Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

KARBOHIDRAT

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biokimia


Yang Diampu Oleh Bapak Hendra Susanto, S.Pd, M.Kes, Ph.D
dan Bapak Drs. I Wayan Sumberartha, M.Sc

Disusun Oleh :
Kelompok 1/ Offering A
Adelia Dwinta Pramashela 170341615071
Aulia Renais Ariesta 170341615054
Muhammad Nur Wais Al Qorni 170341615109
Muhammad Rifqi T 170341615076
Reihan Dian Ayu Ridha N 170341615033
Witia Ardipeni 170341615073

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2018
KARBOHIDRAT

I. TUJUAN
II. DASAR TEORI
Karbohidrat berfungsi sebagai penyedia energi yang utama. Protein dan
lemak berperan juga sebagai sumber energi bagi tubuh kita, tetapi karena
sebagian besar makanan terdiri atas karbohidrat, maka karbohidratlah yang
terutama merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Amilum atau pati,
selulosa, glikogen, gula atau sukrosa dan glukosa merupakan beberapa
senyawa karbohidrat yang penting dalam kehidupan manusia. Molekul
karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Jumlah atom
hidrogen dan oksigen merupakan perbandingan 2:1 seperti pada molekul air.
Dahulu orang berkesimpulan adanya air dalam karbohidrat. Karena hal ini
maka dipakai kata karbohidrat, yang berasal dari kata “karbon” dan “hidrat”
atau air. Walaupun pada kenyataannya senyawa karbohidrat tidak mengandung
molekul air, kata karbohidrat tetap digunakan. Senyawa karbohidrat tidak
hanya ditinjau dari rumus empirisnya saja, tetapi yang penting ialah rumus
strukturnya. (McGilvery&Goldstein, 1996).
Pada senyawa yang termasuk karbohidrat terdapat gugus fungsi yaitu
gugus –OH, gugus aldehida atau gugus keton. Struktur karbohidrat selain
mempunyai hubungan dengan sifat kimia yang ditentukan dengan sifat fisika,
dalam hal ini juga aktivitas optik. Jika kristal glukosa murni dilarutkan dalam
air, maka larutannya akan memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Namun
bila larutan itu dibiarkan beberapa waktu dan diamati putarannya, terlihat
bahwa sudut putaran berubah menjadi semakin kecil, hingga lama-kelamaan
menjadi tetap. Peristiwa ini disebut mutarotasi, yang berarti perubahan rotasi
atau perputaran. (McGilvery & Goldstein, 1996).
Sir Walter Norman Haworth (1883-1950) seorang ahli kimia Inggris yang
pada tahun 1937 memperoleh hadiah nobel untuk ilmu kimia, berpendapat
bahwa pada molekul glukosa kelima atom karbon yang pertama dengan atom
oksigen dapat membentuk cincin segi enam. Oleh karena itu, ia mengusulkan
penulisan rumus struktur karbohidrat sebagai bentuk cincin furan atau piran.
Gambar 1. Bentuk cincin furan atau piran pada karbohidrat

Berdasarkan Lehninger (1982), karbohidrat diklasifikasikan menjadi:


1. Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya
hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan
dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjado karbohidrat lain.
Monosakarida yang paling sederhana adalah gliseraldehida dan
dihidroksiaseton. Gliseraldehida disebut aldotriosa karena terdiri atas tiga
atom karbon dan mempunyai gugus aldehida. Dihidroksiaseton dinamakan
ketotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus
keton. Monosakarida yang terdiri atas empat atom karbon disebut tetrosa
dengan rumus C4H8O4. Eritrosa adalah contoh aldotetrosa dan eritrulosa
adalah suatu ketotetrosa. Pentosa adalah monosakarida yang mempunyai
lima atom karbon. Contoh pentosa adalah ribosa dan ribulosa. Dari
rumusnya kita dapat mengetahui bahwa suatu ketopentosa. Pentosa dan
heksosa (C6H12O6) merupakan monosakarida yang penting dalam
kehidupan. Contoh dari monosakarida antara lain :
a. Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena
mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan.
D-glukosa memiliki sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes,
Barfoed, gula pereduksi, memberi osazon dengan fenilhidrazina,
difermentasikan oleh ragi dan dengan HNO3 membentuk asan sakarat
yang larut (Harper et al, 1979).
b. Fruktosa
Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar
cahaya terpolarisasi ke kiri dan karenanya disebut juga levulosa D-
fruktosa mempunyai sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes,
Barfoed (gula pereduksi), membentuk osazon dengan fenilhidrazina
yang identik dengan osazon glukosa, difermentasi oleh ragi dan
berwarna merah ceri dengan reagen Seliwanoff resorsinol-HCl
(Harper et al, 1979).
c. Galaktosa
D-galaktosa mempunyai sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes dan
Barfoed, membentuk osazon yang berbeda dengan dua monosakarida
sebelumnya (glukosa dan fruktosa), dengan reagen floroglusinol
memberi warna merah, dan dengan HNO3 membentuk asam musat
(Harper et al, 1979).
d. Pentosa
Beberapa pentosa yang penting diantaranya adalah arabinosa, xilosa,
ribosa dan 2-deoksiribosa. Xilosa terdapat pada urine seseorang yang
disebabkan oleh suatu kelainan pada metabolisme karbohidrat. Ribosa
dan deoksiribosa merupakan komponen dari asam nukleat dan dapat
diperoleh dengan cara hidrolisis. (McGilvery&Goldstein, 1996).
2. Oligosakarida
Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang
terdiri atas beberapa molekul monosakarida. Oligosakarida yang lain
adalah trisakarida yaitu yang terdiri atas tiga molekul monosakarida dan
tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul monosakarida. Contoh
oligosakarida antara lain :
a. Sukrosa
Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari
tebu meupun dari bit. Selain dari tebu dan bit, sukrosa terdapat pada
tumbuhan lain, misalnya dalam buah nanas dan dalamwortel. Dengan
hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan
fruktosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)
b. Laktosa
Dengan menghidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan
D-gluokosa, karena itu laktosa adalah suatu disakarida. Ikatan
galaktosa dan glukosa terjadi antara atom karbon nomor 1 pada
galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa. Oleh karenanya
molekul laktosa mempunyai sifat mereduksi gugus –OH glikosidik.
Dengan demikian laktosa memiliki sifat mereduksi dan mutarotasi.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
c. Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul
glukosa. ikatan yang terjadi ialah antara atom karbon nomor 1 dan
atom karbon nomor 4, oleh karenanya maltosa masih mempunyai
gugus –OH glikosidik dan dengan demikian masih mempunyai sifat
mereduksi. Maltosa merupakan hasil antara dalam proses hidrolisis
amilum dengan asam maupun dengan enzim. (Harper et al, 1979).
d. Polisakarida
Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih
kompleks daripada mono dan oligosakarida, Molekul polisakarida terdiri
atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu
macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang
menagdung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Contoh dari
polisakarida antara lain:
a. Amilum
Polisakarida ini terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar
tumbuhan. Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat
pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Amilosa terdiri atas 250-300
unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan  1,4-glikosidik, jadi
molekulnya merupakan rantai terbuka. Amilopektin juga terdiri atas
molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-
glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik. Adanya ikatan 1,6-
glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul
amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
b. Glikogen
Seperti amilum, glikogen juga menghasilkan D-glukosa pada proses
hidrolisis. Glikogen yang terlarut dalam air dapat diendapkan dengan
jalan menambahkan etanol. Endapan yang terbentuk apabila
dikeringkan berbentuk serbuk putih. Dengan iodium, glikogen
menghasilkan warna merah. Struktur glikogen serupa dengan struktur
amilopektin yaitu merupakan rantai glukosa yang mempunyai cabang.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
c. Dekstrin
Pada reaksi hidrolisis parsial, amilum terpecah menjadi molekul-
molekul yang lebih kecil yang dikenal dengan nama dekstrin. jadi
dekstrin adalah hasil antara proses hidrolisis amilum sebelum
terbentuk maltosa.
d. Selulosa
Selulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan penbentuk dinding
sel. Serat kapas boleh dikatakan seluruhnya adalah selulosa. Selobiosa
adalah suatu disakarida yang terdiri atas dua molekul glukosa yang
berikatan glikosidik antara atom karbon 1 dengan atom karbon 4.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
Untuk menguji adanya karbohidrat dapat dilakukan uji sebagai berikut :
1. Uji Benedict
