Nuriana Nasution1
1
STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
E-mail: nuriananasution24@gmail.com (Korespondensi)
ABSTRAK
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah salah satu penyakit yang paling sering muncul di
negara berkembang seperti Indonesia. Self-management bertujuan untuk mengoptimalkan kontrol
metabolik dan kualitas hidup pasien dalam upaya mencegah komplikasi akut dan kronik. Penelitian
ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang pengalaman self-management
pengontrolan tekanan darah di Lhokseumawe.
Partisipan dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang sedang menjalani perawatan di rumah
yang berjumlah 10 pasien hipertensi yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik indepth interview dan field note. Data diperoleh dianalisis dengan
metode Colaizzi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan mampu untuk melakukan self-management
pengontrolan tekanan darah dengan kategori mengatur pola makan, terapi minum air putih, mengatur
prilaku olahraga, menum obat amlodipine, minum obat herbal, melakukan cek pengontrolan tekanan
darah, mengalami perubahan fisik, merasa letih dalam mengontrol tekanan darah.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan pada pasien hipertensi agar lebih dapat mengatur beragam
self-management pengontrolan tekanan darah, mengalami gejala pengaruh tekanan darah, dan
meningkatkan motivasi untuk self-management kontrol tekanan darah. Penelitian ini juga disarankan
pada perawat untuk meningkatkan peran perawat dalam memberikan edukasi self-management pasien
hipertensi yang tepat dalam mengontrol tekanan darah.
Kata kunci: Self-management, pengontrolan tekanan darah, pasien hipertensi.
ABSTRACK
Hypertension or high blood pressure disease is one of the most common diseases in developing
countries like Indonesia. Someone who is said to be hypertensive if systolic blood pressure is ≥ 140
mmHg or diastolic ≥ 90 mmHg. Self-management aims to optimize the metabolic control and quality
of life of patients in an effort to prevent acute and chronic complications. This study aims to explore
in depth the experience of self-management of blood pressure control in Lhokseumawe. This study
uses a descriptive phenomssssenological design.
Participants in this study were hypertensive patients who were undergoing home care totaling 10
hypertensive patients who were selected by purposive sampling technique. Data collection is done by
using indepth interview and note field techniques. The data obtained were analyzed by the Colaizzi
method.
The results showed that participants were able to self-control blood pressure control by regulating
eating needs, regulating drinking water patterns, regulating exercise behavior, taking amlodipine
medication, taking herbal remedies, checking blood pressure control, experiencing physical changes,
feeling tired in controlling blood pressure.
Based on the results of the study, it is recommended that hypertensive patients be able to better
regulate various self-management of blood pressure control, experience symptoms of blood pressure
influence, and increase motivation for self-management of blood pressure control. This study also
suggested to nurses to improve the role of nurses in providing self-management education for
hypertensive patients who are right in controlling blood pressure.
Keywords: Self-management, blood pressure control, hypertensive patients.
PENDAHULUAN mengenai mata akan terjadi retinopati
Hipertensi dikategorikan sebagai the hipertensi. Salah satu cara untuk
silent disease karena pasien tidak mengetahuinya adanya gejala hipertensi
mengetahui dirinya mengalami hipertensi adalah melakukan pengecekan tekanan
sebelum memeriksakan tekanan darahnya darah (Yunita, 2014).
(Kurniawawati & Widiatie, 2016). Penanganan yang dapat
Penyakit hipertensi merupakan salah satu menurunkan angka komplikasi hipertensi
faktor penting sebagai pemicu penyakit juga tergantung pada kepatuhan pasien
tidak menular (Non Communicable minum obat. Kepatuhan dan kesembuhan
Disease) seperti penyakit jantung, stroke, minum obat pada pengobatan hipertensi
yang mana kedua penyakit tersebut saat ini sangat penting karena dengan minum obat
menjadi penyebab kematian nomor satu di antihipertensi secara teratur dapat
dunia (Budijanto, 2015). terkontrol tekanan darah pasien hipertensi.
