Anda di halaman 1dari 122

12

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori Klinis


2.1.1 Kajian Teori Kehamilan
2.1.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu
ke-13 sampai minggu ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-
28 sampai minggu ke-40) (Prawirohardjo, 2009).
Kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu).
Kehamilan wanita dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester pertama :
0 – 12 minggu, trimester kedua : 13 – 28 minggu, trimester ketiga : 29 –
40 minggu (Bandiyah, 2009).
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan
adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi yang berlangsung dalam waktu 280 hari (40
minggu).
2.1.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan
Tanda pasti kehamilan dan tidak pasti kehamilan tergantung pada
perubahan yang dapat dirasakan dan dilihat oleh ibu dan pemeriksaan.
Bukti absolute merupakan kenyataan yang dikuatkan oleh janin itu sendiri
yang mencakup:
1) Terdengar DJJ
DJJ dapat didengar dengan menggunakan funduskup pada umur
kehamilan 18-20 minggu dan bisa juga didengar dengan menggunakan
sistem Doppler pada kehamilan 12 minggu. DJJ normal yaitu: 120 –
160 x / menit.
2) Teraba bagian bagian janin
Dapat dirasakan dengan pemeriksaan Leopold.
3) Pada pemeriksaan USG
13

Tampak hasil konsepsi (janin) dan DJJ.


2.1.1.3 Perubahan Fisiologi Ibu Hamil
Perubahan yang terjadi pada tubuh saat hamil, bersalin dan nifas
adalah perubahan yang hebat dan menakjubkan.Sistem-sistem tubuh
berubah dengan otomatis menyesuaikan dengan keadaan hamil, bersalin
dan nifas. Berikut ini adalah perubahan-perubahan anatomi dan adaptasi
fisiologis pada sistem tubuh masa hamil sebagai berikut (Pantiawati,
2010):

1) Uterus
Uterus mulai menekan ke arah tulang belakang, menekan vena kava
dan aorta sehingga aliran darah tertekan.Pada akhir kehamilan sering
terjadi kontraksi uterus yang disebut his palsu (braxton hicks).Ithsmus
uteri menjadi bagian kospus dan berkembang menjadi segmen bawah
rahim yang lebih lebar dan tipis, serviks menjadi lunak sekali dan lebih
mudah dimasuki dengan satu jari pada akhir kehamilan.
2) Sirkulasi Darah dan Sistem Respirasi Volume
Sirkulasi darah dan system respirasi volume darah meningkat 25%
dengan puncak pada kehamilan 32 minggu diikuti pompa jantung
meningkat 30%.Ibu hamil sering mengeluh sesak nafas akibat
pembesaran uterus yang semakin mendesak ke arah diafragma.
3) Traktus Digestivus
Ibu hamil dapat mengalami nyeri ulu hati dan regurgitasi karena terjadi
ke atas uterus.Sedangkan pelebaran pembuluh darah pada rektum, bisa
terjadi.

4) Traktus Urinarius
Bila kepala janin mulai turun ke PAP, maka ibu hamil akan kembali
mengeluh sering kencing.
5) Sistem Muskuluskeletal
Membesarnya uterus sendi pelvik, pada saat hamil sedikit bergerak
untuk mengkompensasi perubahan bahu lebih tertarik ke belakang,
lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur
sehinggamengakibatkan nyeri punggung.
6) Kulit
Terdapat striae gravidarum, mengeluh gatal, kelenjar sebacea lebih
14

aktif. Berat badan akan mengalami kenaikan sekitar 5.5 Kg.


7) Metabolisme
Perubahan metabolisme seperti terjadi kenaikan metabolism basal
sebesar 15–20% dari semula, terutama pada trimester ke tiga,
penurunan keseimbangan asam basa dari 155 mEq per liter menjadi
145 mEq per liter akibat hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang
diperlukan janin. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ
kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein
tinggi sekitar 0.5 g/kg berat badan atau sebutir telur ayam sehari.
Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil seperti: kalsium 1,5 gram
setiap hari dan 30–40 gram untuk pembentukan tulang janin. Fosfor
rata–rata 2 gram dalam sehari.Zat besi 800 mg atau 30–5- mg per hari
dan air yang cukup.
8) Perubahan Kardiovaskuler
Volume darah total ibu hamil meningkat 30 – 50%, yaitu kombinasi
antara plasma 75% dan sel darah merah 33% dari nilai sebelum hamil.
Peningkatan volume darah mengalami puncaknya pada pertengahan
kehamilan dan berakhir pada usia kehamilan 32 minggu, setelah itu
relatif stabil.
Postur dan posisi ibu hamil mempengaruhi tekanan arteri dan tekanan
vena.Posisi terlentang pada akhir kehamilan, uterus yang besar dan
berat dapat menekan aliran balik vena sehingga pengisian dan curah
jantung menurun. Terdapat penurunan tekanan darah normal pada ibu
hamil yaitu tekanan sistolik menurun 8 hingga 10 poin, sedangkan
tekanan diastolik mengalami penurunan sekitar 12 poin.Pada
kehamilan juga terjadi peningkatan aliran darah ke kulit sehingga
memungkinkan penyebaran panas yang dihasilkan dari metabolisme.

2.1.1.4 Perubahan Psikologis Ibu Hamil


1) Perubahan Peran Selama Kehamilan
Menurut Sulistyawati (2009), seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan, ibu akan mengalami perubahan psikologis dan pada saat ini
15

pula wanita akan mencoba untuk beradaptasi terhadap peran barunya


melalui tahapan sebagai berikut.
(1) Tahap Antisipasi
Dalam tahap ini wanita akan mengawali adaptasi perannya dengan
merubah peran sosialnya melalui latihan formal (misalnya kelas-
kelas khusus kehamilan) dan informal melalui model peran (role
model). Meningkatnya frekuensi interaksi dengan wanita hamil dan
ibu muda lainnya akan mempercepat proses adaptasi untuk
mencapai penerimaan peran barunya sebagai seorang ibu.
(2) Tahap Honeymoon
Pada tahap ini wanita sudah mulai menerima barunya dengan cara
mencoba menyesuaikan diri. Secara internal wanita akan
mengubah posisinya sebagai penerima kasih sayang dari ibunya
menjadi pemberi kasih sayang terhadap bayinya. Untuk memenuhi
kebutuhan akan kasih sayang, wanita akan menuntut dari
pasangannya. Ia akan mencoba menggambarkan figur ibunya di
masa kecilnya dan membuat suatu daftar hal - hal yang positif dari
ibunya untuk kemudian ia adaptasi dan terapkan kepada bayinya
nanti. Aspek lain yang berpengaruh dalam tahap ini adalah seiring
dengan sudah mapannya beberapa persiapan yang berhubungan
dengan kelahiran bayi, termasuk dukungan semangat dari orang -
orang terdekatnya.
(3) Tahap Stabil
Tahap stabil yaitu bagaimana mereka dapat melihat penampilan
dalam peran. Tahap sebelumnya mengalami peningkatan sampai ia
mengalami suatu titik stabil dalam penerimaan peran barunya. Ia
akan melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat positif dan
berfokus untuk kehamilannya, seperti mencari tahu tentang
informasi seputar persiapan kelahiran, cara mendidik dan merawat
anak, serta hal yang berguna untuk menjaga kondisi kesehatan
keluarga.
(4) Tahap Akhir (Perjanjian)
Meskipun ia sudah cukup stabil dalam menerima perannya, namun
ia tetap mengadakan "perjanjian" dengan dirinya sendiri untuk
16

sedapat mungkin "menepati janji" mengenai kesepakatan-


kesepakatan internal yang telah ia buat berkaitan dengan apa yang
akan ia perankan sejak saat ini sampai bayinya lahir kelak.
2) Perubahan Perasaan
Selain menimbulkan perubahan fisik, kehamilan juga menimbulkan
perubahan dan adaptasi psikologis ibu hamil.Membesarnya janin
dalam kandungan mengakibatkan calon ibu letih, tidak nyaman, tidak
dapat tidur nyenyak, sering mendapat kesulitan bernafas dan beban
fisik lainnya. Semua pengalaman ini mengakibatkan timbulnya
kecemasan, ketegangan, konflik batin dan lain – lain. Selain itu adanya
risiko perdarahan, rasa sakit pada saat melahirkan, bahaya kematian
pada dirinya sendiri maupun bayi yang akan dilahirkan juga
menambah kecemasan dan ketakutan bagi ibu hamil (Lia, 2011).
Menurut Sulistyawati (2009), ada beberapa perubahan psikologis yang
dirasakan oleh ibu hamil trimester III:
(1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan
tidak menarik. Sehingga ibu memerlukan frekuensi lebih besar
perhatian dari pasangannya.
(2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
(3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
(4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
(5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
(6) Merasa kehilangan perhatian.
(7) Perasaan mudah terluka (sensitif).
(8) Libido menurun.

2.1.1.5 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil


1) Kebutuhan Fisik Ibu Hamil TM III
(1) Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk ibu
hamil. Barbagai pernafasan bisa terjadi pada saat hamil sehingga
akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang
17

akan berpengaruh pada bayi. Untuk mencegah hal tersebut maka


ibu hamil perlu:
a) Latihan nafas melalui senam hamil
b) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi
c) Makan tidak terlalu banyak
d) Kurangi atau hentikan merokok
Posisi miring dianjurkan untuk meningkatkan perfusi uterus dan
oksigenasi fetoplasenta dengan mengurangi tekanan pada vena
asenden (hipotensi supine).
(2) Nutrisi dalam kehamilan
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai
gizi bermutu tinggi gizi pada waktu hamil harus di tingkatkan
hingga 300 kalori perhari (Sujiyatini, dkk, 2009).
(3) Kalori
Di Indonesia kebutuhan kalori untuk orang tidak hamil adalah
2000 Kkal, sedangkan untuk ibu hamil dan menyusui masing-
masing adalah 2300 Kkal dan 2800 Kkal.Kalori dipergunakan
untuk produksi energi. Bila kurang energi akan diambil dari
pembakaran protein yang mestinya dipakai untuk pertumbuhan.
Pada trimester III janin mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat.Perkembangan janin yang pesat
ini terjadi pada 20 minggu terakhir kehamilan (Sujiyatini, dkk,
2009).
(4) Protein
Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, uterus, plasenta,
payudara dan kenaikan sirkulasi ibu (protein plasma, hemoglobin).
Dalam keadaan tidak hamil, konsumsi ideal protein adalah 0,9
gram/kg BB/hari dan selama hamil dibutuhkan tambahan 30
gram/hari. Protein yng dianjurkan adalah protein hewani seperti
daging, susu, telur keju dan ikan karena mengandung komposisi
asam amino yang lengkap. Susu dan produk subagai sumber
protein (Siswosudarmo & Emilia, 2008)
(5) Asam Folat
Asam folat nerupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya
meningkat dua kali lipat selama hamil.Asam folat sangat berperan
18

dalam metabolisme normal makanan menjadi energi, pematangan


sel darah merah, sintesis DNA, Pertumbuhan sel dan pembentukan
heme. Jika kekurang asam folat maka ibu dapat menderita anemia
megaloblastik dengan gejala diare, depresi, lelah berat dan selalu
mengantuk. Jika kondisi ini berlanjut dan tidak segera ditangani
maka ibu hamil akan terjadi BBLR, ablasio plasenta dan kelainan
bentuk tulang belakang (Spina Bifida). Jenis makanan yang
mengandung asam folat adalah ragi, hati, brokoli, sayur yang
berdaun hijau (bayam, asparagus) dan kacang-kacangan
(Sulistyawati, 2011).
(6) Kalsium
Metabolisme kalsium selama hamil mengalami perubahan yang
sangat berarti.Kadar kalsium dalam darah ibu hamil turun drastis
sebanyak 5%. Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil
olahannya, udang, sarden dalam kaleng dan sayur-sayur hijau.
Makanan yang tidak sehat atau berbahaya bagi janin adalah:
a) Hati atau produk hati. Mengandung Vitamin A dosis tinggi
yang bersifat teratogenik (menyebabkan cacat pada janin).
b) Makan mentah atau setengah matang karena resiko
toksoplasma.
c) Ikan yang mengandung metil merkuri dalam kadar tinggi sepert
hiu, marlin yang dapat mengganggu saraf janin.
d) Kafein yang terkandung dalam kopi, teh dan cokelat dibatasi
300 mg per hari. Efek yang terjadi diantaranya adalah (sulit
tidur), refluks, dan frekuensi berkemih meningkat.
e) Vitamin A dalam dosis >20.000-50.000 IU/hari dapat
menyebabkan kelainan bawaan.
(7) Zat Besi
Kebutuhan zat bezi saat hamil meningkat sebesar 300% (1040 mg
selama hamil) dan peningkatan ini tidak dapat dicakupi hanya dari
asupan makanan ibu selama hamil melainkan perlu ditunjang
dengan suplemen zat besi. Pemberian suplemen zat besi dapat
diberikan sejak minggu ke-12 kehamilan sebesar 30-60 gram setiap
hari selama kehamilan dan enam minggu setelah kelahiran untuk
19

mencegah anemia postpartum. Vitamin C dan protein hewani


merupakan elemen yang sangat membantu dalam penyerapan zat
besi, sedangkan teh, kopi, garam kalsium, magnesium dan fitat
(terkadang dalam kacang-kacangan) akan menghambat penyerapan
zat besi (Sulistyawati, 2011).
(8) Pakaian selama kehamilan
Kebersihan harus selalu dijaga selama hamil. Baju hendaknya yang
longgar dan mudah dipakai. Jika telah sering hamil, pemakaian
stagen untuk menunjang otot-otot perut. Sepatu dan alas kaki lain
dengan tumit yang tinggi sebaikanya jangan dipakai oleh karena
titik berat wanita hamil berubah sehingga mudah tergelincirdan
jatuh. Selain itu bisa menyebabkan pembendungan vena dan
mempercepat timbulnya varices.Kebersihan badan mengurangi
kemungkinan infeksi (Mochtar, 2011).
(9) Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering kencing. Konstipasi terjadi
karena adanya pengaruh hormon progesteron yang mempunyai
efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus. Selain itu,
desakan oleh pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya
konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak
mengkonsumsi air putih. Sering buang air kecil merupakan
keluhan yang umum dirasakan oleh ibu hamil, terutama ada
trimester I dan III. Pada trimester III terjadi pembesaran janin yang
juga menyebabkan desakan pada kandung kemih (Sulistyawati,
2011). Dianjurkan kepada ibu hamil untuk minum 8-12 gelas
perhari. Ibu hamil harus cukup minum agar produksi air kemihnya
cukup dan jangan sengaja mengurangi minum untuk menjarangkan
berkemih (Sujiyatini, dkk, 2009).
(10) Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai
akhir kehamilan. Koitus tidak diperbolehkan jika:
20

a) Terdapat perdarahan pervaginam


b) Terdapat riwayat abortus berulang
c) Abortus/partus prematurus imminens
d) Ketuban pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan
infeksi janin intrauteri, dan serviks telah terbuka.
(11) Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan/aktifitas fisik biasa selama
tidak terlalu melelahkan.
Sikap tubuh yang perlu di perhatikan pada ibu hamil adalah:
a) Duduk
Tempatkan tangan di lutut dan tarik tubuh ke posisi tegak. Atur
dagu ibu dan tarik bagian atas kepala seperti ketika ibu berdiri.
b) Berdiri
Sikap berdiri yang benar sangat membantu sewaktu hamil di
saat berat janin semakin bertambah, jangan berdiri untuk
jangka waktu yang lama. Berdiri dengan menegakkan bahu dan
mengangkat pantat. Tegak dari telinga sampai lutut kaki.
c) Berjalan
Ibu hamil penting untuk tidak memakai hak tinggi atau tanpa
hak. Hindari juga sepatu yang bertumit runcing karena mudah
menghilangkan keseimbangan
d) Tidur
Ibu boleh tidur tengkurap, kalau sudah terbiasa, namun
tekuklah sebelah kaki dan pakailah guling, supaya ada ruang
bagi bayi. Posisi miring juga menyenangkan, namun jangan
lupa memakai guling untuk menopang berat rahim. Tidur
dengan kedua tungkai kaki lebih tinggi dari badan dapat
mengurangi rasa lelah.
e) Bangun dan berbaring
Untuk bangn dari tempat tidur, geser tubuh ke arah pinggir
temoat tidur, kemudian tekuk lutut. Angkat tubuh ibu perlahan
dengan kedua tangan, putar tubuh lalu perlahan turunkan kaki
ibu.
f) Membungkuk dan mengangkat
Terlebih dulu menekuk lutut dan gunakan otot kaki untuk tegak
kembali. Hindari membungkuk yang dapat membuat punggung
tegang.
21

(12) Perawatan payudara


Payudara merupakan aset yang sangat penting sebagai persiapan
persalinan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan payudara:
a) Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan
yang menggunakan busa, karena akan mengganggu penyerapan
keringat payudara
b) Gunakan bra yang menyangga payudara
c) Hindari pembersihan puting dengan sabun mandi karena akan
menyebabkan iritasi. Bersihkan puting susu dengan minyak
kelapa lalu bilas dengan air hangat.
d) Jika ditemukan pengeluaran cairan yang berwarna kekuningan
dari payudara berarti produksi ASI sudah mulai.
(13) Persiapan persalinan
Meskipun hasil perkiraan persalinan masih lama tidak ada salahnya
jika ibu dan keluarga mempersiapkan persalinan sejak jauh hari.Ini
dimaksudkan agar jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan
semua perlengkapan sudah disiapkan (Sulistyawati, 2011).
Beberapa hal yang harus disiapkan untuk persalinan adalah:
a) Keluarga dianjurkan untuk menabung sejumlah uang untuk
persediaan dana guna asuhan selama kehamilan dan jika terjadi
kegawatdaruratan, dimana menabung sesuai kemampuan dan
terprogram (Dewi dkk. 2012)
b) Penentuan tempat dan penolong persalinan. Pemilihan tempat
persalinan ditentukan oleh nilai risiko kehamilan dan jenis
persalinan yang direncanakan. Persalinan berisiko rendah dapat
dilakukan di puskesmas, polindes, atau rumah bersalin
sedangkan persalinan berisiko tinggi harus dilakukan di Rumah
Sakit yang memiliki fasilitas kamar operasi, transfusi darah dan
perawatan bayi risiko tinggi (Dewi dkk. 2012)
c) Memilih tenaga kesehatan terlatih. Tenaga kesehatan yang
diperbolehkan menolong persalinan adalah dokter umum, bidan
serta dokter kebidanan dan kandungan. Di negara kita masih
banyak persalinan yang ditolong oleh dukun bersalin baik yang
terlatih maupun tidak terlatih. Hal ini masih menjadi kendala
22

dan merupakan salah satu sebab tingginya angka kematian bayi


(Dewi dkk. 2012)
d) Menyiapkan pendonor darah untuk mengantisipasi kondisi ibu
yang membutuhkan pasokan darah selama proses persalinan
(Dewi dkk. 2012)
e) Anggota keluarga yang dijadikan sebagai pengambilan
keputusan jika terjadi sesuatu anggota keluarga yang
membutuhkan rujukan
f) Baju ibu dan bayi beserta perlengkapan lainnya
g) Surat-surat fasilitas kesehatan kesehatan (ASKES, jaminan
kesehatan dari tempat kerja, kartu sehat, dll)
2) Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil TM III
Menurut Bartini (2012) kebutuhan dasar secara psikologis ibu hamil
TM III adalah sebagai berikut :
(1) Support Keluarga
Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang
wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi
bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Seorang wanita akan
merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian
dari orang-orang terdekat.
Orang-orang terdekat yang dimaksud diantaranya:
a) Suami
Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan
terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi
kehamilan dan proses persalinan, bahkan juga memicu
produksi ASI. Suami sebagai seorang yang paling dekat,
dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat hamil wanita
mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Tugas penting
suami yaitu memberikan perhatian dan membina hubungan
baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap saat
dan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan selama mengalami kehamilan.
Saat hamil merupakan saat yang sensitif bagi seorang wanita,
jadi sebisa mungkin seorang suami memberikan suasana yang
mendukung perasaan istri, misalnya dengan menagajak istri
23

jalan-jalan ringan, menemani istri ke dokter/bidan untuk


memeriksakan kehamilannya serta tidak membuat masalah
dalam komunikasi. Diperoleh tidaknya dukungan suami
tergantung dari keintiman hubungan, ada tidaknya komunikasi
yang bermakna dan ada tidaknya masalah atau kekhawatiran
akan bayinya.
Dukungan suami yang diharapkan istri antara lain :
(a) Suami sangat mendambakan bayi dalam kandungan istri.
(b) Suami senang mendapat keturunan.
(c) Suami menujukkan kebahagiaan pada kehamilan ini.
(d) Suami memperhatikan kesehatan istri yakni menanyakan
keadaan istri/janin yang dikandung.
(e) Suami tidak menyakiti istri.
(f) Suami menghibur/menenangkan ketika ada masalah yang
dihadapi istri.
(g) Suami menasihati istri agar istri tidak terlalu capek bekerja.
(h) Suami membantu tugas istri.
(i) Suami berdoa untuk kesehatan istrinya dan
keselamatannya.
(j) Suami menunggu ketika istri melahirkan.
(k) Suami menunggu ketika istri dioperasi.
b) Keluarga
Lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan
tempat tinggal yang kondusif sangat berpengaruh terhadap
keadaan emosi ibu hamil. Wanita hamil sering kali mempunyai
ketergantungan terhadap orang lain di sekitarnya terutama pada
ibu primigravida. Keluarga harus menjadi bagian dalam
mempersiapkan pasangan menjadi orang tua. Dukungan
keluarga dapat seperti hanya ayah-ibu kandung maupun mertua
sering berkunjung dalam periode ini, seluruh keluarga berdoa
untuk keselamatan ibu dan bayi, adanya ritual adat istiadat
yang memberikan arti tersendiri yang tidak boleh ditinggalkan.
c) Lingkungan
Dukungan lingkungan dapat berupa : doa bersama untuk
keselamatan ibu dan bayi dari ibu – ibu pengajian/
perkumpulan/ kegiatan yang berhubungan dengan social /
24

keagamaan, membicarakan dan menasihati tentang pengalaman


hamil dan melahirkan, adanya diantara mereka yang bersedia
mengantarkan ibu untuk periksa, menunggu ibu ketika
melahirkan, mereka dapat menjadi seperti saudara ibu hamil.
(2) Support Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan dapat memberikan peranannya melalui
dukungan:
a) Aktif melalui kelas antenatal.
b) Pasif dengan memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang
mengalami masalah untuk berkonsultasi. Tenaga kesehatan
harus mampu mengenali tentang keadaan yang ada di sekitar
ibu hamil atau pasca bersalin, yaitu bapak, kakak dan
pengunjung.
(3) Persiapan Menjadi Orang Tua
Ini sangat penting dipersiapkan karena setelah bayi lahir akan
banyak perubahan peran yang terjadi, mulai dari ibu, ayah dan
keluarga. Bagi pasangan yang baru pertama punya anak, persiapan
dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi dengan orang yang
mampu untuk membagi pengalamannya dan memberikan nasihat
mengenai persiapan menjadi orang tua.
(4) Persiapan Sibling
Perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya sibling rivalry
(perasaan bersaing). Sibling rivalry timbul karena anak-anak takut
perhatian orang tuanya berubah.
Pencegahan kondisi ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain :
a) Anak diberi tahu sejak awal kehamilan.
b) Ikut meraba gerakan janin.
c) Diajak untuk mengatur baju bayi.
d) Kenalkan anak dengan bayi.
e) Mengajak saat ANC dan mendengarkan DJJ bersama.
2.1.1.6 Tanda Bahaya Kehamilan TM III
1) Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan dibawah 20
minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran.
2) Nyeri hebat di daerah abdomen
25

Bila hal tersebut terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga
dan disertai degan beberapa riwayat atau tanda tertentu, diagnosisnya
mengarah pada sulosio plasenta.
3) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Pada umumnya, ibu
hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu disertai adanya
peningkatan tekanan darah di atas normal. Sakit kepala yang
menunjukkan kemungkinan masalah yang serius adalah sakit kepala
hebat yang menetap dan tidak hilang dengan hanya beristirahat.
Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat, ibu mungkin
merasakan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit
kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsi
apabila disertai dengan kenaikan tekanan darah.
4) Masalah penglihatan
Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu bisa berubah
selama kehamilan. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan
yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya
pandangan kabur atau berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin
disertai degan sakit kepala yang hebat, dan mungkin merupakan tanda
preeklamsia.
5) Bengkak pada muka dan tangan
Hampir separuh dari ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal
pada kaki, yang biasanya muncul pada sore hari, dan biasanya hilang
setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Bengkak bisa menunjukkan
adanya masalah serius bila muncul pada muka dan tangan, tidak hilang
setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik lain. Ini bisa jadi
merupakan pertanda anemi, gagal jantung atau preeklamsia.
6) Gerakan janin tidak dirasakan
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke lima atau ke
enam, beberapa ibu bahkan mampu merasakan gerakan bayinya lebih
awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah, bayi harus bergerak
paling sedikit tiga kali dalam periode tiga jam. Gerakan bayi akan
26

lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan bila ibu
makan dan minum dengan baik (Asrinah,dkk,2010).
2.1.1.7 Skor Poedji Rochjati
Kehamilan risiko tinggi merupakan suatu kehamilan dimana
kehidupan atau kesehatan ibu maupun janin dalam bahaya akibat adanya
gangguan/komplikasi kehamilan. Risiko adalah suatu ukuran statistik dari
peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat darurat
yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti kematian, kesakitan,
kecacatan, ketidaknyamanan atau ketidakpuasan (5K) pada ibu dan bayi.
Klasifikasi kehamilan dengan risiko bertujuan untuk memudahkan
tenaga kesehatan dalam memberikan penatalaksanaan yang tepat dan
sesuai. Ukuran risiko dapat dituangkan delam bentuk angka disebut
dengan skor (Poedji Rochjati). Digunakan angka bulat dibawah 10,
sebagai angka dasar 2, 4, 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko
rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor
kehamilan dibagi tiga kelompok yaitu :
1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan risiko rendah adalah kehamilan tanpa masalah/faktor risiko,
fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal
dengan ibu dan bayi hidup sehat. Tempat persalinan dapat dilakukan di
rumah maupun di polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan,
dukun membantu perawatan nifas bagi ibu dan bayi.
2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dengan satu atau lebih
faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi
dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu mapun janinnya,
memiliki risiko kegawat tetapi tidak darurat. Ibu PKK/kader memberi
penyuluhan agar pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter di
Puskesmas, di Polindes, atau langsung dirujuk ke Rumah Sakit,
misalnya pada letak lintang dan ibu hamil pertama dengan tinggi badan
rendah.
3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥12
(1) Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat
bagi jiwa ibu dan atau bayinya, membutuhkan rujukan tepat waktu
27

dan tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam upaya


menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
(2) Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko
kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan persalinan di
rumah sakit oleh dokter Spesialis. Ibu diberi penyuluhan dengan
kemudian dirujuk guna melahirkan di Rumah sakit dengan alat
lengkap dan dibawah pengawasan dokter spesialis.
Tabel 2.1 Kartu Skor Poedji Rochjati
I II III IV
KEL Triwulan
Masalah / Faktor Resiko SKOR
NO. I II III.1 III.2
F.R Skor Awal Ibu Hamil 2 2
I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4
4
Tahun
3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan
4
a.terikan tang/vakum
9
b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II Penyakit pada ibu hamil
4
a. Kurang Darah b. Malaria,
11 c. TBC Paru d. Payah Jantung 4
e. Kencing Manis (Diabetes) 4
f. Penyakit Menular Seksual 4
Bengkak pada muka / tungkai
12 4
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
28

18Letak Lintang 8
III 19Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20
Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR
Sumber : Rochjati (2003)
2.1.1.8 Penatalaksanaan Dalam Kehamilan
Antenatal care (ANC) hendaknya dilakukan sedini mungkin setelah
seorang perempuan merasa dirinya hamil. Namun dengan kondisi
masyarakat Indonesia yang bervariasi baik dari segi geografis, sosial,
ekonomi, maupun tingkat pendidikan. Maka pemerintah mengeluarkan
kebijakan program agar setiap ibu hamil melakukan kunjungan antenatal
paling sedikit 4 kali selama kehamilan dengan jadwal yaitu 1 x pada
trimester I (UK 0 – 12 minggu), 1 x pada trimester II (UK > 12 minggu –
28 minggu) dan 2 x pada trimester III (UK > 28 minggu – lahir). Pada
trimester III kunjungan ulang saat UK 28-36 minggu dilakukan 2 minggu
sekali, sedangkan saat UK > 36 minggu dilakukan 1 minggu sekali
(Sulistyawati, 2009).
Berdasarkan jadwal di atas maka dapat dilihat bahwa semakin tua
umur kehamilan maka semakin sering pula jadwal kunjungan yang harus
dilakukan, sehingga dengan melakukan ANC secara teratur kelainan atau
masalah yang terjadi pada kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin.
Pada setiap kunjungan ibu hamil, seorang bidan harus melakukan
pelayanan atau asuhan yang tetap dalam standar pelayanan kebidanan
(SPK). Pelayanan kebidanan sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (kebidanan atau umum), pemeriksaan laboratorium rutin
dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai resiko yang
ditemukan dalam pemeriksaan).

Dalam penerapannya terdiri atas:


1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu
berdasarkan masa tubuh (BMI : Body Mass Index) dimana metode ini
untuk menentukan pertambahan berat badan yang optimal selama masa
29

kehamilan, karena merupakan hal yang penting mengetahui BMI


wanita hamil. Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang
normal 6,5-16 kg, adapun tinggi badan menentukan ukuran panggul
ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil antara lain
> 145 cm.
2) Ukur tekanan darah
Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai dasar
selama masa kehamilan, tekanan darah yang adekuat perlu untuk
mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140
mmHg atau diastolic 90 mmHg pada saat awal pemeriksaan dapat
mengindikasi potensi hipertensi.
3) Nilai status gizi (ukur LILA)
Pada ibu hamil pengukuran LILA merupakan suatu cara untuk
mendeteksi dini adanya Kurang Energi Kronis (KEK) atau
kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer
nutrient ke janin berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat
dan berpotensi melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). BBLR berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak.
Kurang energy kronis atau KEK (ukuran LILA <23,5 cm), yang
menggambarkan kekurangan pangan dalam jangka panjang baik
dalam jumlah maupujn kualitasnya.
Cara melakukan pengukuran LILA :
(1) Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
dengan meteran/pita LILA.
(2) Lingkarkan dan masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita
LILA. Baca menurut tanda panah.
4) Ukur tinggi fundus uteri
Apabila usia kehamilan dibawah 24 minggu pengukuran dilakukan
dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24 minggu memakai
pengukuran Mc. Donald yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus
memakai cm dari atas simfisis ke fundus uteri kemudian ditentukan
sesuai rumusnya.
30

5) Tentukan presentasi janin dan jantung janin (DJJ)


Tujuan pemantauan janin itu adalah untuk mendeteksi dari dini ada atu
tidaknya faktor-faktor resiko kematian prenatal tersebut
(hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi).
Pemeriksaan denyut jantung janin adalah salah satu cara untuk
memantau janin. Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan
pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia
kehamilan 16 minggu/4 bulan. Gambaran DJJ :
(1) Takikardi berat : detak jantung diatas 180x/menit
(2) Takikardi ringan : antara 160-180x/menit
(3) Normal : antara 120-160 x/menit
(4) Bradikardi ringan : antar 100-119 x/menit
(5) Bradikardi sedang : antara 80-100 x/menit
(6) Bradikardi berat : kurang dari 80 x/menit
6) Skrining status imunisasi teratur dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan
Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan umumnya
diberikan 2 kali saja, imunisaasi pertama diberikan pada usia
kehamilan 16 minggu untuk yang kedua diberikan 4 minggu
kemudian. Akan tetapi untuk memaksimalkan perlindungan maka
dibentuk program jadwal pemberian imunisasi pada ibu hamil.
7) Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Untuk memenuhi kebutuhan zat besi ibu guna mencegah terjadinya
anemia pada ibu hamil, karena pada masa kehamilan kebutuhan
meningkat seiring dengan pertumbuhan janin.
8) Tes laboratorium (rutin dan khusus)
Pada pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan Hemoglobin
(Hb), protein urine, dan urine reduksi. Pada pemeriksaan Hb
dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali, dan dilakukan
pemeriksaan kembali menjelang proses persalinan. Pemeriksaan Hb
adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil yang
dapat menyebabkan perdarahan saat persalinan. Pemeriksaan protein
urine untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil. Protein
31

urine ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsia dan


pemeriksaan urine reduksi dilakukan untuk mengetahui kandungan
gula darah ibu hamil untuk mmendeteksi penyakit yang mengarah ke
Diabetes Melitus.
9) Tatalaksana kasus
Pada tatalaksana kasus, bidan memberikan asuhan kepada ibu hamil
untuk mengetahui masalah yang dialami dan pengetahuan yang
kurang dimengerti sehingga bidan bisa memberikan informasi yang
tepat sesuai dengan masalah yang dialami ibu hamil.
10) Temu wicara (konseling) termasuk program perencanaan persalinan
dan pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan
Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan
kunjungan. Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan.
Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,
riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial, dan
pengetahuan klien. Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama
penanganan. Tindakan yang harus dilakukan bidan dalam temu wicara
anatar lain :
(1) Menentukan pilihan yang tepat, merujuk ke dokter untuk
konsultasi dan menolong ibu
(2) Melampairkan kartu kesehatan ibu serta surat rujukan
(3) Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa
surat hasil rujukan
(4) Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
(5) Memberikan asuhan antenatal.
(6) Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah
(7) Menyepakati diantara pengambilan keputusan dalam keluarga
tentang rencana proses kelahiran
(8) Persiapan dan biaya persalinan
2.1.2 Kajian Teori Persalinan
2.1.2.1 Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
32

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik


ibu maupun janin (Elisabeth dan Endang,2015).
Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput ketuban dari tubuh ibu. Sedangkan pengertian
persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Sujiyatini, dkk. 2011).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.

2.1.2.2 Fisiologi Persalinan


Menurut Elisabeth dan Endang (2015), tahap persalinan dibagi menjadi 4
macam, yaitu:
1) Kala I
Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat (frekuensi dan
kuatnya) yang menyebabkan pembukaan, sampai serviks membuka
lengkap (10cm). Kala I terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase
aktif
(1) Fase laten
Berlangsung selama 7-8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
(2) Fase aktif
Fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 macam
yaitu :
a) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4
cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi
Pembukaan menjadi lambat, dalam 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap.
33

Pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan pada multipara sekitar


8 jam. Kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam (primipara) atau lebih
dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Pada ibu bersalin yang sudah
berada pada fase aktif maka pemantauan kemajuan dan persalinan
harus dipantau dengan menggunakan Partograf WHO.
a) Definisi Partograf
Adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan,
memantau kesejahteraan janin dan ibu, serta informasi untuk
membuat keputusan klinik.
b) Tujuan dari penggunaan partograf adalah :
(a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.
(b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
(c) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan. Pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan yang diberikan dimana
semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medis
ibu bersalin dan bayi baru lahir.
c) Hal-hal yang dicatat pada partograf :
(a) Informasi tentang Ibu: nama, umur, gravida, para, abortus,
nomor catatan medik atau nomor puskesmas, tanggal dan
waktu mulai dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban.
(b) Kondisi janin: DJJ (Detak Jantung Janin) dicatat setiap ½ jam,
warna dan adanya air ketuban, penyusupan ( moulage ) kepala
janin.
(c) Kemajuan persalinan: pembukaan serviks, penurunan bagian
terendah atau presentasi janin, garis waspada dan garis
bertindak. Pembukaan serviks dan penurunan bagian terendah
janin dicatat setiap 4 jam.
(d) Jam dan waktu: waktu mulainya fase aktif persalinan, waktu
aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
34

(e) Kontraksi uterus: frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit,


lama kontraksi (dalam detik). Frekuensi dan lamanya kontraksi
uterus dicatat setiap ½ jam.
(f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan: oksitosin, obat-obatan
lainnya dan cairan IV yang diberikan.
(g) Kondisi Ibu, nadi dicatat setiap ½ jam , tekanan darah dan
temperatur tubuh dicatat setiap 4 jam, urine (volume, aseton,
protein) dicatat setiap 2-4 jam.
(h) Pencatatan pada lembar belakang Partograf
(i) Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk
mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan
kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak
kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir (APN, 2017).
2) Kala II
Proses kala II berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada
multipara. Dalam kondisi yang normal pada kala II kepala janin sudah
masuk dalam dasar panggul, maka pada saaat his dirasakan tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang dapat menimbulkan rasa mengedan.
Wanita merasa pula tekanan pada rektum dan hendak buang air besar.
Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin
tampak dalam vulva pada waktu his. Bila panggul sudah lebih
berelaksasi maka kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan
his dan kekuatan mengejan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati
perineum. Setelah istirahat sebentar his mulai lagi untuk mengeluarkan
badan dan anggota bayi.

3) Kala III
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan
lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah
bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan dari fundus uteri.
(Nurasiah,dkk,2014).
35

Manajemen aktif kala III seperti :


(1) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin. Dengan penjepitan tali
pusat dini akan memulai proses pelepasan plasenta
(2) Memberikan oksitosin. Oksitosin merangsang uterus untuk
berkontraksi yang juga mempercepatpelepasan plasenta.
(3) Oksitosin 10 IU secara IM dapat diberikan ketika kelahiran bahu
depan bayi jika petugas lebih dari satu dan pasti hanya ada bayi
tunggal.
(4) Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
jika hanya ada seorang petugas dan hanya ada byi tunggal
(5) Oksitosin 10 IU secara IM dapat diulangi setelah 15 menit jika
plasenta masih belum lahir
(6) Melakukan peregangan tali pusat terkendali atau PTT, yang
berfungsi untuk mempercepat kelahiran plasenta begitu sudah
terlepas.
(7) Masase fundus. Segera setelah plasenta dan selaput dilahirkan,
masase fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat
mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan post
partum. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik, atau
jika perdarahan hebat terjadi, mulailah segera melakukan kompresi
bimanual. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit,
ikuti protocol untuk perdarahan post partum (PKMN, 2009 : 116).
4) Kala IV
Tahap ini dilakukan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya
perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih dua jam.
Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak
banyak yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim
tempat terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari akan
mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lokhea yang berasal
dari sisa-sisa jaringan. Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah
setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa
faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot
rahim. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan sehingga jika
36

perdarahan semakin hebat dapat dilakukan tindakan secepatnya


(Elisabeth dan Endang, 2015).
2.1.2.3 Tanda-tanda Persalinan
1) Adanya kontraksi rahim
Secara umum, tanda awal bahwa ibu hamil untuk melahirkan adalah
mengejangnya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi. Kontraksi
tersebut berirama, teratur, dan involuter, umumnya kontraksi bertujuan
untuk menyiapkan mulut rahim untuk membesar dan meningkatkan
aliran darah di dalam plasenta. Kontraksi uterus memiliki periode
relaksasi yang memiliki fungsi penting untuk mengistirahatkan otot
uterus, memberi kesempatan istirahat bagi wanita, dan
mempertahankan kesejahteraan bayi karena kontraksi uterus
menyebabkan kontraksi pembuluh darah plasenta. Durasi kontraksi
uterus sangat bervariasi, tergantung pada kala persalinan wanita
tersebut. Kontraksi persalinan aktif berlangsung dari 45 sampai 90
detik dengan rata-rata 60 detik. Pada persalinan awal, kontraksi
mungkin hanya berlangsung 15 sampai 20 detik.
2) Keluarnya lendir bercampur darah
Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks pada
awal kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan
yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan
keluarnya lendir yang berwarna kemerahan bercampur darah dan
terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang
menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan membuka. Lendir
inilah yang dimaksud sebagai blood slim.
3) Keluarnya air-air (ketuban)
Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya air ketuban.
Keluarnya air-air dan jumlahnya cukup banyak, berasal dari ketuban
yang pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi. Kebocoran
cairan amniotik bervariasi dari yang mengalir deras sampai yang
menetes sedikit demi sedikit, sehingga tidak dapat ditahan. Tidak ada
rasa sakit yang menyertai pemecahan ketuban dan alirannya tergantung
37

pada ukuran, dan kemungkinan kepala bayi telah memasuki rongga


panggul ataupun belum.
4) Pembukaan serviks
Penipisan mendahului dilatasi serviks, pertama-tama aktivitas uterus
dimulai untuk mencapai penipisan kemudian aktivitas uterus
menghasilkan dilatasi serviks yang cepat. Serviks menjadi matang
selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan, kematangan
serviks mengindikasikan kesiapan untuk persalinan (Elisabeth dan
Endang, 2015).
2.1.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Yanti (2010), menyebutkan ada 5 faktor yang mempengaruhi persalinan,
yang meliputi:
1) Power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang
mendorong janin keluar dalam persalinan ialah: his, kontraksi otot-otot
perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerjasama
yang baik dan sempurna.
(1) His (kontraksi uterus)
His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim dengan
baik dan sempurna dengan sifat-sifat: kontraksi simetris, fundus
dominant, kemudian diikuti relaksasi. His dikatakan adekuat
apabila muncul minimal 3 kali dalam 10 menit dengan durasi lebih
dari atau sama dengan 40 detik.
(2) Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang
mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh
kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peniggian
tekanan inra abdominal. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil,
bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his.
Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada
penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu
dengan forceps. Tenaga mengejan ini juga melahirkan plasenta
setelah plasenta lepas dari dinding rahim.
2) Passenger
38

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin,


yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi, bagian terbawah, dan
posisi janin.
(1) Sikap (habitus)
Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang
punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.
(2) Letak (situs)
Letak janin adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu
ibu misalnya:
a) Letak lintang dimana sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu
b) Letak membujur dimana sumbu janin sejajar dengan ibu, ini
bisa letak kepala atau letak sungsang.
(3) Presentasi
Presentasi dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di
bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada
pemeriksaan dalam.
(4) Bagian terbawah janin
Bagian terbawah janin sama dengan presentasi hanya lebih
diperjelas istilahnya.
(5) Posisi
Posisi janin digunakan untuk indikator atau menetapkan arah
bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau
belakang terhadap sumbu ibu (maternal-pelvis). Normalnya pada
persalinan fisiologis posisi UUK kanan depan atau kiri depan.

3) Passage (jalan lahir)


Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas bagian keras dan bagian
lunak. Factor jalan lahir ini juga ditentukan oleh bentuk panggul ibu.
Panggul yang normal adalah dengan jenis panggul Ginekoid dengan
diameter antero-posterior sama dengan diameter transversa.
4) Psikis Ibu
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin dapat mempengaruhi proses
persalinan. Ibu dengan keadaan psikologis yang cemas akan
memperlambat proses persalinan, sedangkan ibu dengan keadaan
psikologis yang tenang dapat mempercepat proses persalinan. Oleh
39

sebab itu diperlukan adanya dukungan psikologis dari orang-orang


terdekat seperti kehadiran sosok pendamping, sentuhan yang nyaman.
5) Penolong Persalinan
Menurut Yanti (2010), salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
terjadinya kematian ibu adalah kemampuan dan keterampilan penolong
persalinan. Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan asuhan
persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi
semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap penolong
persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran
bayi dapat terjadi di rumah, puskesmas atau rumah sakit. Penolong
persalinan ini adalah bidan. Jenis asuhan yang akan diberikan, dapat
disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat
memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir.
2.1.2.5 Perubahan Dalam Proses Persalinan
Perubahan dalam proses persalanin meliputi perubahan fisiologi dan
perubahan psikologi (Asri dan Cristine, 2010). Berikut dijabarkan
perubahan dalam proses persalinan adalah sebagai berikut (Varney, 2007).
1) Perubahan Fisik dalam Proses Persalinan
(1) Perubahan Fisiologis kala I dan II
Selama persalinan terjadi sejumlah perubahan fisik pada ibu.

Perubahan fisik ibu selama persalinan Kala I dan II adalah


sebagai berikut.
a) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai
peningkatan sistolik rata-rata 15 (10-20) mmHg dan diastolik
rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu-waktu di antara kontraksi,
tekanan darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Seiring
dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang ke posisi
miring dapat mengatasi perubahan tekanan darah. Nyeri, rasa
takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan
darah.
b) Metabolisme
Selama persalinan metabolisme karbohidrat baik aerob
maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap.
40

Peningkatan ini terutama disebabkan oleh ansietas dan


aktivitas otot rangka, peningkatan aktivitas metabolik terlihat
dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, curah jantung, dan
cairan yang hilang. Peningkatan curah jantung dan cairan
yang hilang mempengaruhi fungsi ginjal dan perlu mendapat
perhatian serta ditindaklanjuti guna mencegah terjadinya
dehidrasi.
c) Suhu
Suhu sedikit meningkat selama persalinan, tertinggi selama
dan segera setelah persalinan. Suhu dianggap normal apabila
peningkatan suhu tidak lebih dari 0,5-10C. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan.
d) Denyut Nadi (Frekuensi Jantung)
Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit lebih tinggi
dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan. Sedikit peningkatan frekuensi nadi diaanggap
normal. Lakukan pemeriksaan parameter lain untuk
menyingkirkan kemungkinan proses infeksi.
e) Pernapasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal
selama persalinan dan mencerminkan peningkatan
metabolisme yang terjadi. Sulit untuk memperoleh temuan
yang akurat dala hal pernapasan karena frekuensi dan irama
pernapasan dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, takut, dan
penggunaan teknik pernapasan.
f) Perubahan pada Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Hal ini dapat
diakibatkan oleh peningkatan curah jantung dan kemungkinan
peningkatan laju glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuria
menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi ini
membuat aliram urin berkurang.
g) Perubahan pada Saluran Cerna
41

Motilitas dan absorpsi lambung terhadap makanan padat jauh


berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan
lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka
saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu
pengosongan lambung lebih lama. Mual dan muntah umum
terjadi selama fase transisi yang menandai akhir fase pertama
persalinan. Perubahan pada saluran cerna kemungkinan
timbul sebagian respon terhadap salah satu atau kombinasi
faktor-faktor berikut: nyeri, rasa takut, khawatir, obat, maupun
komplikasi.
h) Perubahan Hematologi
Hemoglobin rata-rata meningkat 1,2gm/100mL selama
persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan hari
pertama pascapartum jika tidak ada kehilangan darah yang
abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat
peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan.
Sel darah putih secara progresif meningkat selama kala satu
persalinan sebesar kurang lebih 5000 hingga jumlah rata-rata
higga 15.000 pada saat pembukaan lengkap, setelah ini tidak
ada peningkatan. Gula darah menurun selama persalinan,
menurun drastis pada persalinan yang lama dan sulit.
Kemungkinan besar diakibatkan karena peningkatan aktivitas
otot uterus dan rangka.
i) Perubahan pada Uterus
(a) Kala I: Uterus berkontraksi, pada fase laten timbul setiap
10-20 menit dengan lama 15-20 detik dan pada fase aktif
timbul setiap 5-7 menit selama 30-40 detik.
(b) Kala II: Uterus berkontraksi selama 60-90 detik dengan
interval 2 menit.
j) Perubahan pada Serviks
(a) Kala I: Serviks mulai membuka, serta terjadi penipisan
dan pendataran serviks.
(b) Kala II: Pembukaan serviks lengkap ditandai dengan hasil
pemeriksaan dalam tidak teraba bibir porsio.
42

(3) Perubahan Fisik kala III


a) Tekanan Darah: Tekanan sistolik dan diastolik mulai kembali
ke tingkat sebelum persalinan.
b) Nadi: Nadi secara bertahap kembali ke dalam kondisi sebelum
persalinan.
c) Suhu: Suhu tubuh kembali meningkat perlahan, tetapi tidak
melebihi 380C.
d) Pernapasan: Pernapasan secara bertahap kembali ke dalam
kondisi sebelum persalinan.
e) Aktivitas Gastrointestinal: Jika tidak terpengaruh obat-obatan,
motilitas lambung dan absorbsi kembali mulai ke aktivitas
normal. Jika ibu mengalami mual dan muntah selama kala III
merupakan hal yang tidak wajar.
Kala III berlangsung rata-rata 5-10 menit, dimana terdiri dari dua
fase, antara lain:
(a) Fase Pelepasan Plasenta
Miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume
cavum uteri setelah lahirnya bayi. Penyusutan
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan
plasenta sehingga plasenta terlipat, menebal, kemudian
lepas dari dinding uterus.
(b) Fase Pengeluaran Plasenta
Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus
atau dalam rongga vagina.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus berbentuk bulat dan TFU biasanya di
bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga terbalik
atau seperti buah pear/alpukat dan TFU sepusat.
(4) Perubahan Fisik kala IV
a) Tanda Vital
Tekanan darah, nadi, dan pernapasan menjadi stabil pada
tingkat pra-persalinan selama jam pertama pasca persalanin.
Pemantauan tekanan darah dan nadi yang rutin selama interval
ini adalah satu sarana mendeteksi syok akibat kehilangan
43

darah berlebihan. Suhu ibu berlanjut sedikit meningkat, tetapi


biasanya di bawah 380C.
b) Sistem Gastrointestinal
Pasca persalinan rasa haus umumnya dialami serta banyak ibu
mengatakan lapar segera setelah melahirkan.

c) Sistem Renal
Kandung kemih yang hipotonik disertai retensi urine
bermakna dan pembesaran umum terjadi. Tekanan dan
kompresi pada kandung kemih dan uterus selama kehamilan
dan persalinan adalah penyebabnya. Mempertahankan
kandung kemih kosong selama persalinan dapat menurunkan
trauma. Setelah persalinan kandung kemih harus tetap kosong
guna mencegah kontraksi uterus lembek yang dapat
meningkatkan resiko perdarahan.
d) Perubahan pada Uterus
TFU setelah plasenta lahir 2 jari di bawah pusat an beratnya
mencapai 750 gram. Uterus normal teraba keras jika
berkontraksi.
e) Perubahan pada Serviks, Vagina, dan Perineum
Setelah kelahiran serviks terkulai dan tebal. Perineum dan
tonus vagina kendor jarena peregangan saat kala II. Setelah
bayi baru lahir tangan penolong bisa masuk dan 2 jam
setelahnya introitus vagina hanya bisa dimasuki 2 atau 3 jari.
2) Perubahan Psikologi dalam Proses Persalinan (Asri dan Cristine,
2010).
(1) Perubahan Psikologis Kala I
a) Fase Laten
Selama fase laten persalinan ibu mengalami emosi yang
bercampur aduk, wanita merasa gembira, bahagia, dan bebas
karena kehamilan dan penantian yang panjang akan segera
berakhir, tetapi ibu mempersiapkan diri sekaligus memiliki
kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi. Secara umum, ibu
merasa tidak terlalu merasa tidak nyaman dan mampu
menghadapi situasi tersebut dengan baik. Namun, untuk ibu
44

yang tidak pernah mempersiapkan persalinan diri terhadap apa


yang akan terjadi, pada fase laten persalinan banyak berteriak
dalam ketakutan dan tampak tidak mampu mengatasinya.
b) Fase Aktif
Seiring melalui fase aktif persalinan ketakutan ibu meningkat.
Pada saat kontraksi semakin kuat, lebih lama, dan terjadi lebih
sering maka ibu semakin tidak terkendali. Ibu merasa takut
ditinggal sendiri dan tidak mampu mengatasi kontraksi yang
dialaminya, ibu mengalami sejumlah keraguan dan ketakutan
yang tidak dapat dijelaskan.
(2) Perubahan Psikologis Kala II
Pada fase ini ibu merasa lega karena pembukaan sudah lengkap
sehingga ibu siap mengedan. Tidak jarang ibu meraba kepala
bayinya untuk memastikan bayinya akan lahir. Mengedan
memberikan kepuasan ibu, karena ia terlibat secara aktif dan
bertambah jika usahanya dilakukan dengan baik.
(3)Perubahan Psikologis Kala III
Selama kala III persalinan minat ibu ke bayinya tampak jika bayi di
atas abdomennya. Jika bayi tidak bersama ibunya, ibu akan
mengekspresikan minat dan kepeduliannya dengan pertanyaan
“Apakah bayi saya baik-baik saja?” “Berapa beratnya?”. Ibu ingin
memastikan bayinya baik-baik saja dan biasanya ingin menyentuh
dan menggendong. Ibu merasa gembira, bangga pada dirinya, lega,
dan sangat lelah.ibu juga sering menanyakan “Apakah dirinya
perlu dijahit?”.
(4) Perubahan Psikologis Kala IV
Menurut Klaus dan Kennell, pada fase ini merupakan periode
sensitif setelah persalinan. Prilaku awal orang tua yang melihat
bayinya mengeksplorasi tubuh bayi, mengubah intonasi dan ritme
suara mereka menjadi lembut serta mengambil posisi berhadapan
terhadap bayinya. Pada fase ini ditujukan untuk meningkatan
ikatan kasih sayang antara bayi dengan orang tuanya (bounding
attachmen).
2.1.2.6 Penatalaksanaan Dalam Proses Persalinan
45

Menurut APN (2017) penatalaksanaan dalam proses persalinan normal


yaitu :
1) 60 Langkah dalam APN
(1) Melihat tanda dan gejala persalinàn kala dua :
a) Ibu merasa ada dorongan kuat meneran.
b) Ibu merasa tekanan yang semakin kuat pada rektum dan vagina.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva dan sfingter ani membuka.
(2) Menyiapkan pertolongan persalinan :
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu
dan bayi baru lahir.
(3) Memakai alat pelindung diri secara lengkap.
(4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang digunakan dan
mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
(5) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada tangan yang akan
digunakan untuk periksa dalam.
(6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik dengan menggunakan
tangan yang memakai sarung tangan dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik, (pinggirkan setengah kocher bila selaput
ketuban belum pecah/utuh).
(7) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan kebelakang dengan menggunakan kapas DTT
a) Jika introitus vagina dan perineum serta anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama.
b) Buang kapas yang telah terkontaminasi pada wadah yang tersedia.
c) Jika sarung tangan terkontaminasi, lepaskan dan rendam sarung
tangan dalam larutan klorin 0,5 %, pakai kembali sarung tangan
DTT/steril.
(8) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
Jika selaput ketuban belum pecah/utuh saat pembukaan lengkap maka
lakukan amniotomi.
(9) Dekontaminasi sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%. Cuci tangan
setelah sarung tangan dilepaskan.
46

(10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) Setelah kontraksi uterus


mereda/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120 - 160 ×/menit).
a) Lakukan tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
(11) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses meneran
Memberitahukan pasien dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap
dan keadaan janin cukup baik
a) Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran
b) Jelaskan pada keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar.
(12) Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran jika
ada rasa ingin meneran atau kontraksi kuat. Pada kondisi itu ibu
diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan.
(13) Membimbing pasien untuk meneran saat ada dorongan meneran atau
kontraksi kuat :
a) Bimbing pasien meneran secara benar dan efektif
b) Berikan dukungan dan semangat saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila ibu salah dalam meneran
c) Anjurkan untuk beristirahat diantara kontraksi
d) Berikan cukup asupan cairan per-oral
e) Menilai DJJ setiap kontraksi selesai
f) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak lahir setelah 2 jam meneran
(pada primigravida) dan 1 jam (pada multigravida)
(14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman jika ibu belum ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
(15) Persiapan untuk melahirkan bayi :
Meletakkan handuk bersih diatas perut jika kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter5-6 cm.
(16) Meletakkan kain bersih/underpad dibawah bokong ibu.
(17) Membuka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan
dan bahan.
(18) Memakai sarung tangan steril/DTT pada kedua tangan.
(19) Pertolongan untuk melahirkan bayi
Lahirnya kepala
Saat kepala bayi tampak dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan
kering, sementara tangan lain menahan belakang kepala bayi untuk
mempertahankan posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala.
a) Anjurkan ibu untuk meneran efektif atau bernafas cepat dan dangkal
47

(20) Periksa kemungkinan adanya belitan tali pusat, segera lanjutkan proses
kelahiran bayi :
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong tali pusat diantara dua klem tersebut.
(21) Setelah kepala lahir, menunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar
secara spontan.
(22) Lahirnya bahu
Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal,
dengan lembut gerakkan kepala bayi kearah bawah hingga bahu depan
muncul dibawah arcus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas untuk
melahirkan bahu belakang.

(23) Lahirnya badan dan tungkai


Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu
belakang, tangan yang lain menelusuri lengan dan siku anterior bayi
serta menjaga bayi terpegang baik.
(24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
kepunggung, bokong, tungkai dan kaki, pegang kedua mata kaki bayi.
(25) Asuhan bayi baru lahir
Melakukan penilaian bayi :
Apakah bayi cukup bulan ? Apakah bayi menangis kuat atau bernafas
tanpa kesulitan ? Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
a) Bila salah satu jawaban adalah TIDAK , lanjut ke langkah resusitasi
pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
b) Bila semua jawaban YA, lanjut ke langkah berikutnya
(26) Membersihkan tubuh bayi (bersihkan mulai dari muka, kepala, dan
bagian tubuh lainnya kecuali tangan), tanpa membersihkan verniks.
Mengganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
(27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
dan bukan kehamilan ganda.
(28) Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
kuat
48

(29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 IU secara
IM pada 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin)
(30) Setelah 2 menit sejak bayi lahir (cukup bulan), jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari umbilicus, gunakan jari-jari tangan untuk
mendorong isi tali pusat kearah ibu dan jepit kembali tali pusat 2 cm dari
klem yang pertama.
(31) Memotong tali pusat dan mengikat tali pusat
Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi) lalu gunting tali pusat diantara 2 klem tersebut
a) Jika menggunakan benang tali pusat, ikat tali pusat dengan benang
DTT lalu lepaskan klem pertama
(32) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu bayi,
luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya.
Usahakan kepala bayi lebih rendah dari putting susu ibu.
a) Selimuti ibu bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di
kepala bayi
b) Biarkan bayi melakukan kontak kulit dengan ibu minimal selama 1
jam
c) Sebagian besar bayi akan berhasil menyusu dalam waktu 30-60
menit, bayi akan menyusu pertama sekitar 10-15 menit dan bayi
cukup menyusu dari satu payudara.
(33) Manajemen Aktif Kala III Persalinan
Memindahkan klem pada tali pusat dengan jarak 5-10 cm dari vulva.
(34) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu (diatas sympisis)
untuk mendeteksi kontraksi dan tangan yang lain memegang klem tali
pusat untuk menegangkan tali pusat.
(35) Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorsokranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri)
a) Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan PTT dan
tunggu timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur
diatas
b) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu/suami/keluarga untuk
melakukan stimulasi putting susu.
49

(36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal
diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal maka lanjutkan
dorongan kearah cranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
5-10 cm dari vulva
b) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat ditegangkan sesuai dengan sumbu
jalan lahir (bawah-sejajar-atas)
c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
(a) Ulangi pemberian oksitosin 10 IU secara IM
(b) Lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh
(c) Minta keluarga menyiapkan rujukan
(d) Ulangi tekanan dorso-kranial penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
(e) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir dan
terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan manual plasenta
(37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudia lahirkan plasenta
a) Jika selaput ketuban robek pakai sarung tangan steril untuk
melakukan eksplorasi selaput ketuban kemudian gunakan jari-jari
tangan untuk mengeluarkannya
(38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase
uterus (letakkan tangan di fundus dan lakukan massase dengan gerakan
melingkar dan lembut selama 15 detik)
a) Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah massase
tatalaksana sebagai atonia uteri
(39) Menilai Perdarahan
Memeriksa kedua sisi plasenta dan pastikan plasenta serta selaput ketuan
lengkap. Memasukkan plasenta kedalam wadag/tempat yang disediakan.
(40) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Apabila
ada laserasi dan perdarahan aktif segera lakukan heacting.
(41) Asuhan Pasca Persalinan
Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh lalu bilas dengan air
DTT tanpa melepas sarung tangan kemudian keringkan dengan handuk
yang bersih/tissue
50

(42) Pastikan berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan


pervaginam
(43) Pastikan kandung kemih kosong, jika penh lakukan kateterisasi
(44) Evaluasi
Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai
kontaksi
(45) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
(46) Evaluasi dan estimasi jmlah kehilangan darah
(47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi benafas dengan baik (40-60
kali/menit)
(48) Kebersihan dan Keamanan
Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT. Bersihkan cain ketuban, lendir dan darah di
ranjang atau disekitar ibu berbaring menggunakan larutan klorin lalu
bilas dengan air DTT. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
(49) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI, anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
(50) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan bilas peralatan setelah
dekontaminasi.
(51) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai
(52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
(53) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5% dan lepaskan sarung tangan dengan posisi terbalik dan
rendam selama 10 menit
(54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian kerngkan
tangan dengan tissue atau handuk kering
(55) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik
lanjutan bayi baru lahir, pastikan kondisi bayi baik (pernapasan 40-60
kali/menit, temperature 36,5-37,5ºC) diperiksa setiap 15 menit
(56) Memberikan salep mata profilaksis infeksi, vitamin K1 (1 mg) IM di
paha kiri bawah lateral
(57) Setelah satu jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral, letakkan bayi dekat dengan ibu
agar sewaktu-waktu bisa disusukan
51

(58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik lalu rendam di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
(59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tissue/handuk pribadi yang kering dan bersih
(60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
a) Mencatat kemajuan persalinan.
b) Mencatat kondisi ibu dan janin.
c) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
d) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan.
e) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu
2.1.3 Kajian Teori Bayi Baru Lahir
2.1.3.1 Pengertian bayi baru lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan
umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram (Depkes RI, 2012). Bayi baru lahir normal adalah berat
lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan
tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim, 2010).
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra
uteri (Rukiyah dan Lia,2013).
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 inggu, dengan berat badan
2500-4000 gram, nilai apgar score >7 dan tanpa cacat bawaan
2.1.3.2 Perubahan fisiologis bayi baru lahir
Menurut Pusdiknakes (2012) perubahan fisiologis pada bayi baru
lahir adalah :
1) Perubahan sistem pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru –
paru.
(1) Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabang dan kemudian bercabangkembali membentuk struktur
52

percabangan bronkus proses ini terus berlanjit sampai sekitar usia 8


tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusnakan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas
sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal
ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya
jumlah surfaktan.
(2) Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi
adalah Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak
dan tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi
paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke
dalam paru - paru secara mekanis.Interaksi antara system
pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
(3) Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan
merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi
gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
(4) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
b) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan(lemak
lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru.
Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan
jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34
minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk
53

menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir


pernapasan.
(5) Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat
bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan
ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan
secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga
dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu
lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara
memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-
paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe
dan darah.
2) Perubahan pada sistem peredaran darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan
oksigen ke jaringan.Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan
diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar yaitu:
(1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
(2) Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh
sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah
tekanan dengan cara mengurangi /meningkatkan resistensinya,
sehingga mengubah aliran darah.
3) Pengaturan suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam
rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin
ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan
yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali
panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan
hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas
54

tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus
menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah
lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu
singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan
semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.Jika seorang bayi
kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan
kehilangan panas pada BBL.
4) Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir
seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya
sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1 sampai 2 jam).BBL yang tidak mampu mencerna
makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari
glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai
persediaan glikogen yang cukup.Bayi yang sehat akan menyimpan
glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan
terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir
yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen
dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak
sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup
bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama,
maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan
(prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama,
karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).
5) Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada
55

saat lahir.Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara
esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas
lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup
bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan
dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering
oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI ondemand.
6) Sistem kekebalan tubuh/ imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana
tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Kekebalan alami
juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu
BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah
ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.Kekebalan yang
didapat akan muncul. BBL dengan kekebalan pasif mengandung
banyak virus dalam tubuh ibunya.
2.1.3.3 Penilaian Awal Bayi Baru Lahir
Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak
dilakukan penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga
pertanyaan :
(1) Apakah kehamilan cukup bulan?
(2) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
(3) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia
sehingga harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan
napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013)
Dalam bagan alur manajemen BBL dapat dilihat alur pelaksanaan BBL
mulai dari persiapan, penelitian dan keputusan serta alternative tindakan
apa yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup
bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau bernafas
56

spontan dan bergera aktif maka cukup dilakukan manajemen BBL normal
(JNPKKR, 2017).

2.1.3.4 Bagan Mekanisme Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal


BAGAN ALUR :
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR
PERSIAPAN

PENILAIAN:

Sebelum bayi lahir:

Apakah kehamilan cukup bulan?


Segera setelah bayi lahir:

Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap?


Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Bayi tidak cukup bulan dan/atau


Bayi cukup bulan
Bayi megap-megap atau tidak
Bayi menangis atau bernafas
bernafas dan/atau
Tonus otot bayi baik/bayi
Tonus otot bayi tidak baik/bayi
bergerak aktif
lemas
Bila ketuban bercampur mekonium, lakukan penghisapan lendir

A B

Manajemen Bayi Baru Lahir Manajemen Bayi Baru Lahir


Normal Dengan Asfiksia

A B

Dengan Tanpa
Oksimeter Oksimeter
57

2.1.3.5 Penatalaksanaan bayi baru lahir


Asuhan bayi baru lahir meliputi :
1) Menjaga kehangatan bayi
Menjaga kehangatan bayi dapat dilakukan dengan cara mengeringkan
bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas
dada atau perut ibu kemudian diselimuti untuk mencegah bayi
mengalami hipotermi.
2) Pemotongan dan perawatan tali pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi,
dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan
bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas
dada atau perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan
pemotongan tali pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi.
Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau
mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian
Kesehatan RI, 2013). Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci
tangan sebelum memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan
terpapar udara,membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol
karena menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah
umbilikus (Lissauer, 2013).
3) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkanbayi
tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibuuntuk
melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayimencari,
menemukan puting, dan mulai menyusu (Kementerian Kesehatan
RI,2013).
4) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6jam, kontak
kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dantubuh bayi
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
58

5) Pemberian salep mata/tetes mata


Pemberian salep atau tetes mata diberikan untukpencegahan infeksi
mata. Beri bayi salep atau tetes mataantibiotika profilaksis (tetrasiklin
1%, oxytetrasiklin 1% atauantibiotika lain). Pemberian salep atau tetes
mata harus tepat 1jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi
mata tidakefektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah
kelahiran(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
6) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1dosistunggal di
paha kiri
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin
K1(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri bersamaan
dengan pemberian tetes mata, untukmencegah perdarahan BBL akibat
defisiensi vitamin yangdapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir
(KementerianKesehatan RI, 2010). Pemberian vitamin K sebagai
profilaksismelawan hemorragic disease of the newborn dapat
diberikandalam suntikan yang memberikan pencegahan lebih
terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan beberapa dosis
untukmengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurangpasti
pada bayi (Lissauer, 2013).
7) Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir (BBL) 1 jam setelah bayi lahir
Pemeriksaan fisik BBL bertujuan untuk mengetahui sedini
mungkin kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan
dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko
terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. Saat
kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali
pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
Pemeriksaan fisik dilakukan apabila bayi sudah berumur 1 jam atau
lebih.
Tabel 2.2 Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir

Pemeriksaan fisik yang dilakukan Keadaan normal


59

1 Lihat postur, tonus dan aktivitas  Posisi tungkai dan lengan reflek
 Bayi sehat akan bergerak aktif

2 Lihat kulit  Wajah, bibir dan selaput lendir,


dada berwarna merah muda, tak
ada kemerahan atau bisul

3 Hitung pernapasan dan lihat  Frekuensi napas normal 40-60


retraksi dinding dada saat bayi tak kali per menit
menangis  Tak ada retraksi dinding dada

4 Hitung denyut jantung (stetoskop di  Frekuensi denyut jantung


dada kiri setinggi apeks kordis) normal 120-160 kali per menit

5 Lakukan pengukuran suhu aksiler  Suhu normal adalah


36,5 - 37,50 C

6 Lihat dan raba bagian kepala  Bentuk kepala terkadang


asimetris karena penyesuaian
pada saat proses persalinan
umumnya hilang dalam 48 jam.
 Ubun-ubun besar rata atau tidak
membojol dapat sedikit
membonjol saat bayi menangis

7 Lihat mata  Tidak ada kotoran/ secret

8 Lihat bagian dalam mulut  Bibir, gusi langit-langit utuh dan


- Masukkan satu jari yang tidak ada bagian yang terbelah
menggunakan sarung tangan ke  Nilai kekuatan isap bayi
Bayi akan menghisap kuat jari
dalam mulut, raba langit-langit.
pemeriksa

9 Lihat dan raba perut  Perut bayi datar, teraba lemas


 Tidak ada perdarahan,
Lihat tali pusat pembengkakan, nanah, tali pusat
berbau/ kemerahan sekitar tali
60

pusat.

10 Lihat punggung dan teraba tulang  Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
belakang celah/ lubang dan benjolan pada
tulang belakang

11 Lihat lubang anus  Terlihat lubang anus dan periksa


- Hindari memasukkan alat atau apakah mekonium sudah keluar
jari dalam memeriksa anus  Biasanya mekonium keluar
- Tanyakan apakah bayi sudah setelah 24 jam setelah lahir
BAB

12 Lihat dan raba alat kelamin luar  Bayi perempuan: kadang terlihat
- Tanyakan pada ibu apakah bayi cairan vagina berwarna putih
sudah buang air kecil atau kemerahan
 Bayi laki-laki: terdapat lubang
uretra pada ujung penis. Terba
atestis di skrotum.
 Pastikan bayi BAK dalam 24
jam setelah lahir

13 Timbang bayi  Berat lahir 2,5-4kg


- Timbang bayi (diselimuti)  Dalam minggu pertama, berat

hasilnya dikurangi berat selimut bayi mungkin turun dahulu baru


kemudian naik kembali

14 Mengukur panjang dan lingkar  Panjang lahir normal 48-52cm


kepala bayi  Lingkar kepala normal 33-37 cm

15 Menilai cara menyusu, minta ibu  Kepala dan badan dalam garis
untuk menyusui banyinya lurus; muka bayi menghadap
payudara, ibu mendekatkan bayi

Sumber: (JNPK-KR, 2017)

8) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan


Imunisasi Hepatitis B diberikan 1 jam di paha kanan setelah
penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
61

Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yangdapat menimbulkan


kerusakan hati (Kementerian KesehatanRI, 2010).
9) Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan
dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai
usia 2 tahun. Pemberian ASIekslusif mempunyai dasar hukum yang
diatur dalam SK Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai
hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini
(IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan
bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.
10) Memantau kondisi bayi dengan melakukan kunjungan ulang
Kunjungan ulang bayi erat kaitannya dengan kunjungan masa nifas
dimana kunjungan neonatal pertama (KNI) bersamaan dengan
kunjungan nifas pertama (KFI) yaitu antara 6-48 jam, sementara untuk
kunjungan neonatal kedua (KN2) dan kunjungan neonatal ketiga (KN3)
bersamaan dengan kunjungan nifas kedua (KF2) yaitu antara 4-28 hari,
sedangkan kunjungan nifas ketiga (KF3) dilakukan antara 29-42 hari
(Depkes RI, 2009).

