Anda di halaman 1dari 27

SASARAN BELAJAR

LI 1 MM Jaras Nyeri

LI 2 MM Nyeri Kepala

LO 2.1 Definisi

LO 2.2 Etiologi

LO 2.3 Klasifikasi

LO 2.4 Diagnosis dan Diagnosis Banding

LO 2.5 Tatalaksana

LO 2.6 Pencegahan

LO 2.7 Prognosis

LI 3 MM Nyeri Somatoform

LO 3.1 Definisi

LO 3.2 Etiologi

LO 3.3 Klasifikasi

LO 3.4 Diagnosis dan Diagnosis Banding

LO 3.5 Tatalaksana

LO 3.6 Pencegahan

LO 3.7 Prognosis

LI 4 MM Prinsip Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah

1
LI 1 MM Jaras Nyeri

Jaras spesifik Nyeri

 Traktus spinotalamikus Lateralis


o Axon dari neuron orde pertama (ganglion spinalis) memasuki ujung cornu
posterius substantia grissea medulla spinalis dan segera bercabang menjadi
serabut yang naik dan yang turun
o Sesudah memasuki satu atau dua segmen medulla spinalis membentuk
tractus posterolateral (lissaueri) , serabut ini segera bersinapsis dengan
neuron orde kedua yang terletak pada kelompok sel substantia gelatinosa
cornu posterius
o Axon dari neuron orde kedua berjalan menyilang garis tengah pada
comissura anterior substantia grissea dam substantia alba kemudian naik
keatas pada sisi kontra lateral sebagai anterius. Sewaktu berjalan keatas,
serabut saraf baru terus bertambah sesuai dengan banyaknya segmen
medulla spinalis, demikian rupa sehingga pada bagian atas cervical
terdapat
 Serabut sraf yang datang dari sacral terletak posterolateral
 Serabut saraf yang datang dari cervical terletak anteromedial
(serebut saraf yang menghantarkan rasa sakit terletak didepan yang
menghantarkan sensasi suhu)
o Pada Medulla oblongata tractus tersebut terletak pada dataran lateral antara
nucleus olivarius inferius dengan nucleus tractus spinalis N.Trigeminus.
disini ia bergabung dengan
 Tractus spinothalamicus anterius
 Tractus spinotectalis
Yang kemudian gabungan dari ketiganya disebut lemniscus
spinalis
o Pada pons kemudian naik keatas dibagian belakang pons
o Pada mesencephalon kemudian lemniscus medialis berjalan pada
tegmentum , lateralis dari lemniscus medialis
o Pada diencephalon serabut saraf dari tractus spinothalamicus lateralis akan
bersinapsis dengan neuron orde ketiga yaitu nucleus posterolateral dari
keolompok ventral thalamus (bagian dari nucleus lateralis thalamus),
dimana disini akan terjadi penilaian kasar sensasi sakit dan suhu dan reaksi
emosi mulai timbul.
o Axon dari neuron orde ketiga jalan memasuki crus posterior capsula
interna dan corona radiata untuk berakhir pada gyrus postcentralis
(brodmann 3 2 1) . dari sini informasi rasa sakit dan suhu akan diteruskan
ke area motorik dan area asosiasi di cortex lobus parietalis.
o Cortex cerevri gyrus psotcentralis berfungsi untuk menafsirkan suhu dan
sakit sehingga akan muncul kesadaran terkait sensasi tersbut.
o Pembagian secara fisiologis

2
Sewaktu memasuki medulla spinalis , sinyal rasa nyeri melewati dua jalur
ke otak yaitu:
 Traktus neospinotalamikus
 Traktus neospinotalamikus berfungsi untuk menyalurkan
nyeri secara cepat. Terutama terdiri atas serabut A-Delta
yang terutama dilalui oleh rasa nyeri mekanik dan nyeri
suhu akut. Serabut perifer jalur ini berakhir pada lamina I
kornu dorsalis. Dan dari sini akan merangsang neuron orde
dua dari tractus neospinotalamicus. Neuron ini akan
mengirimkan sinyal ke serabut panjang yang terletak di
dekat sisi lain medulla spinalis dalam komisura anterior dan
selanjutnya berbelok naik ke otak dalam kolumna
anterolateralis.
 Hanya sebagian kecil saja serabut neopinotalamikus
berakhir di daerah retikularis batang otak, sisaya melewati
batang otak dan langsung berakir di kompleks ventrobasal
thalami.
 Nyeri cepat dapat dilokalisasi dengan mudah di dalam
tubuh
 Neurotransmiter A delta umumnya adalah glutamat
 Traktus paleospinotalamikus
 Jalur ini befungsi untuk menjalarkan nyeri lambat-kronik ,
sebagian serabutnya adalah tipe C, sebagian kecil A-delta.
Dalam jaras ini, serabut-serabut perifer berakhri pada
lamina II dan II kornu dorsalis yang secara bersama-sama
disebut substansi gelatinosa, serabut C terletak lebih lateral
dari A-delta. Setelah itu akan berlanjut ke lamina V dan
neuron-neuronnya merangsang akson-akson panjang (yang
juga menjadi penghantar nyeri cepat) yang mula-mula
melewati komisura anterior ke sisi berlawanan dari medulla
spinalis, kemudian naik ke otak melalui jaras anterolateral
 Neotransmiter nya adalah glutamat dan Substansi P,
substansi P bersifat lebih lambat dari Glutamat yang
memungkinkan glutamat untuk sampai terlebih dahulu.
Yang menjelaskan suatu fenomena rasa sakit “ganda”
 Jaras paleospinotalamikus berakhir kebanyakan di
o Mucleus retikularis medula, pons dan mesensefalon
o Area tektal mesensefalon sampai kolukulus usperior
dan inferior
o Daerah periakuaduktus substansia grisea yang
mengelilingi aquaductus sylvii

3
 Kemampuan lokalisasi rasa nyeri pada jalur lambat
sangatlah buruk dan kebanyakan hanya dapat dilokalisasi di
bagian tubuh yang luas
 Formasio retikularis berfungsi untuk menimbulkan
persepsio nyeri yang disadari

Mekanisme penghantaran nyeri

Rasa nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan, yang dicetuskan oleh suatu
kerusakan jaringan , yang akan memnyebabkan individu untuk bereaksi memindahkan
stimulus nyeri.

