Anda di halaman 1dari 4

Senyawa Fitokimia dalam

Makanan

Kata "fitokimia" berasal dari kata "phyto" dalam Bahasa Yunani yang artinya
tanaman atau tumbuhan dan kata "kimia". Jadi, fitokimia adalah ilmu kimia yang
membahas senyawa-senyawa yang khusus berasal dari tanaman. Pada dasarnya,
senyawa fitokimia merupakan metabolit sekunder dari tanaman penghasilnya.
Maksudnya metabolit sekunder adalah, senyawa-senyawa fitokimia ini bukanlah
senyawa yang esensial bagi pertumbuhan tanaman.

Pestisida cenderung mengurangi kadar senyawa fitokimia


Umumnya metabolit sekunder tanaman alias senyawa fitokimia dihasilkan tanaman
sebagai bentuk pertahanan alami dirinya dari kondisi lingkungan yang kurang
nyaman, seperti adanya hama atau kuman penyakit. Oleh karena itu, ada benarnya
anggapan bahwa pemberian pestisida cenderung menurunkan produksi senyawa
fitokimia yang dihasilkan tanaman [1].

Fitonutrien bukan zat gizi


Ada ribuan senyawa fitokimia yang sudah diidentifikasi para ilmuwan. Senyawa
fitokimia juga dikenal dengan istilah fitonutrien karena seperti zat gizi, kita bisa
mendapatkannya dari makanan. Seperti pada tanaman penghasilnya, bagi tubuh
manusia, fitonutrien alias senyawa fitokimia juga bukan hal yang esensial.
Walaupun ada embel-embel “nutrien” di namanya, fitonutrien tidak dikategorikan
sebagai zat gizi. Akan tetapi, senyawa fitokimia bersifat bioaktif alias dapat
memberikan efek biologi. Khasiat yang ditawarkan oleh obat herbal pun, bergantung
pada jenis dan kadar senyawa fitokimia tanaman yang menjadi bahan bakunya.

Lima macam senyawa fitokimia


Berdasarkan struktur kimianya, fitonutrien atau senyawa fitokimia yang terdapat
dalam makanan bisa dibagi menjadi lima macam [2]. Tiap macam senyawa
fitokimia ini bisa dikelompokkan lagi menjadi beberapa jenis dan efek biologinya
bisa berbeda antara satu senyawa dengan yang lainnya. Kali ini, Zywielab akan
membahas singkat tentang kelima jenis utama senyawa fitokimia tersebut.

Alkaloid

Teobromin, suatu contoh senyawa alkaloid

Apa itu alkaloid? Salah satu ciri alkaloid adalah keberadaan unsur nitrogen
heterosiklik pada struktur kimianya. Namun selain ciri ini, banyak variasi yang
terdapat antar senyawa alkaloid. Efek biologis dari alkaloid pun beragam, ada yang
berkhasiat untuk pemeliharaan kesehatan dan ada pula yang beracun. Dibandingkan
jenis senyawa fitokimia lainnya, jenis alkaloid pada tanaman yang biasa dijadikan
bahan pangan tidak terlalu banyak.

Kafein termasuk salah satu contoh senyawa alkaloid. Tidak hanya di kopi, kafein
juga terdapat pada beberapa makanan (ataupun minuman) lain, seperti teh dan
cokelat. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, efek penting yang bisa
ditimbulkan kafein adalah peningkatan denyut jantung, dengan cara memblok
reseptor tertentu di sel otot jantung dan mempengaruhi sistem saraf. Dengan
demikian kafein membantu mencegah timbulnya rasa kantuk [3].

Contoh lain alkaloid adalah teobromin, yang banyak terdapat pada cokelat dan juga
bisa terbentuk dalam tubuh kita sebagai hasil metabolisme dari kafein [4]. Beberapa
khasiat teobromin yang sudah diteliti di antaranya ialah menghambat pertumbuhan
kristal asam urat [5] serta berpotensi meningkatkan kadar HDL dalam darah [6].
Polifenol

Asam klorogenat, suatu contoh senyawa polifenol

Kalau polifenol itu apa? Senyawa fenolik atau polifenol ditandai dengan adanya
struktur fenol, di mana gugus hidroksil (-OH) terikat langsung pada struktur
hidrokarbon aromatik. Jenis senyawa fitokimia yang satu ini merupakan yang paling
banyak anggotanya dibandingkan senyawa fitokimia jenis lainnya. Selain itu,
senyawa polifenol memang terdapat di hampir semua tanaman [7].

Salah satu sub-kelompok dari senyawa polifenol adalah flavonoid, yang sudah
pernah dibahas sebelumnya oleh Zywielab di sini. Dibandingkan jenis senyawa
fitokimia lainnya, flavonoid termasuk yang paling banyak diteliti [8]. Flavonoid
bisa ditemukan dalam berbagai macam tanaman bahan pangan, mulai dari buah,
sayur, bumbu masakan, juga minuman seperti teh dan kopi. Selain memberi warna
menarik pada berbagai bagian tanaman, efek yang bisa diberikan senyawa jenis
flavonoid pada tubuh sangat beragam dan yang paling terkenal adalah potensinya
sebagai antioksidan [9].

Terpenoid

Lutein, suatu contoh senyawa terpenoid

Terpenoid adalah senyawa fitokimia yang dibangun dari struktur isopren ( ).


Tetraterpenoid, jenis terpenoid yang mengandung delapan unit isopren, termasuk
senyawa fitokomia yang bisa kita dapat dari makanan. Contohnya adalah senyawa-
senyawa karotenoid yang berkhasiat memelihara kesehatan mata. Tidak hanya di
wortel, beberapa sayuran lain juga bisa menjadi sumber asupan karotenoid, lho.
Kangkung, misalnya. Sayuran khas Asia Tenggara ini punya kadar karotenoid yang
terbilang tinggi [10], baik yang berupa pro-vitamin A alias β-karoten maupun yang
bukan, seperti lutein dan zeaxanthin. Kedua senyawa ini turut berperan dalam
memelihara kesehatan mata maupun kulit [11]. Riset juga menunjukkan adanya
kaitan antara konsumsi lutein dan zeaxanthin dengan penurunan resiko penyakit
katarak [12].

Fitosterol

β-sitosterol, suatu contoh senyawa fitosterol

Fitosterol adalah kelompok senyawa turunan steroid yang berasal dari tanaman dan
punya kemiripan struktur dengan kolesterol [13]. Pada makanan, fitosterol bisa
berasal dari kacang-kacangan, serealia, minyak nabati dan biji wijen. Senyawa yang
bersifat antikanker [14] ini bisa menghambat pertumbuhan tumor secara
langsung. Tingkat asupan fitosterol dari makanan pun sebanding dengan penurunan
resiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker prostat, kanker kolon, dan kanker
payudara [14]. Sebagian jenis fitosterol pada kadar tertentu juga dapat menurunkan
kolesterol darah [13].

Senyawa organosulfur

Alisin, suatu contoh senyawa organosulfur

Senyawa organosulfur atau senyawa organik yang mengandung unsur sulfur adalah
senyawa fitokimia yang banyak terdapat pada bawang-bawangan. Senyawa
organosulfur diketahui memiliki banyak efek biologi seperti sifat antioksidan,
antikanker, anti agregasi platelet, antimikroba, neuroprotektif, dan hepatoprotektif
[15]. Bawang putih termasuk penghasil senyawa organosulfur yang banyak diteliti.
Salah satu senyawa organosulfur pada bawang putih adalah alisin (allicin) yang
bersifat mudah menguap dan terkandung pada komponen minyak bawang. Alisin
dapat memberikan beberapa khasiat kesehatan, seperti menurunkan tekanan darah
dan kadar kolesterol serta bersifat antimikroba [16].

Anda mungkin juga menyukai