Dokumen - Tips - Laporan Kasus Ginekologi
Dokumen - Tips - Laporan Kasus Ginekologi
KISTA BARTOLIN
PEMBIMBING :
dr. Made Putra Juliawan, SpOG
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus yang berjudul “Kista Bartolin” ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Obstetri dan Genikologi
Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada
penulis:
1. dr. A. Rusdhy Hariawan Hamid, SpOG, selaku Kepala Bagian/SMF
Kebidanan dan Kandungan RSU Mataram.
2. dr. Agus Thoriq, SpOG, selaku Koordinator pendidikan Bagian/SMF
Kebidanan dan Kandungan RSU Mataram.
3. dr. I Made P. Juliawan, SpOG, selaku pembimbing laporan kasus ini.
4. dr. H. Doddy A. K., SpOG (K), selaku pembimbing.
5. dr. Edi Prasetyo Wibowo, SpOG, dr. Made Punarbawa, SpOG, dr. I Made W.
Mahayasa, SpOG, selaku supervisor.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan
pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan
praktek sehari-hari sebagai dokter. Terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ genitalia
eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya
adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna
dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada glandula
vestibularis major atau dikenal dengan kelenjar bartolini. Kelenjar bartolini
merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina. Jika kelenjar
ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kista
bartolini. Kista bartolini adalah salah satu bentuk tumor jinak pada vulva. Kista
bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus
kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi di dalam
kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat
dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses.
Kista bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan
kasus terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan
mengalami kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan
masalah yang perlu untuk dicermati. Kebanyakan wanita hamil mengalami infeksi
asimtomatik, beberapa disertai dengan sindrom uretra, uretritis, atau infeksi kelenjar
Bartholin. Kista bartolini bisa tumbuh dari ukuran seperti kacang polong menjadi
besar dengan ukuran seperti telur. Kista bartolini tidak menular secara seksual,
meskipun penyakit menular seksual seperti Gonore adalah penyebab paling umum
terjadinya infeksi pada kelenjar bartolini yang berujung pada terbentuknya kista dan
abses, sifilis ataupun infeksi bakteri lainnya juga dianggap menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada kelenjar ini.
Bartholinitis
Kista bartholini
Abses bartholini
Keganasan (berupa adenokarsinoma maupun karsinoma skuamosa)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk
di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista bartholini adalah kista yang
terdapat pada kelenjar barholini. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar ini
menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti
infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini
mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan
menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian
terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu
abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi.
2.2 Etiologi
Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini
tersumbat. Penyebab penyumbatan diduga akibat infeksi atau adanya pertumbuhan
kulit pada penutup saluran kelenjar bartholini. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar
kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu
kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Abses Bartolini dapat
disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini termasuk organisme yang menyebabkan
penyakit menular seksual seperti Klamidia dan Gonore serta bakteri yang biasanya
ditemukan di saluran pencernaan, seperti Escherichia coli. Umumnya abses ini
melibatkan lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran Bartolini bisa
mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan
pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam
kelenjar. Kista Bartolini tidak selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar. Kelenjar
Bartolini adalah abses polimikrobial. Meskipun Neisseria gonorrhoeae adalah
mikroorganisme aerobik yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob adalah patogen
yang paling umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi organisme kausatif.
Namun, kista saluran Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap sebagai bagian
eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi vulvovaginal adalah
penyebab umum kista dan abses tersebut.
Penyebab sumbatan :
1. Infeksi :
Sejumlah bakteri dapat menyebabkan infeksi, termasuk bakteri yang umum,
seperti Escherichia coli (E. coli), serta bakteri yang menyebabkan penyakit
menular seksual seperti gonore dan klamidia.