2.1.4 Kajian Teori Nifas


2.1.4.1 Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu. (Sulistyawati,2009).
Menurut Nurul jannah (2011) masa nifas disebut juga masa
postpartum atau puerperium, adalah masa sesudah persalinan, masa
perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat
kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau
40 hari pasca persalinan.
62

Jadi dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa masa


nifas merupakan masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
2.1.4.2 Fisiologi Nifas
Puerperium (masa nifas) atau periode pasca persalinan umumnya
berlangsung selama 6 – 12 minggu.
Puerperium dibagi menjadi 3 Tahap yaitu:
1) Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-
alat genetalia, yang lamanya sekitar 6 sampai 8 minggu
3) Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat
berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan
(Sulistyawati, 2009).
2.1.4.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Masa Nifas
1) Perubahan pada uterus
Menurut Pusdiknakes-JHPIEGO (2010) , Involusi atau pengerutan
uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke keadaan
sebelum hamil dengan bobot 60 gram. Involusi terjadi segera setelah
melahirkan dan berlangsung cepat.
(1) Setelah
plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras dengan TFU 2
jari di bawah pusat, setelah 12 jam TFU 1jari bawah pusat, 2 hari
berikutnya uterus tidak berkurang, setelah 2 hari berikutnya
uterus mengecil 1 cm perhari hingga hari ke 14 tidak terabalagi.
(2) Autolisis
merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uerus, dimana enzim proteolitik akan memendekan jaringan
otot yang sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari
semua dalam 5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Proses
63

proeolitik adalah proses pemecahan proteinyang hasil pemecahan


akan diabsorpsi dan sisanya dikeluarkan melalui urine.
(3) Efek
oksitosin
Peran oksitosin adalah untuk menimbulkan kontraksi dan retraksi
otot uteri sehingga akan mengkompres pembuluh darah yang
menyebabkan kurangnya suplay darah ke uterus. Proses ini untuk
mengurangi tempat implantasi plasenta serta mengurangi
pendarahan. Dengan involusi uterus ini maka lapisan luar dari
desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neuritis
(layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama sisa cairan
yang disebut lochea yang berakhir dalam waktu 3-6 minggu. Luka
pada bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan
endometrium .
Tabel 2.3 Perubahan yang normal didalam uterus postpartum
Diameter
Waktu TFU Berat uterus Palpasi servik
uterus
Pada
900-1000 Lembut/lunak
akhir Setinggi pusat 12,5 cm
gram
persalinan
Pada Setengah
450-500
tahap pusat 7,5 cm 2 cm
gram
minggu I sympisis
Pada
akhir Tidak teraba 200 gram 5 cm 1 cm
minggu II
Pada
akhir 6 Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit
minggu
Sumber: Rustam Mochtar (2010)
(4) Lochea
mengalami perubahan karena proses involusi (Manuaba,2011) yaitu:
64

a) Lochea Rubra (cruenta) : ini berisi darah segar dan sisa-sisa


selaput ketuban, sel-sel desidua(desidua: selaput lendir rahim
pada keadaan hamil,) vernik casosa, lanugo,dan
mekonium,selama 1-3 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguilenta : warnanya putih bercampur darah. Ini terjadi
pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa: Berwarna kuning dancairan ini tidak berdarah
lagi ada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba: cairan putih yang tejadi pada hari setelah dua
minggu.

2) Perubahan serviks
Menurut Prawirohardjo (2010) servik setelah melahirkan pada bagian
ektoserviks (porsio) akan terlihat memar, sedikit koyak. Beberapa hari
setelah persalinan, osteum eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-
pinggirnya tidak rata tetapi retak. Akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh 1 jari dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian
atas dari kanalis servikalis. Setelah post partum, OUE lebih besar dan
ada retak serta robekan pada pinggirannya.
3) Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina
Menurut Pusdiknakes - JHPIEGO (2003) berkurangnya sirkulasi
progesterone mempengaruhi otot-otot panggul, perineum, vagina dan
vulva. Proses ini membantu pemulihan ke arah tinisitas / elastisitas
normal dari ligamentum otot rahim. Semua ini merupakan proses
bertahap yang akan berguna apabila ibu melakukan ambulasi dini,
senam nifas, dan mencegah timbulnya konstipasi.Sarwono
Prawiradirdjo (2010) mengemukakan bahwa luka-luka pada jalan lahir
seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan
serviks, bila tidak seberapa luas lukanya, umumnya akan sembuh
dengan baik, kecuali bila terdapat infeksi. Umumnya. dinding vagina
akan kembali setelah 6-8 minggu dan rugae akan timbul kembali kira-
kira minggu ke-4.
4) Perubahan pada sistem gastrointestinal
(1) Nafsu makan
65

Setelah pemulihan sempurna dari analgetik, anastesi, dan


kelelahan, kebanyakan ibu nifas merasa cepat lapar.
(2) Motilitas
Penurunan tonus otot dan motilitas traktus gastrointestinal
berlangsung hanya beberapa waktu setelah persalinan. Penggunaan
analgetik dan anastesiyang berlebih dapat memerlambat pemulihan
motilitas usus.

(3) Pengosonga
n usus
Pengosongan usus secara spontan terlambat 3-5 hari setelah
persalinan karena dehidrasi dan kurang makan serta pembengkakan
perineal yang disebabkan oleh episiotomi.
5) Perubahan sistem urinaria
(1) Sensitivitas
kandung kemih terhadap cairan kadang-kadang menghilang.
Hal ini disebabkan karena oedema yang

disebabkanoleh trauma kandung kencing.


(2) Gangguan
BAK dalam 6-8 jam.
(3) Kadang-
kadang terjadi hematuria.
6) Perubahan sistem muskuloskeletal (diatasis recti abdominalis)
Dinding perut menjadi lembek dan kendor, karena peregangan abdomen
secara bertahap pada waktu hamil. Bila peregangan berlebihan
terkadang menimbulkan otot-otot dinding perut terpisah.
7) Perubahan sistem endokrin
Estrogen dan progesteron serta prolaktin menurun secara cepat, kadar
prolaktin pada ibu menyusui akan meningkat secara bertahap karena
rangsangan dari isapan bayi.
8) Perubahan sistem kardiovaskuler
(1) Volume
Darah
Perubahan pada volume darah terjadi dalam 3-4 minggu setelah
persalinan.
66

(2) Cardiac
Output
Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II
persalinan dan tetap tinggi sampai 48 jam post partum, kemudian
kembali pada keadaan sebelum hamil 2-3 minggu.
9) Perubahan tanda-tanda vital
(1) Suhu
Suhu pada 24 jam pertama post partum meningkat sampai 38°C
akibat dari dehidrasi persalinan. Jika berturut-turut selama dua hari
suhu ≥38°C harus dipikirkan adanya kemungkinan infeksi
(Manuaba, 2010). Infeksi dapat dikarenakan sepsis puerpuralis,
infeksi traktus genetalis, mastitis, dan infeksi sistemik.
(2) Nadi
6-8 jam post partum umumnya terjadi bradikardi sebagai suatu
konsekuensi dari peningkatan cardiac output. Setelah 3 bulan post
partum, nadi kembali seperti sebelum hamil. Nadi dianggap normal
yakni antara 50-70 kali/menit.nadi yang cepat mengindikasikan
hipovolemia sekunder dan perdarahan.
(3) Respirasi
Respirasi segera menjadi normal seperti sebelum hamil.
(4) Tekanan
Darah
Tensi ibu tetap stabil. Jika terjadi penurunan tekanan sistolik 20
mmHg atau lebih pada saat ibu berubah posisi dari tidur terlentang
keposisi duduk mungkin merupakan gangguan sementara pada
komponen kardivaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler
panggul. Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dengan diastolik 15
mmhg, terutama bila disertai sakit kepala atau perubahan
penglihatan, dapat dicurigai adanya preeklamsia. Berkeringat dan
menggigil mungkin disebabkan oleh vasomotor instability, bila
disertai panas berarti untuk membantu pengeluaran jumlah sisa atau
kelebihan cairan tubuh.
2.1.4.4 Tanda Bahaya Masa Nifas
Menurut Sulistyawati (2009), tanda bahaya masa nifas adalah sebagai
berikut:
67

1) Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak


lebih dari darah haid, sampai 2 kali ganti pembalut dalam ½ jam
2) Pengeluaran vagina yang baunya busuk
3) Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung
4) Rasa sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah
penglihatan
5) Pembengkakan dimuka dan tangan
6) Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK
7) Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan nyeri
8) Kehilangan nafsu makan yang lama
9) Rasa sakit, merah, lunak, pembengkakan dikaki
10) Terasa sangat sedih dan tidak mampu mengasuh sendiri bayinya / diri
sendiri

2.1.4.5 Penatalaksanaan Masa Nifas


1) Kunjungan I
Dilakukan pada 6 jam s/d 3 hari setelah persalinan.
Tujuannya :
(1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
(2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika
berlanjut
(3) Memberi konseling pada ibu atau keluarga untuk mencegah
perdarahan akibat atonia uteri
(4) Pemberian ASI awal
(5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
(6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
(7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil atau
sehat
2) Kunjungan II
Dilakukan 4-28 hari setelah persalinan.
Tujuannya :
(1) Memastikan involusio uterus berjalan atau normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
68

(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan


abnormal
(3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak menunjukkan
tanda-tanda ada penyulit
(4) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
(5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.
3) Kunjungan III
Dilakukan setelah 29–42 hari setelah persalinan.
Tujuannya :
(1) Memastikan involusi uterus berjalan lancar atau normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
(3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak menunjukkan
tanda-tanda ada penyulit
(4) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
(5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari
(6) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi
alami

(7) Memberikan konseling untuk KB secara dini


Konseling KB sudah diberikan pada kehamilan TW III, dan pasca
persalinan. Ibu nifas mengambil keputusan harus ber KB dari pasca
salin hingga 42 hari pasca salin.
a. Macam-Macam Keluarga Berencana dan Cara Kerjanya
a) Metode Hormonal
(a) Pil Oral/ Oral Kombinasi (POK)
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi
estrogen dan progesteron) ataupun hanya berisi
progesteron saja. Pil kontrasepsi bekerja dengan cara
69

mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya


penebalan dinding rahim. Apabila pil kontrasepsi ini
digunakan secara tepat maka angka kejadian
kehamilannya hanya 3 dari 1000 wanita. (Elisabeth,
2015)
Pil kontrasepi kombinasi yang sekarang digunakan
tidak berisi estrogen dan progesteron alamiah, melainkan
steroid sintetik. Ada dua jenis progesteron sintetik yang
dipakai yaitu yang berasal dari 19 nor-testosteron, dan
ada yang berasal dari 17 alfa-asetoksi-progesteron
(Prawirohardjo, 2011).
(b) Suntikan / Injeksi
Kontrasepsi ini sangat efektif dan aman digunakan
karena dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia
reproduksi. Pemakaian kontrasepsi ini menyebabkan
kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata empat
bulan namun kontrasepsi ini cocok untuk masa laktasi
karena tidak menekan produksi ASI.
Kontrasepsi ini tersedia dalam dua jenis kontrasepsi
suntikan (Prawirohardjo, 2011)
a)) Depo provera ialah 6-alfa-medroksi progesteron yang
digunakan untuk tujuan kontasepsi parentral,
mempunyai efek progesteron yang kuat dan sangat
efektif. Kontrasepsi jenis ini diberikan setiap tiga
bulan dengan disuntikan secara intramuskular.
b)) Medroxy progesteron acetate (MPA) adalah suntikan
bulanan yang mengandung dua macam hormon
progestin dan estrogen seperti hormon alami pada
tubuh perempuan. Juga disebut suntikan kombinasi.
Kontrasepsi ini diberikan setiap bulan secara
intramuskular.
(c) Implant
Implant atau susuk kontrasepsi merupakan alat
kontrasepsi yang berbentuk batang dengan panjang
70

sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat hormon


progesteron, implan ini kemudian dimasukkan ke dalam
kulit di bagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian
akan dilepaskan secara perlahan dan implan ini dapat
efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun. Sama
seperti pada kontrasepsi suntik, maka disarankan
penggunaan kondom untuk minggu pertama sejak
pemasangan implan tersebut (Elisabeth 2015).
(d) Intra Uterine Devices (IUD/AKDR)
Hingga kini terdapat berpuluh-puluh jenis IUD, yang
paling banyak digunakan dalam program keluarga
berencana di Indonesia ialah IUD Lippes loop, IUD
dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan
bentuk tertutup sebagai cincin. IUD dilihat dari waktu
pemakaiannya dibedakan menjadi 2 yaitu IUD post
plasenta dan IUD interval. Jenis IUD Post Plasenta
adalah Medicated IUD. Cu-T atau Cu-7 dan sebagiannya
merupakan pilihan yang baik untuk ibu yang menyusui,
karena tampaknya tidak mempengaruhi kuantitas
maupun kualitas ASI. Progestasert-T hanya mengandung
hormone yang mecapai ASI tidak mempengaruhi
kuantitas ASI maupun bayinya. IUD mempunyai
keunggulan bila dibandingkan dengan cara kontrasepsi
lainnya seperti: umumnya hanya memerlukan satu kali
pemasangan dan dengan demikian satu kali motivasi,
tidak menimbulkan efek sistemik, alat IUD ekonomis
dan cocok untuk penggunaan secara massal, efektivitas
cukup tinggi dan reversibel. Efek samping yang
ditimbulkan dari kontrasepsi ini adalah perdarahan
sedikit, rasa nyeri dan kejang di perut, ketidaknyamanan
pada suami (Prawirohardjo, 2011)
(e) Metode Kontrasepsi Mantap
71

a)) Metode operasi wanita (MOW/Tubektomi)


Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metode
Operasi Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan
pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel
telur tidak dapat dibuahi oleh sperma (Elisabeth,
2015).
b)) Metode operasi pria (MOP/vasektomi)
Vasektomi merupakan suatu operasi kecil dan dapat
dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan
khusus. Selain itu vasektomi tidak memerlukan alat
yang banyak, dapat dilakukan secara poliklinis, dan
pada umumnya dilakukan dengan mempergunakan
anastesi lokal ( Prawirohardjo, 2011).

b. Indikasi dan Kontraindikasi


a) Metode Hormonal
(a) Pil Oral/ Oral Kombinasi (POK)
a)) Indikasi : usia reproduksi, telah memiliki anak
ataupun yang belum memiliki anak, gemuk atau
kurus, menginginkan metode kontrasepsi dengan
efektifitas tinggi, setelah melahirkan dan tidak
menyusui, setelah melahirkan 6 bulan yang tidak
memberikan asi eksklusif, pasca keguguran, anemia
karena haid berlebihan, nyeri haid hebat, siklus haid
tidak teratur, riwayat kehamilan ektopik, kelainan
payudara jinak, kencing manis tanpa komplikasi
pada ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf,
penyakit tiroid, prp, endometriosis, atau tumor
ovarium jinak
b)) Kontraindikasi: hamil atau dicurigai hamil, menyusui
ekslusif, perdarahan pervaginam yang belum
diketahui penyebabnya, penyakit hati akut(hepatitis),
perokok dengan usia > 35 tahun, riwayat penyakit
jantung, stroke, atau tekanan darah >180/110
72

mmhg, riwayat gangguan factor pembekuan darah


atau kencing manis >20 tahun, kanker payudara atau
dicurigai kanker payudara, migrain dan gejala
neurologic fokal (epilepsi/riwayat epilepsi), tidak
dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari
(b) Suntikan Kombinasi
a)) Indikasi: wanita yang sudah punya paling sedikit satu
anak, wanita yang ingin menjarangkan kehamilan ,
wanita yang dalam masa laktasi tidak mau memakai
akdr, wanita dalam masa interval,selama tidak
ditemukan kontraindikasi
b)) Kontra indikasi: hamil atau tersangka hamil, terdapat
perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya,
terdapat tumor atau tanda-tanda keganasan, terdapat
penyakit jantung, paru-paru, hati, darah tinggi,kencing
manis,kelainan darah,dan epilepsy.
(c) Implan
a)) Kontraindikasi: hamil atau diduga hamil, perdarahan
per-vaginam yang tidak diketahui penyebabnya,
tumor/neoplasma ginekologik, penyakit jantung,
hepar, hipertensi, diabetes mellitus
b)) Indikasi: tidak sedang hamil, tidak memiliki
perdarahan per-vaginam yang tidak diketahui
penyebabnya.

(d) Alat Kontrapsesi dalam Rahim


a)) Indikasi: usia reproduktif, keadaan nulipara,
menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka
panjang, perempuan menyusui yang menginginkan
menggunakankontrasepsi, setelah melahirkan dan
tidak menyusui, setelah mengalami abortus dan tidak
terlihat adanya infeksi, risiko rendah dari ims, tidak
menghendaki metoda hormonal, tidak menyukai
73

mengingat-ingat minum pil setiap hari, tidak


menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari senggama,
perokok, gemuk ataupun kurus
b)) Kontraindikasi: sedang hamil, perdarahan vagina
yang tidak diketahui penyebabnya, sedang menderita
infeksi alat genital (vaginitis, servisitis), tiga bulan
terakhir sedang mengalami atau seringmenderita prp
atau abortus septik, kelainan bawaan uterus yang
abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat
mempengaruhi kavum uteri, penyakit trofoblas yang
ganas, diketahui menderita tbc pelvik, kanker alat
genital, ukuran rongga rahim kurang dari 5 ccm.

c. Efek Samping Keluarga Berencana


a) Metode Hormonal
(a) Pil Oral/ Oral Kombinasi (POK)
a)) Efek samping: perdarahan, tekanan darah tinggi,
perubahan berat badan, kloasma, tromboemboli,
berkurangnya produksi asi, kerontokan rambut,
varises, perubahan libido, depresi, pusing dan sakit
kepala
(b) Suntikan Kombinasi
a)) Efek samping: gangguan haid, depresi, keputihan,
jerawat, perubahan libido, perubahan berat badan,
pusing dan sakit kepala
(c) Implan
a)) Efek samping: bertambahnya hari-hari perdarahan
dalam satu siklus, perdarahan bercak-bercak
(spotting), berkurangnya panjang siklus haid,
amenorrhoe, perdarahan hebat jarang terjadi, sakit
kepala sering dikeluhkan oleh akseptor implant
(d) Alat Kontrapsesi dalam Rahim
a)) Efek samping: sinkop vasavagal saat pemasangan,
bercak darah dan kram abdomen atau kedua keadaan
74

tersebut terjadi bersamaan, nyeri berat akibat kram


uterus, dissmenohea terutama dalam satu minggu
sampai 3 bulan pemasangan, gangguan menstruasi,
perdarahan berat atau berkepanjangan, anemia,
benang akdr hilang,terlampau pendek atau panjang,
akdr tertanam dalam endometrium ataumiometrium,
akdr terlepas spontan, kehamilan, ket, aborsi sepsis
spontan, pervorasi uterus, pid, kista ovarium pada
pengguna hormonal.
2.2 Kajian Teori Asuhan Kebidanan menurut Hellen Varney 2007
2.2.1 Pengertian
Varney (1997) menjelaskan bahwa manajemen kebidanan merupakan
proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan fikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
2.2.2 Tujuan
Tujuan dari manajemen asuhan kebidanan yaitu agar tindakan asuhan yang
diberikan oleh petugas kesehatan yaitu bidan, terstruktur dan tepat sesuai
dengan kondisi dari klien.
2.2.3 Langkah-langkah Varney (7 Langkah Varney)
2.2.3.1 Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk
mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan
klien secara lengkap. Data terdiri atas data subjektif dan data objektif.
Data subjektif dapat diperoleh melalui anamnesa langsung, maupun
meninjau catatan dokumentasi asuhan sebelumnya, dan data objektif
didapatkan dari pemeriksaan langsung pada pasien. Pada langkah pertama
ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien.
2.2.3.2 Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini, data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga ditemukan diagnosis yang sfesifik (sesuai dengan “nomenklatur
standar diagnosa”) dan atau masalah yang menyertai. Dapat juga
75

dirumuskan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-


data yang telah dikumpulkan. Masalah dan diagnosis keduanya digunakan
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaiakan seperti diagnosis, tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana
asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman
wanita yang diidentifikasi oleh bidan. Masalah ini sering menyertai
diagnosa.
2.2.3.3 Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap
bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini
penting sekali melakukan asuhan yang aman.
2.2.3.4 Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Antisipasi adalah mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
2.2.3.5 Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Perenanaan adalah merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnose
atau masalah yang telah diidentifikasikan atau antisipasi, pada langkah ini
informasi atau data dasar lengkap dapat dilengkapi. Semua keputusan yang
dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-
benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta
dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak aakan dilakukan klien
(Varney, 2007).
2.2.3.6 Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diurakan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan
ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan
tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-
76

langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan


dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien.
2.2.3.7 Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi
dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang sesuai dengan masalah dan diagnosis klien, juga benar dalam
pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan
yang telah diberikan, bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses
asuhan yang telah diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proes sama
dengan hasil evaluasi secara keseluruhan.

