Kegiatan Pembelajaran
Doa Pembuka
Guru mengajak peserta didik masuk dalam suasana hening untuk berdoa.
Allah Yang Maha Baik, kami bersyukur atas penyelenggaraanMu.Engkau menciptakan semua baik adanya,
termasuk diri kami yang Kau ciptakan begitu indah dan sempurna. Ya Allah, pada saat ini kami ingin
belajar mengenal keunikan diri kami dengan lebih baik.Utuslah Roh KudusMu hadir di tengah-tengah kami,
sehingga kami dapat membuka diri tentang berbagai hal berkaitan dengan
kekuatan dan keterbatasan kami. Dengan demikian kamipun akan dapat mengembangkan diri dengan
sebaik-baiknya demi kemuliaan NamaMu.
AMIN.
Sifat/kebiasaan
Penilaian Fisik
Baik buruk
A. Menurut
diriku sendiri
B. Menurut
teman-
temanku
c. Guru memberi kesempatan peserta didik saling bertukar lembar kolom isian, sambil memperhatikan hal-
hal apa yang ada pada diri orang lain tapi tidak ada pada diri sendiri dan sebaliknya.
d. Setelah selesai, peserta didik diminta mengungkapkan: perasaan yang muncul saat mengisi ciri-ciri
dirinya, ketika melihat apa yang dituliskan temannya, ketika harus menuliskan ciri-ciri temannya.
e. Guru meminta peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk merumuskan: sikap atau pandangan apa
saja yang sering muncul saat orang menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Apa pengaruh
sikap tersebut dalam bersikap terhadap dirinya sendiri maupun orang lain? Bagaimana sikapmu sendiri
selama ini terhadap keadaan dirimu?
f. Setelah pleno, guru mengajak peserta didik membaca artikel berikut:
Angkie Yudhistira, Mengubah Keterbatasan Menjadi Kesuksesan
Angkie Yudhistira adalah seorang perempuan yang menderita kekurangan pendengaran saat masih kecil,
usia 10 tahun. Namun, justru dengan kekurangan tersebut membuat ia semakin percaya diri, hingga
mengubahnya menjadi sebuah kelebihan. Saat keterbatasan tidak menjadikan sebuah belenggu. Angkie,
sapaan akrab dari Angkie Yudhistira, karena terlalu sering mengonsumsi obat-obatan sejak kecil untuk
mengatasi gangguan penyakitseperti flu, batuk dan demam. Lalu untuk mengobatinya oleh dokter di
pedalaman sering diberikan obat antibiotik secara rutin hingga penyakitnya hilang. Jika kambuh, antibiotik
menjadi obat yang ampuh dan mujarab untukdirinya. Hingga akhirnya, obatobatan tersebut sangat
berpengaruh negatif untuk dirinya. Terutama pada bagian telinga, yang membuat Angkie divonis oleh
dokter tidak dapat mendengar… Jalan hidup Angkie yang getir sedari kecil, tidak menghalangi niatnya
untuk terus berusaha, berusahadan berusaha. Malahan, ejekan seperti “Alien” dari kawan-kawan dan
sebagainya hanya dibalas dengan senyum manis walau terkadang geregetan. Lambat laun, Angkie
mulaibisa menerima kehidupandirinya yang mempunyai kekurangan. Akhirnya kekurangan itu membuat
Angkie semakin termotivasi untuk berhasil dan menjadiseorang yang sukses, walaumemiliki keterbatasan.
Lulus dari kuliahnya di London School of Public Relations, dengan ipk yang tinggi 3,5 semakin membuat
Angkie termotivasi untuk terus maju dan tidak minder dengan kawan-kawan lainnya. Pengalaman jatuh
bangun saat mulai mencari pekerjaan hingga sekarang memegang peranan penting dalam perusahaan,
dijadikan Angkie sebagai ujian hidup yang memang harus dijalani. Angkie sendiri berujar, bahwa ia sendiri
tidak malu mengakui bahwa dirinya adalah tuna rungu di dalam setiap melamar pekerjaan.
“Kenapa mesti malu? Kalau mereka tidak mau menerima saya, pasti ada kesempatan lainnya.”