2. Non infeksi :
Stenosis / atresia congenital
Trauma mekanik
Inspissated mucous
2.4 Diagnosis
Kista atau abses Bartholini di diagnosis melalui pemeriksaan fisik, khususnya
dengan pemeriksaan ginekologis pelvis. Pada pemeriksaan fisis dengan posisi
litotomi, kista terdapat di bagian unilateral, nyeri, fluktuasi dan terjadi pembengkakan
yang eritem pada posisi jam 4 atau 8 pada labium minus posterior. jika kista
terinfeksi, pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan untuk mengidentifikasikan jenis
bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi akibat penyakit
menular seksual seperti Gonorrhea dan Chlamydia. Untuk kultur diambil swab dari
abses atau dari daerah lain seperti serviks. Hasil tes ini baru dilihat setelah 48 jam
kemudian, tetapi hal ini tidak dapat menunda pengobatan. Dari hasil ini dapat
diketahui antibiotik yang tepat yang perlu diberikan. Biopsi dapat dilakukan pada
kasus yang dicurigai keganasan.
Kista Bartholin harus dibedakan dari abses dan dari massa vulva lainnya.
Karakteristik dari lesi kistik dan solid dari vulva dapat dilihat pada Tabel 2. Karena
kelenjar Bartholin mengecil saat usia menopause, suatu pertumbuhan massa pada
wanita postmenopause perlu dievaluasi terhadap tanda – tanda keganasan, terutama
bila massanya bersifat irreguler, nodular, dan keras.
Karsinoma kelenjar Bartholin memiliki persentase sekitar 1% dari kanker
vulva, dan walaupun kasusnya jarang, merupakan tempat tersering timbulnya
adenocarcinoma. Sekitar 50% dari tumor kelenjar Bartholin adalah karsinoma
sel skuamosa. Jenis lain dari tumor yang timbul di kelenjar Bartholin adalah
adenokarsinoma, kistik adenoid (suatu adenokarsinoma dengan histologis
spesifik dan karakteristik klinis), adenosquamousa, dan transitional cell
carcinoma.
Karena mungkin sulit untuk membedakan tumor Bartholin dari kista
Bartholin yang jinak hanya dengan pemeriksaan fisik, setiap wanita berusia
lebih dari 40 tahun perlu menjalani tindakan biopsi untuk menyingkirkan
kecurigaan neoplasma, dimana penyakit inflamasi jarang ditemui pada usia
tersebut. Karena lokasinya yang jauh di dalam, tumor dapat mempengaruhi
rektum dan langsung menyebar melalui fossa ischiorectalis. Akibatnya, tumor
ini dapat masuk ke dalam saluran limfatik yang langsung menuju ke kelenjar
getah bening inguinal profunda serta superficialis. Kesalahan dalam
mendiagosis keganasan Bartholin akan memberikan prognosa yang buruk,
sehingga ketepatan dan kecepatan dalam mendiagnosa sangat diperlukan.
Beberapa kondisi berikut ini dapat merupakan sugestif keganasan kelenjar
Bartholin, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut hingga
biopsi:
Usia yang lebih tua dari 40 tahun
Massa yang tidak nyeri, kronis, dan bertambah besar secara progresif
Massa yang solid, tidak fluktuasi, dan tidak nyeri
Terdapat riwayat keganasan labial sebelumnya.
2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan kista Bartholin bergantung pada gejala pasien. Suatu kista tanpa
gejala mungkin tidak memerlukan pengobatan, kista yang menimbulkan gejala dan
abses kelenjar memerlukan drainase.
Jika kistanya tidak besar dan tidak menimbulkan gangguan, tidak perlu
dilakukan tindakan apa-apa. Dalam hal lain perlu dilakukan pembedahan. Tindakan
itu terdiri atas ekstirpasi, akan tetapi tindakan ini bisa menimbulkan perdarahan.
Akhir-akhir ini dianjurkan marsupialisasi sebagai tindakan tanpa resiko sayatan dan
isi kista dikeluarkan, dinding kista yang terbuka dijahit pada kulit vulva yang terbuka
pada sayatan.
