Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Pembahasan : Ketoasidosis Diabetik (KAD)


Sasaran : Pasien KAD dan keluarga
Hari/Tanggal : Selasa, 12 September 2017
Waktu : 10:00 s/d 10:45 WIB
Tempat : Ruang Rawat Inap Interne
Penyuluh : Mahasiswa Tingkat IV.A STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetikum adalah salah satu komplikasi metabolik akut pada diabetes
mellitus dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian yang masih cukup
tinggi. Ketoasidosis diabetikum dapat ditemukan baik pada mereka dengan diabetes melitus
tipe 1 dan tipe 2. Tetapi lebih sering pada diabetes melitus tipe 1.
Ketoasidosis diabetik disebabkan oleh penurunan kadar insulin efektif disirkulasi yang
terkait dengan peningkatan sejumlah hormon seperti glukagon, katekolamin, kortisol, dan
growth hormone. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak dengna Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM). Mortalitas terutama
berhubungan dengan edema serebri yang terjadi sekitar 57% - 87% dari seluruh kematian
akibat KAD.
Resiko KAD pada IDDM adalah 1-10% per pasien per tahun. Risiko meningkat dengan
kontrol metabolik yang jelek atau sebelumnya pernah mengalami episode KAD. Angka
kematian ketoasidosis menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai, seperti :
sepsis, syok yang berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa
darah yang tinggi, uremia, kadar keasaman darah yang rendah.
Gejala yang paling menonjol pada ketoasidosis adalah hiperglikemia dan ketosis.
Hiperglikemia dalam tubuh akan menyebabkan poliuri dan polidipsi. Sedangkan ketosis
menyebabkan benda-benda keton bertumpuk dalam tubuh, pada sistem respirasi benda keton
menjadi resiko terjadinya gagal nafas.
Oleh sebab itu penanganan ketoasidosis harus cepat, tepat dan tanggap. Mengingat masih
sedikitnya pemahaman mengenai ketoasidosis diabetik dan prosedur atau konsensus yang
terus berkembang dalam penatalaksanaan ketoasidosis diabetik. Maka, perlu adanya
pembahasan mengenai bagaimana metode tatalaksana terkini dalam menangani ketoasidosis
diabetik.

B. Tujuan
a) Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit diharapkan pasien dan keluarga
mengetahui tentang penyakit ketoasidosis diabetik.
b) Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit diharapkkan lansia mampu :
1. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan pengertian ketoasidosis diabetik.
2. Pasien dan keluargamampu menyebutkan 3 dari 5 penyebab ketoasidosis
diabetik.
3. Pasien dan keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6 faktor pencetus ketoasidosis
diabetik
4. Pasien dan keluargamampu menyebutkan beberapa tanda dan gejala ketoasidosis
diabetik.
5. Pasien dan keluargamampu menyebutkan akibat lanjut dari ketoasidosis diabetik.
6. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan cara pencegahan ketoasidosis diabetik.
7. Pasien dan keluarga mampu menyebutkan penatalaksanaan dari ketoasidosis
diabetik

C. Materi (Terlampir)

D. Kegiatan Penyuluhan
1. Topik Kegiatan : Penyuluhan tentang ketoasidosis diabetik
2. Sasaran : Pasien KAD dan keluarga
3. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
4. Media dan Alat : LCD, Laptop, Leaflet,dan Mikrofon
5. Tempat : Ruang Rawat Inap Interne
6. Waktu : 10:00 s/d 10:45 WIB
7. Setting Tempat :
: Moderator

: LCD/Proyektor

: Penyuluh

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

8. Pengorganisasian
a) Penanggung jawab :
b) Moderator : Monica Vorina
c) Presentator : Fauzi Masta Amanda
d) Fasilitator : Darni Afrina Fartace
Trisia Wulandari
Sarda Devi Syareza
Siti Jamilah
Warmon Sabda Putra
e) Observer : Suri Susanti