Rasa nyari dapat dibagi atas

 Rasa nyeri cepat


o Rasa nyeri tertusuk, tajam, akut, dan tersetrum
 Rasa nyeri lambat
o Rasa nyeri terbakar lambat, pegal, berdenyut, mual dan kronik. Rasa
nyeri ini umumnya dikaitkan dengan kerusakan jaringan.

Reseptor nyeri

Reseptor nyeri merupakan ujung saraf bebas, terdapat tiga jenis stimulasi yang dapat
merangsanganya yaitu rangsang mekanis, suhu dan kimiawi. Pada umumnya rasa nyeri
cepat diakibatkan mekanik dan suhu, sedangkan rasa lambat diakibatkan stimulan kimia

Reseptor nyeri memiliki sedikit sekali kemampuan untuk beradaptasi , dan bahkan
pada beberapa keadaan dapat terjadi peningkatan intesitas rasa nyeri yang disebut
hiperalgesia . intensitas rasa nyeri juga berhubungan erat dengan derajat kerusakan
jaringan. Ada beberapa stimulus terkait kerusakan jaringan (bukan secara langsung,
dapat timbul sebagai adanya kerusakan jaringan) yang dapat menyebabkan nyeri

 Bradikinin dari jaringan rusak yang menyebabkan pelepasan enzim


proteolitik dan menyerang langsung ujung saraf dengan membuat saraf lebih
permeabel terhadap ion-ion
 Asam laktat yang terakumulasi sebagai akibat dari iskemia
Apapun bentuknya, pada nantinya hal tersebut akan menyebabkan perubahan
permeabilitas neuron sehingga dapat terjadi suatu potensial aksi dengan perpindahan
ion-ion yang timbul.

4
Fisiologi nyeri melalui proses-proses berikut :

1. Proses Transduksi (Transduction)

Proses transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri diubah menjadi suatu
aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik
(tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri). Transduksi rasa sakit dimulai ketika
ujung saraf bebas (nociceptors) dari serat C dan serat A delta neuron aferen primer
menanggapi rangsangan berbahaya. Nosiseptors terkena rangsangan berbahaya ketika
kerusakan jaringan dan inflamasi terjadi sebagai akibat dari, misalnya, trauma, pembedahan,
peradangan, infeksi dan iskemia.

Nociceptors didistribusikan pada ;

1. Struktur Somatik (kulit, otot, jaringan ikat, tulang, sendi);

2. Struktur Viseral (organ viseral seperti hati, saluran gastro-intestinal).

3. Serat C dan serat A-delta yang terkait dengan kualitas yang berbeda rasa sakit.

Ada tiga kategori rangsangan berbahaya:

1. Mekanik (tekanan, pembengkakan, abses, irisan, pertumbuhan tumor);

2. Thermal (membakar, panas);

3. Kimia (neurotransmitter rangsang, racun, iskemia, infeksi).

Penyebab stimulasi mungkin internal, seperti tekanan yang diberikan oleh tumor atau
eksternal, misalnya, terbakar. Stimulasi ini menyebabkan pelepasan mediator kimia
berbahaya dari sel-sel yang rusak, termasuk: prostaglandin, bradikinin, serotonin, substansi P,
kalium, histamin. Mediator kimia ini mengaktifkan nosiseptor terhadap rangsangan
berbahaya. Dengan maksud memperbaiki rasa nyeri, pertukaran ion natrium dan kalium
(depolarisasi dan repolarisasi) terjadi pada membran sel. Hal ini menghasilkan suatu potensial
aksi dan generasi dari sebuah impuls nyeri.

2. Proses Transmisi ( Trasmision)

Proses tranmisi dimaksudkan sebagai penyaluran impuls melalui saraf sensoris menyusul
proses transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A delta dan serabut C sebagai
neuron pertama, dari perifer ke medulla spinalis dimana impuls tersebut mengalami modulasi
sebelum diteruskan ke thalamus oleh traktus sphinotalamikus sebagai neuron kedua. Dari
thalamus selanjutnya impuls disalurkan ke daerah somato sensoris di korteks serebri melalui
neuron ketiga, dimana impuls tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.

3. Proses Modulasi (Modulation)

Proses modulasi adalah proses dimana terjadi interaksi antara sistem analgesik endogen yang
dihasilkan oleh tubuh pada saat nyeri masuk ke kornu posterior medula spinalis. Proses

5
acendern ini di kontrol oleh otak. Sistem analgesik endogen ini meliputi enkefalin, endorfin,
serotonin, dan noradrenalin memiliki efek yang dapat menekan impuls nyeri pada kornu
posterior medulla spinalis. Kornu posterior ini dapat diibaratkan sebagai pintu yang dapat
tertutup atau terbukanya pintu nyeri tersebut diperankan oleh sistem analgesik endogen
tersebut di atas. Proses modulasi inilah yang menyebabkan persepsi nyeri menjadi sangat
subyektif pada setiap orang. . Suatu jaras tertentu telah diternukan di sistem saran pusat yang
secara selektif menghambat transmisi nyeri di medulla spinalis. Jaras ini diaktifkan oleh
stress atau obat analgetika seperti morfin (Dewanto).

4. Persepsi

Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Pada saat individu menjadi
sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang kompleks.

a. Korteks somatosensori: Ini adalah terlibat dengan persepsi dan interpretasi


dari sensasi. Ini mengidentifikasi intensitas, jenis dan lokasi sensasi rasa
sakit dan sensasi yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu, memori
dan aktivitas kognitif. Ini mengidentifikasi sifat stimulus sebelum memicu
respons, misalnya, di mana rasa sakit itu, seberapa kuat itu dan bagaimana
rasanya.

b. Sistem limbik: Hal ini bertanggung jawab untuk respon emosi dan
perilaku terhadap rasa sakit misalnya, perhatian, suasana hati, dan
motivasi, dan juga dengan pengolahan rasa sakit,dan pengalaman masa
lalu rasa sakit.

