Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH TINGGI AIR MEDIA KULTUR TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN BI0MASSA Lemna minor

Oleh:

Muhammad Rizal
Nim. 09160046P

FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
LAMPOH KEUDE - ACEH BESAR
2012
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kegiatan budidaya ikan, pakan merupakan salah satu faktor pembatas sebab

persentase dari biaya produksi budidaya berasal dari pakan cukup besar. Pemberian pakan komersil

mempunyai beberapa keuntungan seperti dapat disediakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu,

memenuhi selera ikan dan dapat disimpan dalam jumlah yang banyak untuk beberapa waktu

lamanya (Mujiman, 1984).

Lemna minor adalah spesies Lemna dengan distribusi subcosmopolitan, asli di sebagian

besar Afrika , Asia , Eropa dan Amerika Utara , terjadi di mana-mana bahwa air tawar kolam dan

lambat-bergerak aliran terjadi, kecuali untuk Arktik dan iklim subarctic. Hal ini tidak dilaporkan

sebagai asli di Australasia atau Amerika Selatan , meskipun adalah dinaturalisasi di sana.

Namun demikian berhubung harganya yang cukup tinggi sehingga sulit dijangkau oleh para

petani, terutama petani kecil. Untuk menanggulangi kesulitan tersebut perlu dicari pakan yang

murah dengan ketentuan memiliki kandungan gizi yang cukup dan mudah didapat.

Lemna minor merupakan tanaman air yang disenangi oleh ikan sebagai makanan alami yang

mengandung energi 3550 kcal/kg (Rifai, 1987).


1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian pengaruh tinggi air media kultur terhadap pertumbuhan dan biomassa Lemna

minor masih kurang. Untuk mengatasi terjadinya pertumbuhan dan biomassa harus dilihat panjang

akar dan banyak daun yang tumbuh dalam media kultur terhadap pertumbuhan dan biomassa

Lemna minor tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetaui :

a. Apakah pengaruh tinggi air media kultur terhadap pertumbuhan dan biomassa Lemna minor

b. Berapa pengaruh tinggi air media kultur terhadap pertumbuhan dan biomassa Lemna minor

yang optimal.

1.4 Saran dan Manfaat

Dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi mengenai pengaruh tinggi air media

kultur terhadap pertumbuhan dan biomassa Lemna minor yang optimal.

1.5 Hipotesis

Apakah pengaruh tinggi air media kultur terhadap pertumbuhan dan biomassa Lemna minor baik

dan optimal.
II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Biologi Lemna minor

Lemna sp. mempunyai klasifikasi sebagai berikut (Kartez, 1996 dalam Raharjo, T., 1998):

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Alismatales

Suku : Araceae

Marga : Lemna

Jenis : Lemna minor

Gambar 1. Lemna minor


Lemna minor adalah spesies lemna dengan distribusi subcosmopolitan, asli di sebagian

besar Afrika, Asia, Eropa dan Amerika Utara, terjadi di mana-mana bahwa air tawar kolam dan

lambat bergerak aliran terjadi, kecuali untuk Arktik dan iklim subarctic. Hal ini tidak dilaporkan

sebagai asli di Australasia atau Amerika Selatan, meskipun adalah dinaturalisasi disana.

2.2 Habitat Lemna minor

Tumbuhan ini adalah tanaman air tawar terapung, dengan satu, dua atau tiga daun masing-

masing dengan satu akar menggantung di dalam air, seperti daun lebih tumbuh, tanaman membagi

dan menjadi individu yang terpisah. Daun berbentuk oval, panjang 1-8 mm dan 0,6-5 mm luas,

hijau muda, dengan tiga (jarang lima) urat, dan ruang udara kecil untuk membantu flotasi.

Merambat terutama oleh divisi, dan bunga jarang diproduksi, ketika diproduksi sekitar 1 mm

diameter, dengan membran berbentuk skala gelas yang berisi bakal biji tunggal dan dua benang

sari. Besar biji adalah 1 mm, bergaris dengan 8-15 rusuk.

Duckweed ( Lemna sp.) atau disebut ”sawuran” merupakan salah satu tumbuhan air yang

menduduki tempat penting dalam jaring-jaring kehidupan. Tumbuhan ini banyak sekali ditemui di

perairan dangkal, sawah, rawa-rawa dan danau. Penyebarannya sangat luas hingga ke seluruh

dunia terutama di daerah tropis dan daerah bertemperatur hangat. Sifat fisiknya berukuran kecil,

tumbuh menggerombol, tidak mempunyai daun sejati dan batang tetapi hanya mempunyai akar

(ada beberapa spesies yang tidak berakar) dan lapisan yang menyerupai daun yang berisi jaringan-

jaringan pengangkut nutrien. Keluarga duckweed terbagi dalam 4 genus dan 37 spesies. Keempat

genus tersebut adalah (Armstrong, 1996 dalam Raharjo, T., 1998) :

Tumbuhan dalam air dengan kadar gizi tinggi dan kandungan protein Lemna minor

bervariasi antara 16-43 % pada berat keringnya. pH antara 5 dan 9, secara optimal antara 6,5 dan
7,5 dan suhu antara 6 dan 33°C. Pertumbuhan koloni cepat, dan pabrik sering membentuk karpet

lengkap di masih kolam ketika kondisi yang cocok. Di daerah beriklim sedang saat suhu mulai

turun dibawah 6 sampai 7°C itu berkembang kecil, padat, organ pati penuh disebut “turions” yang

menjadi aktif dan tenggelam ke dasar air untuk musim dingin, musim semi, berikutnya

pertumbuhan ini memulai kembali dan melayang kembali ke permukaan. Ini adalah sumber

makanan yang penting bagi banyak ikan dan burung (terutama bebek), yang kaya protein dan

lemak.