E. Pembagian Tugas
1. Peran Moderator
a. Membuka dan menutup acara
b. Memperkenalkan diri dan anggota kelompok
c. Menata tertibkan acara penyuluhan
d. Menjaga kelancaran acara
e. Memimpin diskusi
f. Kontrak waktu dan bahasa
g. Menyimpulkan hasil penyuluhan bersama audience
2. Peran Presenter
a. Menyajikan materi penyuluhan
b. Bersama fasilitaror menjalin kerja sama dalam penyuluhan
c. Menjawab pertanyaan
3. Peran Observer
a. Mengamati jalannya acara
b. Mengevaluasi kegiatan
c. Mencatat prilaku verbal dan non verbal peserta penyuluhan
4. Peran Fasilitator
a. Memotivasi peserta penyuluhan
b. Menjadi contoh dalam kegiatan
c. Membagikan leaflet
d. Menjalankan absensi penyuluhan
e. Mengambil dan mengumpulkan absensi

F. Kegiatan Penyuluhan

Pokok Kegiatan
No Waktu
kegiatan Penyuluh Audiens
1. Pembukaan a. Mengucapkan a. Menjawab salam
salam
b. Memperkenalkan b. Mendengarkan
diri, nama 5 menit
kelompok dan
pembimbing
c. Menjelaskan tujuan c. Mendengarkan
acara penyuluhan dan
memperhatikan
d. Menjelaskan d. Menyetujui
kontrak waktu dan kontrak waktu
Bahasa. dan Bahasa.
2. Penyampaian a. Menggali a. Menjawab
materi pengetahuan lansia
tentang pengertian
Ketoasidosis
Diabetik 20 menit
b. Memberikan b. Mendengarkan
reinforcement
positif
c. Menjelaskan c. Mendengar dan
pengertian memperhatikan
Ketoasidosis
Diabetik
d. Menggali d. Menjawab
pengetahuan lansia
tentang penyebab
Ketoasidosis
Diabetik
e. Memberi e. Mendengarkan
reinforcement
positif atas
kemampuan lansia
f. Menjelaskan f. Mendengar dan
penyebab memperhatikan
Ketoasidosis
Diabetik
g. Menggali g. Menjawab
pengetahuan lansia
tentang faktor
pencetus
Ketoasidosis
Diabetik
h. Memberi h. Mendengarkan
reimforcement
positif atas
kemampuan lansia
i. Menjelaskan i. Mendengarkan
faktor pencetus dan
dari Ketoasidosis memperhatikan
Diabetik
j. Menggali j. Menjawab
pengetahuan lansia
tanda dan gejala
dari Ketoasidosis
Diabetik
k. Memberi k. Mendengarkan
reinforcement
positif atas
kemampuan lansia
l. Menjelaskan tanda l. Mendengarkan
dan gejala dari dan
Ketoasidosis memperhatikan
Diabetik
m. Menggali m. Menjawab
pengetahuan lansia
akibat lanjut dari
Ketoasidosis
Diabetik
n. Memberi n. Mendengarkan
reimforcement
positif atas
kemampuan lansia
o. Menjelaskan o. Mendengarkan
akibat lanjut dari dan
Ketoasidosis memperhatikan
Diabetik pada
pasien
p. Menggali p. Menjawab
pengetahuan lansia
tentang
pencegahan dari
Ketoasidosis
Diabetik q. Mendengarkan
q. Memberi
reimforcement
positif atas
kemampuan lansia r. Mendengarkan
r. Menjelaskan dan
pencegahan dari memperhatikan
Ketoasidosis
Diabetik
s. Menggali s. Menjawab
pengetahuan lansia
tentang
penatalaksanaan
dari Ketoasidosis
Diabetik
t. Memberi t. Mendengarkan
reimforcement
positif atas
kemampuan lansia
u. Menjelaskan u. Mendengarkan
penatalaksanaan dan
dari Ketoasidosis memperhatikan
Diabetik
3. Sesi tanya a. Sesi tanya jawab, a. Klien bertanya
jawab memberikan
kesempatan kepada
10 menit
lansia untuk
bertanya yang
dipimpin oleh
moderator
b. Memberikan b. Mendengar dan
reinforcement memperhatikan
c. Menjawab c. Mendengar dan
pertanyaan lansia memperhatikan
4. Penutup a. Mengevaluasi a. Mendengar dan
kepada lansia memperhatikan
materi penyuluhan
b. Memberikan b. Mendengar dan
reinforcement memperhatikan
positif
c. Bersama lansia c. Mengemukakan
10 menit
menyimpulkan pendapat
meteri penyuluhan
d. Menutup d. Menjawab salam
penyuluhan dan
memberi salam