Reseptor Nyeri :

Aferen primer mencakup serat A-


alfa dan A-beta yang besar dan
bermielen serta membawa impuls
yang besar dan tidak bermielin (
tidak diperlihatkan ) serta
membawa impuls yang
memperantarai sentuhan, tekanan,
dan propriosepsi dan serat A-delta
yang kecil bermielin dan serat C
yang tidak bermielin, yang
membawa impuls nyeri. Aferen-
aferen primer ini menyatu di sel-sel
kornu dorsalis medulla spinalis, masuk ke zona lissauer, serat pascaganglion simpatis adalah
serat eferen dan terdiri dari serat-serat C tidak bermielin.

6
Sensitasi Nosiseptor Di Daerah Cedera Jaringan

Pengaktifan langsung dengan tekanan


intensif yang menyebabkan kerusakan sel.
Kerusakan sel menyebabkan dibebaskannya
kalium ( K) intra sel dan sintesis prostaglandin
(PgG) dan bradikinin (BK. Prostaglandin
meningkatkan sensitivitas reseptor nyeri
bradikinin, yaitu zat kimia penghsil nyeri yang
paling kuat.

Jalur-Jalur Nyeri :

A. Serat nyeri A-delta halus dan C, yang masing-masing membawa nyeri akut
tajam dan kronik- lambat, bersinaps di substansia gelatinosa tanduk dorsal, memotong
medullaspinalis, dan naik ke otak di cabang neospinotalamikus atau cabang
paleospinotalamikus traktus spinotalamikus, yang terutama diaktifkan oleh aferen
perifer a-delta, bersinaps di nucleus vebtroposterolateralis (VPN) thalamus dan
melanjutkan diri secara langsung ke korteks somatosensorik girus postsentralis,
tempat nyeri dipersepsikan sebagai sensasi tajam dan berbatas tegas. Cabang
paleospinotalamikus, yang terutama diaktifkan oleh aferen perifer C, adalah suatu
jalur difus yang mengirim kolateral-kolateral ke formatio retikularis batang otak dan
struktur lain, yang merupakan asal dari serat-serat lain, berjalan ke thalamus. Serat-
serat ini memengaruhi hipotalamus dan system limbic serta korteks serebrum.

7
B. Serat nyeri C aferen bersinaps terutama di substansia gelatinosa ( lamina I dan
II) kornu dorsalis, sedangkan serat nyeri A delta terutama bersinaps di lamina I dan V.

Nyeri diawali sebagai pesan yang diterima oleh saraf-saraf perifer. Zat kimia (substansi P,
bradikinin, prostaglandin) dilepaskan, kemudian menstimulasi saraf perifer, membantu
mengantarkan pesan nyeri dari daerah yang terluka ke otak. Sinyal nyeri dari daerah yang
terluka berjalan sebagai impuls elektrokimia di sepanjang nervus ke bagian dorsal spinal cord
(daerah pada spinal yang menerima sinyal dari seluruh tubuh). Pesan kemudian dihantarkan
ke thalamus, pusat sensoris di otak di mana sensasi seperti panas, dingin, nyeri, dan sentuhan
pertama kali dipersepsikan. Pesan lalu dihantarkan ke cortex, di mana intensitas dan lokasi
nyeri dipersepsikan.

Ada beberapa skala penilaian nyeri pada pasien sekarang ini :

1. Wong-Baker Faces Pain Rating Scale:

Skala dengan enam gambar wajah dengan ekspresi yang berbeda, dimulai dari senyuman
sampai menangis karena kesakitan. Skala ini berguna pada pasien dengan gangguan
komunikasi, seperti anak-anak, orang tua, pasien yang kebingungan atau pada pasien yang
tidak mengerti dengan bahasa lokal setempat.

2. Verbal Rating Scale (VRS)

Pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan berdasarkan skala lima poin ; tidak
nyeri, ringan, sedang, berat dan sangat berat.

8
3. Numerical Rating Scale (NRS)

Pertama sekali dikemukakan oleh Downie dkk pada tahun 1978, dimana pasien ditanyakan
tentang derajat nyeri yang dirasakan dengan menunjukkan angka 0 – 5 atau 0 – 10, dimana
angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 5 atau 10 menunjukkan nyeri yang hebat.

4. Visual Analogue Scale (VAS)

Skala yang pertama sekali dikemukakan oleh Keele pada tahun 1948 yang merupakan skala
dengan garis lurus 10 cm, dimana awal garis (0) penanda tidak ada nyeri dan akhir garis (10)
menandakan nyeri hebat. Pasien diminta untuk membuat tanda digaris tersebut untuk
mengekspresikan nyeri yang dirasakan. Penggunaan skala VAS lebih gampang, efisien dan
lebih mudah dipahami oleh penderita dibandingkan dengan skala lainnya. Penggunaan VAS
telah direkomendasikan oleh Coll dkk karena selain telah digunakan secara luas, VAS juga
secara metodologis kualitasnya lebih baik, dimana juga penggunaannya realtif mudah,
hanya dengan menggunakan beberapa kata sehingga kosa kata tidak menjadi permasalahan.
Willianson dkk juga melakukan kajian pustaka atas tiga skala ukur nyeri dan menarik
kesimpulan bahwa VAS secara statistik paling kuat rasionya karena dapat menyajikan data
dalam bentuk rasio. Nilai VAS antara 0 – 4 cm dianggap sebagai tingkat nyeri yang rendah
dan digunakan sebagai target untuk tatalaksana analgesia. Nilai VAS > 4 dianggap nyeri

9
sedang menuju berat sehingga pasien merasa tidak nyaman sehingga perlu diberikan obat
analgesic penyelamat (rescue

analgetic).

LI 2 MM Nyeri Kepala

LO 2.1 Definisi

Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau tidak mengenakkan di seluruh daerah kepala dengan batas
bawah dari dagu sampai belakang kepala. Nyeri kepala ini merupakan sensasi subjektif, yang
menentukan ada atau tidaknya adalah pasien, bukan dokter. Otak tidak memiliki sensasi:
nyeri di kepala dan wajah berasal dari sistem trigeminovaskular yang mengalirkan darah ke
meningen. Sebagai suatu gejala yang berdiri sendiri, nyeri kepala hampir tidak pernah
menunjukkan adanya kelainan pada otak (disebut nyeri kepala primer).