2.2.4 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan


2.2.4.1 Langkah-langkah Varney
1) Langkah I (Pengumpulan Data)
Mengumpulkan data subyektif dan obyektif, berupa data fokus yang
dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya,
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, penimbangan berat badan, tinggi
badan, dan pemeriksaan laboratorium (Mandriwatai,2008).
Jenis data yang dibutuhkan adalah :
(1) Data subyektif
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data subyektif adalah
dengan melakukan anamnesis.
a) Biodata
(a) Nama
Diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-
benar ibu hamil yang dimaksud. Nama hanya menggunakan
inisial untuk tetap menjaga privasi dari ibu hamil tersebut
(Matondang,2007)
(b) Umur
Perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu hamil
tersebut termasuk resiko tinggi atau tidak.Dalam kurun
77

waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk


kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.
(Prawirohardjo, 2008).
(c) Suku/Bangsa
Ditanyakan untuk mengetahui bahasa agar mempermudah
komunikasi dengan pasien. Suku bangsa juga penting dalam
memberikan perawatan sesuai budaya klien (Sulistyawati,
2009).
(d) Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan
diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan
kebidanan (Prawirohardjo, 2008).
(e) Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya.
Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
seseorang dan tingkat pendidikan juga dikaji agar petugas
kesehatan mampu menentukan cara dalam memberikan
informasi yang berkaitan dengan kehamilan sesuai dengan
kemampuan pasien, sehingga asuhan yang diberikan
berhasil.
(f) Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
pekerjaan terhadap kehamilan seperti pekerjaan yang berat
baik fisik maupun tekanan mental yang dapat
membahayakan kehamilan (Sulistyawati, 2009).
(g) Status Pernikahan
Pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan
terutama masalah psikologisnya. Ditanyakan apakah
perkawinan ini sah atau tidak.
(h) Alamat Rumah
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan jika
diperlukan keadaan mendesak. Dengan diketahuinya alamat
78

tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal


pasien/klien dan lingkungannya. Dengan tujuan untuk
memudahkan menghubungi keluarganya, menjaga
kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan
petunjuk saat kunjungan rumah.
(i) Golongan Darah
Saat ini, golongan darah merupakan hal penting yang perlu
dikaji, kaitannya dengan persiapan pendonor dalam
persalinan.
(j) Nomor HP
Dikaji untuk dapat menghubungi pasien ataupun keluarga
sewaktu-waktu saat diperlukan.
b) Alasan datang
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong
pasien/klien datang kepada bidan. Biasanya ibu hamil TM III
datang ke pelayanan kesehatan adalah untuk memeriksakan
kondisi kehamilannya saat itu.
c) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan utama yang dialami oleh ibu saat
melakukan pemeriksaan. Umumnya pada kehamilan TM III
keluhan yang sering dialami oleh ibu hamil adalah seperti sering
kencing, oedema dependen, sulit tidur atau insomnia, keputihan,
sesak, dan pusing.
d) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksi pasien/klien
(a) Menarche
Untuk mengetahui usia pertama kalinya mengalami
menstruasi.
(b) Siklus Menstruasi
Untuk mengetahui jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari.
Biasanya sekitar 28 hari.
(c) Volume
79

Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi


yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk
mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya
digunakan criteria banyak, sedang, sedikit. Jawaban yang
diberikan oleh pasien biasanya bersifat subjektif, namun
kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan
pendukung, misalnya sampai berapa kali mengganti
pembalut dalam sehari.
(d) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan
ketika mengalami menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit
kepala sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak.
Keluhan yang disampaikan oleh pasien dapat menunjuk
kepada diagnosis tertentu.
e) Riwayat Pernikahan
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh riwayat
perkawinan terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Hal-
hal yang perlu ditanyakan kepada pasien/klien mengenai riwayat
perkawinannya adalah : menikah berapa kali, usia menikah
pertama, lama pernikahan.
f) Riwayat Kebidanan yang lalu
Menurut Sarwono (2008), untuk mengetahui adanya masalah-
masalah selama kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu yang
dapat mempengaruhi kehamilannya saat ini, misalnya ibu
pernah mengalami keguguran, melahirkan prematur, dll.

Yang perlu dikaji yakni mencangkup :


Tabel 2.4 Riwayat Kebidanan yang Lalu
80

Kondisi bayi
Hamil Umur Jenis Tempat/ Kond.
UK saat lahir laktasi
ke anak persalinan penolong skrg
BB PB JK
Spontan
BPM/RS
Belakang
/Puskes 2500-
>2 kepala/ 48-52
< 4 kali Aterm mas. 4000 ♂/♀ ASI Sehat
tahun SC/ cm
Bidan/ gram
Vakum/
Dokter
Forcep

g) Riwayat Kehamilan Sekarang


Mencakup waktu mendapat haid terakhir, siklus haid,
perdarahan pervaginam, mual/muntah, masalah kelainan pada
kehamilan sekarang, pemakaian obat-obatan/jamu. Anamnesa
haid serta siklusnya dapat diperhitungkan tanggal persalinan
serta memantau perkembangan kehamilannya serta dengan
anamnesa ini dapat diketahui dengan segera adanya
kelainan/masalah dalam kehamilan dan dapat ditangani dengan
segera.
h) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah ibu sudah pernah atau belum
menggunakan kontrasepsi sebelumnya, jika sudah kaji apakah
pernah mengalami efek samping dari kontrasepsi yang
digunakan dan mengapa ibu berhenti menggunakannya. Pada
kehamilan TM III perlu dikaji juga rencana penggunaan
kontrasepsi ibu setelah persalinan.
i) Riwayat kesehatan
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita
pasien/klien. Informasi ini penting untuk melihat kemungkinan
yang dapat terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan
pencegahannya dan penanggulangannya. (Depkes RI, 2010).
Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagi
81

“penanda” (warning) akan adanya penyulit masa hamil. Adanya


perubahan fisik dan fisiologis pada masa hamil yang melibatkan
seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang
mengalami gangguan.
(a) Penyakit/gejala yang pernah diderita ibu
Setelah mengetahui riwayat penyakit pasien/klien, bidan
perlu mengetahui gambaran mengenai riwayat penyakit
pasien/klien, informasi ini penting untuk melihat
kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan
mengupayakan pencegahan dan penanggulangannya. Kaji
apakah ibu pernah mengalami gelaja penyakit seperti
jantung berdebar-debar, peningkatan tekanan darah, luka
yang sulit sembuh, mudah lapar, penyakit kuning, sesak
nafas, dan apakah ibu memiliki alergi terhadap suatu
makanan.
(b) Riwayat penyakit keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
ibu dan janinnya. Penyakit keluarga yang perlu ditanyakan
mencakup apakah keluarga pernah mengalami gelaja
penyakit seperti jantung berdebar-debar, peningkatan
tekanan darah, luka yang sulit sembuh, mudah lapar,
penyakit kuning, sesak nafas, dan adakah riwayat gangguan
jiwa.

(c) Kontak dengan penderita penyakit menular


Untuk mengetahui apakah ibu pernah kontak dengan
penderita penyakit menular.Misalnya, HIV/AIDS, Hepatitis,
TBC.
j) Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual
82

Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien atau klien perlu


ditanyakan antara lain :
(a) Bernapas
Pada pernapasan dikaji apakah ibu mengalami keluhan saat
bernapas. Biasanya pada ibu hamil TW III mengeluh sesak
saat bernafas akibat dari pembesaran perut yang menekan
diafragma.
(b) Pola makan dan minum
Dikaji untuk mengetahui frekuensi makan dalam sehari,
jenis makanan, porsi, nafsu makan ibu setiap hari, dan ada
tidaknya pantangan atau alergi makanan, frekuensi minum
dalam sehari, dan jenis minuman yang dikonsumsi. Pada
ibu hamil TM III biasanya nafsu makan meningkat karena
pada TM III ibu memasuki fase sehat dan terbebas dari
keluhan mual, frekuensi makan meningkat sehingga tidak
jarang dengan kondisi perut yang penuh dan menekan
diafragma dapat menimbulkan keluhan sesak. Pada ibu
hamil TM III jenis makanan yang dibutuhkan adalah
makanan yang banyak mengandung protein, vitamin,
kalsium, dan zat besi (sulistyawati, 2009).
(c) Pola eliminasi
Untuk mngetahui apakah ibu mengalami masalah pada pola
eliminasi. Yang dikaji dalam eliminasi ini adalah BAB ibu
berapa kali dalam sehari, konsistensi, bau dan warna.
Kemudian BAK ibu berapa kali dalam sehari, warnanya
bagaimana dan bau. Apakah ada keluhan saat ibu
BAB/BAK. Pada ibu hamil TM III biasanya akan
mengalami gangguan pada pola eliminasi seperti sembelit,
sering kencing.
(d) Istirahat dan tidur
Untuk mengetahui kecukupaan istirahat pada ibu hamil
dengan mengkaji berapa jam ibu tidur malam dan apakah
83

pada siang hari ibu sempat istirahat atau tidak serta adakah
gangguan saat tidur. Biasanya pada ibu hamil TM III
mengeluh tidak nyaman saat tidur karena nyeri punggung
yang dirasakan. Pada ibu hamil TM III biasanya memilih
posisi miring dan memeluk bantal guling untuk menopang
berat rahim serta tidur dengan kedua tungkai kaki lebih
tinggi dari badan dapat mengurangi rasa lelah (Kusmiyati,
dkk, 2009).
(e) Personal hygiene
Untuk mengetahui kebersihan ibu yang dapat
mempengaruhi kesehatan ibu dan janinnya dengan
mengkaji berapa kali ibu mandi, frekuensi keramas dalam
seminggu, frekuensi gosok gigi dalam sehari, serta
frekuensi ibu mengganti pakaian khususnya pakaian dalam.
(f) Dukungan suami dan keluarga
Untuk mengetahui penerimaan oleh keluarga terhadap
kehamilannya yang dapat mempengaruhi psikologis ibu dan
kesehatan bayinya.
(g) Rencana persalinan
dikaji untuk mengetahui apakah ibu ada rencana bersalin
dimana seperti BPM, RS, Puskesmas, agar sewaktu-waktu
apabila ada tanda-tanda akan bersalin bisa langsung
membawa ke tempat rencana bersalin.

(h) Prilaku atau kebiasaan yang dapat mengganggu kehamilan


Ditanyakan untuk mengetahui kebiasaan yang sering ibu
lakukan yang dapat mengganggu kesehatan baik ibu dan
bayinya yang akan berdampak bahaya pada kehamilannya
misalnya kebiasaan merokok, minum jamu, diurut dukun,
dll.
(i) Prilaku spiritual selama kehamilan
Untuk mengetahui kebiasaan ibu dan keluarga
melaksanakan kegiatan spritual, apakah ada kegiatan
84

spritual yang diupayakan dalam rangka menyambut


kehamilan seperti syukuran, megedong-gedongan, dll.
(j) Pengetahuan
Pada ibu hamil TM III sangat penting dikaji apakah ibu
sudah mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan TM III,
nutrisi ibu hamil TM III, peran pendamping, persiapan
persalinan, tanda-tanda persalinan, teknik mengatasi rasa
nyeri, cara meneran efektif, IMD, dan pengetahuan tentang
KB.
(2) Data obyektif
a) Pemeriksaan umum
(a)Keadaan Umum
Keadaan umum ibu sangat penting dikaji untuk mengetahui
keadaan ibu saat dilakukan pemeriksaan. Pada ibu hamil
fisiologis, keadaan umum pasien baik.
(b) Kesadaran
Kesadaran sangat penting dikaji karena agar saat diberikan
informasi ibu akan fokus dan mengerti dengan asuhan yang
diberikan. Macam-macam kesadaran adalah composmentis,
apatis, samnolen (letargis), sopor, koma, delirium, semi
koma. Ibu hamil fisiologis biasanya memiliki kesadaran
composmentis.
(c) Postur Tubuh
Postur tubuh ada tiga yaitu lordosis, kifosis dan skoliosis.
Pada ibu hamil TM III fisiologis postur tubuh biasanya
lordosis karena pembesaran perut dan usaha tubuh untuk
menyeimbangkan badan.
b) Pemeriksaan TTV
(a) Suhu
untuk mengetahui suhu badan klien kemungkinan demam
atau febris yang merupakan gejala adanya infeksi yang
berdampak pada kehamilan, suhu diukur dengan
menggunkaan skala derajar celcius. Suhu normal adalah
36,5-37,6oC (Sulistyawati, 2012).
(b) Nadi
85

Untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai (takikardi)


(Mitayani, 2009). Frekuensi normal 60-90x/ menit
(Kusmiyati, 2010).
(c) Pernafasan
Untuk mengetahui sistem fungsi pernafasan . Frekuensi
normal 16-24x/menit (Manuaba, 2010).
(d) Tekanan darah
Dikaji untuk mengetahui berapa tekanan darah ibu saat
dilakukan pemeriksaan, dan untuk mengetahui apakah ibu
ada mengalami hipertensi dalam kehamilan. Keadaan ini
sebaiknya atara 90/60-130-/90 mmHg atau peningkatan
sistolik tidak lebih dari 15 mmHg dari keadaan normal
pasien atau paling sedikit pada pengukuran 2 kali berturut-
turut (Manuaba,2010).

c) Pemeriksaan antropometri
(a) Tinggi Badan
Untuk mengetahui apakah kehamilan ibu termasuk
kehamilan beresiko oleh karena tinggi badan ibu, karena
normalnya tinggi badan ibu hamil > 145 cm.
(b) Berat Badan
Untuk mengetahui peningkatan berat badan ibu setiap
trimester.
Pada TM III berat badan meningkat 5-5,5 kg atau 0,5 kg
tiap minggunya. Rata-rata peningkatan berat badan ibu
hamil normal 9-12 kg selama kehamilan.
(c) Lingkar Lengan
Untuk mengetahui tingkat status gizi pada ibu hamil dan
mendeteksi faktor risiko yang terjadi.
Normalnya lingkar lengan atas ibu hamil minimal 23,5 cm.
86

d) Pemeriksaan fisik
(a) Kepala
Untuk mengetahui keadaan kepala ibu hamil meliputi
rambut bersih atau tidak, ada ketombe atau tidak, rambut
rontok atau tidak, apakah ada luka bekas operasi, apakah
kepala pernah mengalami benturan dan ada atau tidaknya
luka atau trauma pada kepala yang menjadi keluhan ibu.
Biasanya pada perempuan hamil fisiologis akan didapatkan
hasil rambut bersih, tidak ada ketombe, rambut tidak rontok
dan tidak ada luka bekas operasi atau benturan pada kepala
dan tidak ada luka yang menyebabkan terjadinya keluhan
pada ibu.
(b) Wajah
Untuk mengetahui wajah pucat atau tidak, ada atau tidak
cloasma gravida dan oedema pada wajah. Biasanya pada ibu
hamil fisiologis tidak ditemukan oedema pada wajah dan
wajah ibu tidak pucat.
(c)Mata
Untuk mengetahui bentuk mata, apakah terjadi anemia atau
tidak pada ibu dengan melihat warna konjungtiva dan warna
sklera. Biasanya pada ibu hamil fisiologis hasil yang
didapatkan adalah mata simetris, konjungtiva merah muda
dan sclera putih.
(d) Hidung
Untuk mengetahui ada atau tidak polip atau secret.
(e) Telinga
Untuk mengetahui ada atau tidak serumen di telinga.
(f) Mulut dan bibir
Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu melalui keadaan
mulut dan bibir dengan melihat kelembaban bibir, warna
bibir, dan adakah karies pada gigi. Pada ibu hamil fisiologis
87

biasanya hasil yang didapatkan adalah bibir lembab, warna


bibir kemerahan, lidah bersih, dan tidak ada karies gigi.
(g) Leher
Untuk mengetahui ada atau tidak pembesaran kelenjar
limfe, ada atau tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, dan ada
atau tidak pelebaran vena jugularis. Pada ibu hamil
fisiologis biasanya hasil yang didapatkan adalah tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak adapembesaran kelenjar
tiroid, dan tidak ada pelebaran vena jugularis.
(h) Dada
Untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan pernafasan
seperti adanya retraksi dada. Pada ibu hamil TM III
biasanya hasil yang didapatkan adalah adanya kesulitan ibu
bernafas sehingga tampak pergerakan dada lebih cepat oleh
karena pembesaran uterus yang menekan diafragma.
(i) Payudara dan aksila
Observasi dilakukan untuk melihat kebersihan payudara,
mengetahui bentuk, dan warna kulit dan putting susu dan
adakah pengeluaran. Palpasi dilakukan untuk mengatahui
ada tidaknya benjolan, rasa sakit (oleh karena adanya
infeksi). Pada ibu hamil fisiologis biasanya hasil yang
didapatkan adalah payudara bersih, bentuk payudara
simetris, terdapat hiperpigmentasi areola mamae, tidak ada
nyeri tekan dan tidak ada benjolan abnormal.
(j) Abdomen
Untuk mengamati pembesaran uterus, posisi janin, gerak
janin, dan kesejahteraan janin (DJJ).
(1)) Inspeksi
Untuk mengetahui apakah terdapat striae, linea, apakah
terdapat bekas luka operasi dan melihat arah
pembesaran perut ibu. Pada ibu hamil fisiologis tidak
88

akan ditemukan adanya luka bekas operasi dan arah


pembesaran perut ibu searah dengan sumbu tubuh ibu.
(2)) Palpasi
Untuk mengetahui tinggi fundus uteri yang erat
kaitannya dengan umur kehamilan. Pemeriksaan
Leopold dengan mempalpasi abdomen dapat
menentukan letak janin di dalam uterus, cekungan
perut, nyeri tekan, his dan Mc.Donald (cm) yang akan
digunakan untuk menentukan TBJ.
Langkah-langkah Leopold adalah :
- Leopold I : untuk mengetahui TFU dan bagian apa
yang berada pada fundus. TFU UK 36 minggu 3 jari
di bawah px, UK 40 minggu setengah pusat px. Pada
ibu hamil fisiologis pada fundus akan teraba bagian
besar dan lunak maka ditafsirkan sebagai bokong.
- Leopold II : untuk mengetahui bagian janin yang
terdapat pada sisi kiri dan kanan perut ibu. Apabila
teraba bagian keras, memanjang, dan ada tahanan
maka ditafsirkan sebagai punggung janin. Namun,
apabila teraba tonjolan-tonjolan maka ditafsirkan
sebagai bagian kecil janin.
- Leopold III : untuk mengetahui bagian terendah
janin dan apakah bagian terendah janin sudah masuk
PAP atau belum. Biasanya ibu hamil fisiologis
bagian terendah janin akan teraba bagian bulat keras
dan apabila dapat digoyangkan artinya belum masuk
PAP sedangkan apabila tidak dapat digoyangkan
artinya sudah masuk PAP. Pada ibu hamil primi
bagian terendah janin akan masuk PAP saat UK 36
minggu ke atas, sedangkan pada ibu hamil
multigravida bagian terendah janin akan masuk PAP
bersamaan dengan proses persalinan.
89

- Leopold IV : palpasi ini hanya dilakukan apabila


pada leopold III sudah didapatkan hasil bahwa
bagian terendah janin sudah masuk PAP. Untuk
mengetahui seberapa besar bagian terendah janin
sudah masuk PAP. Apabila posisi tangan pemeriksa
konvergen (tidak bertemu) maka sebagian kecil
bagian terendah janin sudah masuk PAP, apabila
posisi tangan pemeriksa sejajar, maka sebagian
bagian terendah janin sudah masuh PAP, dan apabila
posisi tangan pemeriksa divergen, maka sebagian
besar bagian terendah janin sudah masuk PAP.
(3)) Mc. Donald
Pengukuran TFU menurut Mc. Donald dilakukan mulai
UK 22 minggu yang diukur menggunakan pita ukur
atau metline yang direntangkan dari puncak fundus
sampai simfisis. Normalnya hasil pengukuran Mc.
Donald adalah dengan rentang UK ditambah 2 atau UK
dikurang 2. Misal UK 36 minggu maka rentang normal
pengukuran Mc. Donald nya adalah 34-38 cm.
(4)) TBBJ
Menghitung TBBJ dilakukan mulai UK 36 minggu.
Menghitung TTBJ menurut Jhonson dengan rumus :
Apabila bagian terendah janin sudah masuk PAP maka:
TBBJ = (TFU (cm) – 11) x 155
Contoh TBBJ UK 36 minggu dengan Mc.D 34 cm:
TBBJ = 34 – 11 x 155 = 3.565 gram
Apabila bagian terendah janin belum masuk PAP maka:
TBBJ = (TFU (cm) – 12) x 155
Contoh TBBJ UK 36 minggu dengan Mc.D 34 cm:
TBBJ = 34 – 12 x 155 = 3.410 gram
(5)) Auskultasi
Dilakukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan
melalui indra pendengaran salah satunya adalah untuk
mendapatkan hasil DJJ serta untuk meyakinkan dimana
letak punggung janin, karena di sebelah mana DJJ
90

paling keras terdengar (punctum maksimum) maka


kemungkinan terbesar disana lah letak punggung janin.
DJJ normal adalah 120-160 kali/menit. Pada ibu hamil
dengan letak bayi normal maka punctum maksimum
akan berada 3 jari dibawah pusat sebelah kanan atau
kiri perut ibu.
(k) Genetalia
Untuk mengetahui kebersihan alat kelamin, pengeluaran,
ada atau tidaknya oedema dan varises pada alat kelamin.
Dan apakah ada hemoroid pada anus. Pada ibu hamil
fisiologis hasil pemeriksaan akan diperoleh alat kelamin
bersih, tidak ada pengeluaran abnormal, tidak ada oedema
dan varices pada alat kelamin dan tidak ada hemoroid pada
anus.
(l) Ekstremitas atas dan bawah
(1)) Atas
Untuk mengetahui ada gangguan atau kelainan,
bentuk.Observasi keadaan tangan terutama telapak
tangan dan kuku, misal untuk mengetahui apakah
tampak pucat atau sianosis dan oedema.
(2)) Bawah
Untuk mengetahui bentuk, oedema, varises.Observasi
dilakukan untuk mangetahui ada tidaknya kelainan
seperti varises dan oedema.Palpasi dilakukan untuk
menentukan derajat varises atau oedema. Biasanya
pada ibu hamil TM III akan sering mengalami oedema
pada kaki yang fisiologis dengan hilang saat dibawa
istirahat.
e) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini mencangkup hemoglobin (HB), proteinuria dan
urine reduksi serta PPIA. Pemeriksaan ini untuk mendeteksi dini
terjadinya komplikasi yang terjadi (Mandriwati, 2008). Hasil
91

normalnya adalah HB > 11 gr/dL, proteinuria negatif dan urine


reduksi negatif serta PPIA (NR).
2) Langkah II ( Interpetasi Data Dasar)
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang dikumpulkan akan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang
spesifik. Rumusan diagnosa kebidanan pada ibu hamil disertai dengan
alasan yang mencerminkan pikiran rasional yang mendukung
munculnya diagnosa.
Nomenklatur kebidanan yang dapat menjawab 8 pertanyaan keadaan
yaitu :
(1) GPA
(2) Umur kehamilan
(3) Presentasi Jika UK ≥ 32 minggu
(4) Penurunan
(5) Posisi : punggung kanan / kiri
(6) Jumlah janin bila UK ≥ 28 minggu
(7) Keadaan janin : hidup / mati
(8) Intra /ekstra uteri
Misalnya:
TW III : G…P…A… + UK…minggu + presentasi kepala/bokong
+ penurunan + puka/puki + janin tunggal/ganda + hidup/mati +
intra/ekstra uteri
Dasar:
1. Data Subjektif
a) Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan ibu yang keberapa,
pernah melahirkan berapa kali, tidak pernah mengalami
abortus.
b) HPHT, TP
2. Data Objektif
a) Pemeriksaan leopold
b) DJJ : normalnya 120-160 x/menit
Masalah:
Masalah merupakan suatu kondisi yang tidak sesuai dengan
perkembangan fisiologis kehamilan, adaptasi ibu yang tidak positif
terhadap kehamilannya.
92