G. Evaluasi
a. Struktur
1. Diharapkan 75% lansia yang diundang menghadiri penyuluhan
2. Diharapkan 75% lansia tidak meninggalkan ruangan penyuluhan
3. Diharapkan pengorganisasian sesuai dengan perencanaan
4. Diharapkan setting tempat sesuai dengan perencanaan
b. Evaluasi Proses
1. Diharapkan acara di mulai sesuai yang direncanakan
2. Diharapkan materi diberikan sesuai dengan rencana kegiatan
3. Diharapkan 75% lansia berpartisipasi dalam bertanya ataupun menjawab
pertanyaan
c. Evaluasi Hasil
75% lansia mampu :
1. Menyebutkan pengertian Ketoasidosis Diabetik dengan tepat.
2. Menyebutkan 3 dari 5 penyebab Ketoasidosis Diabetik.
3. Menyebutkan 3 dari 7 tanda dan gejala Ketoasidosis Diabetik.
4. Menjelaskan cara pencegahan dan obat Ketoasidosis Diabetik.
Lampiran

TINJAUAN TEORITIS

1. Defenisi
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang
ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Ketoasidosis diabetik
merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan disertai gangguan metabolisme protein,
karbohidrat dan lemak. Keadaan ini merupakan gangguan metabolisme yang paling serius
pada diabetes ketergantungan insulin.
Diabetic Keto Acidosis (DKA) adalah komplikasi akut yang mengancam jiwa
seorang penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Kondisi kehilangan urin, air,
kalium, amonium, dan natrium menyebabkan hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit,
kadar glukosa darah sangat tinggi, dan pemecahan asam lemak bebas menyebabkan asidosis
dan sering disertai koma. (http://medical-dictionary.thefreedictionary.com)

2. Penyebab
a. Infeksi : pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis. diketahui bahwa jumlah sel
darah putih mungkin meningkat tanpa indikasi yang mendasari infeksi.
b. Ketidakpatuhan: karena ketidakpatuhan dalam dosis
c. Pengobatan: Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
d. Kardiovaskuler : infark miokardium
e. Penyebab lain : hipertiroidisme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan kortikosteroid and
adrenergik.(Samijean Nordmark,2008)

3. Faktor Pencetus
Krisis hiperglikemia pada diab etes tipe 2 biasanya terjadi karena ada keadaan
yang mencetuskannya. Faktor pencetus krisis hiperglikemia ini antara lain :
1. Infeksi : meliputi 20 –55% dari kasus krisis hiperglikemia dicetuskan oleh Infeksi.
Infeksinya dapat berupa : Pneumonia, Infeksi traktus urinarius, Abses, Sepsis, Lain-lain.
2. Penyakit vaskular akut: Penyakit serebrovaskuler, Infark miokard akut, Emboli paru,
Thrombosis V.Mesenterika
3. Trauma, luka bakar, hematom subdural.
4. Heat stroke
5. Kelainan gastrointestinal: Pankreatitis akut, Kholesistitis akut, Obstruksi intestinal
6. Obat-obatan : Diuretika, Steroid, Lain-lain
Pada diabetes tipe 1,krisis h iperglikemia sering terjadi karena yang bersangkutan
menghentikan suntikan insulin ataupun pengobatannya tidak adekuat.Keadaan ini terjadi
pada 20-40% kasus KAD. Pada pasien muda dengan DM tipe 1, permasalahan
psikologi yan diperumit dengan gangguan makan berperan sebesar 20% dari seluruh
faktor yang mencetuskan ketoasidosis.Faktor yang bisa mendorong penghentian
suntikan insulin pada pasien muda meliputi ketakutan akan naiknya berat badan pada
keadaan kontrol metabolisme yang baik, ketakut an akan jatuh dalam hypoglikem ia,
pemberontakan terhadap otoritas, dan stres akibat penyakit kronis (Gaglia dkk, 2004)