Nyeri kepala berikut adalah pengecualian dan bisa menunjukkan adanya penyakit yang
mendasari:

1. Nyeri kepala dengan onset sangat mendadak, bisa disebabkan oleh perdarahan
subarachnoid atau intraserebral.

2. Nyeri kepala yang semakin lama semakin berat dalam beberapa jam disertai demam,
fotofobia dan kaku kuduk merupakan tanda meningitis akut, suatu kegawatdaruratan
medis. Antibiotik intraven segera diberikan bila diagnosis pasti tidak bisa ditegakkan
dengan cepat. Meningitis kronis bisa menyebabkan nyeri kepala saja yang progresif
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.

10
3. Nyeri kepala saat beraktivitas atau yang terjadi hanya saat batuk, bersin, atau
berjongkok, kadang-kadang bisa disebabkan oleh malformasi vascular pada otak atau lesi
pada foramen magnum, misalnya pada malformasi Arnold-Chiari.

4. Nyeri kepala postural, bisa merupakan tanda tekanan cairan serebrospinal (LCS) yang
abnormal (tinggi atau rendah).

5. Nyeri kepala yang membuat pasien terbangun dari tidur walaupun sering disebabkan
keadaan yang tidak ganas, seperti migren, namun gejala ini harus ditindaklanjuti dengan
mencari lesi structural melalui pemeriksaan fisis yang teliti (seperti adanya hemiplegia)
dan pertimbangan pencitraan saraf (neuroimaging).

6. Nyeri kepala yang baru dan terus menerus pada usia ≥50 tahun meningkatkan
kemungkinan arteritis temporalis. Bisa disertai mual, nyeri pada kulit kepala. Kenaikan
LED mendukung diagnosis.

LO 2.2 Etiologi

Etiologi Umum Nyeri Kepala

 Vaskular
 Jaringan saraf
 Gigi – geligi
 Orbita
 Hidung
 Sinus paranasal
 Jaringan lunak di kepala, kulit, jaringan subkutan, otot, dan periosteum kepala.
Selain kelainan yang telah disebutkan diatas, sakit kepala dapat disebabkan oleh stress
dan perubaha lokal (cuaca, tekanan dll).

LO 2.3 Klasifikasi

Klasifikasi : Klasifikasi HIS (International Headache Society) – International


Classification of Headache Disorder 2nd Edition (ICHD-II)

a) Primary Headache
i) Migraine
ii) TTH (Tension-Type Headache)
iii) Cluster Headache
b) Secondary Headache
i) Head & Neck Trauma
ii) Cranial & Cervical Vascular Disorder
iii) Non-Vascular Intra Cranial Disorder
iv) Increased Intra Cranial Pressure or Hydrocephalus caused by Neoplasm

11
v) Neoplasm
vi) Drugs
vii) Hormone & Cervical Disorder
c) Cranial Neuralgias, Central, and Primary Facial Pain & Other Headaches
Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi penyakit, jenis kelamin, umur,
pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktor genetik.

LO 2.4 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Mengingat diagnosis nyeri kepala sebagian besar didasarkan atas keluhan, maka anamnesis
memegang peranan penting. Dalam praktek sehari-hari, jenis yang paling sering dijumpai ialah nyeri
kepala tipe tegang (tension-type headache) dan migren (migraine); baru kemudian nyeri kepala yang
dikaitkandengan penyakit sistemik, atau gangguan di sekitar wajah, telinga, mata, gigi dan sinus
paranasal. Nyeri kepala akibat radang, aneurisma, tumor atau abses otak jarang ditemukan, meskipun
harus tetap merupakan perhatian karena penatalaksanaan yang berbeda.

ANAMNESIS

Mula timbul

Nyeri kepala yang dimulai sejak masa kanak-kanak, masa remaja atau dewasa muda biasanya migren;
jenis ini umumnya berhenti pada saat menopause, meskipun pada beberapa kasus justru mulai
dirasakan pada masa tersebut. Nyeri kepala tipe tegang dapat mulai diderita setiap saat, Sedangkan
nyeri kepala yang baru mulai dirasakan pada usia yang lebih lanjut harus diselidiki kemungkinan
penyebab organiknya seperti arteritis temporalis, gangguan peredaran darah otak atau tumor. Hati-hati
terhadap nyeri kepala yang progresif memberat karena mungkin didasari kelainan organik; makin
lama nyeri kepala diderita tanpaberubah sifat, makin besar kemungkinan- nya disebabkan oleh faktor-
faktor yang jinak (benign).

Lokasi

12
Nyeri kepala migren dapat dirasakan di manapun, paling sering di daerah temporal (pelipis), bisa
unilateral, bilateral atau berganti-ganti. Nyeri kepala unilateral di sekitar orbita dapat disebabkan oleh
nyeri kepala klaster. Nyeri kepala akibat gangguan gigi-geligi, sinus atau mata biasanya dirasakan di
daerah frontal, dapat menjalar ke oksipital dan leher, sedangkan nyeri bitemporal dapat disebabkan
oleh tumor sella/parasella. Nyeri kepala akibat tumor, bergantung letaknya, bila supratentorial
umumnya dirasakan di frontal atau vertex, sedangkan bila letaknya infratentorial/fossa posterior

Frekuensi

Pola serangan nyeri dapat merupakan petunjuk diagnosis, terutama tipe klaster yang khas, berupa
serangan-serangan singkat antara 3090 menit, berulang 26 kali sehari selama beberapa hari, kemudian
dapat remisi selama beberapa minggu sampai beberapa tahun. Migren juga dapat bersifat sporadik,
sedangkan nyeri kepala tipe tegang umumnya bersifat menetap, berangsur-angsur memberat atau
berfluktuasi selama berhari-hari.