World Health Organization (WHO) Sehingga dalam jangka waktu panjang
mencatat pada tahun 2012 sedikitnya resiko kerusakan organ-organ penting di
sejumlah 839 juta kasus hipertensi, dan dalam tubuh seperti jantung, ginjal, dan
diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada otak dapat dikurangi, oleh karena itu,
tahun 2025 atau sekitar 29% dari total diperlukan pemilihan obat yang tepat agar
penduduk dunia, dimana penderita dapat meningkatkan kepatuhan dan
hipertensi lebih banyak pada wanita mengurangi risiko kematian. Namun,
( 30% ) dibandingkan pada pria ( 29% ). kenyataannya kepatuhan terhadap terapi
Peningkatan kasus hipertensi sekitar anthipertensi sangat rendah. Analisis
( 80%) terjadi di negara-negara retrospektif menunjukkan 40% pasien
berkembang (Runtukahu, Rompas & yang terdiagnosis mengalami hipertensi,
Pondaag, 2015). mereka akan menghentikan obat
Hipertensi atau penyakit tekanan antihipertensi selama satu tahun pertama
darah tinggi merupakan salah satu (Yasim, et al, 2012).
penyakit yang paling sering muncul di Budijanto (2015) mencatat bahwa
negara berkembang seperti Indonesia. terdapat 11 juta rumah tangga pengidap
Seseorang dikatakan hipertensi dapat hipertensi di Indonesia. Berdasarkan Riset
beresiko mengalami masalah kesehatan Kesehatan Dasar tahun 2013 menjelaskan
dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia
mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg(Yunita, adalah sebesar 26,5% dan cukupan
2014). diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan
Pasien hipertensi sering mengalami mencapai 36,8%, atau dengan kata lain
gejala sakit kepala, rasa panas di tengkuk, sebagian besar hipertensi dalam
atau sakit kepala berat. Namun, gejala masyarakat belum terdiagnosis (63,2%).
tersebut tidak bisa dijadikan patokan ada Provinsi yang tertinggi provinsi hipertensi
tidaknya hipertensi pada diri seseorang adalah Bangka Belitung yaitu sebesar
(Aspiani, 2014). Pasien hipertensi 30,9%, selanjutnya diikuti oleh
biasanya tidak menyadari bahwa dirinya Kalimantan Selatan 30,8%, Kalimantan
mengalami hipertensi hingga ditemukan Timur sebesar 29,6%, dan Jawa Besar
kerusakan pada organ. sebesar 29,4%.
Hipertensi yang tidak terkontrol Hipertensi saat ini sudah menjadi
akan menimbulkan berbagai komplikasi, masalah kesehatan di banyak Negara juga
bila mengenai jantung kemungkinan dapat angka mortalitas lebih tinggi dan juga
terjadi jantung koroner, gagal jantung dapat mempengaruhi seseorang. Wold
kongestif, bila mengenai otak terjadi Health Organization (WHO) pada tahun
stroke, ensefalopi dan bila mengenai ginjal 2014 mencatat ada 982 juta orang atau
terjadi gagal ginjal kronis, dan bila 26,4% penduduk dunia mengalami
3
hipertensi yang diperkirakan akan terus untuk diri pengelola dalam menangani
meningkat menjadi 29,2% pada tahun perawatan mereka (Buiduino, 2014).
2025. Dari 982 juta pasien hipertensi di Spreeuwenberg (2008) menyatakan bahwa
dunia, 342 juta diantaranya di Negara maju pasien dengan hipertensi menggunakan
dan 624 juta Negara berkembang tiga jenis proses self-management yang
(Kemenkes RI, 2014). saling berhubungan dan berulang, yaitu:
Mugwano dkk (2016) di Uganda, self-management kehidupan sehari-hari,
menyatakan tingkat kepatuhan minum obat meliputi tahap timbulnya kesadaran,
hipertensi pasien hanya 17%, sedangkan pemikiran, memutuskan, bertindak, dan
hasil penelitian di Puskesmas Petang II mengevaluasi; dan self-management
yang dilakukan oleh Triguna dan Sudhana tindakan pencegahan yang meliputi:
(2013), mendapatkan tingkat kepatuhan pengalaman, pembelajaran, menjadi
minum obat antihipertensi sebanyak 14,4%. waspada, dan latihan untuk
Ketidakpatuhan minum obat sering memperaktikkan.