Masalah pada ibu hamil TM III biasaanya berkaitan dengan


ketidaknyamanan yang lazim pada TM III seperti sering kencing,
kram kaki, sakit punggung dan lainnya.
3) Langkah III ( Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial)
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah. Namun pada ibu hamil
TM III Fisiologis tidak terdapat diagnosis potensial yang mungkin
terjadi.
4) Langkah IV ( Identifikasi Perlunya Penanganan Segera )
Menetapkan perlunya tindakan segera dan melaksanakannya
berdasarkan masalah potensial yang dirumuskan. Tindakan segera
dilakukan untuk mengantisipasi ancaman yang fatal sehingga nyawa
ibu dan janin dapat diselamatkan. Pada kasus ibu hamil TM III
Fisiologis karena tidak terdapat diagnosis potensial maka tindakan
segera juga tidak ada.
5) Langkah V ( Perencanaan Asuhan Menyeluruh )
Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu pada
diagnosis, masalah asuhan, serta kebutuhan yang telah sesuai dengan
kondisi klien saat diberi asuhan.
Rencana yang dapat dilakukan untuk ibu hamil adalah sebagai berikut:
(1) Jelaskan mengenai kondisi pasien berdasarkan hasil pemeriksaan.
Rasionalisasi: menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
adalah merupakan hak pasien dan dengan mengetahui kondisinya
maka pasien dan keluarga akan lebih sigap dalam menyikapi
kondisinya saat itu.
(2) Minta persetujuan secara lisan atas tindakan yang akan dilakukan.
Rasionalisasi: meminta persetujuan disetiap tindakan yang akan
dilakukan adalah merupakan kewajiban bidan dan menyetujui
tindakan ataupun menolak tindakan merupakan hak pasien, setiap
tindakan yang akan dilaksanakan bidan harus dengan persetujuan
klien.
(3) Berikan KIE tentang keluhan atau masalah yang dialami ibu dan
bagaimana cara mengatasinya.
93

Rasionalisasi: Setiap keluhan yang dialami oleh ibu harus


dijelaskan agar ibu tidak cemas dengan kondisi yang dialaminya,
begitu pula menjelaskan cara mengatasi keluhan ibu sangat
penting untuk ibu dapat mengatasi keluhannya sendiri.
(4) Berikan informasi mengenai hal yang belum diketahui oleh ibu
sesuaikan dengan pengetahuan ibu misalnya tentang persiapan
persalinan, tanda-tanda persalinan, serta peran pendamping.
Rasionalisasi : memberikan ibu informasi mengenai hal-hal yang
belum diketahui oleh ibu agar ibu mendapat informasi yang
berkaitan dengan kehamilannya sehingga ibu lebih siap dalam
menjalani persalinan nanti.
(5) Berikan suplemen tablet besi dan vitamin C dan beritahu cara
minum obat
Rasionalisasi: ibu hamil sangat rentan mengalami anemia, dengan
memberikan tablet besi pada ibu hamil maka dapat mencegah
kekurangan darah pada ibu hamil dan pemberian vitamin C untuk
meningkatkan daya tahan ibu hamil serta cara mengkonsumsi obat
untuk menghindari kesalahan mengkonsumsi obat yang diberikan.
(6) Kontrak kunjungan ulang
Rasionalisasi: dengan menyepakati kunjungan ulang dapat
membantu ibu dalam memantau keadaan ibu dan janin.
6) Langkah VI ( Pelaksanaan Rencana )
Pelaksanaan rencana asuhan bisa dilaksanakan oleh bidan langsung,
bisa juga dengan memberdayakan ibu. Berdasarkan rencana asuhan
yang telah disebutkan pada point perencanaan maka seharusnya
pelaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
(1) Menjelaskan mengenai kondisi pasien berdasarkan hasil
pemeriksaan.
(2) Meminta persetujuan secara lisan atas tindakan yang akan
dilakukan.
(3) Memberikan KIE tentang keluhan atau masalah yang dialami ibu
dan bagaimana cara mengatasinya.
(4) Memberikan informasi mengenai hal-hal yang belum diketahui
oleh ibu seperti persiapan persalinan, tanda-tanda persalinan dan
peran pendamping.
94

(5) Memberikan suplemen tablet besi berupa SF sebanyak 10 tablet


(1x320mg), vitamin C sebanyak 10 tablet (1x50mg), dan
memberitahu ibu cara minum obat.
(6) Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi atau
sewaktu- waktu jika ada keluhan.
7) Langkah VII ( Evaluasi)
Evaluasi ditujukan terhadap efektifitas intervensi tentang
kemungkinan pemecahan masalah, mengacu pada perbaikan kondisi
kesehatan ibu dan janin. Evaluasi mencangkup jangka pendek yaitu,
saat setelah intervensi dilaksanakan, dan jangka panjang, yaitu
menunggu proses sampai kunjungan berikutnya. Berdasarkan
pelaksanaan yang telah tercantum maka evaluasinya adalah sebagai
berikut:
(1) Ibu serta keluarga telah mengetahui kondisi ibu saat ini dan ibu
serta keluarga tampak senang mendengar hasil pemeriksaan
(2) Ibu dan keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan bidan
selanjutnya
(3) Ibu sudah paham tentang keluhan yang dialaminya saat ini dan ibu
mengerti tentang cara mengatasi keluhan tersebut.
(4) Ibu mengerti dan sudah mengetahui tentang persiapan persalinan,
tanda-tanda persalinan serta peran pendamping
(5) Ibu menerima suplemen SF, vitamin C masing-masing sebanyak
10 tablet dan berjanji akan mengkonsumsi suplemen yang
diberikan sesuai anjuran.
(6) Ibu mengerti dan berjanji akan melakukan kunjungan ulang 1
minggu lagi.

2.2.5 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Persalinan


2.2.5.1 Langkah-langkah varney
Menurut Mufdlilah, dkk. (2012), menjelaskan bahwa langkah-langkah
terdiri dari 7 langkah yakni:
KALA I PERSALINAN
1) Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan langkah
berikutnya. Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi
tentang klien atau orang yang meminta asuhan.
95

Data secara garis besar, diklasifikasikan menjadi data subyektif dan


data objektif. Pada saat mengumpulkan data subyektif hal yang
dilakukan bidan yakni: mengembangkan hubungan antar personal yang
efektif dengan klien yang lebih memperhatikan hal-hal yang menjadi
keluhan utama pasien dan yang mencemaskan, berupaya mendapatkan
data/ fakta yang sangat bermakna dalam kaitan dengan masalah pasien.
Saat mengumpulkan data objektif bidan harus mengamati ekspresi dan
perilaku pasien, mengamati perubahan dan perilaku pasien, mengamati
perubahan/kelainan fisik, memperhatikan aspek sosial budaya,
menggunakan teknik pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan
pemeriksaan yang terarah dan berkaitan dengan keluhan pasien.
(1) Data Subyektif
a) Alasan Datang
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang ke
pelayanan kesehatan. Biasanya ibu bersalin datang karena
ingin memeriksakan kondisi dan ingin mendapatkan
pertolongan persalinan.

b) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu saat datang
ke pelayanan kesehatan. Keluhan utama kasus ibu bersalin
biasanya adalah adanya tanda-tanda persalinan seperti sakit
perut hilang timbul, keluar lendir bercampur darah, adanya
pengeluaran ketuban dll.
c) Riwayat Persalinan Ini
Untuk mengetahui tanda-tanda persalinan yang sudah
dirasakan oleh pasien seperti:
Sakit perut hilang timbul sejak tanggal berapa, jam berapa,
frekuensi dalam 10 menit, lamanya berapa detik,
intensitasnya bagaimana, lokasi ketidaknyamanannya
dimana. His dikatakan adekuat apabila frekuensinya
minimal 3 kali dalam 10 menit.
96

Pengeluaran Pervaginam, ditujukan untuk menggali ada


tidaknya pengeluaran lendir, air ketuban, darah dan berapa
banyak jumlahnya (Anggoro, 2012).
d) Riwayat Kehamilan Sekarang
Mengkaji hari pertama haid terakhir (HPHT) untuk
mengatahui umur kehamilan. Mengkaji hari perkiraan lahir
(TP) untuk mengetahui hari perkiraan lahir. Mengkaji Ante
Natal Care (ANC) untuk mengetahui riwayat ANC teratur
atau tidak, sudah hamil berapa minggu, tempat ANC dan
untuk mngetahui riwayat kehamilan, imunisasi TT (Tetanus
Toxoid) sudah atau belum, kapan, berapa kali
(Winkjosastro dalam Pratiwi, 2012).
e) Data Bio Psiko Sosial Spiritual
(a) Bernafas
Untuk mengetahui pola bernapas ibu. Perlu dikaji
mencakup frekuensi pernapasan, irama atau keteraturan,
kedalaman, dan tipe atau pola pernapasan. Biasanya
pada ibu bersalin akan mengalami pernapasan cepat dan
dangkal.
(b) Nutrisi
Untuk mengkaji makan dan minum terakhir karena
dalam persalinan memerlukan energy untuk kekuatan
ibu mengejan dan saat berlangsungnya persalinan tidak
terjadi dehidrasi (Anggoro 2011).
(c) Istirahat tidur
Dikaji untuk mengetahui pola istirahat klien yang
sangat diperlukan oleh klien untuk mempersiapkan
energi menghadapi proses persalinannya, hal ini akan
lebih penting lagi jika proses persalinannya mengalami
pemanjangan waktu pada kala I. Data yang perlu dikaji
yaitu kapan terakhir tidur, berapa lama (Anggoro 2011).
Pada ibu bersalin fisiologis biasanya ada masalah dalam
pemenuhan kebutuhan istirahat tidurnya karena adanya
his.
97

(d) Eleminasi
Untuk melakukan pengkajian BAB dan BAK terakhir
yang meliputi frekuensi, warna dan keluhan pasien saat
BAB dan BAK. Dalam persalinan jika kandung kemih
dan rektum penuh dapat menyebabkan penurunan
kepala janin terganggu, hal ini memperlambat proses
persalinan (Anggoro 2011). Biasanya pada ibu bersalin
akan sering mengalami perasaan ingin BAB atau BAK
karena penekanan yang disebabkan oleh turunnya
kepala bayi.
(e) Aktivitas
Hal ini perlu dikaji aktivittas sehari-hari pasien karena
data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat
aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah tangga.
Aktivitas yang terlalu berat dapat menyebabkan
abortus, persalinan premature dan KPD.
(f) Psikologis
Hal ini dikaji kebanyakan ibu merasa takut dan cemas
saat proses persalinan. Apalagi dalam persalinan yang
pertama kali, sehingga perlu dukungan supaya ibu
tenang dengan melibatkan peran pendamping.
(g) Sosial
Dikaji untuk mengetahui hubungan klien dengan
keluarga saat menjelang persalinan, pengambilan
keputusan, dukungan keluarga terhadap ibu menjelang
persalinan, serta peran pendamping persalinan.
(h) Spiritual
Dikaji untuk mengetahui adakah ritual khusus
menjelang persalinan yang membutuhkan bantuan atau
adakah kepercayaan-kepercayaan yang dianut ibu
sehingga dapat membantu ibu merasa tenang
menghadapi persalinan.
(2) Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
(a) Keadaan Umum
98

Untuk mengetahui keadaan umum ibu dan tingkat


kesadaran. Biasanya pada ibu bersalin fisiologis
memiliki keadaan umum baik dan kesadaran
composmentis.
(b) Tanda-tanda vital
a) Tekanan Darah
Mengkaji tensi untuk mengetahui faktor resiko
hipertensi (Tekanan Darah ≥ 140/90 mmHg)
(Saifuddin dalam Pratiwi, 2012). Keadaan ini
sebaiknya antara >90/60-130/80 mmHg atau
peningkatan sistolik tidak lebih dari 15 mmHg dari
keadaan normal pasien atau paling sedikit pada
pengukuran 2 kali berturut-turut (Manuaba, 2010).
Pada ibu bersalin kala I, tekanan darah biasanya
dalam rentang normal
b) Nadi
Mengkaji nadi untuk mengetahui nadi pasien yang
dihitung dalam 1 menit (Saifuddin dalam Pratiwi,
2012). Batas normal 60-100 x/menit (Wulandari
dalam Pratiwi, 2012). Pada ibu bersalin kala I, nadi
biasanya dalam batas normal.
c) Suhu
Mengkaji suhu untuk mengetahui suhu badan
apakah ada peningkatan atau tidak jika ada dan lebih
dari 380C kemungkinan terjadi infeksi. Batas normal
36,5 – 37,50C (Wulandari dalam Pratiwi, 2012).
Pada ibu bersalin kala I, suhu biasanya dalam batas
normal.
d) Pernapasan
Mengkaji respirasi untuk mengetahui frekuensi
pernapasan pasien yang dihitung dalam 1 menit
(Saifuddin dalam Pratiwi 2012). Batas normal 12-20
x/menit (Wulandari dalam Pratiwi, 2012). Pada ibu
99

bersalin kala I, pernapasan biasanya dalam batas


normal.
b) Pemeriksaan Fisik
(a) Wajah
Pada ibu bersalin kita melihat bagaimana keadaan
muka pucat atau tidak, adakah kelainan, adakah odema
(Nursalam dalam Pratiwi 2012). Pada ibu bersalin
fisiologis normalnya wajah tidak pucat, tidak ada
oedema, dan tidak ada kelainan pada wajah.
(b) Mata
Untuk mengetahui adakah pucat pada konjungtiva dan
adakah kuning/ikterus pada sklera (Yulaikah dalam
Pratiwi 2012). Pada ibu bersalin fisiologis normalnya
konjungtiva merah muda dan sklera putih.
(c) Mulut
Untuk mengetahui mulut bersih apa tidak,
lembab/kering, ada karies atau tidak, serta ada stomatis
atau tidak (Nursalam dalam Pratiwi 2012). Pada ibu
bersalin fisiologis normalnya mulut bersih, bibir
lembab, tidak ada karies gigi dan tidak terdapat
stomatitis.
(d) Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar limfe
dan tiroid, adakah pelebaran vena jugularis (Nursalam
dalam Pratiwi 2012). Pada ibu bersalin fisiologis
normalnya tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe
dan tiroid serta tidak ada pelebaran vena jugularis.
(e) Dada
Untuk mengetahui mamae ada pembesaran atau tidak,
ada tumor atau tidak, simetris atau tidak, areola
hiperpigmentasi apa tidak, putting susu menonjol apa
tidak, kolostrum sudah keluar atau belum. Aksila:
adakah tumor, adakah nyeri tekan (Nursalam dalam
Pratiwi 2012). Pada ibu bersalin fisiologis normalnya
tidak ada pembesaran atau tumor pada payudara,
100

terdapat hiperpigmentasi areola mamae, puting susu


menonjol, dan tidak ada tumor pada aksila.

(f) Tangan dan kaki


Untuk mengetahui bagaimana keadaannya odema atau
tidak, varices atau tidak, reflek patella (+) atau (-),
(Saifuddin dalam Pratiwi, 2012). Pada ibu bersalin
fisiologis normalnya tidak ada oedema pada tangan dan
kaki, tidak ada varices pada kaki, reflek patella +/+.
c) Pemeriksaan Khusus Obstetri
(a) Abdomen
Menginspeksi apakah pembesaran abdomen sesuai usia
kehamilan, apakah adanya luka bekas oprasi, striae dan
linea. Bentuk abdomen yang normal adalah simetris,
baik pada orang gemuk maupun pada orang kurus,
pembesaran perut yang normal adalah searah dengan
sumbu tubuh ibu, menentukan TFU normal ± 2 dari
umur kehamilan.
Pemeriksaan leopold dengan cara palpasi abdominal
dimulai dari :
(1)) Leopold I : untuk mengetahui tinggi fundus
uteri dan bagian janin yang ada di fundus.
(2)) Leopold II : untuk mengetahui bagian janin pada
perut bagian kanan dan kiri ibu.
(3)) Leopold III : untuk mengetahui bagian terbawah
janin. Dan apakah sudah masuk PAP atau belum.
(4)) Leopold IV : untuk mengetahui seberapa besar
bagian terendah janin sudah masuk PAP (dilakukan
apabila pada pemeriksaan Leopold III bagian
terendah janin tidak dapat digoyangkan).
Kepala masuk PAP pada primigravida yaitu pada usia
kehamilan 36 minggu dan pada multigravida biasanya
kepala janin masuk PAP ketika mendekati persalinan.
Sistem perlimaan pada persalinan menurut Mochtar,
(2010) yaitu:
101

(1)) 5/5 : Kepala diatas PAP, mudah digerakkan


(2)) 4/5 : Sebagian kecil kepala janin sudah masuk PAP
(H I-II)
(3)) 3/5 : Bagian kepala janin belum masuk PAP (H II-
III)
(4)) 2/5 : Sebagian besar kepala janin sudah masuk PAP
(H III+)
(5)) 1/5 : Sebagian besar kepala janin sudah masuk PAP
atau di dasar panggul (H III-IV)
(6)) 0/5 : Kepala janin sudah masuk PAP atau kepala
janin sudah berada di perineum (H IV)
Mengukur Mc. Donald dengan cara:
(1)) Bila sudah masuk PAP : ( McDonal – 11 ) x 155
(2)) Bila belum masuk PAP : (McDonald – 12 ) x 155
Setelah melakukan pengukuran McDonald dinilai
bagaimana kontraksinya apakah ada atau tidak
His : untuk mengetahui apakah his ibu sudah adekuat atau
belum. His adekuat minimal 3 kali dalam 10 menit
dengan durasi >40 detik.
Menurut Varney dalam Pratiwi (2012), pemeriksaan
auskultasi dilakukan untuk mengetahui detak jantung janin
yang terlebih dahulu menentukan puntum maksimum,
tempat frekuensinya. DJJ normal 120-160x / menit dengan
irama teratur.
(b) Genetalia dan Anus
Untuk mengetahui adakah luka, varices, odema, candiloma,
atau kelainan yang lain, juga perineum elastis atau tidak.
Sedangkan pemeriksaan dengan vagina toucher (VT)
dilakukan untuk mengetahui keadaan vagina, porsio,
pembukaan, ketuban, penurunan kepala ubun-ubun kecil
dan untuk mendeteksi kesan panggul. (Nursalam dalam
Pratiwi, 2012).
102

Pada ibu bersalin normal biasanya hasil VT adalah tidak ada


skibala, tidak ada sistokel maupun rektokel, konsistensi
portio lunak, pembukaan (1-10 cm), efficement (25-100%),
keadaan ketuban utuh atau tidak, presentasi kepala,
denominator UUK posisi kanan depan/kiri depan,
penurunan kepala Hodge (I-IV), tidak teraba bagian kecil
janin dan tali pusat. Pada ibu bersalin primi dideteksi juga
kesan panggul. Pada anus tidak ada hemoroid (Nursalam
dalam Pratiwi, 2012).
2) Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Menurut Yulaikah dalam Pratiwi (2012), masalah sering berkaitan
dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh
bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai
diagnosis.
Menurut Varney dalam Pratiwi (2012), diagnosa kebidanan adalah
diagnosa yang ditegakkan dalam lingkungan praktek kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang
dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa.

(1) Diagnosa yang dapat dirumuskan adalah :


GPA + UK+ presentasi kepala, tambahkan simbul dengan
penurunan (U) + puka/puki + tunggal + hidup/mati + intra/ekstra
uteri + PK I fase laten/fase aktif
(2) Dasar :
a) Data subyektif
(a) Ibu mengatakan ini adalah kehamilan ke… dan
pernah/tidak pernah keguguran
(b) Ibu mengatakan HPHT tanggal….
(c) Ibu mengatakan belum/sudah ada pengeluaran berupa…
dari jalan lahir sejak… jam yang lalu, tanggal ..
(d) Ibu mengatakan sudah merasakan adanya kontraksi dan
keluarnya lendir lendir bercampur darah
b) Data objektif
(a) Abdomen: ada/tidak luka bekas operasi, arah pembesaran
searah/tidak dengan sumbu ibu. TFU Mc. Donald : ±2 cm
dari UK. Leopold I: TFU sesuai UK, pada fundus teraba 1
103

bagian bulat, lunak, dan besar. Leopold II: pada sisi


kanan/kiri perut ibu teraba 1 bagian keras, memanjang, dan
seperti ada tahanan. Pada sisi kanan/kiri perut ibu, teraba
bagian-bagian kecil janin. Leopold III: pada bagian bawah
perut ibu teraba 1 bagian bulat, lunak, dan masih bisa atau
tidak dapat digoyangkan. Leopold IV: posisi tangan
pemeriksa konvergen, sejajar atau divergen.
(b) His: (+), DJJ: 120-160 x/menit, irama teratur.
(c) Genetalia dan Anus
Ada/tidak terdapat luka, varices, odema, candiloma, dan
kelainan pada perineum. Terdapat/tidak pengeluaran dari
jalan lahir. Pemeriksaan dalam atau VT.
3) Langkah III: Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial dan Antisipasi
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa/ masalah potensial ini benar-benar
terjadi.
4) Langkah IV: Identifikasi Kebutuhan akan Tindakan Segera
Menurut Mufdlilah, dkk. (2012), beberapa data menunjukkan situasi
emergensi dimana bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu
dan bayi, beberapa data menunjukkan situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter. Dan
memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain.
5) Langkah V: Perencanaan
Rencana asuhan kebidanan pada pasien bersalin adalah, sebagai
berikut:
(1) Beri informasi tentang hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
Rasionalisali : Ibu dan keluarga dapat mengerti dengan hasil
pemeriksaan tentang kondisi ibu dan janinnya dan sebagai bentuk
tanggung jawab petugas kesehatan terhadap pasien serta hak pasien
mendapat informasi tentang kondisinya.
(2) Minta persetujuan secara tertulis atas tindakan selanjutnya.
104

Rasionalisasi: Informed consent dilakukan sebagai alat bukti dalam


persetujuan dari pasien terhadap tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap pasien
(3) Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan dukungan psikologi
pada ibu.
Rasionalisasi : dukungan emosional yang diberikan pada ibu dapat
mengurangi rasa cemas selama proses persalinan ibu.
(4) Anjurkan pada keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan
ibu.
Rasionalisasi : pemenuhan kebutuhan nutrisi penting untuk
memberikan tenaga selama proses persalinan dan juga untuk
kesejahteraan janin.
(5) Anjurkan pada keluarga untuk memenuhi kebutuhan eliminasi dan
ibu.
Rasionalisasi : semakin banyak dan pemenuhan jika kadung kemih
ataupun rektum penuh akan mempengaruhi penurunan bagian
terendah janin.
(6) Observasi kemajuan persalinan, dan kesejahteraan janin dan
kesejahteraan ibu dengan lembar partograf WHO.
Rasionalisasi : observasi dilakukan sebagai acuan atau hal yang
menentukan tindakan selanjutnya sesuai dengan perubahan kondisi
yang dialami oleh ibu serta janin.
6) Langkah VI: Penatalaksanaan
Menurut Mufdlilah, dkk. (2012), pada langkah keenam ini rencana
asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5
secara efisien dan efektif.
Pada langkah ini dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan rencana
asuhan yang telah dibuat pada langkah kelima yaitu:
(1) Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan pada ibu dan
keluarga.
(2) Meminta persetujuan atas tindakan selanjutnya.
(3) Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan dukungan
psikologi pada ibu.
(4) Menganjurkan pada keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
ibu.
105

(5) Menganjurkan pada keluarga untuk memenuhi kebutuhan eliminasi


ibu.
(6) Mengobservasi kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin dan
kesejahteraan ibu dengan lembar partograf WHO.
7) Langkah VII: Evaluasi
Menurut Mufdlilah, dkk. (2012), pada langkah ke-7 ini dilakukan
evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi
dalam masalah dan diagnosa. Evaluasi yang didapat seperti:
(1) Ibu dan keluarga telah mengetahui kondisi ibu saat ini dan tampak
senang mendengar hasil pemeriksaan
(2) Ibu dan keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan
(3) Keluarga tampak menemani dan menyemangati ibu serta ibu
tampak lebih tenang
(4) Keluarga kooperatif dalam memberikan ibu minum disela-sela
kontraksi
(5) Keluarga bersedia memenuhi kebutuhan eliminasi ibu dan
pendamping tampak kooperatif membantu ibu berkemih ke kamar
mandi
(6) Kemajuan persalinan, kesejahteraan janin dan kesejahteraan ibu
dalam batas normal.