Sifat

Nyeri berdenyut dapat disebabkan oleh demam, migren, hipertensi atau tumor hemangioma. Nyeri
kepala akibat tumor atau meningitis biasanya menetap dan nyeri, kadang-kadang juga terasa
berdenyut. Nyeri kepala tipe tegang dirasakan menekan, persisten dan kadang-kadang dirasakan
seperti diikat. Nyeri paling hebat disebabkan oleh pecahnya aneurisma, meningitis, demam, migren
atau yang berhubungan dengan hipentensi maligna; nyeri hebat dan mendadak (thunderclap), apalagi
bila disusul dengan rasa lemah dan penurunan kesadaran harus dicurigai disebabkan oleh aneunisma
intrakranial yang pecah. Nyeri kepala akibat tumor atau abses biasanya bersifat Sedang, demikian
juga dengan nyeri yang disebabkan oleh proses di daerah sinus, gigi geligi atau mata. Nyeri kepala
migren jarang berlangsung lebih dari 14 jam, yang khas ialah adanya periode bebas keluhan di antara
serangan; sedangkan nyeri kepala tipe tegang dapat berlangsung berhari- hari, bahkan bertahun-tahun.
Nyeri yang terutama dirasakan di pagi hari, selain yang disebabkan oleh tumor, juga dapat
ditimbulkan oleh hipertensi, atau migren biasa. Mignen timbul di saat ketegangan emosional, cuaca
panas, kesibukan yang meningkat,sedangkan nyeri kepala yang berhubungan dengan sinus muncul
saat infeksi saluran napas, di saat pergantian musim atau berkaitan dengan alergi

Pemeriksaan fisik :
Dilakukan lengkap : pemeriksaan umum, internus dan neurologik. Pemeriksaan lokal kepala, nyeri
tekan didaerah kepala, gerakan kepala ke segala arah, palpasi arteri temporalis,spasme otot peri-
cranial dan tengkuk, bruit orbital dan temporal.

Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu mendiagnosa nyeri kepala seperti :
1. Foto Rongten kepela
2. EEG
3. CT-SCAN
4. Arteriografi, Brain Scan Nuklir
5. Pemeriksaan laboratorium(Tidak rutin atas indikasi)
6. Pemeriksaaan psikologi (jarang dilakukan).

Pemeriksaan fisik :
Dilakukan lengkap : pemeriksaan umum, internus dan neurologik. Pemeriksaan lokal kepala, nyeri
tekan didaerah kepala, gerakan kepala ke segala arah, palpasi arteri temporalis,spasme otot peri-

13
cranial dan tengkuk, bruit orbital dan temporal.

Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu mendiagnosa nyeri kepala seperti :
1. Foto Rongten kepela
2. EEG
3. CT-SCAN
4. Arteriografi, Brain Scan Nuklir
5. Pemeriksaan laboratorium(Tidak rutin atas indikasi), Pemeriksaaan psikologi (jarang dilakukan).

DIAGNOSIS BANDING

Gejala Migrain Tension headache Cluster


Riwayat keluarga + - -
Jenis kelamin Perempuan Tak berbeda Pria
Usia Remaja – dewasa dewasa 20 – 40 tahun
Lokasi sakit Unilateral Bilateral Unilateral
Saat timbul Pagi Sore Malam
Nyeri berdenyut ++ - -
Intensitas nyeri Sedang – berat Ringan – sedang Sangat hebat
Lama serangan 4 jam – 3 hari beberapa hari 15 menit – 3 jam
Pengaruh aktifitas Makin parah Tak berpengaruh Tak berpengaruh
fisik
Nyeri hilang timbul + - -
Enek / muntah + - -
Fotofobia + - -
Fonofobia + - -
Mata merem/merah - - +++
Hidung keluar air - - +++
Leher kaku - ++ -
Kelumpuhan badan + - -

LO 2.5 Tatalaksana

Nyeri kepala dapat diobati dengan preparat asetilsalisilat dan jika nyeri kepala
sangat berat dapat diberikan preparat ergot (ergotamin atau dihidroergotamin). Bila
perlu dapat diberikan intravena dengan dosis 1 mg dihidroergotaminmetan sulfat
atau ergotamin 0,5 mg. Preparat Cafergot ( mengandung kafein 100 mg dan 1 mg
ergotamin) diberikan 2 tablet pada saat timbul serangan dan diulangi ½ jam
berikutnya.

14
Pada pasien yang terlalu sering mengalami serangan dapat diberikan preparat
Bellergal (ergot 0,5 mg; atropin 0,3 mg; dan fenobarbital 15mg) diberikan 2 – 3 kali
sehari selama beberapa minggu. Bagi mereka yang refrakter dapat ditambahkan
pemberian ACTH (40 u/hari) atau prednison (1mg/Kg BB/hari) selama 3 – 4
minggu.

Preparat penyekat beta,seperti propanolol dan timolol dilaporkan dapat


mencegah timbulnya serangan migren karena mempunyai efek mencegah
vasodilatasi kranial. Tetapi penyekat beta lainnya seperti pindolol, praktolol, dan
aprenolol tidak mempunyai efek teraupetik untuk migren, sehingga mekanisme
kerjanya disangka bukan semata – mata penyekat beta saja. Preparat yang efektif
adalah penyekat beta yang tidak memiliki efek ISA ( Intrinsic Sympathomimetic
Activity).

Cluster headache umunya membaik dengan pemberian preparat ergot. Untuk


varian Cluster headache umumnya membaik dengan indometasin. Tension type
headache dapat diterapi dengan analgesik dan/atau terapi biofeedback yang dapat
digunakan sebagai pencegahan timbulnya serangan.

Terapi preventif yang bertujuan untuk menurunkan frekuensi, keparahan, dan


durasi sakit kepala. Terapi ini diresepkan kepada pasien yang menderita 4 hari atau
lebih serangan dalam sebulan atau jika pengobatan di atas tidak efektif. Terapi ini
harus digunakan setiap hari. Terapi preventif tersebut adalah pemberian beta bloker,
botox, kalsium channel blokers, dopamine reuptake inhibitors, SSRIs, serotonin atau
dopamin spesifik, dan TCA.

Tata Laksana untuk nyeri kepala tipe tegang


A. Terapi
 Non farmakologis
o Terapi perilaku
 Konseling
 Terapi perilaku
 Terapi manajemen stress
 Latihan relaksasi
 Biofeedback.

15
o Intervensi medis
 Blokade saraf occipital
 Ice packs
 Panas
 Farmakologis
o Terapi farmakologis yang ada adalah NSAID berupa
 Acetaminophen
 Aspirin
 Ibuprofen
 Naproxen
 Ketoprofen
 Ketorolac
Obat-obat ini tidak boleh dikonsumsi melebihi 9 hari karena akan
menyebabkan timbulnya komplikasi berupa progresi ke tipe kronik.
o Kegagalan terapi dengan Over the counter medicine menandakan perlunya
obat preskripsi
o Dapat juga ditambahakan butalbital dan codeine pada regimen NSAID
o Terapi profilaksis dapat diberikan pada pasien yang bertipe kronik dengan
serangan lebih dari dua kali dalam satu minggu dengan durasi selama 3-4
jam.
o Tricyclic Anti Depressant dapat diberikan pada pasien untuk mencegah
terjadinya suatu depresi.

