Anda di halaman 1dari 9

Isu Etik Dalam Praktik Keperawatan

Filed under: Uncategorized — Leave a comment


February 14, 2013
Isu Etik dalam Praktik Keperawatan

1. EUTHANASIA
dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.
Pengertian
Istilah euthanasia berasal dari bahasa yunani “euthanathos”. Eu artinya baik, tanpa penderitaan :
sedangkan thanathos artinya mati atau kematian. Dengan demikian, secara etimologis, euthanasia
dapat diartikan kematian yang baik atau mati dengan baik tanpa penderitaan.Ada pula yang
menerjemahkan bahwa euthanasia secara etimologis adalah mati cepat tanpa penderitaan.
Hippokrates pertama kali menggunakan istilah “eutanasia” ini pada “sumpah Hippokrates” yang
ditulis pada masa 400-300 SM.Sumpah tersebut berbunyi:
“Saya tidak akan menyarankan dan atau memberikan obat yang mematikan kepada siapapun
meskipun telah dimintakan untuk itu”.
Banyak ragam pengertian euthanasia yang sudah muncul saat ini. Ada yang menyebutkan bahwa
euthanasia merupakan praktek pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang
dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya
dilakukuan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan. Saat ini yang dimaksudkan dengan
enthanasia adalah bahwa seorang dokter mengakhiri kehidupan pasien terminal dengan memberikan
suntikan yang mematikan atas permintaan pasien itu sendiri., atau dengan kata lain euthanasia
merupakan pembunuhan legal.
Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum kesehatan
mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh Euthanasia Study Group dari
KNMG (Ikatan Dokter Belanda), yaitu :
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang
pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang
pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien itu sendiri.
Jenis-jenis Euthnasia
Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan dari mana sudut pandangnya
atau cara melihatnya.
Ø Dilihat dari cara pelaksanaannya, euthanasia dapat dibedakan atas :
a. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan
yang sedang berlangsung untuk mempertahankan hidup pasin. Dengan kata lain, euthanasia pasif
merupakan tindakan tidak memberikan pengobatan lagi kepada pasien terminal untuk mengakhiri
hidupnya. Tindakan pada euthanasia pasif ini dilakukan secara sengaja dengan tidak lagi
memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien, seperti tidak memberikan
alat-alat bantu hidup atau obat-obat penahan rasa sakit, dan sebagainya.
Penyalahgunaan euthanasia pasif biasa dilakukan oleh tenaga medis maupun keluarga pasien
sendiri. Keluarga pasien bisa saja menghendaki kematian anggota keluarga mereka dengan berbagai
alasan, misalnya untuk mengurangi penderitaan pasien itu sendiri atau karena sudah tidak mampu
membayar biaya pengobatan.
b. Euthanasia aktif atau euthanasia agresif
Euthanasia aktif atau euthanasia agresif adalah perbuatan yang dilakukan secara medik melalui
intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia. Dengan kata
lain, Euthanasia agresif atau euthanasia aktif adalah suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan
oleh dokter atau tenaga kesehatan lain untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup si pasien.
Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan dengan tujuan untuk
mnimbulkan kematian dengan secara sengaja melalui obat-obatan atau dengan cara lain sehingga
pasien tersebut meninggal.
Euthanasia aktif ini dapat pula dibedakan atas :
· Euthanasia aktif langsung (direct)
Euthanasia aktif langsung adalah dilakukannnya tindakan medis secara terarah yang diperhitungkan
akan mengakhiri hidup pasien, atau memperpendek hidup pasien. Jenis euthanasia ini juga dikenal
sebagai mercy killing.

· Euthanasia aktif tidak langsung (indirect)


