawah pusat
c) Kontraksi uterus baik/tidak.
d) Laserasi perineum ada/tidak
2) Langkah II : Interpretasi Data Dasar
(1) Diagnosa Aktual
P...A... Partus Kala IV dengan Laserasi Perineum Grade....
(2) Dasar
a) Data subjektif
(a) Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir
(b) Pasien mengatak perutnya mules
(c) Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia.
b) Data Objektif
112
b) Riwayat Intranatal
Yang dikaji yaitu tempat ibu bersalin, penolong, tanggal ibu
bersalin, lama persalinan
Kala I : Primigravida berlangsung selama 12 jam, pada
multigravida 8 jam (Manuaba, 2010)
Kala II : Primigravida berlangsung 2 jam, dan multigravida
berlangsung 1 jam (Manuaba, 2010). Keadaan bayi, segera
menangis, gerak aktif, dan ada atau tidaknya penyulit atau
komplikasi. Pada kala II dikaji juga faktor risiko, yang perlu
dikaji yaitu apakah ibu dan bayi memiliki faktor risiko
mayor seperti suhu ibu >380C, KPD >24 jam, ketuban hijau,
korioamnionitis, fetal distress. Faktor risiko minor seperti
KPD >12 jam, asfiksia, BBLR, ibu ISK, UK <37 minggu,
Gemeli, ibu keputihan, suhu >370C
Kala III : Lama kala III tidak boleh lebih dari 30 menit
(2) Data Obyektif
Data yang didapat dengan melakukan observasi langsung atau
diukur.
a) Pemeriksaan Umum
(a) Jam Lahir : dikaji untuk mengetahui jam berapa bayi
dilahirkan (Yongki,dkk,2012)
(b) Keadaan Umum
118
b) Data Objektif
Keadaan umum : tangis kuat, gerak aktif, warna kulit
kemerahan, turgor baik.
c) Masalah
Pada BBL normal jarang ditemukan masalah.
3) Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa potensial merupakan kegiatan mengidentifikasi dengan
hati-hati dan kritis pola atau kelompok tanda dan gejala yang
memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi
atau mencegah masalah-masalah yang spesifik (Varney, 2007).
4) Langkah IV : Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera
Antisipasi akan kebutuhan tindakan segera adalah masalah yang
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
Beberapa data mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan
harus segera bertindak atau untuk berkolaborasi dengan dokter atau
untuk dikonsultasikan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
kondisi pasien (Varney, 2007).
5) Langkah V : Perencanaan Asuhan Komprehensif
Pada langkah ini adalah suatu tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah kebutuhan pasien. Berfungsi untuk menuntun perawatan
119
yang diberikan pada pasien sehingga dapat tercapai tujuan dan hasil
yang optimal diharapkan (Varney, 2007).
(4) Jepit potong tali pusat sudah dilakukan dan tidak ada perdarahan
aktif.
(5) IMD dilakukan, ibu tampak senang menerima kehadiran
bayinya dan bayi berhasil mencapai puting susu ibu dalam…
menit, reflek rooting (+)/(-), reflek sucking (+)/(-), reflek
swallowing (+)/(-).
(6) Vitamin K sudah diberikan dan tidak ada reaksi alergi pada
bekas penyuntikan.
(7) Salep mata sudah diberikan dan tidak ada reaksi alergi.
(8) Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
(9) Imunisasi Hb 0 sudah diberikan dan tidak ada reaksi alergi pada
bekas penyuntikan.
(10) Ibu bersedia memberikan bayi ASI secara on demand dan ibu
tampak senang menyusui bayinya.
2.2.7 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Nifas
2.2.7.1 Langkah-langkah Varney
1) Langkah 1 : Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara :
(1) Anamnesa (Data subyektif)
a) Alasan dirawat/ alasan datang
Berisi alasan ibu masih dirawat atau datang ke pelayanan
kesehatan. Biasanya ibu nifas dengan alasan dirawat yaitu
masih memerlukan perawatan atau dengan alasan datang ingin
melakukan kunjungan ulang masa nifas.
b) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan utama yang sedang dirasakan oleh
ibu setelah bersalin atau saat datang ke pelayanan kesehatan.
Biasanya ibu nifas mengeluh masih merasakan nyeri pada luka
bekas jahitan jika ada laserasi.
c) Riwayat Persalinan Sekarang
Tempat bersalin, penolong, tanggal persalinan
Kala I : Primigravida berlangsung selama 12 jam, pada
multigravida 8 jam (Manuaba, 2010; h. 173) ada atau tidaknya
penyulit atau komplikasi.
Kala II : Primigravida berlangsung 2 jam, dan multigravida
berlangsung 1 jam (Manuaba, 2010). Keadaan bayi, segera
122
dan bawah, tidak ada nyeri tekan pada betis dan lipatan
paha, kuku tidak pucat, dan tidak ada varices pada kaki.
c) Pemeriksaan Penunjang
Pada ibu nifas yang mengalami pengeluaran lokhea banyak
yang mengarah ke perdarahan maka dapat dilakukan
pemeriksaan Hb untuk mengetahui apakah ibu anemia atau
tidak. Hb (normalnya ≥ 11 gr/dL).
(6) Ibu mengerti dan sudah mengetahui tentang cara perawatan tali
pusat serta cara perawatan bayi sehari-hari
(7) Ibu mengerti dan sudah mengetahui informasi awal tentang KB
(8) Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan berjanji akan
datang sesuai dengan jadwal kunjungan.
(9) Ibu sudah mengerti tentang informasi pemakaian alat kontrasepsi
setelah melahirkan.
pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat
ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatanyang lebih mampu.
(4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a) penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan
jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan atau kompresi jantung;
b) penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR
melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara
menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru;
c) penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol
atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan
kering; dan
d) membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir
dengan infeksi gonore (GO).
(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan
penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran
tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan
tumbuh kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP).
(6) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE)
kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI
eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan,
imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.
4) Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan
berwenang memberikan:
(1) penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana; dan
(2) pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan