Anda di halaman 1dari 9

Journal Of Marine Research.

Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 109-117


Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Pengaruh Hym-248 Terhadap Metamorfosis Planula Karang Acropora spp Di


Pulau Sambangan, Kepulauan Karimunjawa.

Andi Afriandi, Agus Trianto, Diah Permata Wijayanti*)


Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698
email:bulloppi@yahoo.com

Abstrak

Pemijahan masal berabagai macam spesies dari karang sclarectinian pertama kali dilaporkan di Graet
Barrier Reef, Australia pada awal tahun 1980. Penempelan merupakan tahap selanjutnya dari hidup
planula yang memainkan peranan penting dalam pembentukan koloni karang. Hym-248 merupakan salah
satu jenis peptida sintesis yang terbukti dapat membuat planula karang Acropora spp bermetamorfosis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Hym-248 terhadap planula karang Acropora spp
dalam proses metamorfosis di Pulau Sambangan, Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah. Metode
penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Slick dikoleksi dari Pulau Sambangan, Kepulauan
Karimunjawa saat pemijahan serentak terjadi pada bulan Maret. Pemberian Hym-248 diberikan dalam 5
dosis yang berbeda yaitu: 5x10-7; 1x10-6; 2x10-6; 5x10-6;1x10-5 M serta satu perlakuan kontrol tanpa
peptida untuk melihat kemampuan planula karang dalam bermetamorfosis secara alami. Hasil penelitian
menunjukkan Hym-248 mampu mempercepat metamorfosis dan penempelan planula yang berasal dari
slick. Planula sudah mulai bermetamorfosis setelah 8 jam perlakuan pada konsentrasi 1x10 -6 M. Semua
planula yang berada pada Iwaki wells yang terdapat Hym-248 bermetamorfosis dan bahkan sampai
menempel. Untuk kontrol hanya terjadi perubahan bentuk menjadi lonjong saja hingga waktu
pengamatan berakhir.

Kata Kunci: Spawning masal, Hym-248, slick, Metamorfosis, Iwaki wells, Acropora spp, Pulau
Sambangan.

Abstract

Multispecies synchronous spawning of scleractinian corals was first documented on Great Barrier Reef,
Australia in the early 1980s. Settlement as the next stage of planulae’s life plays an important role in the
persistence of coral colony. HYM-248 is one type of peptide synthesis, which has been shown to make
Acropora spp planulae metamorphosed. This study aims to determine the influence of Hym-248 on
Acropora spp planulae’s metamorphosed. The method is a eksperimental laboratoris, Slick is collected
from Sambangan Island, Karimunjawa Archipelago when spawning occurs simultaneously in March.
Provision of Hym-248 administered in 5 different doses, namely: 5x10 -7; 1x10-6; 2x10-6; 5x10-6; 1x10-5
M and one control treatment without peptide. The results showed, Hym-248 was able to accele
metamorphosis and attachment of planulae from the slick. Planulae started metamorphosis after 8 hours
of treatment 1x10-6 M concentration. All of which planulae are in Iwaki wells that contained of Hym-248
are metamorphosed and even to stick. On control treatment only changes shape into an oval until the
end of the observation time.

Keywords: Mass Spawning, Hym-248, Slick, Metamorphosis, Iwaki wells, Acropora spp, Sambangan
Island.

*) Penulis penanggung jawab


Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 110

PENDAHULUAN Diah Permata et al., 2012). Pemijahan


terjadi di Maret hingga September . Bulan
Latar Belakang September/Oktober peristiwa didominasi
oleh Faviids dan Agaricids, sementara
Terumbu karang adalah ekosistem di Maret/April oleh Acroporids. Inilah indikasi
laut tropis yang dibangun oleh biota laut pertama bahwa ada dua periode puncak
penghasil kapur khususnya jenis-jenis spawning masal di Laut Jawa, fenomena
karang batu dan alga berkapur, bersama- yang muncul dan menjadi umum di Asia
sama dengan biota yang hidup di dasar Tenggara (Tamu et al. 2005; Baird et al.
yaitu jenis molusca, crustasea, 2009 dalam Diah Permata et al., 2012) dan
echinodermata, polychaeta, porifera dan Australia Barat Utara (Gilmour et al. 2009
tunicata serta biota lain yang hidup bebas dalam Diah Permata et al., 2012).
di perairan sekitarnya. Dalam kerangka Proses selanjutnya dari pemijahan bagi
ekologis, terumbu karang sebagai tempat planula atau larva hewan karang adalah
mencari makan dan tempat hidup berbagai penempelan larva. Penempelan larva dapat
organisme hewan maupun tumbuhan laut berarti penempelan yang permanen dan
seperti : ikan, penyu, udang, kerang dan diikuti oleh pelekatan dan metamorfosis,
rumput laut (Supriharyono, 2000). Secara dapat juga berarti penempelan sementara
fisik terumbu karang juga menjadi saja (Harrison dan Wallace 1990).
pelindung pantai dan kehidupan ekosistem Pelekatan larva planula terjadi dengan
perairan dangkal lainnya dari abrasi oleh dikeluarkannya nematocyst dan mucus dari
ombak dan badai (Supriharyono, 2000). bagian epidermis aboral. Begitu pelekatan
Salah satu aspek penting dalam studi terjadi, planula mengalami metamorfosis
reproduksi karang adalah spawning dengan terjadinya kontraksi dari arah oral
(pemijahan). Kejadian spawning karang ke aboral, sehingga bagian dasar lebih pipih
secara masal di Great Barrier Reef-Australia dari bagian oralnya. Proses metamorfosis
mendorong studi serupa di berbagai akan segera diikuti oleh proses kalsifikasi,
belahan dunia (Richmond dan Hunter, pembentukan sekat-sekat rongga
1990). Adanya laporan mengenai spawning (mesentery) di dalam tubuh, dan
masal 156 jenis karang pada tahun 1983 di pembentukan bakal tentakel. Metamorfosis
Great Barrier Reef, Australia menyebabkan pada hewan invertebrata biasanya
studi mengenai reproduksi karang menjadi dianggap sebagai proses yang tidak dapat
bahasan yang menarik untuk diteliti lebih kembali. Metamorfosis larva planula dapat
lanjut (Harrison et al., 1984). Karakteristik terjadi jika ada perangsang yang berasal
reproduksi terumbu karang dalam suatu dari alga krustosa berkapur yang biasanya
wilayah dapat dijadikan satu acuan dalam terdapat pada pecahan karang atau
manajemen suatu ekosistem terumbu kerangka karang (Heyward dan Negri
karang secara terpadu. Reproduksi suatu 1999).
jenis karang sangat bermanfaat dalam Penempelan dan metamorfosis
memperkirakan proses rekruitmen populasi merupakan proses penting dalam siklus
hewan karang tersebut (Munasik, 2002). hidup banyak invertebrata laut yang
Suharsono (1996) menyatakan, hewan hidupnya menempel. Invertebrata yang
karang dari Genus Acropora merupakan menempel mengalami perubahan drastis
salah satu jenis karang yang mempunyai dari morfologi dan cara hidup. Larva yang
peranan penting dalam penyusunan semula berenang bebas mengakhiri hidup
terumbu karang. Hal tersebut ditunjukkan planktonik mereka dan memulai hidup
dari penyebaran yang menyeluruh dari bentik dengan mengubah bentuk tubuh ke
genus tersebut, misalnya jenis karang bentuk dewasa dalam menanggapi isyarat
Acropora formosa tersebar menyeluruh di lingkungan (Chia dan Rice 1978;. Iwao et
perairan Indonesia, perairan Australia dan al, 2002).
perairan Madagaskar (Veron, 2002). Hym-248 merupakan salah satu jenis
Menurut Baird et al., (2009) dalam peptida sintesis (buatan), yang termasuk
penelitiannya menunjukkan bahwa genus dalam kelompok GLWamida. Senyawa ini
dari karang ini merupakan penyumbang sudah terbukti mampu memicu proses
terbesar dari telur dan sperma dalam metamorfosis planula karang Acropora spp.
proses mass spawning di lautan. Pada Hydractinia, sekelompok neuropeptide
Pengamatan pertama spawning masal yang disebut GLWamida diduga merupakan
di Indonesia berada di Kepulauan mediator internal yang disekresi neuron
Karimunjawa pada Oktober 1995 (Edinger segera setelah larva Hydractinia
et al. dalam Tomascik et al. 1997 dalam mendeteksi sinyal dari lingkungan.
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 111

Neuropeptida tersebut bertindak sebagai Sambangan, Kepulauan Karimunjawa, Jawa


hormon yang memicu metamorfosis Tengah.
(Leitz,1997).
MATERI DAN METODE
Perumusan Masalah
Materi Penelitian
Kondisi terumbu karang di Indonesia
dan dunia akhir-akhir ini mengalami Materi dalam penelitian ini adalah
penurunan yang disebabkan berbagai Slick yang merupakan kumpulan atau
faktor, baik dari lingkungan atau yang gabungan dari berbagai gamet hasil
disebabkan oleh aktivitas manusia (Al pemijahan serentak (spawning massal )
Alam, 2011). Secara alamiah hewan karang karang dari Genus Acropora yang dikoleksi
mampu bereproduksi secara sexual dan dari perairan Pulau Sambangan,
asexual untuk memperbaiki dirinya ataupun selanjutnya slick ditetaskan menjadi planula
untuk memperbanyak keturunannya. Akan dan Peptida (Hym-248; EPLPIGLWamida;
tetapi proses tersebut membutuhkan waktu Genenet Co.Ltd, Fukuoka, Jepang) dengan
yang tidak sebentar. Salah satu reproduksi dosis yang berbeda. Dosis peptida yang
karang secara sexual yang sedang banyak dicobakan adalah 5x10-7, 1x10-6 , 2x10-6 ,
dipelajari saat ini adalah pemijahan masal 5x10-6 , 1x10-5 M (Iwao et al., 2002) dan
dan metamorfosis planula karang. satu kontrol tanpa peptida.
Informasi mengenai waktu pemijahan
serentak, metamorfosis planula karang dan
Metode Penelitian
penyediaan benih karang guna keperluan
restorasi di Indonesia belum banyak
diketahui, terlebih lagi mengenai Metode penelitian ini adalah
metamorfosis planula karang dengan eksperimental laboratoris untuk
bantuan Hym-248. Untuk menambah mengetahui pengaruh dari Hym-248
informasi tersebut maka dilakukan terhadap metamorfosis planula karang
penelitian tentang waktu pemijahan Acropora spp. Menurut Suryabrata (1992)
serentak dan metamorfosis planula karang metode eksperimental laboratoris adalah
dengan bantuan Hym-248 di Pulau metode yang bertujuan untuk mengetahui
Sambangan, Kepulauan Karimunjawa, Jawa hubungan sebab akibat dengan cara
Tengah. mengenakan satu atau lebih kelompok
eksperimen dengan suatu perlakuan
dengan membandingkan hasilnya dengan
Tujuan Penelitian
satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak
dikenakan perlakuan.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dari Hym-248
Metode pengambilan data
terhadap metamorfosis planula karang
Acropora spp di Pulau Sambangan.
Slick dikoleksi dengan menggunakan
gayung dan diangkut dengan ember
Manfaat Penelitian
sebelum dimasukkan dalam tank
pemeliharaan yang terbuat dari fiber
Penelitian ini diharapkan dapat berukuran 200 x 100 x 80 cm. Tank
menambah informasi pengaruh dari Hym- dihubungkan dengan pompa air sehingga
248 terhadap metamorfosis planula karang sirkulasi air berlangsung kontinyu dan
Acropora spp serta informasi bagi dilengkapi aerator. Slick kemudian
pemerintah untuk mengambil kebijakan dibiarkan selama 24 jam agar terjadi
mengenai konservasi terumbu karang yang pembuahan. Telur yang telah dibuahi akan
rusak terutama untuk penyediaan benih berkembang menjadi embrio dan planula
karang guna keperluan restorasi. larvae bersilia dalam 24 jam. Planulae yang
aktif bergerak digunakan sebagai materi uji
penggunaan peptida komersial Hym-248.
Planula diletakkan dalam Iwaki plate
Waktu dan Tempat Penelitian yang berisi 24 cerukan. Masing-masing
cerukan diisi 10 planula. Setiap dosis
Eksperimen laboratoris dilaksanakan peptida dicobakan pada Iwaki plate yang
pada bulan Maret 2011 di Pulau berbeda. Selanjutnya pengamatan
dilakukan terhadap planula karang yang
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 112

terdapat pada cerukan Iwaki yang berisi air mencari tempat yang cocok untuk
laut steril dan peptida dengan konsentrasi menempel. Bahkan ada juga planula yang
yang berbeda. Dosis peptida (Hym-248; berenang hanya berputar pada satu titik
EPLPIGLWamida; Genenet Co.Ltd, Fukuoka, saja. Warna dari planula kebanyakan
Jepang) yang dicobakan adalah 5x10-7, berwarna merah dan ada juga planula yang
1x10 , 2x10-6 , 5x10-6 , 1x10-5 M dan satu
-6
berwarna oranye. Planula yang aktif adalah
kontrol tanpa peptida. planula yang berenang bebas mencari
Penelitian dilakukan di dalam tempat untuk menempel ataupun planula
ruangan dengan suhu kamar sekitar 25-26º yang berenang berputar pada satu titik
C. Pengamatan dan pencatatan hasil saja. Karena ada juga planula yang tidak
penelitian dilakukan mulai jam ke-0 dimana berenang atau tidak bergerak sama sekali.
setelah pembuatan konsentrasi peptida
yang berbeda dan planula selesai semua Planula setelah mendapatkan
dilakukan. Selanjutnya pengamatan perlakuan atau pemberian Hym-248 terlihat
dilakukan setiap empat jam berikutnya berenang berputar seperti biasa, namun
sampai planula sudah ada yang menempel semakin lama, kecepatan renang planula
atau 48 jam. Pengamatan dilakukan dengan semakin berkurang. Hasil dari pengamatan
melihat metamorfosis dan perilaku planula jam ke-0 planula terlihat mulai
karang pada setiap cerukan Iwaki (lampiran menyesuaikan diri dengan berenang bebas
2). berputar dan naik turun di dalam cerukan
Rancangan percobaan yang Iwaki. Bentuk planula kebanyakan bulat
digunakan dalam penelitian ini adalah dan agak lonjong. Planula terlihat
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 mengalami perubahan bentuk / morfologi
perlakuan dan 24 ulangan pada jam pada jam ke-12. Semua planula terlihat
pertama planula terlihat menempel pada lonjong pada planula yang medianya
setiap konsentrasi Hym-248 yang terdapat peptida, sedangkan untuk kontrol
dicobakan (Tabel). Perlakuan yang yang tanpa peptida, planula baru terlihat
digunakan adalah : lonjong setelah jam ke-16. Sampai pada
K1 : Konsentrasi Hym-248 sebanyak jam ke-20 planula terlihat ada yang
5x10-7 M / 10 planula Acropora spp menempel disetiap sampel yang terdapat
K2 : Konsentrasi Hym-248 sebanyak peptida, sedangkan untuk kontrol tidak ada
1x10-6 M / 10 planula Acropora spp yang menempel bahkan sampai 48 jam
K3 : Konsentrasi Hym-248 sebanyak berikutnya. Untuk kontrol hanya berbentuk
2x10-6 M / 10 planula Acropora spp lonjong saja sampai penelitian selesai
K4 : Konsentrasi Hym-248 sebanyak dilakukan (Gambar 6).
5x10-6 M / 10 planula Acropora spp
K5 : Konsentrasi Hym-248 sebanyak
1x10-5 M / 10 planula Acropora spp

Tabel. Desain RAL metamorfosis planula


pada jam ke-20

Perlakuan
Ulangan Keterangan : a = stadia 1 (bulat), b =
K1 K2 K3 K4 K5 stadia 2 (lonjong), c = stadia 3 (pipih), d =
1 A1 B1 C1 D1 E1 stadia 3 (menempel).
2 A2 B2 C2 D2 E2
3 A3 B3 C3 D3 E3 Gambar. Metamorfosis Planula Acropora
spp
… A.. B.. C.. D.. E..
24 A24 B24 C24 D24 E24
Berbeda dengan planula yang
Rerata A B C D E mendapatkan pengaruh dari peptida,
planula pada sampel kontrol, pada empat
jam pertama hanya menepi dan tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN terjadi perubahan bentuk planula. Setelah
16 jam ada perubahan bentuk dari yang
Hasil semula hanya berbentuk bulat, sekarang
ada yang berbentuk lonjong seperti buah
Planula kebanyakan berbentuk bulat pir sebanyak enam planula. Pada jam ke-20
dan berenang perlahan seperti sedang bertambah menjadi tujuh, pada jam ke-24
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 113

dan 28 terdapat delapan planula yang


berbentuk lonjong. Pada jam ke-32
bertambah menjadi sembilan planula,
keadaan ini tidak berubah sampai pada jam
ke-48. Tidak ada satu planula pun yang
menempel pada substrat maupun pada
tepian setiap lubang yang terdapat pada
Iwaki.

Hasil Pengaruh Pemberian Dosis


Peptida yang Berbeda

Semua sampel yang berisi peptida


mulai mengalami perubahan pada jam ke
delapan. Pada jam tersebut terdapat lima
planula yang berbentuk lonjong, yaitu pada
sampel dengan dosis peptida sebanyak
1x10-6 M. Namun dosis petida lainnya baru
ada perubahan pada jam ke-12, planula
berbentuk lonjong dan berjumlah sembilan
planula. Perubahan selanjutnya yaitu
berbentuk pipih terlihat pada jam ke-16
dan berjumlah sembilan planula, kecuali
pada dosis peptida 1x10-6 M, planula Gambar 7. Diagaram keberhasilan
berbentuk pipih mulai terlihat sejak jam ke- metamorfosis planula pada setiap sampel
12 sebanyak tiga planula dan pada jam ke- uji pada dosis yang berbeda.
16 bertambah menjadi delapan planula.
Planula terlihat menempel pada jam ke-20
Analisis RAL
planula yang mendapat pengaruh dari
peptida, hanya saja terdapat perbedaan
jumlah. Jumlah paling sedikit yaitu tiga Data statistik metamorfosis planula
planula terdapat pada dosis peptida 2x10-6 karang Acropora spp diolah dengan
M, sedangkan yang terbanyak berjumlah menggunakan analisa RAL (Rancangan
enam planula terdapat pada dosis peptida Acak Lengkap) dengan One Way Annova
1x10-5 M. Pada jam ke-28 planula yang yang terdapat dalam perangkat lunak SPSS
mendapatkan pengaruh dari peptida 16 dengan perbedaan konsentrasi peptida
menunjukkan persamaan yaitu terdapat sebagai variabel yang mempengaruhi
sembilan planula yang menempel dan jumlah planula dalam bermetamorfosis
keadaan ini terus berlanjut sampai jam ke- (Tabel 9).
48 (Gambar 7).
Tabel 9. Hasil Analisa RAL Terhadap
Diagram batang menunjukan jumlah Metamorfosis Planula Karang.
planula, dan diagram garis menunjukan
stadia planula atau bentuk perubahan Levene's Test of Equality of Error
planula. Pada diagram garis marker sengaja Variancesa
dibedakan bentuknya agar mempermudah Dependent Variable:Jumlah
cara membedakan bentuk perubahan atau
F df1 df2 Sig.
stadia planula.
1.316 4 115 .268
Tests the null hypothesis that the
error variance of the dependent
variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Perlakuan
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 114

perilaku renang dan mengakibatkan


Tests of Between-Subjects Effects metamorfosis 96% hanya dalam waktu
Dependent enam jam setelah perlakuan (pemberian
Variable:Jumlah dosis Hym-248 sebanyak 1x10-6 M) (Erwin
et al., 2010).
Type III
Sum of Mean
Source Squares df Square F Sig. Hym-248 merupakan protein buatan
yang sangat mirip dengan protein aslinya.
Corrected 12480.00 3120.00 19.08 Metamorfosis merupakan salah satu proses
4 .000
Model 0a 0 5 pertumbuhan dimana protein sangat
Intercept 253920.0 253920. 1.553 dibutuhkan. Untuk konsentarasi dari Hym-
1 .000 248, dibutuhkan konsentrasi tertentu agar
00 000 E3
metamorfosis planula karang dapat terjadi
Perlakuan 12480.00 3120.00 19.08
4 .000 secara cepat dan efektif. Sedangkan dalam
0 0 5 penelitian ini konsentrasi sebanyak 1x10-6
Error 18800.00 M merupakan konsentrasi yang paling cepat
115 163.478
0 memeberikan pengaruh terhadap planula
Total 285200.0 karang Acropora spp untuk
120
00 bermetamorfosis.
Corrected 31280.00 Penelitian yang dilakukan Iwao et
119 al., (2002) menyatakan bahwa Hym-248
Total 0
bisa digunakan pada planula karang
a. R Squared = .399 (Adjusted R Acropora tenuis dan dosis yang paling tepat
Squared = .378) adalah 1x10-6 M, namun tidak berhasil
sama sekali pada dosis 5x10-7 M. Hal ini
Hasil uji homogenitas menunjukan juga dibenarkan oleh Erwin dan Szmat
bahwa data terima H0 (sig 0.26 > 0.005) (2010) dalam penelitiannya menyatakan
yang artinya data bersifat homogen. bahwa Hym-248 pada konsentrasi 1x10-6 M,
Pengambilan keputusan dilakukan dengan mampu menginduksi secara sempurna atau
melihat hasil perhitungan F hitung dan 100% pada planula Acropora palmata
membandingkannya dengan nilai dari F bahkan sampai menempel dengan kuat
tabel (α = 0,05) nilai F tabel adalah 2.62. pada substrat yang telah disediakan.
Jika nilai F hitung lebih kecil dari F tabel Hym-248 tidak bisa mempengaruhi
maka keputusannya menerima H 0. Begitu proses metamorfosis pada planula karang
juga sebaliknya, jika nilai F hitung lebih dari Genus selain Acropora seperti Isopora,
besar dari F tabel maka keputusannya Montipora, Astreopora, Merulina,
menerima H1. Dari hasil analisis RAL Goniastrea (Iwao et al., 2002), Montastrea
menunjukkan bahwa F hitung (19.085) > F dan Favia (Erwin dan Szmat, 2010). Diduga
table (2.62) maka perbedaan konsentrasi Hym-248 mamapu meniru dan bertindak
berpengaruh terhadap jumlah planula seperti hormon yang dikeluarkan oleh
(terima H1) Acropora selama mencari tempat untuk
menempel dan dengan demikian bisa
Pembahasan mengikat reseptor yang sesuai pada larva
dan mengaktifkan jalur metamorfosis (Iwao
Berbeda dengan penelitian yang et al., 2002).
dilakukan oleh Iwao et al. (2002) dan Erwin Berbeda dengan penelitian Iwao et
et al. (2010), pada penelitian ini al., yang menyatakan bahwa Hym-248
pengamatan dilakukan setiap empat jam dengan konsentrasi 5x10-7 M, tidak berhasil
sekali, maka untuk konsentrasi yang sama membuat planula karang dari Genus
yaitu 1x10-6 M, metamorfosis baru terlihat Acropora bermetamorfosis. Pada penelitian
setelah delapan jam perlakuan. Sedangkan ini semua dosis yang dicobakan termasuk
untuk konsentrasi lainnya, metamorfosis 5x10-7 M, mampu membuat planula karang
baru terlihat setelah 12 jam perlakuan. dari Genus Acropora spp bermetamorfosis
Planula terlihat menempel pada semua bahkan sampai menempel kuat pada
sampel yang terdapat peptida setelah 20 substrat yang disediakan pada jam ke-20
jam terpapar oleh Hym-248. Iwao et al. setelah mendapat pemberian Hym-248.
(2002) dan Erwin et al. (2010) melaporkan Kemungkinan dikarenakan pada
bahwa Hym-248 mampu memicu proses penelitian ini menggunakan planula yang
metamorfosis hampir 100% pada planula berasal dari slick yang merupakan
Acropora spp. Hym-248 mampu mengubah gabungan gamet dari berbagai sepesies
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 115

karang yang memijah secara serentak KESIMPULAN DAN SARAN


(Genus Acropora) dan selain itu pula
planula yang digunakan merupakan planula Kesimpulan
yang berumur tiga hari setelah fertilisasi.
Menurut Erwin dan Szmat (2010) dalam Hasil penelitian ini dapat
Permata dan Indrayanti (2012) semakin tua disimpulkan bahwa, Hym-248 dapat
umur planulae, tingkat keseragaman mempercepat planula karang
kecepatan metamorfosis semakin tinggi. bermetamorfosis dan dapat dijadikan
Larva yang diinkubasi pada umur ≥ lima alternatif untuk memperoleh benih koloni
hari, mengalami keseragaman karang secara masal dalam waktu
metamorfosis kurang dari 100%. Namun serempak. Dosis yang paling cepat untuk
pada larva yang diinduksi setelah berumur membuat planula karang bermetamorfosis
≥ enam hari, metamorfosis terjadi 100% adalah 1x10-6 M, dibutuhkan waktu sekitar
pada seluruh planulae. 8 jam, dibandingkan dengan kontrol yang
Penelitian dengan memanfaatkan baru terlihat bermetamorfosis sekitar 16
alga koralin sebagai pemicu metamorphosis jam setelah diberikannya Hym-248.
menunjukan senyawa alga koralin dapat
mempengaruhi proses metamorphosis. Ucapan Terima Kasih
Pertama, planula memanjangkan tubuh dan
menunjukkan perilaku merangkak, artinya Penulis mengucapkan terima kasih
larva mulai mencari tempat yang cocok yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Diah
untuk penempelan. Dibutuhkan lebih dari Permata W, M.Sc dan Dr. Agus Trianto,
48 jam bagi semua planula untuk M.Sc selaku dosen pembimbing serta
menyelesaikan metamorfosis larva saat rekan-rekan satu tim penelitian atas
diinduksi dengan senyawa alga koralin bantuan tenaga dan fikiran selama
(Morse et al., 1996 dalam Iwao et al., penelitian. Kepada reviewer Jurnal
2002). Sedangkan menggunakan Hym-248, Penelitian Kelautan disampaikan
metamorphosis terlihat pada jam ke penghargaan atas review yang sangat
delapan. Planula terlihat menempel setelah berharga pada artikel ini.
48 jam jika menggunakan alga koralin,
sedangkan menggunakan Hym-248 hanya DAFTAR PUSTAKA
20 jam setelah perlakuan dan 88 jam jika
tanpa induksi dari alga koralin maupun Babcock R.C., Bull G.D., Harrison P.L.,
Hym-248. Heyward A.J., Oliver J.K., Wallace
Hingga kini belum ada laporan yang C.C., Willis B.L. (1986) Synchronous
menyelusuri pertumbuhan koloni karang spawning of 105 scleractinian coral
yang terbentuk dari planula yang proses species on the Great Barrier Reef.
metamorfosisnya diinduksi dengan Hym- Mar Biol 90:379–394
248. Namun penelitian Erwin dan Szmant Babcock, R. and Davies, P. (1991). Effects
(2010) dalam Permata dan Indrayanti of sedimentation on settlement of
(2012) menyatakan planula yang Acropora millepora. Coral Reefs
menempel menjadi polip muda mampu 9:205 208.
berkembang menjadi koloni muda setelah Bahctiar I. 2001. Reproduction of three
diamati selama 36 hari. Perkembangan Scleractinian corals (Acropora
tersebut mirip perkembangan polip pemula cytherea, A. nobilis and Hydnophora
karang Acroporidae secara alami (Omori rigida) in eastern Lombok Strait,
dan Fujiwara, 2004 dalam Permata dan Indonesia. Ilmu Kelautan 21:18-27
Indrayanti, 2012). Baird A.H., Hanafy M.H., Aamer M.A., Habib
Pada penelitian ini memanfaatkan M., Anthony B. Rouphael. 2009.
benih dari berbagai sepesies Genus Synchronous reproduction of corals
Acropora yang berjumlah ribuan dari hasil in the Red Sea. James Cook
pemijahan serentak. Dapat dipastikan University, Townsville 4811,
bahwa Hym-248 mampu memberikan benih Australia
karang dalam jumlah yang banyak untuk Chia F-S, Rice M.E. (1978) Settlement and
keperluan mengembalikan kondisi terumbu metamorphosis of marine
karang yang rusak dalam waktu yang lebih invertebrate larvae. Elsevier, New
cepat dibanding menggunakan alga koralin York.
ataupun secara alami.
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 116