disebabkan oleh beberapa alasan seperti Self-management merupakan
lupa minum obat, kesibukan bekerja, dan kemampuan individu untuk mampu
tidak ada gejala penyakit yang muncul memanajemen gejala, pengobatan, kondisi
(Triguna dan Sudhana, 2013). fisik, konsekuensi fisiko social dan
Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh perubahan gaya hidup dengan kondisis
2015, menyatakan jumlah penderita kronis yang dapat meliputi olahraga dan
hipertensi cenderung meningkat dari tahun diet yang tepat, strategi mental untuk
ke tahun, pada tahun 2011 sebanyak 5.654 mengatasi nyeri, pengetahuan dan
orang, tahun 2012 sebanyak 4.660 orang, kemampuan untuk mengatasi kelelahan
tahun 2013 sebanyak 5.643 orang, tahun dan kemampuan untuk menetapkan dan
2014 sebanyak 6.615 orang, dan mencapai tujuan yang berhubungan
sedangkan pada 2015 sebanyak 7.715 dengan kondisi seseorang ( Barlow,
orang. Wright, Sheasby, Turner, Hainsworth,
Hipertensi ditemukan disemua 2002).
tingkat usia dan prevelensi paling tinggi Upaya untuk meningkatkan
terjadi pada usia lanjut. Dari berbagai kepatuhan masyarakat untuk selalu
faktor usia, hipertensi pada lansia mengontrol tekanan darahnya adalah
disebabkan berbagai faktor lain terutama dengan kombinasi seperti edukasi,
pola makan yang tidak teratur, modifikasi sikap dan sistem yang
mengkosumsi makanan rendah serat, mendukung dengan membantu pasien
tinggi lemak, tinggi gula, mengandung dalam memodifikasi pola hidupnya selain
banyak garam dan minum yang untuk mengontrol tekanan darahnya
mengandung cafein dapat menyebabkan minimal 1 kali sebulan agar tidak menjadi
hipertensi (Mamahit. M.L., Mulyadi., komplikasi (Soleha, 2016). Pasien
Onibala. F, 2017). hipertensi yang tidak terkontrol dapat
Self-management pada pasien meningkatkan resiko stoke kemudian
hipertensi merupakan seperangkat perilaku kerusakan pada jantung (Mutaqqin, 2009).
yang dilakukan oleh pasien hipertensi Self-management pasien hipertensi dalam
untuk mengelola kondisi hipertensi dalam pengontrolan tekanan darah juga bertujuan
mengontrol tekanan darah pada kondisi untuk mengubah kebiasaan dan
yang tepat sesuai dengan kondisi tubuh mempengaruhi kemampuan individu untuk
serta banyak perubahan dalam kehidupan megatasi kondisi mereka dan beradaptasi,
sehari-hari, karena penyakit ini pengaruh jadi program ini dibuat untuk melatih
aspek fisik, sosial, psikologis dan individu terhadap skill-skill yang mereka
emosional. Pasien hipertensi harus perlukan untuk memonitor kondisi mereka,
mengubah pola perilaku yang berbeda
4
HASIL PEMBAHASAN
Hasil penelitian data partisipan Hasil studi partisipan ini
mayoritas berusia pada rentang 46-60 menunjukkan ada 3 tema dalam meneliti
tahun (90,0%), jenis kelamin perempuan pengalaman self-management
pengontrolan tekanan darah yaitu:
(80,0%), pendidikan SMP (40,0%),
Mengatur beragam self-management
Pekerjaan tidak tetap (40,0%), Agama pengontrolan tekanan darah (N=10)
islam (100%), Suku Aceh (70,0%) dan Berdasarkan temuan penelitian ini
status pernikahan nikah (70,0%) dan lama maka peneliti mengidentifikasikan tema
partisipan terdiagnosa penyakit hipertensi satu yaitu mengatur beragam self-
terbanyak berada di rentang 1-5 tahun management pengontrolan tekanan darah
(90,0%). Distribusi frekuensi data terdiri dari 6 kategori yang meliputi: (1)
mengatur pola makan, (2) Terapi minum
demografi partisipan dapat diuraikan pada
air putih, (3) Mengatur perilaku olahraga,
tabel 5.1. (4) Minum obat Amlodipine, (5) Minum
obat herbal, (6) Melakukan cek
pengontrolan tekanan darah, (7)
Mengalami perubahan fisik, (8) Merasa
