Senyawa Fitokimia Dalam Makanan
Senyawa Fitokimia Dalam Makanan
Makanan
Kata "fitokimia" berasal dari kata "phyto" dalam Bahasa Yunani yang artinya
tanaman atau tumbuhan dan kata "kimia". Jadi, fitokimia adalah ilmu kimia yang
membahas senyawa-senyawa yang khusus berasal dari tanaman. Pada dasarnya,
senyawa fitokimia merupakan metabolit sekunder dari tanaman penghasilnya.
Maksudnya metabolit sekunder adalah, senyawa-senyawa fitokimia ini bukanlah
senyawa yang esensial bagi pertumbuhan tanaman.
Alkaloid
Apa itu alkaloid? Salah satu ciri alkaloid adalah keberadaan unsur nitrogen
heterosiklik pada struktur kimianya. Namun selain ciri ini, banyak variasi yang
terdapat antar senyawa alkaloid. Efek biologis dari alkaloid pun beragam, ada yang
berkhasiat untuk pemeliharaan kesehatan dan ada pula yang beracun. Dibandingkan
jenis senyawa fitokimia lainnya, jenis alkaloid pada tanaman yang biasa dijadikan
bahan pangan tidak terlalu banyak.
Kafein termasuk salah satu contoh senyawa alkaloid. Tidak hanya di kopi, kafein
juga terdapat pada beberapa makanan (ataupun minuman) lain, seperti teh dan
cokelat. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, efek penting yang bisa
ditimbulkan kafein adalah peningkatan denyut jantung, dengan cara memblok
reseptor tertentu di sel otot jantung dan mempengaruhi sistem saraf. Dengan
demikian kafein membantu mencegah timbulnya rasa kantuk [3].
Contoh lain alkaloid adalah teobromin, yang banyak terdapat pada cokelat dan juga
bisa terbentuk dalam tubuh kita sebagai hasil metabolisme dari kafein [4]. Beberapa
khasiat teobromin yang sudah diteliti di antaranya ialah menghambat pertumbuhan
kristal asam urat [5] serta berpotensi meningkatkan kadar HDL dalam darah [6].
Polifenol
Kalau polifenol itu apa? Senyawa fenolik atau polifenol ditandai dengan adanya
struktur fenol, di mana gugus hidroksil (-OH) terikat langsung pada struktur
hidrokarbon aromatik. Jenis senyawa fitokimia yang satu ini merupakan yang paling
banyak anggotanya dibandingkan senyawa fitokimia jenis lainnya. Selain itu,
senyawa polifenol memang terdapat di hampir semua tanaman [7].
Salah satu sub-kelompok dari senyawa polifenol adalah flavonoid, yang sudah
pernah dibahas sebelumnya oleh Zywielab di sini. Dibandingkan jenis senyawa
fitokimia lainnya, flavonoid termasuk yang paling banyak diteliti [8]. Flavonoid
bisa ditemukan dalam berbagai macam tanaman bahan pangan, mulai dari buah,
sayur, bumbu masakan, juga minuman seperti teh dan kopi. Selain memberi warna
menarik pada berbagai bagian tanaman, efek yang bisa diberikan senyawa jenis
flavonoid pada tubuh sangat beragam dan yang paling terkenal adalah potensinya
sebagai antioksidan [9].
Terpenoid
Fitosterol
Fitosterol adalah kelompok senyawa turunan steroid yang berasal dari tanaman dan
punya kemiripan struktur dengan kolesterol [13]. Pada makanan, fitosterol bisa
berasal dari kacang-kacangan, serealia, minyak nabati dan biji wijen. Senyawa yang
bersifat antikanker [14] ini bisa menghambat pertumbuhan tumor secara
langsung. Tingkat asupan fitosterol dari makanan pun sebanding dengan penurunan
resiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker prostat, kanker kolon, dan kanker
payudara [14]. Sebagian jenis fitosterol pada kadar tertentu juga dapat menurunkan
kolesterol darah [13].
Senyawa organosulfur
Senyawa organosulfur atau senyawa organik yang mengandung unsur sulfur adalah
senyawa fitokimia yang banyak terdapat pada bawang-bawangan. Senyawa
organosulfur diketahui memiliki banyak efek biologi seperti sifat antioksidan,
antikanker, anti agregasi platelet, antimikroba, neuroprotektif, dan hepatoprotektif
[15]. Bawang putih termasuk penghasil senyawa organosulfur yang banyak diteliti.
Salah satu senyawa organosulfur pada bawang putih adalah alisin (allicin) yang
bersifat mudah menguap dan terkandung pada komponen minyak bawang. Alisin
dapat memberikan beberapa khasiat kesehatan, seperti menurunkan tekanan darah
dan kadar kolesterol serta bersifat antimikroba [16].