Euthanasia aktif tidak langsung adalah saat dokter atau tenaga kesehatan melakukan tindakan medis
untuk meringankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya risiko tersebut
Ø Ditinjau dari permintaan atau pemberian izin, euthanasia dibedakan atas :
a. Euthanasia Sukarela (Voluntir)
Euthanasia yang dilakukan oleh tenaga medis atas permintaan pasien itu sendiri. Permintaan pasien
ini dilakukan dengan sadar atau dengan kata lain permintaa pasien secara sadar dn berulang-ulang,
tanpa tekanan dari siapapun juga.
b. Euthanasia Tidak Sukarela (Involuntir)
Euthanasia yang dilakukan pada pasien yang sudah tidak sadar. Permintaan biasanya dilakukan oleh
keluarga pasien. Ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk menyetujui karena faktor umur,
ketidak mampuan fisik dan mental, kekurangan biaya, kasihan kepada penderitaan pasien, dan lain
sebagainya.
Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman untuk pasien
yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma). Euthanasia ini seringkali menjadi bahan perdebatan
dan dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh siapapun juga. Hal ini terjadi apabila
seseorang yang tidak berkompeten atau tidak berhak untuk mengambil suatu keputusan, misalnya
hanya seorang wali dari pasien dan mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi pasien
tersebut.
2. ABORSI
Menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak dikehendaki. Terlepas dari alasan apa
yang menyebabkan kehamilan, aborsi pada umumnya dilakukan karena terjadi kehamilan yang tidak
diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang gagal, perkosaan, ekonomi, jenis kelamin atau
hamil di luar nikah.
Mengenai alasan aborsi memang banyak mengundang kontroversi, Ada yang berpendapat bahwa
aborsi perlu dilegalkan dan ada yang berpendapat tidak perlu dilegalkan.
Pelegalan aborsi dimaksudkan untuk mengurangi tindakan aborsi yang dilakukan oleh orang yang
tidak berkompeten, misalnya dukun beranak. Sepanjang aborsi tidak dilegalkan maka angka
kematian ibu akibat aborsi akan terus meningkat. Ada yang mengkatagorikan Aborsi itu
pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama, ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga
punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.
Jika aborsi untuk alasan medis, aborsi adalah legal, untuk korban perkosaan, masih di grey area,
aborsi masih diperbolehkan walaupun tidak semua dokter mau melakukannya. Kasus perkosaan
merupakan pilihan yang sulit. Meskipun bisa saja kita mengusulkan untuk memelihara anaknya
hingga lahir, lalu diadopsikan ke orang lain, itu semua tergantung kematangan si ibu dan dukungan
masyarakat agar anak yang dilahirkan tidak dilecehkan oleh masyarakat.
Untuk kehamilan jiwa diluar nikah atau karena sudah kebanyakan anak dan kontrasepsi gagal perlu
dipirkirkan kembali krena anak merupakan anugerah terbesar yang dberikan oleh TUHAN.
Sebaiknya kita jangan mencari pemecahan masalah yang pendek / singkat / jalan pintas, tapi harus
jauh menyentuh dasar timbulnya masalah itu sendiri. Prinsip melegalkan aborsi sama seperti Prinsip
lokalisasi. Banyak celah yang justru akan dimanfaatkan, karena seks bebas sudah jadi realita
sekarang ini, apalagi di kota-kota besar.
Perempuan berhak dan harus melindungi diri mereka dari eksploitasi orang lain termasuk suaminya,
agar tidak perlu aborsi. Sebab aborsi, oleh paramedis ataupun oleh dukun, legal atau illegal, akan
tetap menyakitkan buat wanita, lahir dan batin meskipun banyak yang. menyangkalnya. Karena itu
kita harus berupaya bagaimana caranya supaya tidak sampai berurusan dengan hal yang akhirnya
merusak diri sendiri.Karena ada laki-laki yang bisa seenak melenggang pergi, dan tidak peduli apa-
apa meskipun pacarnya/istrinya sudah aborsi dan mereka tidak bisa diapa-apakan, kecuali
pemerkosa, yang jelas ada hukumnya.
Jadi solusinya bukan cuma dari rantai yang pendek, tapi dari ujung rantai yang terpanjang, yaitu :
penyuluhan tentang seks yang benar.
Jika dilihat kebelakang, mengapa banyak remaja yang aborsi, karena mereka melakukan seks bebas
untuk itu diperlukan pendidikan agama agar moral mereka tinggi dan sadar bahwa free seks tidak
sesuai dengan agama dan berbahaya.
Jika tidak ingin hamil gunakan kontrasepsi yang paling aman dan kontrasepsi yang paling aman
adalah tidak berhubungan seks sama sekali. Segala sesuatu itu ada resikonya. Untuk itu sebelum
bertindak, orang harus mulai berpikir : nanti bagaimana bukannya bagaimana nanti.
Keputusan aborsi juga dapat keluar dalam waktu yang singkat, dan setelah melewati waktu krisis,
bisa saja keputusan aborsi dibatalkan karena ada seseorang yang mendampingi memberikan
support, dan dia tidak jadi mengaborsi.
Keputusan untuk aborsi, kemungkinan bisa menghantui seumur hidupnya, mengaborsi anaknya,
dan selama beberapa minggu dia masih menyesali dan menangisi kejadian itu, seperti kematian
seorang anak.
Apalagi jika aborsi dilakukan akibat paksaan, misalnya paksaan dari orangtua, demi nama baik
keluarga. Bayangkan berapa banyak orang-orang yang.bisa dipaksa untuk menggugurkan, jika
aborsi ini dilegalkan.
§ Penyebab Aborsi
Karakteristik ibu hamil dengan aborsi yaitu:
a) Umur Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di
bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-
29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu
muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya
rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan
dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki.Keguguran sengaja
yang dilakukan oleh tenaga nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti
tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena mereka belum matur dan mereka
belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada
ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya
sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterine.
b) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan
karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat
berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya
perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah
dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

c) Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan
perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan
paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian
maternal.Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko
pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan
pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan..
d) Riwayat Kehamilan yang lalu Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya
abortus lagi pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn
– Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2007).
Meski pengguguran kandungan (aborsi) dilarang oleh hukum, tetapi kenyataannya terdapat 2,3 juta
perempuan melakukan aborsi (Kompas, 3 Maret 2000). Masalahnya tiap perempuan mempunyai
alasan tersendiri untuk melakukan aborsi dan hukumpun terlihat tidak akomodatif terhadap alasan-
alasan tersebut, misalnya dalam masalah kehamilan paksa akibat perkosaan atau bentuk kekerasan
lain termasuk kegagalan KB. Larangan aborsi berakibat pada banyaknya terjadi aborsi tidak aman
(unsafe abortion), yang mengakibatkan kematian.Data WHO menyebutkan, 15-50% kematian ibu
disebabkan oleh pengguguran kandungan yang tidak aman.Dari 20 juta pengguguran kandungan
tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan 70.000 perempuan meninggal dunia.Artinya 1 dari
8 ibu meninggal akibat aborsi yang tidak aman.
§ Jenis-Jenis Aborsi
a. Aborsi Alamiah atau Spontan
Aborsi alamiah / spontan berlangsung tanpa tindakan apapun (keguguran). Pada umumnya aborsi ini
dikarenakan kurang baknya kualitas sel telur maupun sel sperma.
b. Aborsi Medisinalis
Aborsi medisinalis adalah aborsi yang terjadi karena brbagai alas an yang bersifat medis. Aborsi ini
dilakukan karena berbagai macam indikasi, seperti :
· Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan pendarahan yang terus
menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
· Mola Hidatidosa atau hindramnion akut Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis
Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kangker serviks atau jika dengan adanya
kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti
kangker payudara
· Prolaps uterus yang tidak bisa diatasi.
· Telah berulang kali mengalami operasi caesar
· Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik
dengan kegagalan jantung, hipertensi,nephritis,tuberkolosis, paru aktif yang berat.
· Penyakit-penyakit metabolik misalnya diabetes yang tidak terkontro
· Epilepsi yang luas dan berat..
· Gangguan jiwa , disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini,
sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.
c. Aborsi Kriminalis
Pada umumnya aborsi ini terjadi karena janin yang dikandung tidak dikhendaki oleh karena
berbagai macam alasan.
Seperti berkut ini :
· Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
· Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.
· Kehamilan di luar nikah.
· Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
· Masalah social misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
· Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).
· Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan
kehamilan yang tidak diinginkan.

C. TRANSPLANTASI ORGAN
Dalam penyembuhan suatu penyakit, adakalanya transplantasi tidak dapat dihindari dalam
menyelamatkan nyawa bagi penderita.Dengan keberhasilan teknik transplantasi dalam usaha
penyembuhan suatu penyakit dan dengan meningkatnya keterampilan dokter-dokter dalam
melakukan transplantasi, upaya transplantasi mulai diminati oleh para penderita dalam upaya
penyembuhan yang cepat dan tuntas.
Untuk mengembangkan transplantasi sebagai salah satu cara penyembuhan suatu penyakit tidak
dapat begitu saja diterima masyarakat luas.
§ PENGERTIAN TRANSPLANTASI
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke
tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat
bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah terapi pengganti
(alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong penderita/pasien dengan kegagalan
organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan pengobatan biasa atau dengan
cara terapi. Hingga dewasa ini transplantasi terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun
tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi
non medik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan moral. Kendala lain yang dihadapi
Indonesia dewasa ini dalam menetapkan terapi transplatasi, adalah terbatasnya jumlah donor
keluarga (Living Related Donor, LRD) dan donasi organ jenazah. Karena itu diperlukan kerjasama
yang saling mendukung antara para pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama,
pemuka masyarakat), pemerintah dan swata.
§ SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TRANSPLANTASI
Tahun 600 SM di India, Susrutatelah melakukan transplantasi kulit. Sementara pada
masa Renaissance, seorang ahli bedah dari Itali bernama Gaspare Tagliacozzi juga telah melakukan
hal yang sama.
Diduga John Hunter (1728-1793) adalah pioneer bedah eksperimental, termasuk bedah
transplantasi. Dia mampu membuat cerita teknik bedah untuk menghasilkan suatu jaringan
transplantasi yang tumbuh di tempat baru.Akan tetapi sistem golongan darah dan
sistem histokompatibilitas yang erat hubungannya dengan reaksi terhadap transplantasi belum
ditemukan.
Pada abad ke-20, Winer dan Landsteiner mendukung perkembangan transplantasi dengan
menemukan golongan darah sistem ABO dan sistem Rhesus.Saat ini perkembangan ilmu kekebalan
tubuh makin berperan dalam keberhasilan tindakan transplantasi.
Perkembangan teknologi kedokteran terus meningkat searah dengan perkembangan teknik
transplantasi. Ilmu transplantasi modern makin berkembang dengan ditemukannya metode-metode
pencangkokan, seperti:
a. Pencangkokan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner oleh Dr. George
E. Green dan Parkinson
b. Pencangkokan jantung, dari jantung kera kepada manusia oleh Dr. Cristian Bernhard,
walaupun pasiennya kemudia meninggal dalam waktu 18 hari.
c. Pencangkokan sel-sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita Parkinson
oleh Dr. Andreas Bjornklund.
Demikian sejarah singkat perkembangan transplantasi organ pada makhluk hidup yang telah
dilakukan oleh para ahli sejak jaman dahulu (600 SM) yang hingga sampai saat ini metode
transplantasi terus berkembang.

§ Jenis – jenis Transplantasi Organ


1. Autograf (Autotransplatasi), yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam
tubuh orang itu sendiri.
Misalnya operasi bibir sumbung, imana jaringan atau organ yang diambil untuk menutup bagian
yang sumbing diambil dari jaringan tubuh pasien itu sendiri.
2. Allograft (Homotransplantasi) , yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh
seseorang ke tubuh yang lan yang sama spesiesnya, yakni manusia dengan manusia.
Homotransplantasi yang sering terjadi dan tingkat keberhasilannya tinggi, antara lain : transplantasi
ginjal dan kornea mata. Disamping itu terdapat juga transplantasi hati, walaupun tingkat
kebrhsilannya belum tinggi. Transfusi darah sebenarnya merupakan bagian dari transplntasi ini,
karena melalui transfusi darah, bagian dari tubuh manusia (darah) dari seseorang (donor)
dipindahkan ke orang lain (recipient).
3. Xenograft (Heterotransplatasi) , yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh yang
satu ke tubuh yang lain yang berbeda spesiesnya. Misalnya antara species manusia dengan binatang.
Yang sudah terjadi contohnya daah pencangkokan hati manusia dengan hati dari baboon (sejenis
kera), meskipun tingkat keberhasilannya masih sangat kecil.
4. Isograft
Transplantasi Singenik yaitu pempindahan suatu jaringan atau organ dari seseorang ke
tubuh orang lain yang identik. Misalnya masih memiliki hubungan secara genetik.

SUPPORTING DEVICES
§ Komponen Yang Mendasari Transplantasi
Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu:
1. Eksplantasi yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang
sudah meninggal.
2. Implantasi yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian
tubuh sendiri atau tubuh orang lain
§ Komponen Yang Menunjang Transplantasi
Disamping dua komponen yang mendasari di atas, ada juga dua komponen penting yang menunjang
keberhasilan tindakan transplantasi, yaitu:
1. Adaptasi Donasi yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang
diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan
kekurangan jaringan atau oragan.
2. Adaptasi Resepien yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan atau organ
tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ tersebut, untuk
berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat befungsi lagi.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang hidup atau dari
jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan kematian batang otak.
Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit ginjal sumsum tulang dan darah (transfusi
darah). Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah jantung, hati, ginjal, kornea, pancreas, paru-
paru dan sel otak.
Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplatasi adalah :
· Donor hidup
· Jenazah dan donor mati
· Keluarga dan ahli waris
· Resepien
· Dokter dan pelaksana lain
· Masyarakat
Alat-alat yang biasanya digunakan dalam proses transplantasi, meliputi
· Pisau operasi
· Cusa (pisau pemotong yang menggunakan gelombang ultrasonografi)
· Meja operasi
· Gunting bedah
· Slang-slang pembiusan
· Drap (kain steril yang digunakan untuk menutup bagian tubuh yang tidak dioperasi)
· Plastic steril berkantong yang fungsinya menampung darah yang meleleh dari tubuh
pasien
· Retractor
· Penghangat darah dan cairan
· Lampu operasi

Anda mungkin juga menyukai