Perlu diingat bahwa dengan adanya resiko substance abuse, maka terapi hanya digunakan
untuk membantu pasien-pasien yang mengalami kesulitan dengan hanya menggunakan
behavioural therapy, bukan sebagai suatu lini pertama.

LO 2.6 Pencegahan

Terapi Perilaku merupakan pencegahan yang baik pada pasien, mengingat ini adalah
suatu kelainan psikogenik, diharapkan,d engan adanya suatu terapi psikologis, pasien
dapat mengenali jika sakit kepalanya mulai timbul dan mulai melakukan perubahan-
perubahan sikap agar sakit kepalanya mereda.

LO 2.7 Prognosis

Prognosis dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan indikasi
merujuk adalahsebagai berikut: (1) sakit kepala yang tiba ± tiba dan timbul kekakuan di
leher, (2) sakit kepala dengan demam dan kehilangan kesadaran, (3) sakit kepala setelah
terkena trauma mekanik pada kepala, (4) sakit kepala disertai sakit pada bagian mata dan
telinga, (5) sakit kepala yang menetap pada pasien yang sebelumnya tidak pernah mengalami
serangan, (6) sakit kepala yang rekuren pada anak.

16
LI 3 MM Nyeri Somatoform

LO 3.1 Definisi

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai
contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang
adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan
emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk
berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform
mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar
untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan
oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.

LO 3.2 Etiologi

Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang. mempunyai
tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini.
Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolism (hipometabolisme) suatu
zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non dominan .

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut.

a. Faktor-faktor Biologis

Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada

gangguan somatisasi).

b. Faktor Lingkungan Sosial

Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti “peran

sakit” yang dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.

c. Faktor Perilaku

Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:

−Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari

situasi yang tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan

sekunder).

−Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit”

−Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau

17
gangguan dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang
diasosiasikan dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan fisik
yang dipersepsikan.

d. Faktor Emosi dan Kognitif

Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab

ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:

−Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda

dari adanya penyakit serius (hipokondriasis).

−Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-

impuls yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom fisik

(gangguan konversi).

−Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin

merupakan suatu strategis elf-handicaping (hipokondriasis).

LO 3.3 Klasifikasi

Ada 5 gangguan somatoform yang spesifik yaitu :

1. Gangguan konversi

Merupakan bentuk perubahan yang mengakibatkan adanya perubahan fungsi fisik yang tidak
dapat dilacak secara medis. Gangguan ini muncul dalam konflik atau pengalaman traumatik
yang memberikan keyakinan akan adanya penyebab psikologis.

2. Hipokondriasis

Terpaku pada keyakinan bahwa dirinya menderita penyakit yang serius. Ketakukan akan
adanya penyakit terus ada meskipun secara medis telah diyakinkan. Sensasi atau rasa nyeri
fisik biasanya sering diasosiasikan dengan gejala penyakit kronis tertentu.

3. Gangguan somatisasi

Keluhan fisik yang muncul berulang mengenai simptom fisik yang tidak ada dasar organis
yang jelas. Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan kunjungan medis berkali-
kali atau menyebabkan hendaya yang signifikan dalam fungsi.

4. Gangguan dismorfik tubuh

18
Terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau berlebih-lebihan. Menganggap orang
tidak memperhatikannya karena kerusakan tubuh yang dimilikinya (dipersepsikannya).
Gangguan ini akan membawa seseorang pada perilaku komplusif seperti berulang-ulang
berdandan, dll.

5. Gangguan nyeri

Gejala utamanya adalah adanya nyeri pada satu atau lebih tempat yang tidak sepenuhnya
disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis nonpsikiatris, disertai oleh penderitaan
emosional dan gangguan fungsional dan gangguan memiliki hubungan sebab yang masuk
akal dengan factor psikologis.

LO 3.4 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi

A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama
periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada
sembarang waktu selama perjalanan gangguan:

1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat
tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota
gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)

2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal selain


nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau
intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)

3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif selain
dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi
tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).

4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi
seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan setempat,
sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya
sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif
seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain pingsan).

C. Salah satu (1)atau (2):

1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan
suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

19
2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan
yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau pura-
pura).

Kriteria diagnostik untuk Gangguan Konversi

A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik yang
mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.

B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awal atau
eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.

C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan
buatan atau berpura-pura).

D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan sepenuhnya oleh
kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau
pengalaman yang diterima secara kultural.

E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan pemeriksaan medis.

F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata
selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebih baik oleh
gangguan mental lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit:
Dengan gejata atau defisit motorik
Dengan gejala atau defisit sensorik
Dengan kejang atau konvulsi
Dengan gambaran campuran

Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis

A. Pereokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit serius
didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejalagejala tubuh.

B. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan
penentraman.

C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan delusional,
tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada gangguan
dismorfik tubuh).

D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.

20
F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan
obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau
gangguan somatoform lain.

Sebutkan jika: Dengan tilikan buruk: jika untuk sebagian besar waktu selama episode berakhir,
orang tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tentang menderita penyakit serius adalah berlebihan
atau tidak beralasan.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh

A. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali tubuh,
kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyat.

B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya,
ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa).

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri

A. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan cukup
parah untuk memerlukan perhatian klinis.

B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan, eksaserbasi
atau bertahannnya nyeri.

D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan
buatan atau berpura-pura).

E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguan
psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.

Tuliskan seperti berikut: Gangguan nyeri berhubungan dengan faktor psikologis: faktor
psikologis dianggap memiliki peranan besar dalam onset, keparahan, eksaserbasi, dan bertahannya
nyeri.
Sebutkan jika:
Akut: durasi kurang dari 6 bulan
Kronis: durasi 6 bulan atau lebih
Gangguan nyeri berhubungan baik dengan faktor psikologls maupun kondisi medis umum
Sebutkan jika:
Akut: durasi kurang dari 6 bulan
Kronis: durasi 6 bulan atau lebih
Catatan: yang berikut ini tidak dianggap merupakan gangguan mental dan dimasukkan untuk
mempermudah diagnosis banding.