KALA II PERSALINAN
1) Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
(1) Data Subyektif
Data subjektif yang mendukung bahwa pasien dalam persalinan
kala II adalah pasien mengatakan sakit perut semakin sering dan
ingin meneran (Sulistyawati, 2012).
(2) Data Obyektif
a) DJJ : 120-160 x/menit
b) Vulva dan anus membuka, perineum menonjol
c) Hasil pemantauan kontraksi
Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit, durasi lebih dari 40
detik, intensitas kuat dan teratur.
106

d) Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa porsio tidak


teraba, dilatasi 10 cm, effacement 100 %, selaput ketuban
utuh/pecah, presentasi kepala, denominator UUK kanan depan
atau kiri depan, posisi, molage 0, penurunan Hodge I-IV, tidak
teraba bagian kecil janin dan tali pusat.
2) Langkah II : Interpretasi Data Dasar
(1) Diagnosa aktual
G..P..A.. UK…minggu + Presentasi kepala + Penurunan +
Puka/puki + Janin tunggal + Hidup/mati + Intra/ekstra uteri +
Partus Kala II.
(2) Dasar
a) Data subjektif
Ibu mengatakan sakit perut semakin sering dan ingin
meneran
b) Data Objektif
(a) Vulva membuka
(b) Perineum menonjol
(c) Frekuensi his semakin sering (>3 kali/menit)
(d) Intensitas semakin kuat
(e) Durasi his > 40 detik
(3) Masalah : biasanya masalah yang mungkin terjadi pada kala II
adalah ibu cemas dan gelisah terutama pada persalinan ibu
primigravida atau bahkan tidak ada masalah.
3) Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosisi potensial pada kala II persalinan ditegakkan
berdasarkan hasil interpretasi data pada kala II (Sulistyawati &
Nugraheni, 2012).
4) Langkah IV : Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera
Bidan harus yakin bahwa pada setiap kasus persalinan dengan
diagnosis potensial pada kala II, tindakan rujukan merupakan satu-
satunya langkah yang paling aman untuk pasien. Perumusan
diagnosa potensial bertujuan untuk membrikan patokan bagi bidan
dalam hal antisipasi serta persiapan apa saja yang harus dilakukan
sebelum merujuk jika memang langkah merujuk benar-benar
diputuskan sebagai langkah yang paling tepat (Sulistyawati, 2012).
107

5) Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Komprehensif


Pada tahap ini bidan melakukan perencanaan terstruktur
berdasarkan tahap persalinan (Sulityawati, 2012). Perencanaan
pada persalinan Kala II adalah sebagai berikut.
(1) Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya
membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan rangsangan
taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara dan
memberikan semangat selama persalinan dan melahirkan bayi.
Rasionalisasi : Menghadirkan keluarga atau kerabat yang
disukai ibu sangat diperlukan dalam menjalani proses
persalinan agar persalinan berjalan dengan baik dengan
memberikan dukungan psikologi ibu.
(2) Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
Rasionalisasi : posisi serta kenyamanan ibu saat meneran
sangat mempengaruhi proses persalinan.
(3) Anjurkan ibu untuk meneran jika ada kontraksi atau dorongan
spontan dan kuat untuk meneran.
Rasionalisasi : Meneran saat ada kontraksi yang kuat sangat
efektif dalam kemajuan proses persalinan.
(4) Anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi.
Rasionalisasi : Kelelahan saat persalinan akan mempengaruhi
proses persalinan, dapat menyebabkan persalinan macet karena
ibu membuang-buang tenaga.
(5) Anjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala II.
Rasionalisasi : Ibu bersalin mudah mengalami dehidrasi selama
proses persalinan. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu
mengalami dehidrasi.
(6) Kosongkan kandung kemih ibu.
Rasionalisasi : Kandung kemih yang penuh dapat
memperlambat penurunan kepala bayi.

(7) Pantau DJJ dan kontraksi setiap 5-10 menit.


Rasionalisasi : saat persalinan berlangsung sangat penting
untuk memantau kesejahteraan janin.
(8) Lakukan amniotomi jika selaput ketuban belum pecah.
Rasionalisasi : Amniotomi sebagai upaya akselerasi persalinan
(9) Lakukan pertolong kelahiran bayi
108

Rasionalisasi : Menolong kelahiran bayi saat kepala bayi


crowning, setelah kepala lahir menolong kelahiran bahu dan
melahirkan seluruh tubuh bayi.
6) Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan (Implementasi)
Pada tahap ini bidan melaksanakan perencanaan yang telah dibuat
(1) Menganjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya
membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan rangsangan
taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara dan
memberikan semangat selama persalinan dan melahirkan bayi.
(2) Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat
meneran.
(3) Menganjurkan ibu untuk meneran jika ada kontraksi atau
dorongan spontan dan kuat untuk meneran.
(4) Menganjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi.
(5) Menganjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala II.
(6) Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih ibu.
(7) Memantau DJJ dan kontraksi setiap 5-10 menit.
(8) Melakukan amniotomi jika selaput ketuban belum pecah.
(9) Melakukan pertolong kelahiran bayi sesuai langkah APN
7) Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
rencana tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagimana rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2007).
(1) Keluarga tampak membantu ibu untuk berganti posisi,
melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan
minuman, teman bicara dan memberikan semangat selama
persalinan dan melahirkan bayi serta ibu tampak lebih tenang
didampingi oleh keluarga.
(2) Ibu nyaman dengan posisi setengah duduk dan memilih posisi
setengah duduk untuk meneran.
(3) Ibu tampak meneran saat ada kontraksi dan mampu meneran
dengan baik.
(4) Ibu tampak beristirahat dan mengatur napas di sela-sela
kontraksi.
109

(5) Ibu tampak minum 1 gelas teh hangat yang dibantu oleh
keluarga.
(6) Ibu tampak kencing ½ bengkok.
(7) Hasil pemantauan DJJ normal dan irama teratur.
(8) Amniotomi dilakukan, air ketuban berwarna jernih, tidak ada
mekonium, volume ½ bengkok.
(9) Bayi lahir pukul ..... tangis kuat, gerak aktif, kulit kemerahan,
BB ... gram, PB ... cm, JK L/P

KALA III PERSALINAN


1) Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
(1) Data Subjektif
Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir melalui vagina,
ari-arinya belum keluar, dan perut bagian bawahnya terasa
mulas (Sulistyawati & Nugraheny, 2012).

(2) Data Objektif


1. Bayi lahir secara spontan pervaginam pada tanggal... jam...,
jenis kelamin laki-laki/perempuan, menangis spontan, gerak
aktif.
2. Tidak teraba janin kedua
3. TFU
4. Kontraksi uterus kuat
2) Langkah II : Interpretasi Data Dasar
(1) Diagnosa Aktual
G..P..A... UK…minggu partus Kala III
(2) Dasar :
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya sudah lahir, ari-arinya belum keluar,
dan perut bagian bawahnya masih terasa mulas
b. Data Objektif
Tidak teraba janin kedua, TFU berapa jari, kontraksi uterus
kuat
3) Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Bidan harus tetap waspada terhadap berbagai kemungkinan buruk
pada kala III, meskipun kasus yang ia tangani adalah persalinan
normal.
110

4) Langkah IV : Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera


Berdasarkan diagnosis potensial yang telah dirumuskan , bidan
secepatnya melakukan tindakan antisipasi agar diagnosis potensial
tidak benar-benar terjadi (Sulistyawati, 2012).
5) Langkah V : Menyususn Rencana Asuhan Komprehensif
Pada kala III bidan merencanakan tindakan sesuai tahapan
persalinan normal (Sulistyawati, 2012).
(1) Berikan suntikan oksitosin dosis 10 IU dengan volume 1 cc
secara IM.
Rasionalisasi : Dalam manajemen aktif kala III, suntikan
oksitosin bertujuan untuk meningkatkan kontraksi uterus
sehingga dengan disuntikkan oksitosin maka plasenta akan
mudah lahir.
(2) Libatkan keluarga dalam pemberian minum.
Rasionalisasi : Pemberian minum (hidrasi) sangat penting
dilakukan untuk mengembalikan kesegaran pasien yang telah
kehilangan banyak cairan dalam proses persalinan kala III.
(3) Lakukan Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT).
Rasionalisasi : Dalam manajemen aktif kala III PTT adalah
salah langkah untuk melahirkan plasenta.
(4) Lahirkan plasenta
Rasionalisasi : Melahirkan plasenta adalah tindakan yang harus
segera dilakukan setelah adanya tanda-tanda pelepasan plasenta
seperti semburan darah yang singkat dan mendadak, tali pusat
bertambah panjang dan bentuk uterus membulat.
(5) Lakukan masase fundus selama 15 detik
Rasionalisasi : setelah lahirnya plasenta maka kontraksi uterus
harus tetap kuat untuk mencegah perdarahan akibat atonia uteri
maka dengan melakukan massase fundus dapat merangsang
kontraksi.
6) Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan
Berdasarkan perencanaan yang dibuat, berikut adalah realisasi
asuhan yang akan dilaksanakan terhadap pasien.
(1) Memberikan suntikan oksitosin 10 IU dengan volume 1 cc
secara IM di otot sepertiga luar paha dalam waktu kurang dari
satu menit setelah bayi lahir.
(2) Melibatkan keluarga dalam pemberian minum kepada pasien
111

(3) Melakukan penegangan tali pusat terkendali


(4) Membantu kelahiran plasenta
(5) Melakukan masase fundus selama 15 detik.
7) Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
rencana tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagimana rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2007).
(1) Oksitosin telah disuntikkan pada 1/3 paha bagian atas dengan
cara IM, kontraksi uterus ibu kuat.
(2) Keluarga tampak memberikan ibu minum ½ gelas air putih.
(3) Penegangan tali pusat terkendali dilakukan dan tampak ada
tanda-tanda pelepasan plasenta.
(4) Plasenta lahir pukul..., dengan kondisi lengkap, kotiledon
lengkap, selaput ketuban utuh, tidak ada kalsifikasi plasenta,
diameter ± 10 – 15 cm, tebal ± 1,5 – 2 cm, panjang tali pusat ±
45 - 50 cm.
(5) Masase fundus sudah dilakukan dan kontraksi uterus ibu kuat.

KALA IV PERSALINAN
1) Langkah I : Pengkajian Data Dasar
(1) Data Subjektif
a) Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir
b) Pasien mengatak perutnya mules
c) Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia (Sulistyawati,
2012)
(2) Data Objektif
a) TTV
b) TFU berapa jari di bawah pusat
c) Kontraksi uterus baik/tidak.
d) Laserasi perineum ada/tidak
2) Langkah II : Interpretasi Data Dasar
(1) Diagnosa Aktual
P...A... Partus Kala IV dengan Laserasi Perineum Grade....
(2) Dasar
a) Data subjektif
(a) Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir
(b) Pasien mengatak perutnya mules
(c) Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia.
b) Data Objektif
112

TTV, TFU berapa jari di bawah pusat, kontraksi uterus,


laserasi perineum ada atau tidak.
(3) Masalah
a) Pasien kecewa karena jenis kelamin bayi tidak sesuai dengan
keinginannya
b) Pasien tidak kooperatif dengan proses IMD
c) Pasien cemas dengan keadaanya
3) Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Bidan menentukan diagnosis potensial berdasarkan data yang
diperoleh melalui pengkajian pada kala III serta perjalanan
persalinan pasien dari awal. Ada beberapa riwayat dan data fisik
pasien yang mendukung untuk penegakan diagnosa potensial.
Diagnosa yang mungkin muncul pada kala IV.
(1) Hipotoni sampai dengan atonia uteri
(2) Perdarahan karena robekan serviks
(3) Syok hipovolemik
4) Langkah IV : Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera
Berdasrakan diagnosis potensial yang ditegakkan, bidan melakukan
tindakan antisipasi untk menyelamatkan jiwa pasien.
(1) Eksplorasi sisa plasenta
(2) Kompresi bimanual eksterna sampai interna
(3) Pemberian infus dan uterotonika
5) Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Komprehensif
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukn
perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosa
yang ada (Sari, 2012).
Rencana Asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien, atau dari setiap masalah
yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap perempuan tersebut (Arsinah, dkk.,2010).
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yang up to date serta sesuai dengan asusmsi tentang apa yang akan
atau tidak dilakukan oleh klien (Sari, 2012).
Rencana asuhan diantaranya:
(1) Lakukan pemantauan pada kala IV luka robekan jalan lahir,
tanda vital, kontraksi uterus, lokhea, kandung kemih.
113

Rasionalisasi : Pemantauan dilakukan dengan tujuan untuk


dapat menemukan masalah yang ada dan dapat segera
ditatalaksanai sehingga dapat mencegah terjadinya masalah
potensial.
(2) Lakukan penjahitan pada luka perineum.
Rasionalisasi : Menghentikan perdarahan aktif.
(3) Estimasi jumlah perdarahanan
Rasionalisasi : Memantau terjadinya resiko perdarahan.
Perdarahan normal 100-300 ml.
(4) Ajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa kontraksi uterus dan
cara melakukan masase fundus.
Rasionalisasi : Ibu dan keluarga perlu mengetahui tentang
kontraksi uterus dan cara melakukan masase fundus untuk
mencegah atonia uteri.
(5) Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan pada kala IV seperti
makan dan minum.
Rasionalisasi : Proses persalinan menyebabkan ibu kehilangan
energi dan kehilangan cairan. Pemenuhan makan dan minum
akan menggantikan energi dan cairan tubuh yang hilang apalagi
ibu akan kehilangan lebih banyak nutrisi karena menyusui.
6) Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan
(1) Melakukan pemantauan pada kala IV luka robekan jalan lahir,
tanda vital, kontraksi uterus, lokhea, kandung kemih.
(2) Melakukan penjahitan pada luka perineum.
(3) Mengestimasi jumlah perdarahan.
(4) Mengajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa kontraksi
uterus dan cara melakukan masase fundus.
(5) Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan pada kala IV
seperti makan dan minum.
7) Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi efektivitas dari asuhan
yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
telah apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan apa yang
telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut
bisa dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
114

pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut


telah efektif sedang sebagian belum efektif (Arsinah dkk. 2010).
(1) Hasil pemantauan tercatat pada lembar partograf bagian
belakang.
(2) Jahitan perineum terpaut rapi, dilakukan penjahitan dengan
teknik…(satu-satu/jelujur), dan tidak ada perdarahan aktif.
(3) Jumlah darah yang keluar… (<500 ml).
(4) Ibu dan keluarga mampu memeriksa kontraksi dan mampu
melakukan masase fundus.
(5) Ibu tampak minum 1 gelas air putih dan makan sepotong roti.

POST PARTUM 2 JAM


1) Pengumpulan data
(1) Data Subjektif
Kaji perasaan ibu dan keluhan yang dialaminya, pola nutrisi, pola
eliminasi, dan mobilisasi.
(2) Data Objektif.
Keadaan Ibu: KU, Tanda-tanda vital: suhu (36,5-37,5°C), nadi
(60-100 x/menit), respirasi (16-24 x/menit), TD tidak lebih dari
140/95 dan tidak kurang dari 90/70 mmHg, perubahan TD tidak
lebih dari 10 mmHg dari sebelumnya, kontraksi kuat. Pada vulva
dan vagina tidak ada oedema, jumlah perdarahan (±50 cc)
2) Langakah II ( Interpretasi Data Dasar)
(1) Diagnose Aktual
P..A..partus spontan belakang kepala Nifas 2 jam dengan laserasi
(grade I, II, III, IV)
Contoh : P1A0 partus spontan belakang kepala nifas 2 jam
dengan riwayat laserasi grade II.
Dasar :
a) Ibu mengatakan ini persalinan yang pertama dan tidak pernah
abortus.
b) Ibu mengatakan melahirkan 2 jam yang lalu.
c) Ibu ,emgatakan melahirkan bayi nya secara normal spontan
belakang kepala.
d) Terdapat laserasi yang mengenai mukosa anus sampai ke otot
perineum.
115

(2) Masalah : masalah adalah kesenjangan antara teori dengan


kenyataan. dan biasanya masalah yang dialami adalah lelah dan
dehidrasi.
3) Langakah III ( Diagnosa Potensial dan antisipasi tindakan segera).
Bidan menentukan diagnosis potensial berdasarkan data yang
diperoleh melalui pengkajian pada kala III serta perjalanan
persalinan pasien dari awal. Ada beberapa riwayat dan data fisik
pasien yang mendukung untuk penegakan diagnosa potensial.
Diagnosa yang mungkin muncul pada post partum 2 jam.
4) Langakah IV ( kebutuhan akan tindakan segera)
Berdasrakan diagnosis potensial yang ditegakkan, bidan
melakukan tindakan antisipasi untk menyelamatkan jiwa pasien.
5) Langkah 5 ( Perencanaan)
(1) Jelaskan mengenai hasil pemeriksaan
Rasionalisas : ibu lebih kooperatif dalam menerima asuhan
yang akan diberikan.
(2) Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi dan
memberikan ASI.
Rasionalisasi : mencegah perdarahan dan meningkatkan
bounding attachment.
(3) Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini
Rasionalisasi : salah satu kebutuahan ibu bersain dan dapat
mempercepat adaptasi ibu dalam menghadapi peran baru.
(Nurasiah, 2008).
(4) Penuhi kebutuhan nutrisi ibu
Rasionalisasi: dehidrasi dapat menghambat proses pemulihan
ibu.
(5) Berikan KIE tanda bahaya masa nifas dan cara mengatasinya
Rasionalisasi : Ibu lebih tanggap dalam menanggapi tanda
bahaya dalam masa nifas.
(6) Berikan tablet vitamin A dan zat besi.
Rasionalisasi : Pada ibu nifas harus mengkonsumsi dua kapsul
vitamin A, yaitu 1 kapsul pada 1 jam setelah melahirkan dan I
kapsul lagi pada 24 jam setelah melahirkan serta harus
mengkonsumsi 90 tablet SF selama masa nifas.
(7) Memindahkan ibu ke ruang nifas.
116

Rasionalisasi : 2 jam setelah kelahiran bayi maka akan dimulai


masa nifas.
6) Langkah VI (Pelaksanaan)
(1) Menjelaskan hasil pemeriksaan
(2) Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi
(3) Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti miring kanan
atau miring kiri.
(4) Memenuhi kebutuah nutrisi ibu dengan memberikan makan
nasi,sayur, ikan dan minum air putih.
(5) Berikan KIE mengenai tanda bahaya pada masa nifas.
(6) Memeberikan ibu suplemen yaitu Vitamin A 2 x 200.000 , SF
1x320mg. dan VIt C 1 x 50 mg.
(7) Memindahkan ibu ke ruang nifas.
7) Langkah VII ( Evaluasi)
(1) Ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini
(2) Bayi sudah hangat dan ibu sudah menyusui bayinya.
(3) Ibu sudah bisa miring kanan atau miring kiri atau berjalan
disekitar tempat tidur.
(4) Ibu sudah makan nasi sayur, ikan dengan porsi sedang, dan
minum air putih 1 gelas.
(5) Ibu sudah mengerti penjelasan bidan dan dapat mengulang
kembali penjelasan bidan.
(6) Ibu sudah meminum suplemen yang diberikan yaitu vitamin A,
Suplemen SF, vitamin C dan asam mefenamat.
(7) Ibu sudah dipindahkan ke ruang nifas.
2.2.6 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
2.2.6.1 Langkah-langkah varney
1) Langkah I: Pengkajian Data
(1) Data subyektif
Adalah data yang didapatkan dari keluarga klien melalui
anamnesa untuk memperoleh data pasien.
a) Identitas Bayi
Identitas bayi yang dikaji meliputi:
(a) Nama, dikaji untuk menghindari terjadi kesalahan dalam
memberikan asuhan pada BBL dan menghindari
terjadinya kasus bayi tertukar.
(b) Umur, dikaji untuk mengetahui umur bayi guna untuk
membantu tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan
sesuai dengan umurnya.
117

(c) Tanggal/jam lahir, dikaji untuk menghindari kesalahan


pasien, karena jika hanya dengan nama belum 100%
akan terhindar dari salah nama oleh karena banyak
kesamaan nama.
(d) Jenis kelamin, dikaji untuk mengetahui jenis kelamin
bayi dan untuk mencocokkan nama bayi dengan jenis
kelamin apabila ada nama bayi yang sama sehingga
terhindar dari kejadian bayi tertukar.
(e) Anak keberapa, dikaji untuk mengetahui bayi merupakan
anak keberapa, bisa sedikit menentukan apakah anak
tersebut diharapkan atau tidak oleh pihak keluarga.
(f) Status anak, dikaji untuk mengetahui apakah bayi
merupakan anak kandung atau tidak.

b) Riwayat Intranatal
Yang dikaji yaitu tempat ibu bersalin, penolong, tanggal ibu
bersalin, lama persalinan
Kala I : Primigravida berlangsung selama 12 jam, pada
multigravida 8 jam (Manuaba, 2010)
Kala II : Primigravida berlangsung 2 jam, dan multigravida
berlangsung 1 jam (Manuaba, 2010). Keadaan bayi, segera
menangis, gerak aktif, dan ada atau tidaknya penyulit atau
komplikasi. Pada kala II dikaji juga faktor risiko, yang perlu
dikaji yaitu apakah ibu dan bayi memiliki faktor risiko
mayor seperti suhu ibu >380C, KPD >24 jam, ketuban hijau,
korioamnionitis, fetal distress. Faktor risiko minor seperti
KPD >12 jam, asfiksia, BBLR, ibu ISK, UK <37 minggu,
Gemeli, ibu keputihan, suhu >370C
Kala III : Lama kala III tidak boleh lebih dari 30 menit
(2) Data Obyektif
Data yang didapat dengan melakukan observasi langsung atau
diukur.
a) Pemeriksaan Umum
(a) Jam Lahir : dikaji untuk mengetahui jam berapa bayi
dilahirkan (Yongki,dkk,2012)
(b) Keadaan Umum
118

Dikaji untuk mengetahui keadaan umum pada BBL yang


mencangkup tangis kuat, gerak aktif, warna kulit
kemerahan, turgor kulit baik
(c) Jenis kelamin : dikaji untuk mengetahui jenis kelamin
bayi yang dilahirkan (Yongki,dkk,2012)
2) Langkah II : Menginterpretasikan Data Dasar
(1) Diagnosa Aktual
Neonatus + cukup bulan+ lahir… (Spontan belakang
kepala/SC/Vakum/Forcep) + segera setelah lahir + dengan…
(vigerous baby/komplikasi).
(2) Dasar :
a) Data Subjektif
(a) Berdasarkan perhitungan HPHT didapatkan Umur
Kehamilan >37 minggu
(b) Riwayat Intranatal, bayi lahir pukul berapa.

b) Data Objektif
Keadaan umum : tangis kuat, gerak aktif, warna kulit
kemerahan, turgor baik.
c) Masalah
Pada BBL normal jarang ditemukan masalah.
3) Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa potensial merupakan kegiatan mengidentifikasi dengan
hati-hati dan kritis pola atau kelompok tanda dan gejala yang
memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi
atau mencegah masalah-masalah yang spesifik (Varney, 2007).
4) Langkah IV : Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera
Antisipasi akan kebutuhan tindakan segera adalah masalah yang
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
Beberapa data mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan
harus segera bertindak atau untuk berkolaborasi dengan dokter atau
untuk dikonsultasikan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
kondisi pasien (Varney, 2007).
5) Langkah V : Perencanaan Asuhan Komprehensif
Pada langkah ini adalah suatu tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah kebutuhan pasien. Berfungsi untuk menuntun perawatan
119

yang diberikan pada pasien sehingga dapat tercapai tujuan dan hasil
yang optimal diharapkan (Varney, 2007).