3. Abses bartholin :
Insisi (bedah drainase) + word catheter, ekstirpasi
Kateter Word
Indikasi : Kista bartholini
Keuntungan :
Minimal trauma, nyeri sedikit
Coitus tidak terganggu
Tindakan sederhana
Teknik :
a. Anestesi lokal
b. Insisi 2 cm
c. Kateter dipasang, balon diisi dengan 2-3 ml air
d. Pertahankan 3-4 minggu, dalam waktu ini duktus akan mengalami
epithelialisasi
e. Kateter diangkat
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Usia : 20 tahun
Pendidikan : SD tamat
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Pringgarata
MRS : 22/12/2011
No. RM : 263394
II. Anamnesis
Keluhan utama :
Benjolan di kemaluan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik dengan keluhan adanya benjolan di daerah kemaluan sejak
3 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Benjolan tidak nyeri, membesar, tidak
ada perdarahan, belum pernah ada keluar cairan, riwayat keputihan (-), tidak ada
gangguan berkemih maupun buang air besar. Riwayat demam sebelumnya (-). Pasien
juga mengeluh telat haid selama 5 bulan. Riwayat keluar darah dari jalan lahir (-).
Riwayat melakukan hubungan sebelumnya selama hamil (+).Riwayat penyakit kulit
(+).
Riwayat Penyakit Dahulu :
Os tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit diabetes
melitus, hipertensi, dan asma disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Os mengaku tidak memiliki penyakit keturunan, tidak ada keluarga os yang
mengalami hal serupa. Riwayat penyakit diabetes, hipertensi dan asma tidak ada di
keluarga pasien.
Riwayat Haid :
Haid pertama pada umur 12 tahun. pasien mengaku haid teratur dengan siklus 28 hari,
lama haid 6-7 hari. HPHT: 25/07/2011, HTP: 01/05/2012
Riwayat pernikahan :
Ini merupakan pernikahan pertama os dengan suami pertama, sudah berlangsung
selama ± 1 tahun.
Riwayat KB : -
Riwayat obstetri :
1. Ini
V. Status Ginekologi
Inspeksi dan palpasi : Tampak benjolan di labia minora sinistra dengan ukuran 5 x 3 x
2 cm, massa kistik, batas tegas, tidak hiperemis, tidak nyeri, tidak ada discharge.
VI. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah
Hb = 11,3 gr/dl
MCV = 84,0 fl
MCH = 29,7 pg
HCT = 32 %
WBC = 12,03 x 103/μL
PLT = 339 x 103/μL
HbsAg = (-)
VII. Diagnosis
G1P0A0H0 21-22mgg T/H/IU + Kista Bartolini
Pada laporan kasus ini, diajukan kasus seorang wanita 20 tahun hamil dengan
umur kehamilan 21-22 mg yang kemudian didiagnosa dengan kista bartolin.
Selanjutnya akan dibahas :
1. Apakah diagnosa dan pemeriksaan pada kasus ini sudah tepat ?
Sudah tepat karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik mengacu pada kista
bartolin. Dari anamnesis tidak didapatkan tanda-tanda nyeri pada benjolan yang
terdapat di daerah kemaluannya sejak 3 minggu yang lalu dan dirasa sangat
mengganggu aktifitas pasien seperti berjalan, duduk, dan pada saat berhubungan
seksual dengan suaminya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan benjolan unilateral
(labia minor kiri) dengan ukuran ± 5 cm x 3 cm x 2 cm, hiperemis (-), teraba massa
kistik, fluktuasi (-), permukaan licin, nyeri pada saat perabaan (-).
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yaitu Kista bartolini.
2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu ekstirpasi
pemberian antibiotic dan anti inflamasi.
3. Faktor predisposisi dari pasien ini adalah personal hygine yang kurang.
DAFTAR PUSTAKA
PEMERIKSAAN LAB
Hb = 11,3 gr/dl
MCV = 84,0 fl
MCH = 29,7 pg
HCT = 32 %
WBC = 20,20 x 103/μL
PLT = 339 x 103/μL
HbsAg = (-)