Anda di halaman 1dari 15

PSIKOLOGI KESEHATAN DAN SOSIOLOGI KESEHATAN

MASALAH-MASALAH KESAKITAN DAN KEMATIAN PADA


REMAJA

Dosen Pengampu :Indriani, SKM.,M.Sc

Disusun Oleh :

Sholihatin Nur Baity (1810104355)


Siti Nur Azizah (1810104356)
Masayu Danillah Hasada (1810104357)
Yesi Eka Kumala (1810104358)
Wilda Rasyd (1810104361)
Lina Purnamasari (1810104362)
Siti Aisyah (1810104363)
Siti Yuriah (1810104364)
Nur Rizqi (1810104365)
Mega Rachmawati (1810104366)
Desi Indahyani (1810104367)
Siti Nur Asiah (1810104368)
Puput Anistiya Hariani (1810104369)
Cendekiawaty Fortuna Putri (1810104370)
Siwi Dwi Febrianti (1810104371)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam menyusun makalah ini kami mendapat
dari berbagai sumber.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah
memberikan bimbingan dan juga arahan kepada kami dalam pembuatan makalah
Psikologi kesehatan dan sosiologi kesehatan mengenai “Masalah-masalah
Kesakitan dan Kematian Remaja“.
Harapan kami, semoga makalah yang kami buat ini dapat berguna bagi semua
orang dan dapat dijadikan sebagai penambah ilmu pengetahuan, baik anda yang
membacanya maupun kami yang membuatnya. Kami menyadari bahwa makalah
yang kami buat ini belum sempurna dan masih perlu ditingkatkan lagi. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 25 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi ................................................................................................... 3
B. Kesakitan Remaja..................................................................................... 3
C. Kematian Remaja ..................................................................................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..............................................................................................10
B. Saran ........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa
keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani
menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang.
Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke
dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka pendek dan jangka
panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial. Sifat dan perilaku berisiko
pada remaja tersebut memerlukan ketersediaan pelayanan kesehatan peduli remaja yang dapat
memenuhi kebutuhan kesehatan remaja termasuk pelayanan untuk kesehatan reproduksi
(Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Kesehatan pada usia remaja merupakan salah satu aspek penting dalam siklus
kehidupan individu. Pada masa ini merupakan masa dimana individu mulai belajar dan
mempunyai kemampuan fungsional dan kesehatan. Secara kesehatan, masa ini merupakan
periode penting untuk kesehatan reproduksi dan pembentukan awal perilaku hidup sehat.
Gambaran permasalahan perilaku berisiko kesehatan menjadi penting sebagai dasar dalam
menetapkan prioritas dan arah intervensi yang harus dikembangkan serta untuk mencegah
terjadinya penyakit ataupun kematian prematur pada usia yang lebih dewasa (Salasa, dkk
2017).
WHO telah mengembangkan suatu survey berbasis sekolah untuk memberikan
gambaran perilaku berisiko dan perilaku protektif di kalangan remaja usia sekolah (13–18
tahun). Besarnya masalah dalam penelitian ini akan diukur melalui survey di kalangan remaja
dengan menggunakan instrument yang digunakan dalam GSHS. GSHS telah dilakukan di 16
negara di Asia, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin (WHO, 2015).
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2015 menunjukkan bahwa penduduk usia
15-24 tahun mencapai 42.061,2 juta atau sebesar 16,5 persen dari total penduduk
Indonesia. Tingginya jumlah remaja di Indonesia, disertai pula dengan problematika yang
dihadapi oleh mereka (Triyanto, dkk 2014).
Sepuluh faktor risiko utama penyebab kesakitan pada usia remaja seperti konsumsi
minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang, sanitasi kesehatan mental, merokok, minum-
minuman keras dan narkoba, kenakalan remaja, bullying, depresi, perilaku seksual, dan
kelainan makanan dalam gizi makanan. Dan tiga kematian remaja terbesar yaitu perilaku
seks pra nikah, kecelakaan lalu lintas, dan bunuh diri (Salasa, dkk 2017).

1
Ada beberapa faktor yang mendorong anak remaja usia sekolah SMP dan SMA
melakukan beberapa faktor risiko. Faktor-faktor tersebut di antaranya pengaruh liberalisme
atau pergaulan hidup bebas, faktor lingkungan dan keluarga yang mendukung ke arah
perilaku tersebut serta pengaruh perkembangan media massa. Arus informasi melalui media
masa baik berupa majalah, surat kabar, tabloid maupun media elektronik seperti radio,
televisi, dan komputer, mempercepat terjadinya perubahan. Meskipun arus informasi ini
menunjang berbagai sektor pembangunan, namun arus informasi ini juga melemahkan sistem
sosial ekonomi yang menunjang masyarakat Indonesia (Salasa, dkk 2017).
Remaja merupakan salah satu kelompok penduduk yang mudah terpengaruh oleh
arus informasi baik yang negatif maupun yang positif. Perbaikan status wanita, yang terjadi
lebih cepat sebagai akibat dari transisi demografi dan program keluarga berencana telah
mengakibatkan meningkatnya umur kawin pertama dan bertambah besarnya proporsi
remaja yang belum kawin. Hal ini adalah akibat dari makin banyaknya remaja baik lakilaki
maupun perempuan yang meneruskan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan makin
banyaknya remaja yang berpartisipasi dalam pasar kerja (Triyanto, dkk 2014).
Dari uraian diatas, maka kami tertarik untuk membuat makalah dengan judul
Masalah-masalah Kesakitan dan Kematian Remaja.

B. Tujuan
a. Apakah pengertian remaja?
b. Apasajakah kesakitan yang terjadi pada remaja?
c. Faktor – faktor apasajakah yang mempengaruhi kematian pada remaja?

C. Rumusan Masalah
a. Untuk mengetahui pengertian remaja
b. Untuk mengetahui kesakitan yang terjadi pada remaja

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Remaja
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa, yang
melibatkan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional. Masa ini sering terjadi
kesalahan dimana kesalahan yang dilakukannya sering munimbulkan kekhawatiran
serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya (Sumara,
2017).
Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)
tahun 2007 adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sedangkan menurut
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia
antara 15-24 tahun. Sementara menurut The Health Resources and Services
Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentan usia remaja adalah 11-21 tahun
dan terbagi menjadi tiga tahap yaitu tahap awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-
17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun).
Penyebab utama morbiditas selama dekade kedua dari kehidupan dengan 3
kebiasaan yang membawa risiko; penyalah gunaan obat, aktifitas seksual dan
penggunaan kendaraan bermotor/rekreasi. Di sini ada 3 kebiasaan yang sering
dipandang sebagai fenomena tersendiri dan mempunyai hubungan dekat dengan para
dokter sebagai masalah teknis tersendiri tanpa suatu pengertian yang tumpang tindih
di antara ketiga kebiasaan risiko tersebut. Penambahan morbiditas selama masa
remaja termasuk penyakit kronis, masalah kesehatan reproduksi yang berhubungan
dengan perkembangan fisiologi normal dan permulaan hubungan seksual serta
masalah kesehatan mental.
B. Kesakitan Remaja
Di Indonesia, masalah remaja : penyalahgunaan obat dan alkohol, kehamilan,
perilaku kekerasan dan malnutrisi. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) yang semakin canggih membawa dampak pada semua kehidupan, terutama
pada generasi penerus bangsa khususnya pada remaja.
Penyebab utama morbiditas selama dekade kedua dari kehidupan dengan 3
kebiasaan yang membawa risiko; merokok, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja.
Di sini ada 3 kebiasaan yang sering dipandang sebagai fenomena tersendiri dan
mempunyai hubungan dekat dengan para dokter sebagai masalah teknis tersendiri
tanpa suatu pengertian yang tumpang tindih di antara ketiga kebiasaan risiko tersebut.