letih dalam mengontrol tekanan darah, (9)
Meningkatkan kekuatan spiritual untuk
mengontrol tekanan darah, (10) Dorongan
individu dalam upaya meningkatkan
pengontrolan tekanan darah, (11)
6
lansia secara umum yang tidak melakukan Dari hasil penelitian dan teori
aktivitas fisik berhubungan dengan tersebut peneliti berasumsi bahwa
kejadian HST (Hipertensi Sistolik Pengalaman Self-management
Terisolasi) yaitu dengan angka kejadian Pengontrolan Tekanan darah di
sebesar 2,336 kali berisiko terkena Lhokseumawe pada pasien hipertensi yang
hipertensi melakukan self-management masih sangat
Hasil dari penelitian ini juga rendah dalam pengetahuan tentang
didukung oleh penelitian yang dilakukan penyakit hipertensi. Sehingga perlu
Pranoto (2016) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga terhadap pasien
Sebagian besar hipertensi menggunakan hipertensi. Maka diperluan adanya upaya
ramuan herbal untuk menurunkan tekanan pencegahan komplikasi hipertensi untuk
darah. Ramuan herbal yang sering perilaku self-management yang baik dalam
digunakan adalah daun salam satu gelas mengontrol tekanan darah.
selama satu minggu sekali. Daun salam Peneliti berkesimpulan bahwa
(sizygium polyantha) mempunyai fungsi semakin kurang pengetahuan pasien
dalam menurunkan kadar tekanan darah hipertensi maka semakin tinggi pula angka
Dewi. S & Familia.D, 2010, dalam penderita hipertensi yang tidak melakukan
Kusnul & Munir, 2014 mengatakan bahwa self-management. Semakin tinggi
buah mentimun sangat baik dikosumsi pengetahuan hipertensi maka semakin
untuk pembuluh darah dan jantung, rendah pula angka penderita hipertensi
dimana kandungan pada mentimun yang yang tidak melakukan self-management.
mampu membantu menurunkan tekanan Maka perlu adanya dukungan keluarga
darah, kandungan pada mentimun untuk memberi edukasi kepada pasien
diantaranya kalium (potassium), magnesiu, hipertensi dalam melakukan pengontrolan
dan fosfor efektif mengobati Berdasarkan tekanan darah di Lhokseumawe Tahun
penelitian yang dilakukan Javaheri 2018.
(2008) mengatakan kurang tidur sebagai
faktor risiko hipertensi pada orang dewasa. KESIMPULAN
Hasil tidur yang lebih singkat dapat Berdasarkan hasil penelitian dan
menyebabkan gangguan metabolism dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat 3
endokrin, yang dapat berkontribusi tema penelitian pengalaman self-
menyebabkan gangguan kardiovaskular management pengontrolan tekanan darah
(Javaheri et al., 2008). di rumah, yaitu: mengatur beragam self-
Penelitian Durango (2016) management pengontrolan tekanan darah,
mengatakan bahwa ada hubungan yang mengalami gejala, pengaruh peningkatan
kuat antara dukungan keluarga dan tekanan darah, meningkatkan motivasi
keberhasilan terapi pada pasien hipertensi. untuk self-management kontrol tekanan
Penelitian yang dilakukan oleh Herlinah darah. Partisipan dalam penelitian ini
(2011) tentang hubungan dukungan berjumlah 10 orang partisipan.
keluarga dengan prilaku lansia dalam Saran
pengendalian hipertensi di Wilayah Penelitian ini menyarankan pada
kecematan Koja Jakarta Utara pasien hipertensi agar lebih dapat
menunjukkan ada hubungan antara mengatur kebutuhan makan, melakukan
dukungan emosional, dukungan olahrga rutin dan melakukan cek kontrol
penghargaan, dukungan informasi dan tekanan darah secara mandiri dan rutin
dukungan instrumental keluarga dengan sebelum melakukan terapi farmakologi,
perilaku lansia dalam pengendalian yaitu menggunakan obat amlodipine.
hipertensi. Berdasarkan fenomena yang didapatkan
dari pengalaman pengontrolan tekanan
darah di Lhokseumawe maka perlu
8