Diah Permata W., Indrayanti E., Haryati D., Development In The Shallow Water
Fika L., Arfiyan H., Achmad A. 2102. Hermatypic Coral Goniastrea
Biannual multispecific spawning in australensis(Edward and Haime ,
Karimunjawa Archipelago, 1957). Bulletin. Marine Science.
Indonesia. Laporan Hibah 31:558-573)
Kompetensi Tahun 2011. DP2M Kojis BL. 1986. Sexual reproduction in
Dikti. Acropora (Isopora) (Coelenterata:
Diah Permata W. & Indrayanti E. 2012. Uji Scleractinia) II. Latitudinal variation
Peptida Komersial Hym-248 in A. palifera from the Great Barrier
terhadap Metamorfosis dan Reef and Papua New Guinea. Mar
Penempelan Planula yang Berasal Biol 91:311–318.
dari Slick. Laporan Hibah Leitz T (1997) Induction of settlement and
Kompetensi Tahun 2011. DP2M metamorphosis of cnidarian larvae:
Dikti. signals and signal transduction.
Erwin P.M., and Szmant A.M. (2010). Munasik dan Azhari, A. 2002. Masa
Settlement induction of Acropora reproduksi dan struktur gonad
palmate planulae by a GLW-amide karang Acropora aspera di Pulau
neuropeptide. USA Panjang , Jepara. Prosiding
Guest JR, Chou L.M., Baird A.H., Goh B.P.L. Konferensi Nasional III Pengelolaan
(2002) Multispecific, synchronous Sunberdaya Pesisir dan Lautan 21-
coral spawning in Singapore. Coral 25 Mei 2002. In press
Reefs 21:422– 423 Munasik. 2002. Reproduksi seksual karang
Harrison P. L, Babcock RC, Bull GD, Oliver di Indonesia: suatu kajian.
JK, Wallace CC, Willis BL (1984) Konferensi Nasional III 2002
Mass spawning in tropical reef Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
corals. Science 223:1187–1188 Lautan Indonesia, 21- 24 Mei 2002
Harrison, P.L. and Wallace, C.C. (1990). Oliver , J.K., R.C. Babcock, P.L Harrison and
Reproduction, dispersal and B.L. Willis. 1988. Geographic extent
recruitment of scleractinian corals. of mass coral spawning: Clues to
In : Dubinzky, Z. (ed.) Coral Reefs. ultimate causal factors. Proc. 6 th Int.
Elsevier Science Publishers. Coral Reef Symp. Australia 2:803-
Amsterdam. pp. 133-207. 810
Hatta, Masayuki and Kenji Iwao. 2003. Richmond, R. H. & Hunter, C. L. 1990
Metamorphosis Induction and Its Reproduction and recruitment of
Possible Application to Coral corals: comparisons among the
Seedlings Production. Pacon Caribbean, the tropical Pacific, and
International. ISBN 0-9634343-5-7 the Red Sea.
Hatta M, Iwao K, Taniguchi H, Omori M Schmich J, Trepel S, Leitz T (1998) The role
(2004) Restoration technology using of GLW amides in metamorphosis of
sexual reproduction. In: Omori M, Hydractinia echinata.
Fujiwara S (eds) Manual for Shlesinger Y, Loya Y. 1985. Coral
restoration and remediation of coral community reproductive patterns:
reefs. Nature Conservation Bureau, Red Sea versus the Great Barrier
Ministry of the Environment, Japan, Reef. Science 228:1333–1335.
pp 14–28 Shlesinger, Y., T. L. Goulet, Y. Loya. 1998.
Heyward, A.J. and Negri, A.P. (1999). Reproductive Patterns of Scleractinia
Natural inducers for coral larval Corals in The Northern Red Sea.
metamorphosis. Coral Reefs 18:273- Marine Biology 132: 691-701
279. Suharsono. 1996. Jenis-Jenis Karang yang
Hodgson, G. (1990). Sediment and the Umum dijumpai di Perairan
settlement of larvae of the reef coral Indonesia. Oseanografi-LIPI,
Pocillopora damicornis. Coral Reefs Jakarta. 116 hlm
9:41 43. Supriharyono. 2000. Pengelolaan Ekosistem
Iwao K, Fujisawa T, Hatta M (2002) A Terumbu Karang. Djambatan.
cnidarian neuropeptide of the Jakarta. 108 hlm
GLWamide family induces Suryabrata, S. 1992. Metode Penelitian.
metamorphosis of reef-building Universitas Gajah Mada. Rajawali.
corals in the genus Acropora. Jakarta. 234p.
Kojis B.L and N.J. Quin. 1981. Aspect of Sya’rani, L. 1982. Karang Determinasi
Sexual Reproduction And Larval Genus. UNDIP, Semarang. 94 hlm
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 117

Szmant AM. 1986. Reproductive ecology of


Caribbean reef corals. Coral reefs 5 :
43-53
Thamrin, DR. 2006. Karang Biologi
Reproduksi dan Ekologi. Minamandiri
Pres. Riau
Timotius Silvianita. 2003. Makalah Trining
Course: Karekteristik Biologi Karang.
Terangi. 1-14 hlm.
Wallace CC. 1985. Reproduction,
recruitment and fragmentation in
nine sympatric species of the coral
genus Acropora. Mar Biol 88:217–
23.
Widjatmoko W, Djunaedi A, Suprianto J,
Munasik. 1997. Studi reproduksi
karang Pocillopora damicornis dan
Stylophora pistillata di Perairan
Jepara sebagai upaya konservasi
terumbu karang. Laporan penelitian.
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu
Kelautan,Universitas Diponegoro,
Semarang h42
Willis BL, Babcock RC, Harrison PL, Oliver
JK, Wallace CC (1985) Patterns in
the mass spawning of corals on the
Great Barrier Reef from 1981 to
1984. Proc 5th Int Coral Reef Cong
4:343–348

Anda mungkin juga menyukai