Genus Lemna : Berakar tunggal, tubuh berbentuk oval.

Genus Spirodella : Berakar jamak (2-12), tubuh berbentuk oval.

Genus Wollfiella : Tidak berakar, tubuh rata atau datar.

Genus Wollfia : Tidak berakar, tubuh berbentuk oval.

2.3 Fisiologis Lemna

Genus Lemna yang ditemukan oleh Prof. Wayne Amstrong berasal dari kata Limno yang

berarti derah berawa. Tumbuhan ini mempunyai bentuk yang rata dan umumnya oval. Warna daun

hijau atau hijau pucat, biasanya mengandung antosianin merah. Daun mengapung bergabung

membentuk kelompok 2-8 buah (atau lebih) dihubungkan dengan stipe (jaringan penghubung antar

daun) pendek. Berakar tunggal dengan pangkal akar menyatu dengan badan daun. Daun yang lebih

tebal biasanya mempunyai akar yang lebih panjang (Raharjo T., 1998).

2.4 Ekologi Duckweed

Air sebagai media duckweed, harus memiliki persyaratan sbb :

1. Mempunyai suhu yang optimum untuk mendorong proses hidup.


Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses metabolisme tumbuhan duckweed,

karena suhu akan berpengaruh pada kelarutan oksigen dalam air. Makin tinggi suhu air, makin

rendah jumlah oksigen yang terlarut.

2. Mengandung unsur hara yang cukup.

Unsur hara yang ada dalam air dapat berasal dari limbah domestik yang masuk, sisa-sisa tumbuhan

atau hewan yang sudah mati, masukan air sawah yang mengandung pupuk. Bahan-bahan yang

masuk ke dalam sistem akuatik tersebut sebelum menjadi unsur hara yang siap diserap oleh

duckweed terlebih dahulu mengalami proses penguraian oleh proses mikrobiologis.

3. Mendapatkan sinar matahari yang cukup.

Intensitas cahaya matahari akan mempengaruhi proses fotosintesis duckweed. Sebagai tumbuhan

hijau duckweed mempunyai klorofil sebagai absorben penangkap energi sinar matahari.

Duckweed dapat membentuk suatu ekosistem baru yang dinamakan ”ekosistem tanah basah”

(Wetland Ecosystem). Salah satu mekanisme interaksi yang terjadi di dalam ekosistem tersebut

adalah absorpsi. Ekosistem ini menyediakan tumbuhan dan mikroorganisme untuk proses absorpsi

dan mengubah menjadi suspended partikel. Proses ini berguna untuk menurunkan kandungan

logam berat, fosfor dan bahan organik lainnya (Raharjo, T., 1998).

2.5 Pemanfaatan Duckweed Untuk Pengolah Limbah

Duckweed dapat dimanfaatkan untuk mengolah limbah. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan oleh Environmental Resources Enginering Department. at. Humbolt State University

yang diujicobakan di City of Acarta, California dapat diketahui bahwa pengolahan limbah dengan
memanfaatkan duckweed dengan efektif, biaya murah, hemat energi, dan fleksibel terhadap

kebijaksanaan lingkungan (Raharjo, T., 1998).

III

METODELOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan Universitas

Abulyatama, Jalan Blang Bintang Lama Km. 8,5 Lampoh Keude. Penelitian ini dimulai pada

tanggal 12 Maret sampai dengan 12 April 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat penelitian yang digunakan sebagai berikut

• Thermometer, digunakan sebagai pengukur suhu di media penelitian

• pH meter, digunakan sebagai pengukur pH di media penelitian

• selang, untuk mengalirkan air dari tandon

• DO meter, untuk mengetahui kandungan oksigen.

• Spektrofotometri, untuk mengetahui kandungan amoniak (NH3 dan NO2)

• Titrimetri, untuk mengetahui kandungan bahan organik total.

• Aerator, untuk menyuplai oksigen.

• Aquarium , untuk media lemna minor


• Selang dan batu aerasi.

• Chlorine, sebagai disinfeksi untuk membersihkan wadah.

3.3 Tanaman Uji

Tanaman uji yang digunakan adalah Lemna minor dengan kisaran panjang 1 - 8 mm, lebar

0,6-5 mm daun berbentuk oval dengan kepadatan 50 vegetasi/cm2 wadah.

3.4 Media dan Wadah Penelitian

Media yang digunakan pada penelitian ini adalah air tawar yang berada di laboratorium.