3
Penambahan morbiditas selama masa remaja termasuk penyakit kronis, masalah
kesehatan reproduksi yang berhubungan dengan perkembangan fisiologi normal dan
permulaan hubungan seksual serta masalah kesehatan mental.
1. Merokok
Merokok merupakan gerbang bagi remaja untuk terjerumus ke dalam
penggunaan napza dan prilaku beresiko lainnya seperti mabuk-mabukan dan
prilaku seks pranikah. Dikatakan rokok sebagai gerbang penggunaan napza karena
di dalam kandungan rokok salah satunya terdapat nikotin yaitu salah satu jenis obat
perangsang yang berfungsi sebagai penenang, dampak dari nikotin ini bagi tubuh
adalah merusak jantung dan sirkulasi darah. (Andi M.Yusuf, 2016). Nikotin yang
terkandung dalam rokok merupakan bagian dari napza yaitu psikotropika stimulan,
maka mengkonsumsi rokok sama dengan mengkonsumsi narkoba (BNN, 2013).
Dalam rokok terkandung zat-zat penenang yang dapat menyebabkan
kecanduan bagi pemakainya karena rokok mengandung beberapa zat beracun yang
dapat merusak tubuh, mulai dari pernafasan atas, tenggorokan bahkan sampai
dengan paru-paru, apabila paru-paru mengalami kerusakan maka oksigen ke otak
akan mengalami hambatan sehingga akan berpengaruh juga kepada kerusakan otak
karena kurangnya oksigen mengalir ke otak.
Jumlah perokok aktif terbanyak berdasarkan grafik di atas adalah remaja
usia 15 sampai 19 tahun dan presentasenya terus meningkat setiap tahunnya
(Setiawan, 2017).

2. Narkoba
Narkotika disebutkan bahwa Narkotika adalah suatu zat atau obat-obatan
yang berasal dari tanaman maupun bukan tanaman baik sintetis maupun semi
sintetis yang menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, mengurangi dan
menghilangkan rasa nyeri serta dapat menimbulkan ketergantungan secara fisik
maupun secara psikologis, misalnya heroin, morfin, kodein. Psikotropika adalah
setiap bahan baik alami ataupun buatan bukan narkoba yang memiliki khasiat
psikoaktif mempunyai pengaruh pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku, misalnya ekstasi, nikotin,
sekobarbital, fenobartial, dan sebagainya. Sedangkan Zat Adiktif adalah bahan
lain dimana bukan narkotika ataupun psikotropika yang penggunaanya dapat

4
menimbulkan ketergantungan, misalnya lem, thiner, aceton, dan sebagainya (BNN,
2016).
Dampak terhadap penyakit dan gangguan kesehatan, dalam beberapa zat
narkotika memang bisa digunakan dalam bidang kimia dan farmasi seperti
sekobartial, fenobartial, dll dapat digunakan sebagai obat. Namun jika
pemakaiannya disalahgunakan tentunya zat tersebut justru akan merusak sel-sel
tubuh dan akan menyebabkan gangguan kesehatan bagi pemakainya seperti
kerusakan sistem syaraf, pembuluh darah dan jantung
Jumlah penyalahgunaan narkoba terbanyak adalah di usia 26 sampai dengan
30 tahun, dan berada di bawahnya pada usia produktif remaja yaitu usia 21 sampai
dengan 25 tahun (Andi M. Yusuf, 2016).

3. Kenakalan remaja
Menurut Sarwono (2013) kenakalan remaja adalah perilaku yang menyimpang
dari kebiasaan atau melanggar hukum. Sedangkan kecenderungan kenakalan
remaja dipahami sebagai perilaku yang mengarah pada tindakan melanggar norma
sosial, melawan status, hingga pelanggaran hukum. Semula penyimpangan perilaku
remaja berupa mencontek, membolos, merokok, meninggalkan rumah tanpa ijin,
tidak patuh pada orangtua. Namun sekarang telah menjelma menjadi perilaku
kriminalitas seperti kekerasan, tawuran, perkosaan, bahkan pembunuhan.
Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang tidak luput dari kasus
kenakalan remaja. KPAI menyebutkan jumlah kekerasan antar siswa pada tahun
2012 mencapai 147 kasus (Indonesian Review, 2015). Sedangkan ketua KOMNAS
PA mencatat ada 128 kasus tawuran yang terjadi pada tahun 2012 (Beritasatu,
2013). Pada tahun 2013 kasus kekerasan antar siswa meningkat menjadi 255 kasus,
20 orang diantaranya meninggal dunia (Indonesian Review, 2015), begitu juga
dengan kasus tawuran yang meningkat menjadi 229 kasus (Beritasatu, 2013).
Tahun 2014 kasus kekerasan antar pelajar kembali meningkat menjadi 2.737 kasus
(Indonesian Review, 2015).
Hasil survey KOMNAS PA menunjukkan bahwa dari 4.726 responden siswa
SMP dan SMA di 17 kota besar, 62,7% pelajar putri diketahui sudah tidak
perawan. Sementara 21,2% dari siswa SMP tersebut mengaku pernah melakukan
aborsi ilegal. Selain itu, 97% remaja SMP pernah menonton film porno dan 93,7%