4. Tanda dan Gejala


Gejala klinis biasanya berlangsung cepat dalam waktu kurang dari 24 jam. Poliuri,
polidipsi dan penurunan berat badan yang nyata biasanya terjadi beberapa hari menjelang
KAD, dan sering disertai mual-muntah dan nyeri perut. Nyeri perut sering disalah-artikan
sebagai 'akut abdomen'. Asidosis metabolik diduga menjadi penyebab utama gejala nyeri
abdomen, gejala ini akan menghilang dengan sendirinya setelah asidosisnya teratasi.
Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam darah, antara
lain :
1. Napas yang cepat dan dalam (napas kussmaul)
2. Napas bau keton atau aseton (seperti harumnya buah atau sweet, fruity smell)
3. Nafsu makan turun
4. Mual, muntah
5. Demam
6. Nyeri perut
7. Berat badan turun
8. Capek, lemah
9. Bingung, mengantuk
10. Kesadaran menurun sampai koma.
Di samping itu, sebelumnya ada tanda-tanda hiperglikemia, yaitu rasa haus, banyak
kencing, capek, lemah, luka sulit sembuh, dan lain-lain.
Tanda – tanda hiperglikemia :
1. Rasa lelah
2. Nafsu makan bertambah
3. Rasa haus berlebihan
4. Penglihatan kabur
5. Kulit kering
6. Sering kencing
7. Luka yang sukar sembuh
8. Berat badan menurun

5. Akibat Lanjut
a. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock
hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
b. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B
12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan
besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus

6. Pencegahan:
Dua faktor yang paling berperan dalam timbulnya KAD adalah terapi insulin yang tidak
adekuat dan infeksi. Dari pengalaman di negara maju keduanya dapat diatasi dengan
memberikan hotline/akses yang mudah bagi penderita untuk mencapai fasilitas kesehatan,
komunikasi yang efektif antara petugas kesehatan dan penderita dan keluaranya di saat sakit,
serta edukasi.
Langkah-langkah pencegahan efektif yang dapat dilakukan pada penderita DM tipe 1 agar
tidak terjadi KAD adalah deteksi awal adanya dekompensasi metabolik dan penanganan yang
tepat.
Hal praktis yang dapat dilaksanakan adalah :
1. Menjamin agar jangan sampai terjadi defisiensi insulin (tidak menghentikan pemberian
insulin, managemen insulin yang tepat di saat sakit.)
2. Menghindari strees
3. Menghindari puasa berkepanjangan
4. Mencegah dehidrasi
5. Mengobati infeksi secara adekuat
6. Melakukan pemantauan kadar gula darah/ keton secara mandiri.
7. Penatalaksanaan
Terapi ketoasidosis diabetik diarahkan pada perbaiki tiga permasalahan utama : dehidrasi,
kehilangan elektrolit dan asidosis.
1. Dehidrasi
Rehidrasi merupakan tindakan yang penting untuk mempertahankan perfusi jaringan. Di
samping itu, penggantian cairan akan menggalakkan ekskresi glukosa yang berlebihan
melalui ginjal. Pasien mungkin memerlukan 6 hingga 10 liter cairan infus yang menggantikan
kehilangan cairan yang disebabkan oleh poliuria, hiperventilasi, diare, dan muntah.
Pada mulanya, larutan saline 0,9% diberikan dengan kecepatan yang sangat tinggi biasanya
0,5 hingga 1 L/jam selama 2 hingga 3 jam. Larutan normal saline hipotonik (45%) dapat
digunakan pada pasien-pasien yang menderita hipertensi atau hipernatremia atau yang
beresiko mengalami gagal jantung kongestif. Setelah beberapa jam pertama, larutan normal
saline 45% merupakan cairan infuse pilihan untuk terapi rehidrasi selama tekanan darah
pasien tetap stabil dan kadar natriumnya tidak terlalu rendah. Infuse dengan kecepatan sedang
hingga tinggi (200 hingga 500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk beberapa jam berikutnya.
2. Kehilangan elektrolit.
Masalah elektrolit utama selama terapi diabetes ketoasidosis adalah kalium. Meskipun
konsentrasi kalium plasma pada awalnya rendah, kadar kalium akan menurun selama proses
penanganan diabetes ketoasidosis sehingga perlu dilakukan pemantauan kalium yang sering.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan terapi diabetes ketoasidosis yang menurunkan
konsentrasi kalium serum mencakup:
a. Rehidrasi yang menyebabkan peningkatan volume plasma dan penurunan konsentrasi
kaliumserum
b. Rehidrasi yang menyebabkan peningkatan ekskresi kalium kedalam urine
c. Pemberian insulin yang menyebabkan peningkatan perpindahan kalium dari cairan ekstrasel
ke dalam sel.
Untuk pemberian infus kalium yang aman, perawat harus memastikan bahwa:
a. Tidak ada tanda-tanda hiperkalemia (berupa gelombang T yang tinggi, lancip atau bertakik
pada hasil pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
b. Pemeriksaan laboratorium terhadap kalium memberikan hasil yang normal atau rendah.
c. asien dapat berkemih (dengan kata lain, tidak mengalami gangguan fungsi ginjal.
Pembacaan hasil EKG dan pengukuran kadar kalium yang sering (pada awalnya setiap 2
hingga 4 jam sekali) diperlukan selama 8 jam pertama terapi. Penggantian kalium ditunda
hanya jika terdapat hiperkalemia atau jika pasien tidak dapat berkemih. Namun, kadar kalium
dapat turun dengan cepat akibat terapi rehidrasi dan pemberian insulin, penggantian kalium
harus segera dimulai hingga kadarnya mencapai nilai normal.
3. Asidosis
Akumulasi badan keton (asam) merupakan akibat pemecahan lemak. Asidosis yang terjadi
pada diabetes ketoasidosis dapat diatasi melalui pemberian insulin. Insulin menghambat
pemecahan lemak sehingga menghentikan pembentukan senyawa-senyawa yang bersifat
asam.
Insulin biasanya diberikan melalui infuse dengan kecepatan lambat tetapi kontinu (misalnya,
5 unit per jam). Kadar glukosa darah tiap jam harus diukur. Dekstrosa ditambahkan kedalam
cairan infuse (misalnya, D5NS atau D545NS) bila kadar glukosa mencapai 250 hingga 300
mg/dl (13,8 hingga 16,6 mmol/L) untuk menghindari penurunan kadar glukosa darah yang
terlalu cepat.
Perlu diingatkan bahwa glukosa darah biasanya lebih dahulu dikoreksikan daripada asidosis.
Jadi, pembererian insulin IV dapat dilanjutkan selama 12 hingga 24 jam sampai kadar
bikarbonat serum membaik (hingga mencapai sedikitnya 15 sampai 18 mEq/L) dan pasien
dapat makan.
Secara umum, infuse biokarbonat untuk mengoreksi asidosis berat harus dihindari selama
terapi diabetes ketoasidosis karena dapat mencetuskan penurunan lebih lanjut kalium kadar
kalium serum yang terjadi secara mendadak (dan dapat menyebabkan kematian). Infuse
insulin yang kontinu biasanya sudah cukup untuk mengatasi keadaan asidosis pada diabetes
ketoasiosis. Jika pasien tidak dapat meminum cairan tanpa muntah atau bila kadar glukos atau
keton yang tinggi tetap bertahan, dokter harus diberi tau tau. Pasien harus mengethaui cara
menghubungi dokternya setiap saat selama 24 jam.
Keterampilan dalam menangani penyakit diabetes secara mandiri (yang mencakup
penyuntikan insulin dan pemeriksaan kadar glukosa darah) harus dikaji dengan memastikan
tidak terjadi kesalahan yang tidak disengaja pada pemberian insulin atau pemeriksaan kadar
glukosa darah tersebut. Konseling psikologi dapat dianjurkan kepada pasien dan anggota
kelurganya bila perubahan dosis insulin yang dilakukan dengan sengaja merupakan penyebab
diabetes ketoasidosis.

DAFTAR PUSTAKA
Sikhan. 2009. Ketoasidosis Diabetikum. http://id.shvoong.com. Diakses pada tanggal 17 November
2012.

Muhammad Faizi, Netty EP. FK UNAIR RS Dr Soetomo Surabaya. Kuliah tatalaksana ketoasidosis
diabetic. http://www.pediatric.com. Diakses pada tanggal 17 November 2012.

Dr. MHD. Syahputra. Diabetic ketosidosis. www. Library.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 17
November 2010.

Samijean Nordmark. Critical Care Nursing Handbook. http://books.google.co.id. Diakses pada


tanggal 17 November 2012

Elisabeth Eva Oakes, RN. 2007. Diabetic Ketoacidosis DKA. http://intensivecare.hsnet.nsw.gov.au.


Diakses pada tanggal 17 November 2012.

Anda mungkin juga menyukai