21
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Digolongkan

A. Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan
gastrointestinal atau saluran kemih)

B. Salah satu (1)atau (2)

1. Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh
kondisi medis umum yang diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat (misalnya
efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

2. Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau gangguan
sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan
menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratonium.

C. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

D. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.

E. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan
somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau
gangguan psikotik).

F. Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau
berpura-pura)

LO 3.5 Tatalaksana

Bagan pengobatan keseluruhan

Gangguan Tujuan pengobatan Strategi dan teknik Strategi dan teknik


somatoform psikoterapi dan farmakologikal dan fisik
psikososial

1. mencegah adopsi
1. pengobatan yang
dari rasa sakit,
invalidasi (tidak konsisiten, ditangani
membenrakan oleh dokter yang sama
pemikiran/meyakinkan 2. buat jadwal regular
nahwa gejala hanya ddengan interval waktu
ada dlam pikiran tidak kedatangan yang
untuk kehidupan nyata memadai
2. meminimalisir biaya 1. diberikan hanya bila
3. memfokuskan terapi indikasinya jelas
dan komplikasi dengan secara gradual dari
menghindari tes-tes gejala ke personal dan 2. hindari obat-obatan yang
diagnosis, treatment, ke masalah sosial bersifat addiksi
dan obat-obatan yang

22
tidak perlu

3. melakukan kontrol
farmakologis terhadap
sindrom comorbid
(memperparah
kondisi)

Gangguan 1,2,3 1,2,3 1,2


somatisasi
- anti anxietas dan
antidepressan

Gangguan 1,2,3 1,2,3 1 dan 2


somatisasi tak
terperinci - obat anti anxietas dan anti
depresan (jika perlu)

hipokondriasi 1,2,3 1,2,3 2

Therapi kognitiv- Usahakan untuk


behaviour mengurangi gejala
hipokondriacal dengan
SSRI (Fluoxetine 60-80
mg/ hari)

dibandingkan dengan obat


lain

Gangguan 1,2,3 1,2,3 1 dan 2


nyeri menetap
Jika nyeri nya akut (< Nyeri kronik : Akut : acetaminophen dan
6 bulan), tambahkan pertimbangkan terapi NSAIDS (tidak dicampur)
obt simptomatik untuk fisik dan pekerjaan, atau sebagai yambahan pda
gejala yang timbul serta terapi kognitif- opioid
behavioural
Jika nyeri bersifat Kronik : Trisiklik anti
kronik (>6 bulan ), depresan, acetaminophen
fokus pada dan NSAID
pertahankan fungsi
dan motilitas tubuh Pertimbangkan
daripada fokus pada akupunnktur
penyembuhan nyeri

Gangguan 1,2,3 Akut : yakinkan, sugesti 1 dan 2


konversi pasien untuk
mengurangi gejala Pertimbangkan
narcoanalisis (sedative
Pertimbangkan hipnotic)
narcoanalisis (sedativ
hipnotis), hipnoterapi,

23
behavioural terapi

Kronik : 1,2, dan 3

Eksplorasi lebih lanjut


mengenai konflik yang
bersifat unterpersonal
pada pasien

Gangguan 1,2,3 1,2,3 2


dismorfik
tubuh Khususnya Terapi kognitif- Usahakan untuk
menghindari behavioural mengurangi gejala
pembedahan hipokondriacal dengan
SSRI (Fluoxetine 60-80
mg/ hari)

dibandingkan dengan obat


lain

(Sumber dari DSM IV)

Terapi kognitif-behavioural, untuk mengurangi pemikiran atau sifat pesimis pada pasien. Teknik
behavioral, terapis bekerja secara lebih langsung dengan si penderita gangguan somatoform,
membantu orang tersebut belajar dalam menangani stress atau kecemasan dengan cara yang lebih
adaptif. Terapi kognitif, terapis menantang keyakinan klien yang terdistorsi mengenai penampilan
fisiknya dengan cara meyemangati mereka untuk mengevaluasi keyakinan mereka dengan bukti yang
jelas.

Gangguan somatisasi ditatalaksana dengan ikatan terapeutik, perjanjian teratur, dan intervensi krisis.

Penatalaksanaan untuk gangguan konversi adalah sugesti dan persuasi dengan berbagai teknik.
Strategi penatalaksanaan pada hipokondriasis meliputi pencatatan gejala, tinjauan psikososial, dan
psikoterapi.

Gangguan dismorfik tubuh diterapi dengan ikatan terapeutik, penatalaksanaan stres, psikoterapi, dan
pemberian antidepresan.

Terapi pada gangguan nyeri mencakup ikatan terapeutik, menentukan kembali tujuan terapi, dan
pemberian antidepresan.

LO 3.6 Pencegahan

Pertama, mulai berolah raga dengan baik dan teratur serta menjaga pola makan dengan
asupan gizi yang seimbang. Hal ini berguna untuk menjaga metabolism tubuh. Sehingga
menjadi prima.

Kedua, Apabila gangguan serangan cemas akan rasa sakit menyerang, katakan pada diri anda
stop, lalu lakukan relaksi dengan cara mengatur aliran nafas anda.

24
Ketiga, Lakukan lah medical check up 1 tahun 1 kali, secara rutin. Dengan harapan dapat
mengetahui kondisi fisikyang sebenarnya (membuat anda tenang), dan melakukan langkah
pencegahan jika ditemukan penyakit dalam diri.

Self talk “Tubuh saya sehat, dan saya baik-baik saja”. (katakan pada diri anda, setiap hari saat
anda bercermin setiap saat, dan katakan juga “indahnya hari ini, saya bersyukur karena tuhan
masih mengijinkan saya menikmati setiap karuniaNya”

LO 3.7 Prognosis

Prognosis pada gangguan somatoform sangat bervariasi, tergantung umur pasien dan sifat
gangguannya (kronik atau episodik). Umumnya, gangguan somatoform prognosisnya baik,
dapatditangani secara sempurna. Sangat sedikit sekali yang mengalami eksarsebasi, dapat
bervariasidari mild-severe dan kronis. Pengobatan yang lebih awal dan menjadikan prognosis
menjadilebih baik. Secara independen tidak meningkatkan risiko kematian. Kematian lebih
disebabkankarena upaya bunuh diri. (Kaplan, 1999)

LI 4 MM Prinsip Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah

Sakinah mawaddah warahmah.