Pereaksi benedict berupa larutan yang mengandung kuprisulfat,
natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+
dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai
Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat peraksi
benedict bersifat basa lemah. Endapat yang terbentuk dapat berwarna
hijau, kuning atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada
konsentrasi karbohidrat yang diperiksa.
Pereaksi Benedict lebih banyak digunakan pada pemeriksaan glukosa
dalam urine daripada pereaksi Fehling karena beberapa alasan. Apabila
dalam urine terdapat asam urat atau kreatinin, kedua senyaea ini dapat
mereduksi pereaksi Fehling, tetapi tidak dapat mereduksi pereaksi
Benedict. Di samping itu pereaksi Benedict lebih peka daripada pereaksi
Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict juga lebih mudah karena hanya
terdiri atas satu macam larutan, sedangkan pereaksi Fehling terdiri atas dua
macam larutan. (McGilvery&Goldstein, 1996)
2. Uji molisch
Uji molisch merupakan uji kualitatif untuk menentukan adanya
kabohidrat dalam suatu sampel. Untuk melakukan Uji molisch digunakan
reagen kimia yang berupa larutan naftol dalam alkohol. Apabila suatu
sampel tersebut mengandung kabohidrat maka larutan tersebut akan
berubah menjadi warna merah unggu. Prinsip dari uji adalah asam sulfat
(H2SO4) pekat akan mengdehidrasi senyawa yang ada dalam karbohidrat
menghasilkan furfural dan derivat karbohidrat. Kondensasi dari hidroksi
metal furfural (heksosa) atau furfural (pentosa) yang telah terbentuk akan
bereaksi dengan alfa-naftol membentuk suatu cincin berwarna ungu.
Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di purmukaan
antara lapisan asam dan lapisan sampel. Alfa-naftol berfungsi sebagai
indikator warna, sedangkan H₂SO₄ berfungsi untuk menghidrolisis
glukosa (heksosa) menjadi hidroksimetil fufural atau arabinosa (pentosa).
Reaksi Molisch ini positif untuk semua karbohidrat (Kusnawidjaya, 1983).
Untuk uji negatif pada uji molisch adalah tidak terbentuk cincin
berwarna ungu karena tidak terjadi dehidrasi pada larutan uji oleh H₂SO₄
yang tidak menghasilkan furfural dan derivat karbohidrat. Oleh karena
tidak adanya furfural dan derivat karbohidrat yang terbentuk maka larutan
alfa-naftol pun tidak akan memberikan reaksi terbentuknya cincin ungu.
Uji molisch ini hanya uji secara umum untuk menguji ada tidaknya suatu
bahan mengandung karbohidrat.
3. Uji Iodium
Didasari atas polisakarida dengan penambahan iodium akan
membentuk kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati
dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan merah
anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi
dengan iodin membentuk warna merah coklat. (Kusnawidjaya, 1983).
Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Pati
dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa
yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan
memberikan warna biru. (Poedjiadi, Anna, 1994)
4. Uji Barfoed
Uji barfoed atau tes barfoed digunakan untuk membedakan antara
monosakarida dan disakarida. Monosakarida akan teroksidasi oleh ion
Cu2+ membentuk gugus karboksilat dan endapan tembaga (I) oksida yang
berwarna merah bata serta mengendap. Reaksi positif ditunjukkan dengan
munculnya endapan berwarna merah. Reaksi ini terjadi dalam suasana
asam (sekitar pH 4,6), oleh karena itu digunakan asam asetat dalam
pembuatan reagen barfoed. Hasil negatif ditandai dengan tidak munculnya
endapan merah dan larutan tetap berwarna biru. (Murray, Robert, 1999)
Disakarida pereduksi dapat juga bereaksi dengan reagen barfoed
(menghasilkan endapan merah pula) namun dalam waktu pemanasan yang
lebih lama. Oleh karena itu, ketepatan waktu dalam uji ini sangat penting
untuk membuahkan hasil yang valid. NaCl dan beberapa zat lainnya dapat
menjadi penghambat dalam reaksi yang terjadi. (Murray, Robert, 1999)
5. Uji Seliwanoff
Prinsipnya berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan
hidroksimetil furfural oleh asam hidroklorida panas dan terjadi kondensasi
hidroksimetilfurfural dengan resorsinol yang menghasilkan senyawa
berwarna merah, reaksi ini spesifik untuk ketosa. Sukrosa yang mudah
dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa akan memberikan reaksi positif
dengan uji seliwanoff yang akan memberikan warna jingga pada larutan
(Murray, Robert, 1999).
6. Percobaan Peragian
Praktikum uji kelarutan glukosa, fruktosa, sirup, laktosa, madu,
sokrosa, kanji larut dalam air. Hal ini menunjukan bahwa bahan tersebut
merupakan gugus monosakarida. Monosakarida dapat ditemukan dalam
wujud glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Sampel apabila ditambahkan
dengan aquades akan membentuk suatu larutan yang mengakibatkan
warnanya menjadi keruh atau jernih berarti sampel tersebut mengandung
karbohidrat (Poedjiadi, Anna, 1994).
Reaksi Peragian
Ragi + karbohidrat ----Buffer fosfat-- CO2
Pada uji fermentasi, akan terbentuk gelembung gas yang menandakan
reaksi positif mengandung karbohidrat. Pati dan disakarida lainnya
merupakan molekul yang relatif lebih besar dibandingkan dengan
monosakarida sehingga kemampuan ragi untuk mencerna , mengubah pati
tersebut menjadi etil alkohol dan karbon dioksida lebih banyak
memerlukan energi dan waktu yang lebih lama (Poedjiadi, Anna, 1994).
DAFTAR PUSTAKA

Hala, Yusminah dan hartono. 2011. Penuntun Biokimia Umum. Makassar: Jurusan
Biologi FMIPA UNM.

Harper, et al. 1979. Biokimia Harper. Jakarta : EGC

Hart,Harold.1983. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.

Hermanto, S.2012. Petunjuk Praktikum Biokimia 1. Jakarta : UIN Syahid.

Kuchel, Philip. 2006. Biokimia. Jakarta: Erlangga

Lehninger.1982.Dasar-dasar Biokimia.Jakarta : Erlangga

McGilvery&Goldstein. 1996. Biokimia : Suatu Pendekatan Fungsional.


Surabaya : Airlangga University Press

Murray, Robert. 1999. Biokimia Harper. Jakarta: EGC

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Yazid, Estien. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai