Anda di halaman 1dari 3

Inilah Kisah Hijrah Putri Herawati, dari

Terbata-bata Baca Al Qur’an sampai Hafal


30 Juz
Berawal dari niatnya untuk melamar kerja di RQV Indonesia, Putri Herawati seorang gadis berusia 21
tahun asal Jakarta ini terpaut mempelajari Al Qur’an yang semula terbata-bata hingga lancar membaca
Al Qur’an bahkan menyelesaikan hafalan hingga 30 Juz dalam masa pelatihannya lebih dari 360 hari di
PTQB RQV Indonesia terhitung dari bulan Januari 2017 sampai di hari Wisuda Tahfizdul Qur’annya yang
jatuh pada tanggal 2 Juni 2018 di RQV Indonesia, Johar Baru, Jakarta Pusat.

Gadis manis berkacamata yang biasa disapa Hera oleh teman-temannya ini mengaku tak ada terbesit
sedikitpun untuk mulai menghafal Al Qur’an, Hera menyadari bacaan Qur’annya yang jauh dari kata
sempurna baik dari sisi makhraj, tajwid dan tahsinnya. Ia datang ke RQV dengan CV dan Surat Lamaran
Kerja yang terbungkus rapi dalam amplop coklat lalu menyerahkannya langsung ke Kantor Pusat RQV
Indonesia.

“Basic aku dibidang Al Qur’an itu belum ada sama sekali, sebelum masuk RQV itu aku lulus SMK dan
kebetulan emang lagi cari-cari kerja. Terus ada adik kelas kerja di RQV, akhirnya tanya-tanya, kok dia
bisa kerja di RQV padahal dia kelas 2 SMK aku tanya ternyata dia cuma kerja sampingan aja lalu aku coba
lamar tapi ternyata belum kesampaian kerja di situ. Akhirnya diajak ngaji tiap malam sama ibu-ibu
Majelis Ta’lim RQV dan belajar Makharijul Huruf, aku senang banget. Aku juga sering diajak ikut event-
event nya RQV, disitu aku ikut bantu-bantu. Lalu tahun 2016 bulan Oktober aku diusulin salah satu
Coach RQV untuk kirim Lamaran Kerja bagian “Marketing & Fundraising” di RQV, seminggu kemudian
dipanggil untuk interview, cuma sebelumnya ada ditawari sama paman untuk kerja di salon, udah kerja
disitu satu hari aku ngerasa nggak nyaman karena aku solat di depan patung-patung dan lukisan seperti
sesembahan orang non muslim gitu, aku jadi ngerasa nggak nyaman. akhirnya aku putusin pilih kerja di
RQV” jelas Hera.

Setelah lulus proses seleksi seperti pemberkasan dan interview. Hera diberi waktu magang untuk
mencari donasi sebesar RP.2.000.000 dalam jangka waktu 1 bulan. Perjuangannya untuk mendapatkan
pekerjaan di sini tidaklah gampang, mulai dari merasakan susahnya mencari pekerjaan sampai restu
orangtua yang sulit ia dapatkan, namun semua tantangan itu sangat berarti bagi dirinya.

Ketika Hera sudah berhasil mencapai target dari tantangan yang diberikan kepadanya, ayahnya malah
meminta ia untuk keluar dari RQV dan mencari pekerjaan yang gajinya lebih besar. Tetapi Hera
menolaknya karena ia sudah merasa nyaman bekerja di RQV. Ia berusaha meyakinkan orangtuanya agar
mendapatkan izin lagi untuk bekerja di RQV Indonesia, Namun Hera tetap tidak mendapat restu.

“Awalnya diizinin kerja di sini tapi pas dipertengahan jalan tiba-tiba disuruh berhenti, disuruh cari kerja
lain, ya aku nggak mau karena mikir nyari kerja juga capek, nggak ada yang cocok dan pengennya kerja
tetap nutupin aurat, yang nggak ninggalin ibadah. Karena waktu itu aku juga baru-baru aja hijrah, pakai
jilbab yang benar , solat dan bacaan Qur’annya juga lagi dibenerin. Makanya aku ngerasa udah cocok di
RQV, nggak ada larangan ini itu, solat itu kan wajib, kerja pun juga ikut hapalan” ujar Hera dengan
tenang ketika diwawancarai.

Hambatan dan rintangan terus mengintainya sampai pada akhirnya ia menyerah dan memutuskan
resign dari RQV. Ketika ditanya oleh Presiden RQV Indonesia tentang keputusannya itu semata-mata
karena mengikuti perkataan orangtua saja, ia mengatakan bahwa sudah nyaman kerja di RQV namun
perihal orangtua yang tak mengizinkannya lagi, apalah daya.

Presiden RQV Indonesia, Sultan Muda Azmi Fajri Usman yang biasa disebut Abi oleh anak-anak RQV
begitu juga Hera akhirnya turun tangan dalam masalahnya. Sempat ditawarkan untuk ikut pelatihan
menjadi peserta di PTQB RQV Indonesia namun orangtuanya semakin tak mengizinkan karena ketakutan
akan isu-isu berita yang pada waktu itu lagi ramai tentang tetorisme dan radikalisme. Hera mengakui dia
dibesarkan dilingkungan yang tidak terlalu peduli terhadap agama, namun ia terus berdo’a agar Allah
melembutkan hati kedua orangtuanya.

Seiring berjalannya waktu, orang-orang baru berdatangan silih berganti untuk menjadi peserta program
tahfidzul Qur’an berkarakter di PTQB RQV Indonesia. Mereka datang dari berbagai daerah di seluruh
Indonesia.

Hera malah semakin ingin bergabung ke RQV, ia terus berdo’a agar bisa belajar disana. Hingga pada
akhirnya Presiden RQV Indonesia yang disebutnya Abi itu menyuruh Hera agar membawa orangtuanya
ke Kantor RQV untuk bertemu dengan beliau. Abi menunjukkan sebuah bingkai tentang 7 keutamaan
menghafal Al qur’an dan menjelaskan kepada orangtua Hera sampai benar-benar meyakinkan
orangtuanya untuk jangan menghalangi seorang anak yang sedang menuju kepada hidayah.

Singkat cerita, Hera mendapatkan restu dari kedua orangtuanya untuk belajar di RQV Indonesia. Hari-
harinya diisi dengan berbagai kegiatan positif disana. Mulai dari tilawah, belajar Makharijul Huruf untuk
memperbaiki bacaan ayat suci Al Qur’annya yang masih terbata-bata sampai progress hapalan yang
mesti dicapai tiap harinya. Awalnya ia merasa sangat susah sekali untuk menghafal sampai pada
akhirnya Hera termotivasi oleh perkataan seorang sahabat bahwa kalau susah menghafalnya berarti
ayat Al Qur’an itu ingin berlama-lama dengan kita. Namun seiring berjalannya waktu Hera semakin
menikmati perjalanannya bersama Al Qur’an di RQV, ia merasa semakin mudah menghafal, sehari ia bisa
menyetorkan hafalan Qur’annya 1-2 setengah halaman. Selain itu di RQV juga diajarkan ilmu public
speaking, manajemen, media dan lainnya.

Tidak hanya sampai disitu, Hera juga mendapatkan kesempatan Jaulah Qur’an untuk terjun
mencerdaskan anak bangsa ke Sulawesi. Ini adalah hal pertama kali baginya naik pesawat. Hera merasa
terharu karena Allah selalu memberikan kejutan-kejutan yang luar biasa dari setiap tantangan yang
telah ia lalui. Ia bersyukur telah dipertemukan dengan RQV karena banyak hal dan ilmu yang ia telah ia
dapatkan.
“RQV mengajarkanku banyak hal yang tidak aku ketahui. Mulai dari makhraj huruf, tajwid, hafalan,
public speaking, micro teaching dan bahasa. Pokoknya banyak deh. Aku bersyukur karena aku banyak
banget berubahnya. Aku jadi berani tampil di depan orang banyak. Karena setiap pagi Abi selalu
mengajarkan untuk berbicara apa saja, terkadang menggunakan bahasa Arab atau Inggris.” kata Hera

Anda mungkin juga menyukai