Begitu pula saat ia menerima panggilan interview, Angkie selalu memperhatikan penampilannya. Sebab
baginya penampilan adalah yang utama, mau sepintar dan secantik apapun kalau penampilan tidak
menunjang justru akan terkesan tidak baik bagi sang pewawancara. Sampai ia berhasil, dan mimpi masa
kecil mulai menghampirinya. Kini, di usianya yang masih muda, 25 tahun. Angkie telah menjabat sebagai
Chief Executive Officer(CEO) Thisable Enterprise. Sebuah perusahaan yang didirikan bersama kawan-
kawannya untuk melakukan misi sosial dengan membantu orang yang memiliki keterbatasan fisik agar tetap
memandang cerah masa depan mereka. Selain itu, Angkie juga pernah menjadi finalis Abang None yang
mewakili Jakarta Barat pada tahun 2008. Ia juga terpilih sebagai Miss Congeniality dari sebuah program
di Natur-e, dan The Most Fearless Female Cosmopolitan di tahun yang sama. Usai mendapatkan gelar S2,
Angkie mewakili Indonesia dalam ajang Asia-Pacific Development Center of Disability di Bangkok,
Thailand. Angkie pun turut untuk terjun langsung ke lapangan, dengan aktif di berbagai kegiatan sosial
untuk memberikan motivasi terutama dari kalangan yang memiliki kekurangan fisik. Seiring waktu, ia pun
mengeluarkan buku perdananya yang berjudul “Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas“. Angkie
mendedikasikan kepada orang yang memiliki keterbatasan seperti dirinya. Agar mereka juga bangkit, dan
tidak hanya pasrah menerima keadaan yang ada. “Ingat! Ini hidup kita. Meski memiliki keterbatasan, kita
itu punya kesempatan yang sama besar dalam meraih mimpi…”
g. Guru meminta peserta didik membandingkan hasil diskusi kelompok dengan kasus di atas: sikap seperti
apa yang ditampilkan dalam artikel tersebut ?
h. mengajukan pertanyaan: coba kemukakan contoh lain yang menunjukkan sikap tidak menerima diri!
Bila demikian, apa yang membuat seseorang “bernilai” di mata orang lain: kecantikan, kekayaan atau
apa?
i. Bila dipandang perlu, guru dapat menyampaikan beberapa gagasan pokok berikut:
Menerima diri merupakan proses yang tidak mudah. Banyak remaja yang seringkali tergoda
untuk merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Ketika melihat temannya lebih kaya, ada remaja
yang berpikir: mengapa saya dilahirkan dalam keluarga yang miskin? Ketika melihat orang lain
berkulit putih, ada remaja yang berfikir: mengapa saya dilahirkan dengan kulit kusam? Ketika
melihat temannya berhidung mancung, ada remaja yang berpikir: mengapa saya dilahirkan
dengan hidung pesek? Melihat temannya pintar dalam pelajaran tertentu, ada remaja yang
berpikir: mengapa saya tidak sepandai dia?
Mereka yang masih berpikir seperti itu, rupanya belum menyadari; bahwa untuk hal-hal tertentu,
khususnya yang bersifat fisik-jasmaniah, apa yang melekat dalam diri kita sangat dipengaruhi
oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan. Mereka lupa, bahwa banyak orang kaya juga tidak
bahagia, banyak orang cantik atau tampan juga tidak sukses; sebaliknya banyak orang dengan
wajah biasa (bahkan kurang menarik) dari keluarga miskin sekalipun bisa sukses dan dihargai
banyak orang.
Sikap tidak menerima diri bisa menumbuhkan sikap iri, ingin menjadi seperti orang lain, dan
akhirnya menghalalkan segala cara. Kasus remaja-remaja di Korea Selatan yang melakukan
operasi plastik merupakan salah satu contohnya. Tetapi apa yang mereka lakukan bukan jaminan
untuk bisa hidup bahagia.
Maka pertanyaan yang paling mendasar untuk direfleksikan adalah: nilai apa yang dapat
menentukan kebahagiaan kalian? Apakah nilai seseorang ditentukan oleh kecantikan atau
ketampanan? oleh hidung yang mancung? atau oleh sikap dan perilaku serta keteladanan hidup?
Doa Penutup