Kata “Sakinah”. Sakinah merupakan pondasi dari bangunan rumah tangga yang sangat
penting. Tanpanya, tiada mawaddah dan warahmah. Sakinah itu meliputi kejujuran, pondasi
iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Dalam Al Qur’an pun dikatakan bahwa suatu saat, akan banyak orang yang saling berkasih
sayang di dunia, tetapi di akhirat kelak mereka akan bermusuhan, menyalahkan dan saling
melempar tanggung jawab. Kecuali orang-orang yang berkasih sayang dilandasi dengan cinta
kepada Allah SWT. Kata adalah mawaddah. Mawaddah itu berupa kasih sayang. Setiap
mahluk Allah kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Dalam konteks
pernikahan, contoh mawaddah itu berupa “kejutan” suami untuk istrinya, begitu pun
sebaliknya. Misalnya suatu waktu si suami bangun pagi-pagi sekali, membereskan rumah,
menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Dan ketika si istri bangun, hal tersebut merupakan
kejutan yang luar biasa.
Kata terakhir adalah warahmah. Warahmah ini hubungannya dengan kewajiban. Kewajiban
seorang suami menafkahi istri dan anak-anaknya, mendidik, dan memberikan contoh yang
baik. Kewajiban seorang istri untuk mena’ati suaminya. Intinya warahmah ini kaitannya
dengan segala kewajiban.

Cara membina keluarga sakinah mawadah warahmah

Menciptakan keluarga bahagia sakinah mawaddah adalah merupakan bagian dari tujuan
adanya pernikahan dalam Islam. Selain daripada hal tersebut tujuan manfaat pernikahan
adalah merupakan bagian dari mengikuti sunnah Rasulullah SAW yang merupakan panutan
kita dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

25
Yang dimaksud dengan pengertian keluarga adalah merupakan kelompok paling kecil di
dalam sebuah masyarakat,sekurang kurangnya dianggotai oleh suami dan istri atau ibu bapak
dan anak-anak. Dan ini adalah asas pembentukan sebuah masyarakat. Fungsi keluarga adalah
sebagai fungsi reproduktif, fungsi ekonomi, protektif, edukatif, rekreatif.

Keluarga sakinah dalam kaidah Bahasa Indonesia sakinah mempunyai arti kedamaian,
ketentraman, ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah mengandung makna keluarga
yang diliputi rasa damai, tentram. Dan merupakan kondisi yang sangat ideal dalam sebuah
kehidupan keluarga yang terbentuk berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah.

Tujuan pernikahan dalam Islam telah Allah terangkan dalam Al-Qur,an yaitu dalam surat
(QS.Ar-Ruum [30]:21) yang artinya :"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."

Cara membina keluarga bahagia sakinah mawadah warahmah dalam naungan Islam yaitu
diantaranya :

1. Rumah Tangga Dibangun Dan Didirikan Berlandaskan Al-Qur'an Dan


Sunnah Nabi.

Asas serta niat awal ketika merintis sebuah keluarga dalam bentuk pernikahan yang syah baik
dalam agama maupun sah di dalam aturan negara dalam rangka pembentukan sebuah
keluarga sakinah ialah rumah tangga yang dibina atas landasan taqwa, berpandukan Al-Quran
dan Sunnah dan bukannya atas dasar cinta semata-mata.

2. Membentuk Rumah Tangga Untuk Menciptakan Kasih Sayang (Mawaddah


Warahmah).

Ini adalah merupakan cara membina keluarga bahagia dan sakinah selanjutnya. Tanpa adanya
'al-mawaddah' serta 'al-Rahmah', maka sebuah masyarakat tidak akan dapat hidup dengan
tenang dan aman terutamanya dalam lingkup kecil sebuah keluarga. Dua hal ini merupakan
pilar penting yang diperlukan karena sifat kasih sayang yang wujud dalam sebuah rumah
tangga dapat melahirkan sebuah masyarakat yang bahagia, saling menghormati, saling
mempercayai dan saling tolong-menolong dalam kebaikan. Tanpa kasih sayang, sebuah
perkawinan akan hancur, kebahagiaan hanya akan menjadi impian semua saja. Dan ini adalah
termasuk ciri kriteria keluarga bahagia sakinah mawaddah.

26
3. Bersyukur Telah Dikaruniai Pasangan Hidup.

Mensyukuri nikmat Allah adalah merupakan kewajiban bagi tiap hamba-hambaNya. Karena
tidak sedikit manusia yang sampai akhir hayatnya tidak mempunyai pasangan hidup.
Mensyukuri ini juga artinya kita siap dengan kelebihan dan kekurangan pasangan hidup kita.
Apapun itu. Karena pada umumnya ketika berkenalan dulu kita hanya mengenal akan
kebaikan-kebaikan dari pasangan kita. Setelah kita mengarungi bahtera rumah tangga lambat
laun kita juga akan mengetahui kekurangan pada istri atau suami kita. Tetapi italh rumah
tangga, saling melengkapi satu sama lain dan menutupi kekurangan satu sama lain.

4. Memilih Kriteria Suami atau Istri Yang Tepat.

Ini dilakukan sebelum masa pernikahan dimulai. Agar terciptanya keluarga yang sakinah,
maka dalam menentukan kriteria suami maupun istri haruslah tepat. Diantara kriteria tersebut
misalnya beragama islam dan shaleh maupun shalehah, berasal dari keturunan dan keluarga
yang kita percayai yang baik-baik, mempunyai akhlak mulia, sopan santun dan bertutur kata
yang baik. Ini juga yang harus dilakukan dalam rangka untuk sebagai cara menciptakan
keluarga sakinah mawaddah warahmah pertama kalinya.

5. Menjalankan Kewajiban dan Hak Sebagai Suami Dan Istri Dengan Baik.

Dala Islam telah banyak diajarkan bagaimana hak seorang istri, kewajiban seorang istri. Apa
saja yang menjadi bagian dari sebuah kewajiban seorang suami, apa hak-hak suami dalam
rumah tangga. Bila kesemuanya bisa dijalankan dengan baik maka hal ini bisa menjadi jalan
untuk menciptakan keluarga harmonis dalam sebuah lingkungan masyarakat

27

Anda mungkin juga menyukai