Rencana asuhan diantaranya:


(1) Jaga kehangatan
Rasionalisasi : bayi sangat rentan kehilangan panas tubuh,
menjaga kehangatan bayi sangat penting dilakukan untuk
mencegah bayi mengalami hipotermi
(2) Bersihkan jalan nafas
Rasionalisasi : Membersihkan jalan napas bertujuan untuk
mencegah aspirasi cairan ketuban.
(3) Keringkan bayi
Rasionalisasi : Mengeringkan bayi merupakan salah satu
langkah untuk menjaga kehangatan bayi sekaligus memeberikan
rangsangan taktil pada bayi
(4) Potong dan rawat tali pusat
Rasionalisasi : bayi rentan mengalami infeksi dan penyebab
infeksi salah satunya apabila perawatan tali pusat yang tidak
benar, maka sangat penting dilakukan perawatan tali pusat yang
benar dengan prinsip bersih dan kering tanpa membungkus tali
pusat
(5) Fasilitasi dalam melakukan IMD selama 1 jam
Rasionalisasi : IMD sangat penting dilakukan untuk melatih
reflek bayi, memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan juga untuk
meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.

(6) Oleskan salf mata


Rasionalisasi : untuk mencegah infeksi mata yang kemungkinan
disebabkan oleh karena jalan lahir ibu maka pemberian salf
mata sangat efektif jika diberikan sebelum 1 jam setelah bayi
lahir.
(7) Suntikkan vitamin K 1 jam setelah bayi lahir
Rasionalisasi : vitamin K diberikan untuk mencegah terjadinya
perdaraha
(8) Lakukan Pemeriksaan fisik
120

Rasionalisasi: setiap bayi baru lahir harus dilakukan


pemeriksaan fisik lengkap dari ujung kepala sampai ujung kaki,
sehingga dapat dideteksi jika bayi mengalami kelainan.
(9) Berikan imunisasi Hb0 1 jam setelah bayi lahir
Rasionalisasi : pemberian imunisasi Hb0 bertujuan untuk
mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang
dapat menimbulkan kerusakan hati.
(10) Anjurkan ibu memberikan ASI secara on demand
Rasionalisasi : BBL harus diberikan ASI sesering mungkin dan
semau bayi agar bayi tidak mengalami hipoglikemia.
6) Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan
menyeluruh dari perencanaan. Pelaksanaan asuhan ini dilakukan
untuk klien atau tenaga kesehatan lainnya (Varney, 2007).
Pelaksanaan diantaranya:
(1) Menjaga kehangatan.
(2) Membersihkan jalan nafas.
(3) Mengeringkan bayi.
(4) Melakukan jepit potong tali pusat 2 menit setelah lahir.
(5) Melakukan inisiasi menyusui dini selama 1 jam
(6) Memberi suntikan Vitamin K 1 mg di paha kiri anerolateral
setelah IMD.
(7) Memberi salep mata tetrasiklin 1 % pada kedua mata.
(8) Melakukan pemeriksaan fisik lengkap
(9) Memberi imunisasi HB 0,5 ml intramuskular di paha kanan
anterolateral 1 jam setelah penyuntikan Vit K.
(10) Menganjurkan ibu menyusui bayi secara on demand

7) Langkah VII : Evaluasi


Langkah ini merupakan sebuah perbandingan antara hasil aktual
dengan hasil yang diharapkan.Dilakukan penilaian apakah rencana
asuhan yang direncanakan dapat dilaksanakan dan dipenuhi
kebutuhannya seperti yang telah diidentifikasikan dalam masalah
diagnosa (Varney, 2007).
(1) Bayi sudah diselimuti menggunakan kain bersih dan kering serta
sudah dipakaikan topi
(2) Jalan napas sudah bersih dari cairan ketuban atau mekonium.
(3) Bayi sudah bersih dan kering dan tampak nyaman
121

(4) Jepit potong tali pusat sudah dilakukan dan tidak ada perdarahan
aktif.
(5) IMD dilakukan, ibu tampak senang menerima kehadiran
bayinya dan bayi berhasil mencapai puting susu ibu dalam…
menit, reflek rooting (+)/(-), reflek sucking (+)/(-), reflek
swallowing (+)/(-).
(6) Vitamin K sudah diberikan dan tidak ada reaksi alergi pada
bekas penyuntikan.
(7) Salep mata sudah diberikan dan tidak ada reaksi alergi.
(8) Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
(9) Imunisasi Hb 0 sudah diberikan dan tidak ada reaksi alergi pada
bekas penyuntikan.
(10) Ibu bersedia memberikan bayi ASI secara on demand dan ibu
tampak senang menyusui bayinya.
2.2.7 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Nifas
2.2.7.1 Langkah-langkah Varney
1) Langkah 1 : Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara :
(1) Anamnesa (Data subyektif)
a) Alasan dirawat/ alasan datang
Berisi alasan ibu masih dirawat atau datang ke pelayanan
kesehatan. Biasanya ibu nifas dengan alasan dirawat yaitu
masih memerlukan perawatan atau dengan alasan datang ingin
melakukan kunjungan ulang masa nifas.
b) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan utama yang sedang dirasakan oleh
ibu setelah bersalin atau saat datang ke pelayanan kesehatan.
Biasanya ibu nifas mengeluh masih merasakan nyeri pada luka
bekas jahitan jika ada laserasi.
c) Riwayat Persalinan Sekarang
Tempat bersalin, penolong, tanggal persalinan
Kala I : Primigravida berlangsung selama 12 jam, pada
multigravida 8 jam (Manuaba, 2010; h. 173) ada atau tidaknya
penyulit atau komplikasi.
Kala II : Primigravida berlangsung 2 jam, dan multigravida
berlangsung 1 jam (Manuaba, 2010). Keadaan bayi, segera
122

menangis, gerak aktif, dan ada atau tidaknya penyulit atau


komplikasi
Kala III : Lama kala III tidak boleh lebih dari 30 menit,
plasenta lahir lengkap
Kala IV : Pemantauan 2 jam post partum
d) Riwayat Nifas Sekarang
Untuk mengetahui bagaimana keadaan ibu saat 2 jam pertama
setelah melahirkan dan 6 jam pertama setelah melahirkan,
meliputi keadaan trias nifas yaitu pada payudara sudahkah
keluar kolostrum, pada abdomen, berapa TFU, kontraksi uterus
kuat/baik, dan pengeluran, volume ..cc
e) Riwayat Bio-Psiko-Sosial dan keluarga
(a) Biologis
(1)) Bernafas, menggambarkan kemampuan ibu dalam
pemenuhan kebutuhan O2 dan keluhan yang
dirasakan. Pada ibu nifas normal hasilnya adalah tidak
ada gangguan saat bernafas.
(2)) Pola nutrisi, menggambarkan frekuensi makan dalam
sehari, porsi makan, keluhan saat makan, ada tidaknya
pantangan/alergi pada makanan tertentu.
Menggambarkan frekuensi, jenis minuman yang
sering diminum, jumlah cairan yang diminum, ada
tidaknya keluhan. Normalnya pada ibu nifas tidak
akan mengalami gangguan pada pola nutrisinya.
(3)) Eliminasi, Pada data ini dikaji apakah ibu sudah dapat
BAB/BAK bagaimana frekuensinya, warna (kuning
jernih), serta keluhan. Biasanya pada ibu nifas normal
dalam 6 jam pertama post partum sudah harus bisa
BAK dan dalam 24 jam pasien harus sudah dapat
buang air besar (Sulityawati, 2015). Apabila dalam
waktu 24 jam ibu belum BAB mungkin ibu masih
merasa takut karena luka jahitan dan ibu perlu
diberikan informasi tentang masalah yang dialami
tersebut.
123

(4)) Istirahat dan Tidur, dikaji untuk mengetahui kebiasaan


istirahat ibu supaya diketahui hambatan yang
rnungkin muncul jika didapatkan data yang senjang
tentang pemenuhan kebutuhan istirahat. Yang perlu
dikaji yaitu berapa lama ibu tidur setelah persalinan
dan apakah ada keluhan. Pada kenyataannya, tidak
semua wanita mempunyai kebiasaan tidur yang
berkualitas, padahal kebutuhan tidur sangat penting
untuk membantu mempercepat pemulihan kondisi
fisiknya setelah melahirkan. Pada ibu nifas kebutuhan
istirahatnya mungkin terganggu karena bayi yang
memerlukan perawatan ataupun saat bayi rewel.
(5)) Aktivitas sehari-hari, menggambarkan aktivitas ibu
sehari-hari, kemampuan melaksanakan aktivitas
setelah merasakan keluhan dan ada tidaknya aktivitas
(mobilisasi) yang mengganggu berhubungan dengan
masa nifas ibu saat ini. Dikaji ibu sudah bisa
melakukan mobilisasi dini atau belum, biasanya ibu
nifas 6 jam sudah harus bisa miring ke kiri/kanan.
(6)) Personal Hygiene, dikaji untuk mengetahui kebiasaan
ibu dalam menjaga kebersihan dirinya yang akan
mempengaruhi kesehatan ibu dan bayinya.
Kebersihan yang kurang pada ibu nifas dapat
menyebabkan ibu mengalami infeksi. Data yang perlu
dikaji yaitu berapa kali mandi dalam sehari, kebiasaan
keramas, mengganti pakaian dalam, ganti pembalut,
bagaimana cara cebok, cara merawat payudara dan
merawat luka periniumnya.
(b) Psikologis
Menggambarkan psikologis ibu sehubungan dengan masa
nifasnya (setelah melahirkan), ada tidaknya perubahan
emosi setelah melahirkan, respon dan dukungan suami
124

mengenai kelahiran ibu saat ini. Biasanya ibu nifas normal


tidak akan mengalami masalah pada psikologisnya. Adapun
fase dalam masa nifas terkait dengan psikologis ibu antara
lain:
(a)) Fase taking in, perhatian ibu terutama pada
kebutuhannya, pasif ketergantungan,tidak ingin
kontak dengan bayi, hal ini berlangsung 2 hari dan
untuk mengatasinya beri informasi tentang bayi →
makan adekuat.
(b)) Fase taking hold, berlangsung 10 hari, berusaha
mandiri berinisiatif, perhatian terhadap tubuh, ingin
belajar perawatan diri dan bayi, timbul rasa kurang
percaya diri maka diperlukan bimbingan.
(c)) Fase letting go, peran dan tanggung jawab baru
kemudian meningkat, penyesuaian hubungan keluarga
dan bayi.
(c) Sosial
Berisi informasi tentang budaya, adat istiadat, dan
kebiasaan atau mitos-mitos yang dipercaya sehubungan
dengan masa nifas yang merugikan kesehatan.
(d) Spiritual
Berisi informasi tentang ada tidaknya kepercayaan tentang
proses setelah melahirkan yang merugikan kesehatan.
f) Pengetahuan Ibu
Pasien perlu mengetahui bagaimana keadaan dan perjalanan
perawatannya, pasien juga perlu mengetahui apa saja tanda
bahaya masa nifas, teknik menyusui yang benar, perawatan
bayi sehari-hari, ASI Eksklusif, dan perawatan perineum. Hal
ini dimaksudkan agar pasien kooperatif dalam menjalankan
program perawatannya.
(2) Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
Dikaji untuk mengetahui status kesehatan ibu secara umum
yang meliputi :
(a) Keadaan umum
125

Keadaan umum ibu nifas sangat penting dikaji untuk


melihat kondisi ibu saat dilakukan pemeriksaan. Biasanya
ibu nifas fisiologis keadaan umumnya baik, kesadarannya
composmentis dan keadaan emosinya stabil.
(b) Antopometri
Dikaji untuk mengetahui BB ibu saat diperiksa. Berat
badan ibu nifas biasanya akan menurun dibandingkan
dengan saat ibu masih hamil.
(c) Vital sign
(a)) Tekanan Darah : dikaji untuk mengetahui tekanan darah
ibu nifas. Normalnya TD tidak boleh kurang dari 90/70
dan tidak boleh lebih dari 140/90.
(b)) Nadi : dikaji untuk mengetahui berapa denyut nadi ibu
dalam 1 menit. Denyut nadi ibu nifas normal 60-100
kali/menit.
(c)) Suhu : dikaji untuk mengetahui berapa suhu badan ibu
nifas. Nilai normal suhu ibu nifas 35,80 C – 370C.
(d)) Pernafasan : dikaji untuk mengetahui berapa kali
pernafasan ibu dalam 1 menit. Pernapasan normalnya
adalah 16-20 kali/menit.
b) Pemeriksaan Fisik
(a) Kepala
Muka : untuk mengamati ada tidaknya oedema diwajah,
pucat atau tidak. Pada ibu nifas normal biasanya
tidak ada oedema pada wajah dan wajah ibu tidak
pucat.
Mata : untuk mengamati konjungtiva pucat/tidak, dan
sclera mata ada ikterus atau tidak. Pada ibu nifas
normal biasanya konjungtiva ibu berwarna merah
muda (tidak pucat) dan sklera ibu putih.
Mulut : untuk mengamati kelembaban mukosa dan warna
bibir serta karies gigi. Pada ibu nifas normal
biasanya hasil pemeriksaan adalah bibir ibu
lembab, warna bibir tidak pucat dan tidak ada
karies pada gigi.
126

(b) Dada dan axilla


Untuk mengamati ada tidaknya masa atau benjolan dan
nyeri tekan pada payudara, kebersihan payudara, bentuk,
kesimetrisan, sekresi air susu, kelainan-kelainan putting
susu serta pembesaran kelenjar limfe. Pada ibu nifas normal
biasanya tidak ada masa atau benjolan abnormal pada
payudara, tidak ada nyeri tekan pada payudara, ASI keluar
lancar dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe pada aksila.
(c) Abdomen
Untuk meraba ada tidaknya massa/benjolan dan nyeri tekan
pada abdomen serta ada tidaknya jaringan parut bekas luka
operasi. Pada abdomen yang sangat penting untuk dicari
adalah TFU, bagaimana kontraksi uterus dan apakah
kandung kemih penuh atau tidak. Pada ibu nifas normal
maka kontraksi uterus kuat, dan TFU normal setelah lahir
plasenta adalah dibawah pusat dan TFU akan tidak teraba
setelah 14 hari masa nifas.
(d) Anogenital
Dikaji pengeluaran pervaginam apakah lokhea yang keluar
normal atau tidak (warna, konsistensi, bau, tanda-tanda
infeksi pada daerah genital). Ada tidaknya varises dan
odema pada genetalia serta bagaimana kondisi jahitan
perineum (apabila ada laserasi) apakah ada hematoma atau
tidak, serta ada tidaknya haemoroid pada anus. Pada ibu
nifas normal hasil pemeriksaan adalah tidak ada oedema
dan varices pada genetalia, pengeluaran lokhea normal, dan
kondisi jahitan terpaut rapi serta tidak ada hematoma (jika
ada laserasi) serta tidak ada hemoroid pada anus.
(e) Ekstremitas
Dikaji ada tidaknya oedema pada ekstremitas atas maupun
bawah, ada tidaknya nyeri tekan pada betis dan lipatan
paha, keadaan kuku, ada tidaknya varises. Pada ibu nifas
normal biasanya tidak ada oedema pada ekstremitas atas
127

dan bawah, tidak ada nyeri tekan pada betis dan lipatan
paha, kuku tidak pucat, dan tidak ada varices pada kaki.
c) Pemeriksaan Penunjang
Pada ibu nifas yang mengalami pengeluaran lokhea banyak
yang mengarah ke perdarahan maka dapat dilakukan
pemeriksaan Hb untuk mengetahui apakah ibu anemia atau
tidak. Hb (normalnya ≥ 11 gr/dL).

2) Langkah 2 : Interpretasi data dasar


Mengidentifikasikan diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar-benar atas dasar data-data yang dikumpulkan,
dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
terhadap klien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman klien
yang dikaji dan diidentifikasikan oleh bidan. Masalah juga sering
menyertai diagnosa.
(1) Diagnosa :
P..A.. + Partus Spontan Belakang Kepala/SC/Vakum/Forcep +
Nifas... Jam/Hari/Minggu dengan Laserasi Perineum Grade ...
Contoh :
P3A2 Partus Spontan Belakang Kepala Nifas 6 Jam dengan
laserasi perineum grade II.
(2) Dasar
a) Data Subjektif
(a) Ibu mengatakan ini pernah melahirkan berapa kali dan
pernah abortus/tidak.
(b) Ibu mengatakan melahirkan pervaginam tanggal..., jam...
b) Data Objektif
(a) TTV
(b) Terdapat luka laserasi grade ... (jika ada)
(c) Trias nifas (payudara, abdomen, pengeluaran)
(3) Masalah
a) Nyeri pada jahitan jalan lahir
b) Takut kencing karena luka jahitan
3) Langkah 3 : Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
128

Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial


berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosa. Hal ini membutuhkan
antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan
bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan
asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini.
Pada langkah ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi
akan tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar,
merupakan langkah yang bersifatantisipasi yang rasional/logis.
4) Langkah 4 : Kebutuhan terhadap tindakan segera/ mandiri/ kolaborasi
dan rujukan
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
penatalaksanaan kebidanan. Dari data yang dikumpulkan dapat
menunjukkan salah satu situasi yang memerlukan tindakan segera,
sementara yang lain harus menunggu intervensi dari dokter. Situasi
lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Hal ini menunjukkan bahwa
bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas
masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan
merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi
diagnosa/masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus
merumuskan tindakan emergency/segera yang harus dirumuskan.
Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan
secara mandiri secara kolaborasi atau bersifat rujukan.
5) Langkah 5 : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi
klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap klien tersebut seperti apa yang
129

diperkirakan akan terjadi berikutnya. Dengan demikian pada ibu nifas


dapat dilakukan perencanaan asuhan sebagai berikut:
(1) Berikan penjelasan pada keluarga tentang hasil pemeriksaan
Rasionalisasi : agar ibu serta keluarga mengetahui kondisi yang ibu
alami saat itu
(2) Minta persetujuan atas tindakan selanjutnya
Rasionalisasi : setiap tindakan yang akan dilakukan harus disetujui
oleh penerima asuhan untuk menjaga privasi dan menghargai klien
dan keluarga klien
(3) Ingatkan kembali ibu atau keluarga tentang cara mengecek
kontraksi uterus
Rasionalisasi : agar klien terhindar dari kemungkinan terjadi
perdarahan postpartum sekunder oleh karena atonia uteri
(4) Anjurkan ibu menyusui bayi secara on demand
Rasionalisasi : menyusui dapat mempercepat pemulihan alat
kandungan dan agar kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi
(5) Anjurkan ibu tetap menjaga kehangatan bayi
Rasionalisasi : bayi sangat rentan mengalami hipotermi, maka
menjaga kehangatan bayi sangatlah penting dilakukan
(6) Berikan konseling kepada ibu mengenai asuhan tali pusat, dan
perawatan bayi sehari-hari.
Rasionalisasi : pengetahuan penting untuk menjadi acuan ibu
dalam melakukan asuhan kepada bayinya, sehingga ibu tidak salah
dalam melakukan perawatan pada bayinya.
(7) Berikan ibu konseling secara dini tentang KB.
Rasionalisasi : dengan ibu mengetahui tentang KB maka ibu akan
dapat berfikir untuk memakai KB jenis apa dan ibu akan
mengetahui KB yang pantas untuk dirinya.
(8) Jelaskan tentang kunjungan dalam masa nifas.
Rasionalisasi : Kunjungan masa nifas dibagi menjadi 3 kunjungan
nifas atau KF. KF 1 yaitu 0 - 3 hari, KF 2 yaitu 4 - 28 hari, KF 3
yaitu 29 - 42 hari.
(9) Berikan konseling tentang penggunaan alat kontrasepsi pasca
melahirkan.
Rasionalisasi : penggunaan alat kontasepsi pada masa nifas dapat
mengurangi kejadian kehamilan yang tidak diinginkan.
6) Langkah 6 : Pelaksanaan
130

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah


diuraika pada langkah 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Penatalaksanaan
yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan
mutu dan asuhan klien. Pelaksanaan yang dapat dilakukan sesuai
dengan langkah kelima adalah:
(1) Memberikan penjelasan pada keluarga tentang hasil pemeriksaan
(2) Meminta persetujuan atas tindakan selanjutnya
(3) Mengingatkan kembali pada ibu atau keluarga tentang cara
mengecek kontraksi uterus
(4) Menganjurkan ibu menyusui bayi secara on demand
(5) Menganjurkan ibu tetap menjaga kehangatan bayi
(6) Memberikan ibu konseling tentang cara perawatan tali pusat dan
asuhan bayi sehari-hari
(7) Memberikan ibu informasi awal mengenai KB
(8) Menjelaskan tentang kunjungan ulang masa nifas.
(9) Memberikan konseling tentang penggunaan alat kontrasepsi pasca
melahirkan.
7) Langkah 7 : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Pada langkah ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi diu dalam diagnosa
dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya.
Adapun evaluasi yang diperoleh dari pelaksanaan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
(1) Keluarga sudah mengetahui kondisi ibu saat ini
(2) Ibu dan keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya
(3) Keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan serta
keluarga dan ibu mampu mengecek kontraksi
(4) Ibu mengerti dan bersedia menyusui bayi secara on demand
(5) Ibu tampak memeluk bayi dan bayi sudah dipakaian selimut serta
topi
131

(6) Ibu mengerti dan sudah mengetahui tentang cara perawatan tali
pusat serta cara perawatan bayi sehari-hari
(7) Ibu mengerti dan sudah mengetahui informasi awal tentang KB
(8) Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan berjanji akan
datang sesuai dengan jadwal kunjungan.
(9) Ibu sudah mengerti tentang informasi pemakaian alat kontrasepsi
setelah melahirkan.

2.3 Landasan Hukum


Asuhan kebidanan pada ibu hamil telah dilandasi sesuai dengan wewenang
dan komplikasi yang tertera pada:
2.3.1 Permenkes RI No 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktek Bidan
disebutkan bahwa bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk
memberikan pelayanan kesehatan pada ibu yang tertera pada pasal,
sebagai berikut :
1) Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan
untuk memberikan:
(1) pelayanan kesehatan ibu
(2) pelayanan kesehatan anak, dan
(3) pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2) Pasal 19
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa
132

persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua


kehamilann
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pelayanan:
a) konseling pada masa sebelum hamil
b) antenatal pada kehamilan normal
c) persalinan normal
d) ibu nifas normal
e) ibu menyusui, dan
f) konseling pada masa antara dua kehamilan.
(3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:
a) Episiotomi
b) pertolongan persalinan normal
c) penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
d) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
e) pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
f) pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
g) fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu
ibu eksklusif
h) pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
i) penyuluhan dan konseling
j) bimbingan pada kelompok ibu hamil, dan
k) pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
3) Pasal 20
(1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf b diberikan pada bayi baru lahir,bayi, anak balita, dan anak
prasekolah.
(2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:
a) pelayanan neonatal esensial
b) penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
c) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah; dan
d) konseling dan penyuluhan.
(3) Pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan
tali pusat, pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi HB0,
pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya,
133

pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat
ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatanyang lebih mampu.
(4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a) penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan
jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan atau kompresi jantung;
b) penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR
melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara
menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru;
c) penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol
atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan
kering; dan
d) membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir
dengan infeksi gonore (GO).
(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan
penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran
tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan
tumbuh kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP).
(6) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE)
kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI
eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan,
imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.
4) Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan
berwenang memberikan:
(1) penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana; dan
(2) pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan

Anda mungkin juga menyukai