Sedangkan wadah yang akan digunakan adalah aquarium yang berukuran 60 x 40 x 40 cm (P

x L x T) yang diisi air sebanyak 10, 30, 50 dan 70 cm/wadah.

Adapun penelitian ini dilakukan 4 perlakuan 3 ulangan seperti gambar dibawah ini. Air

yang digunakan pada penelitian ini sebanyak

B3 A2 B2 C3 A1 B1 C1 A3 C2 D3 D2 D3

Gambar 1. Tata letak wadah percobaan yang digunakan dalam penelitian yang

disusun secara acak.

3.5 Prosedur Penelitian


Pelaksanaan kegiatan penelitian diawali dari persiapan yang meliputi persiapan wadah,

persiapan bahan dan peralatan lapangan yang dibutuhkan dalam penelitian.wadah yang digunakan

dalam penelitian ini berupa aquarium dengan ukuran 60 x 40 x 40 cm (P x L x T) dengan volume

aquarium 10 liter. Wadah dibersihkan dengan cara dicuci dan digosok dengan deterjen lalu

dilakukan disinfeksi dengan menggunakan larutan chlorine dengan dosis 150 ppm (150 ml dalam 1

ton air), dengan cara dinding bak bagian dalam dibasuh menggunakan kain yang telah dicelupkan

kedalam larutan chlorine tersebut kemudian dibilas hingga bau chlorine benar-benar hilang.

Peralatan opersional seperti selang dan batu aerasi, serok dan lainnya juga dilakukan disinfeksi

dengan bahan dan dosis yang sama dengan cara di rendam selama 1-2 jam dalam larutan chlorine

dan dibilas hingga bersih. Selanjutnya dikeringkan wadah dan peralatan selama 1-2 hari sebelum

digunakan.

Persiapan air media pemeliharaan dilakukan setelah wadah sudah dipersiapkan. Pemasukan

air kedalam wadah dilakukan melalui selang yang telah dipasang filterbag agar air yang masuk

kedalam wadah bebas dari kotoran (lebih higenis).

3.6 Analisa Statistik

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) non factorial, yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan.

Adapun perlakuannya sebagai berikut :


A. Tinggi air media kultur terhadap pertumbuhan dan biomassa Lemna minor 10 cm

B. Tinggi air media kultur terhadap pertumbuhan dan biomassa Lemna minor 30 cm

C. Tinggi air media kultur terhadap pertumbuhan dan biomassa Lemna minor 50 cm

D. Tinggi air media kultur terhadap pertumbuhan dan biomassa Lemna minor 70 cm

Adapun model rancangan yang digunakan menurut Hanafiah (1997) adalah sebagai berikut :

Yij =

Dimana : Yij = data perlakuan ke-I da ulangan ke – j

= nilai rataan

= Pengaruh perlakuan ke-i

= Pengamatan sisa atau kesalahan percobaan pada ulangan ke J yang diberi

perlakuan ke-

Adapun data yang diperoleh dari hasil percobaan disusun seperti yang disajikan pada tabel

2.

Tabel 2. Model penyusunan data untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial.

Ulangan Total
Perlakuan
1 2 3
A YA1 YA2 YA3 YA
B YB1 YB2 YB3 YB
C YC1 YC2 YC3 YC
D YD1 YD2 YD3 YD
Total Y.1 Y.2 Y.3 Y..
3.7 Analisa Data

Untuk menguji perlakuan dilakukan uji keragaman sebelum dilakukan analisa ragam, data

tersebut terlebih dahulu diuji keragaman dengan uji homogenitas.

Tabel 3. Daftar Analisa Ragam

Sumber F- tabel
Db JK KT F-hitung
Keragaman 0,05 0,01
Perlakuan KTP
(a-1) JKP KTP
Galat KTG
Total (ab-1) JKT

Keterangan :

P = perlakuan

U= ulangan

Faktor Koreksi (FK) =

(JKP) =

JKT = jumlah kuadrat pengamatan – FK


JKG = JKT – JKP

KTP = JKT

V1

3.8 Parameter Penelitian

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah tingkat kelangsungan hidup dan

mortalitas (kematian) ikan nila selama penelitian. Kelangsungan hidup dihitung menurut Effendi

(1979) yaitu :

a. Jumlah vegetasi/cm2

b. Biomassa gram/cm2

c. Jumlah daun gram/cm2

d. Panjang akar tiap perlakuan/cm

e. Kelangsungan hidup

Dimana NO = Jumlah ikan nila awal penelitian


NT = Jumlah ikan nila akhir penelitian
S = Kelangsungan hidup

f. Mortalitas Kematian
Dimana MR = Mortalitas
PM = Populasi Mati
TA = Tebar Awal

3.9 Parameter Pendukung

Tabel 4. Parameter pendukung penelitian

No Parameter Satuan Spesifikasi Metode


1 Amonia Total (NH3) Mg/L Spektrofotometri
2 Bahan Organik Total Mg/L Titrimetri
3 Nitrit (NO2) Mg/L Spektrofotometri
0
4 Suhu C Termometer
5 Ph - Electric
6 DO Mg/L Electric

Anda mungkin juga menyukai