5
remaja tersebut mengaku pernah melakukan adegan intim dengan lawan jenis
sesama pelajar (Beritakaltara, 2014).
4. Bullying
Secara global, depresi merupakan penyebab nomor satu kesakitan dan
kecacatan pada remaja usia 10-19 tahun. Depresi adalah gangguan suasana
perasaan, perubahan nafsu makan dan pola tidur, penurunan berat badan yang
signifikan dan ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan. Bullying termasuk
perilaku agresif secara dominan dan menyebabkan kerusakan atau tekanan.
Tindakan agresif secara fisik atau verbal. Perilaku bullying menyebabkan gejala
psikologis, fisik dan emosional. Dampak negatif dalam jangka pendek dan panjang
dari perilaku bullying seperti depresi, kecemasan dan harga diri rendah. Prevalensi
bullying di Amerika Serikat pada tahun 2009 adalah 20,8% pada bullying fisik,
53,6% verbal, 51,4% sosial, dan 13,6% elektronik (11). Data Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) menjelaskan bahwa dari tahun 2011 sampai Agustus 2014,
jumlah kasus bullying menduduki peringkat teratas. KPAI mencatat ada 369 kasus
pengaduan masalah bullying di lingkungan pendidikan.
Depresi sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki, disebabkan oleh
faktor biologis, siklus hidup, hormonal, dan psikososial. Penelitian menunjukkan
bahwa hormon secara langsung memengaruhi kimia otak sehingga mengontrol
emosi dan suasana hati. Stresor psikososial memengaruhi kemunculan depresi pada
seseorang. Semakin besar stresor psikososial, maka semakin besar mengalami
depresi.
Penelitian di Belanda menyatakan bahwa terdapat hubungan antara bullying
dengan gejala kesehatan. Remaja yang mengalami bullying berisiko tiga kali lebih
besar untuk mengalami depresi dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami
bullying , selain depresi, remaja dengan bullying akan mengalami keluhan
psikosomatik seperti sakit kepala,masalah tidur, sakit perut, kecemasan, perasaan
tidak bahagia, nafsu makan yang menurun, dan mengompol. Penelitian di Afrika
Barat menyatakan korban bullying 1,97 kali lebih besar untuk mengalami depresi
daripada yang tidak mengalami bullying dan ide bunuh diri 1,72 kali lebih besar
(Mrela, 2017).
Penyelesaian masalah bullying tidak terlepas dari peran pemerintah dalam
melaksanakan kebijakan terhadap perlindungan siswa di sekolah dari perilaku
bullying terekomendasi dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

