Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam setiap profesi pekerjaan, selalu terdapat resiko dalam pelaksanaan


pekerjaan tersebut. Resiko umum yang biasa terjadi adalah terjadinya kecelakaan
kerja. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi dalam lingkungan kerja
yang dapat terjadi karena kondisi lingkungan kerja yang tidak aman ataupun karena
human error ( Restuputri dan Sari 2015). Kecelakaan kerja bukanlah suatu hal yang
tidak dapat dicegah. Kecelakaan dapat dicegah dengan menghilangkan hal-hal yang
menyebabkan kecelakaan. Pertama, tindakan yang tidak aman. Kedua, kondisi kerja
yang tidak aman. Orang yang mendapat kecelakaan sering kali disebabkan oleh orang
lain atau karena tindakannya sendiri yang tidak menunjang keamanan ( Tjahjanto dan
Aziz 2016).
Pada era ini, telah disusun langkah-langkah pencegahan dan penanganan
terhadap kecelakaan kerja, yaitu Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera (Kani, Mandagi, Rantung, dan Malingkas 2013).
Meskipun telah dibuat peraturan dan prosedur pencegahan, nyatanya masih
sering terjadi kecelakaan kerja. Kondisi lingkungan Indonesia yang memiliki kontur
beragam telah menyumbang banyak kecelakaan kerja. Kecelakaan ini umumnya
terjadi di daerah laut dan pertambangan. Khusus untuk kejadian di daerah
pertambangan, kecelakaan kerja yang terjadi terus meningkat akhir-akhir ini. Anomali
cuaca dan kondisi lempeng bumi Indonesia yang semakin tidak menentu menjadi
faktor utama pemicu terjadinya kecelakaan kerja di pertambangan. Banyak contoh
kejadian kecelakaan kerja di pertambangan di Indonesia, salah satunya yang terjadi di
Buleleng, Bali. Agar kejadian serupa tidak terulang, persitiwa ini perlu dicermati
untuk mendapat solusi dan cara pencegahannya.
BAB II
PERMASALAHAN

1. Apa penyebab terjadinya kecelakaan kerja di pertambangan Buleleng, Bali?


2. Berapa lama dampak dari kecelakaan kerja yang diakibatkan?
3. Bagaimana solusi agar kejadian serupa tidak terulang?

BAB III
PEMBAHASAN

Terjadi longsor yang menimpa penambang batu timah di Banjar Dinas Alas
Sari, Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali pada Minggu, 3
September 2017. Peristiwa ini menimpa dua korban, yaitu Komang Kadiarsa dan
Ketut Sudarsana. Komang Kadiarsa berhasil selamat daribencana tersebut, namun
mengalami patah tulang kaki. Sedangkan Ketut Sudarsana tidak berhasil
diselamatkan. Menurut Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD),
Ketut Susila, medan yang cukup berat membuat BPBD dan Tim SAR sulit untuk
memasukkan alat-alat berat untuk membantu proses evakuasi korban.
Penyebab kecelakaan kerja ini masih dalam penyelidikan kepolisian. Namun
jika dianalisis, kecelakaan kerja ini disebabkan oleh alam. Jika dilihat, bulan
September Indonesia telah memasuki musim hujan. Saat musim hujan, tanah akan
terpapar air hujan. Paparan yang terjadi terus menerus ini menyebabkan struktur
tanah menjadi lembek dan labil. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya longsor.
Akibat dari kecelekaan ini bisa luka sedang sampai kematian. Seperti pada peristiwa
di atas, korban menderita patah tulang sampai timbul korban jiwa. Bagi penderita
patah tulang, pemulihan anggota badan yang mengalami patah tulang akan memakan
waktu sampai enam bulan atau bahkan bertahun-tahun, tergantung pada tingkat
kerusakannya. Selain itu, terdapat juga kemungkinan para karyawan tambang bisa
menderita penyakit paru-paru karena menghisap debu pertambangan, Para karyawan
juga dapat menderita penyakit kulit karena kontak dengan bahan pertambangan yang
bisa menyebabkan iritasi
Terdapat beberapa solusi yang dapat diterapkan bagi para pemilik usaha
tambang untuk menurunkan resiko kecelakaan kerja pada karyawannya. Pertama,
pemilik tambang bisa membangun pondasi-pondasi agar lorong penambangan
kokoh.. Kedua, dapat dibangun juga jalur evakuasi bagi para karyawan jika terjadi
kondisi darurat. Hal ini dilakukan karena medan penambangan yang sulit untuk
dilalui oleh kendaraan evakuasi sehingga akan lebih baik jika para karyawan sudah
bisa menyelamatkan diri sendiri. Terakhir, para pemilik tambang bisa melengkapi
karyawannya dengan masker dan juga pakaian yang menutupi tubuh secara
keseluruhan. Hal ini dilakukan untuk menghindari iritasi pada kulit karyawan.

BAB IV
KESIMPULAN

Kecelakaan kerja bukanlah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Pada era ini,
telah ditemukan prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja. Salah satu contoh kecelakaan kerja yang terjadi di
Indonesia adalah kecelakaan tambang yang terjadi di Buleleng, Bali. Penyebab
kecelakaan ini masih dalam penyelidikan polisi, namun kemungkinan besar karena
kondisi Indonesia yang sudah memasuki musim hujan. Terdapat beberapa cara agak
kecelakaan tersebut tidak terulang, yaitu pembangunan pondasi lorong tambang,
pembuatan jalur evakuasi, dan juga pemakaian masker dan pakain tertutup untuk
mengurangi resiko terjadinya iritasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kani, Mandagi, Rantung, dan Malingkas. 2013. Keselamatan dan kesehatan kerja
pada pelaksanaan proyek konstruksi (studi kasus: proyek PT. Trakindo utama).
Jurnal Sipil Statik. 1 (6) : 430-433
Restuputri dan Sari . 2015. Analisis kecelakaan kerja dengan menggunakan metode
Hazard anda Operability Study (Hazop). Jurnal Ilmiah Teknik Industri. 14 (1) :
24-35
Tjahjanto dan Aziz. 2016. Analisis penyebab terjadinya kecelakaan kerja di atas kapal
mv. Cs brave. Jurnal KAPAL. 13 (1) : 13-18

Anda mungkin juga menyukai