Abstrak
Pemijahan masal berabagai macam spesies dari karang sclarectinian pertama kali dilaporkan di Graet
Barrier Reef, Australia pada awal tahun 1980. Penempelan merupakan tahap selanjutnya dari hidup
planula yang memainkan peranan penting dalam pembentukan koloni karang. Hym-248 merupakan salah
satu jenis peptida sintesis yang terbukti dapat membuat planula karang Acropora spp bermetamorfosis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Hym-248 terhadap planula karang Acropora spp
dalam proses metamorfosis di Pulau Sambangan, Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah. Metode
penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Slick dikoleksi dari Pulau Sambangan, Kepulauan
Karimunjawa saat pemijahan serentak terjadi pada bulan Maret. Pemberian Hym-248 diberikan dalam 5
dosis yang berbeda yaitu: 5x10-7; 1x10-6; 2x10-6; 5x10-6;1x10-5 M serta satu perlakuan kontrol tanpa
peptida untuk melihat kemampuan planula karang dalam bermetamorfosis secara alami. Hasil penelitian
menunjukkan Hym-248 mampu mempercepat metamorfosis dan penempelan planula yang berasal dari
slick. Planula sudah mulai bermetamorfosis setelah 8 jam perlakuan pada konsentrasi 1x10 -6 M. Semua
planula yang berada pada Iwaki wells yang terdapat Hym-248 bermetamorfosis dan bahkan sampai
menempel. Untuk kontrol hanya terjadi perubahan bentuk menjadi lonjong saja hingga waktu
pengamatan berakhir.
Kata Kunci: Spawning masal, Hym-248, slick, Metamorfosis, Iwaki wells, Acropora spp, Pulau
Sambangan.
Abstract
Multispecies synchronous spawning of scleractinian corals was first documented on Great Barrier Reef,
Australia in the early 1980s. Settlement as the next stage of planulae’s life plays an important role in the
persistence of coral colony. HYM-248 is one type of peptide synthesis, which has been shown to make
Acropora spp planulae metamorphosed. This study aims to determine the influence of Hym-248 on
Acropora spp planulae’s metamorphosed. The method is a eksperimental laboratoris, Slick is collected
from Sambangan Island, Karimunjawa Archipelago when spawning occurs simultaneously in March.
Provision of Hym-248 administered in 5 different doses, namely: 5x10 -7; 1x10-6; 2x10-6; 5x10-6; 1x10-5
M and one control treatment without peptide. The results showed, Hym-248 was able to accele
metamorphosis and attachment of planulae from the slick. Planulae started metamorphosis after 8 hours
of treatment 1x10-6 M concentration. All of which planulae are in Iwaki wells that contained of Hym-248
are metamorphosed and even to stick. On control treatment only changes shape into an oval until the
end of the observation time.
Keywords: Mass Spawning, Hym-248, Slick, Metamorphosis, Iwaki wells, Acropora spp, Sambangan
Island.
terdapat pada cerukan Iwaki yang berisi air mencari tempat yang cocok untuk
laut steril dan peptida dengan konsentrasi menempel. Bahkan ada juga planula yang
yang berbeda. Dosis peptida (Hym-248; berenang hanya berputar pada satu titik
EPLPIGLWamida; Genenet Co.Ltd, Fukuoka, saja. Warna dari planula kebanyakan
Jepang) yang dicobakan adalah 5x10-7, berwarna merah dan ada juga planula yang
1x10 , 2x10-6 , 5x10-6 , 1x10-5 M dan satu
-6
berwarna oranye. Planula yang aktif adalah
kontrol tanpa peptida. planula yang berenang bebas mencari
Penelitian dilakukan di dalam tempat untuk menempel ataupun planula
ruangan dengan suhu kamar sekitar 25-26º yang berenang berputar pada satu titik
C. Pengamatan dan pencatatan hasil saja. Karena ada juga planula yang tidak
penelitian dilakukan mulai jam ke-0 dimana berenang atau tidak bergerak sama sekali.
setelah pembuatan konsentrasi peptida
yang berbeda dan planula selesai semua Planula setelah mendapatkan
dilakukan. Selanjutnya pengamatan perlakuan atau pemberian Hym-248 terlihat
dilakukan setiap empat jam berikutnya berenang berputar seperti biasa, namun
sampai planula sudah ada yang menempel semakin lama, kecepatan renang planula
atau 48 jam. Pengamatan dilakukan dengan semakin berkurang. Hasil dari pengamatan
melihat metamorfosis dan perilaku planula jam ke-0 planula terlihat mulai
karang pada setiap cerukan Iwaki (lampiran menyesuaikan diri dengan berenang bebas
2). berputar dan naik turun di dalam cerukan
Rancangan percobaan yang Iwaki. Bentuk planula kebanyakan bulat
digunakan dalam penelitian ini adalah dan agak lonjong. Planula terlihat
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 mengalami perubahan bentuk / morfologi
perlakuan dan 24 ulangan pada jam pada jam ke-12. Semua planula terlihat
pertama planula terlihat menempel pada lonjong pada planula yang medianya
setiap konsentrasi Hym-248 yang terdapat peptida, sedangkan untuk kontrol
dicobakan (Tabel). Perlakuan yang yang tanpa peptida, planula baru terlihat
digunakan adalah : lonjong setelah jam ke-16. Sampai pada
K1 : Konsentrasi Hym-248 sebanyak jam ke-20 planula terlihat ada yang
5x10-7 M / 10 planula Acropora spp menempel disetiap sampel yang terdapat
K2 : Konsentrasi Hym-248 sebanyak peptida, sedangkan untuk kontrol tidak ada
1x10-6 M / 10 planula Acropora spp yang menempel bahkan sampai 48 jam
K3 : Konsentrasi Hym-248 sebanyak berikutnya. Untuk kontrol hanya berbentuk
2x10-6 M / 10 planula Acropora spp lonjong saja sampai penelitian selesai
K4 : Konsentrasi Hym-248 sebanyak dilakukan (Gambar 6).
5x10-6 M / 10 planula Acropora spp
K5 : Konsentrasi Hym-248 sebanyak
1x10-5 M / 10 planula Acropora spp
Perlakuan
Ulangan Keterangan : a = stadia 1 (bulat), b =
K1 K2 K3 K4 K5 stadia 2 (lonjong), c = stadia 3 (pipih), d =
1 A1 B1 C1 D1 E1 stadia 3 (menempel).
2 A2 B2 C2 D2 E2
3 A3 B3 C3 D3 E3 Gambar. Metamorfosis Planula Acropora
spp
… A.. B.. C.. D.. E..
24 A24 B24 C24 D24 E24
Berbeda dengan planula yang
Rerata A B C D E mendapatkan pengaruh dari peptida,
planula pada sampel kontrol, pada empat
jam pertama hanya menepi dan tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN terjadi perubahan bentuk planula. Setelah
16 jam ada perubahan bentuk dari yang
Hasil semula hanya berbentuk bulat, sekarang
ada yang berbentuk lonjong seperti buah
Planula kebanyakan berbentuk bulat pir sebanyak enam planula. Pada jam ke-20
dan berenang perlahan seperti sedang bertambah menjadi tujuh, pada jam ke-24
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 113
Diah Permata W., Indrayanti E., Haryati D., Development In The Shallow Water
Fika L., Arfiyan H., Achmad A. 2102. Hermatypic Coral Goniastrea
Biannual multispecific spawning in australensis(Edward and Haime ,
Karimunjawa Archipelago, 1957). Bulletin. Marine Science.
Indonesia. Laporan Hibah 31:558-573)
Kompetensi Tahun 2011. DP2M Kojis BL. 1986. Sexual reproduction in
Dikti. Acropora (Isopora) (Coelenterata:
Diah Permata W. & Indrayanti E. 2012. Uji Scleractinia) II. Latitudinal variation
Peptida Komersial Hym-248 in A. palifera from the Great Barrier
terhadap Metamorfosis dan Reef and Papua New Guinea. Mar
Penempelan Planula yang Berasal Biol 91:311–318.
dari Slick. Laporan Hibah Leitz T (1997) Induction of settlement and
Kompetensi Tahun 2011. DP2M metamorphosis of cnidarian larvae:
Dikti. signals and signal transduction.
Erwin P.M., and Szmant A.M. (2010). Munasik dan Azhari, A. 2002. Masa
Settlement induction of Acropora reproduksi dan struktur gonad
palmate planulae by a GLW-amide karang Acropora aspera di Pulau
neuropeptide. USA Panjang , Jepara. Prosiding
Guest JR, Chou L.M., Baird A.H., Goh B.P.L. Konferensi Nasional III Pengelolaan
(2002) Multispecific, synchronous Sunberdaya Pesisir dan Lautan 21-
coral spawning in Singapore. Coral 25 Mei 2002. In press
Reefs 21:422– 423 Munasik. 2002. Reproduksi seksual karang
Harrison P. L, Babcock RC, Bull GD, Oliver di Indonesia: suatu kajian.
JK, Wallace CC, Willis BL (1984) Konferensi Nasional III 2002
Mass spawning in tropical reef Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
corals. Science 223:1187–1188 Lautan Indonesia, 21- 24 Mei 2002
Harrison, P.L. and Wallace, C.C. (1990). Oliver , J.K., R.C. Babcock, P.L Harrison and
Reproduction, dispersal and B.L. Willis. 1988. Geographic extent
recruitment of scleractinian corals. of mass coral spawning: Clues to
In : Dubinzky, Z. (ed.) Coral Reefs. ultimate causal factors. Proc. 6 th Int.
Elsevier Science Publishers. Coral Reef Symp. Australia 2:803-
Amsterdam. pp. 133-207. 810
Hatta, Masayuki and Kenji Iwao. 2003. Richmond, R. H. & Hunter, C. L. 1990
Metamorphosis Induction and Its Reproduction and recruitment of
Possible Application to Coral corals: comparisons among the
Seedlings Production. Pacon Caribbean, the tropical Pacific, and
International. ISBN 0-9634343-5-7 the Red Sea.
Hatta M, Iwao K, Taniguchi H, Omori M Schmich J, Trepel S, Leitz T (1998) The role
(2004) Restoration technology using of GLW amides in metamorphosis of
sexual reproduction. In: Omori M, Hydractinia echinata.
Fujiwara S (eds) Manual for Shlesinger Y, Loya Y. 1985. Coral
restoration and remediation of coral community reproductive patterns:
reefs. Nature Conservation Bureau, Red Sea versus the Great Barrier
Ministry of the Environment, Japan, Reef. Science 228:1333–1335.
pp 14–28 Shlesinger, Y., T. L. Goulet, Y. Loya. 1998.
Heyward, A.J. and Negri, A.P. (1999). Reproductive Patterns of Scleractinia
Natural inducers for coral larval Corals in The Northern Red Sea.
metamorphosis. Coral Reefs 18:273- Marine Biology 132: 691-701
279. Suharsono. 1996. Jenis-Jenis Karang yang
Hodgson, G. (1990). Sediment and the Umum dijumpai di Perairan
settlement of larvae of the reef coral Indonesia. Oseanografi-LIPI,
Pocillopora damicornis. Coral Reefs Jakarta. 116 hlm
9:41 43. Supriharyono. 2000. Pengelolaan Ekosistem
Iwao K, Fujisawa T, Hatta M (2002) A Terumbu Karang. Djambatan.
cnidarian neuropeptide of the Jakarta. 108 hlm
GLWamide family induces Suryabrata, S. 1992. Metode Penelitian.
metamorphosis of reef-building Universitas Gajah Mada. Rajawali.
corals in the genus Acropora. Jakarta. 234p.
Kojis B.L and N.J. Quin. 1981. Aspect of Sya’rani, L. 1982. Karang Determinasi
Sexual Reproduction And Larval Genus. UNDIP, Semarang. 94 hlm
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 117