6
perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Dalam Pasal 54 disebutkan bahwa anak di dalam dan di lingkungan satuan
pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindakan kekerasan fisik, psikis,
kejahatan seksual dan bentuk kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik,
tenaga kependidikan, sesama siswa dan pihak lain.
5. Depresi
Perasaan depresi umum terjadi selama masa remaja. Pada beberapa penelitian satu
di antara tiga anak wanita dan hampir 15% dari anak laki-laki dilaporkan
mempunyai gejala seperti itu. Insiden kelainan depresi yang tampak kira-kira 5%.
Risiko bunuh diri di antara remaja yang depresi meningkat secara nyata
6. kelainan makan
Remaja wanita mempunyai risiko yang sangat besar untuk menderita anoreksia
nervosa dan bulimia. Hampir 0,5% dari anak wanita yang berusia 12-15 tahun akan
menjadi anoreksia nervosa dan 5-18% mempunyai kecenderungan bulimia.
Kelainan yang menyebabkan berhentinya makan dipengaruhi oleh respons
abnormal dalam program perkembangan normal remaja karena adanya suatu
perkembangan bentuk tubuh, kebingungan menyeluruh dalam identifikasi jenis
kelamin, dan fungsi keluarga yang abnormal misalnya terlalu terkekang, dalam
keluarga kacau atau pisah total. Efek langsung dari lingkungan sosial terhadap
suatu kegemukan atau kekurusan, tidak jelas. Mortalitas jangka panjang dari
anoreksia nervosa dan bulimia adalah 10-15%. Kegemukan terjadi pada hampir
15% para remaja. Intervensi terhadap kegemukan yang sangat efektif adalah
dengan program kelompok dengan pendekatan kebiasaan nutrisi dan kegiatan gaya
hidup dari para remaja.
C. Kematian Remaja
1. Perilaku seks pra nikah
Remaja rentan terhadap perilaku seks menyimpang seperti perilaku seks
pranikah. Jumlah remaja yang melakukan seks pranikah cenderung meningkat
setiap tahunnya. Seks pranikah berisiko menyebabkan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penularan penyakit menular seksual. Perilaku seks pranikah
merupakan segala aktivitas atau kegiatan seksual yang didorong oleh adanya hasrat
seksual yang dilakukan sebelum adanya pernikahan baik secara agama maupun
hukum (Ahiyanasari, 2017).

7
Dampak seks pranikah tersebut rentan dialami oleh remaja perempuan adalah
kehamilan. World Health Organization (2016), menyebutkan bahwa sekitar 21 juta
remaja perempuan yang berumur 15–19 tahun di negara berkembang, mengalami
kehamilan setiap tahun dan hampir setengah kehamilan tersebut (49%) merupakan
kehamilan yang tidak diinginkan.
Dampak seks pranikah tersebut rentan dialami oleh remaja perempuan. Salah
satu dampak yang dapat dialami oleh remaja perempuan ialah terjadi nya
kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan ini dapat menyebabkan terjadi nya
kematian ibu dan bayi. Kematian ibu dan bayi salah satunya disebabkan oleh 4
terlalu, yaitu terlalu tua, terlalu muda, terlalu dekat, dan terlalu banyak.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013, perempuan dengan umur 10-54 tahun yang sedang
hamil, memiliki kehamilan pada umur yang masih muda (< 15 tahun) dengan
proporsi sebesar 0,02%, terutama di pedesaan sebesar 0,03%. Proporsi kehamilan
pada umur 15–19 tahun sebesar 1,97% di daerah pedesaan lebih tinggi dari pada
perkotaan.
2. Kecelakaan Lalu Lintas
Menurut data WHO tahun 2011, sebanyak 67 persen korban kecelakaan lalu
lintas berada pada usia produktif, yakni 22-50 tahun. Terdapat sekitar 400.000
korban di bawah usia 25 tahun yang meninggal di jalan raya dengan rata-rata angka
kematian 1.000 anak-anak dan remaja setiap harinya. Bahkan, kecelakaan lalu
lintas menjadi penyebab utama kematian anak-anak di dunia, dengan rentang usia
10-24 tahun. Menurut Kementerian Kesejahteraan Rakyat, kecelakaan pengendara
sepeda motor mencapai 120.226 kejadian kecelakaan dari seluruh kecelakaan lalu
lintas dalam setahun2 . Di Indonesia, sebagian besar kecelakaan lalu lintas yaitu 70
persen adalah pengendara sepeda motor yang berusia produktif dengan rentang
usia 15-59 tahun yaitu lebih tinggi pada laki-laki sebanyak 31.9 persen
dibandingkan dengan perempuan yaitu sekitar 19,8 persen.
Kecelakaan lalu lintas melibatkan anak usia remaja tergolong besar. Hal ini,
ini terjadi karena mayoritas para pelanggar lalu lintas yang cenderung ugalugalan
dijalan adalah oknum remaja dan pemuda. Sebagai contoh adalah di Jakarta,
menurut data rektorat kecelakaan lalu lintas Polda Metro Jaya, angka kematian
sejak awal 2011 tercatat dari 1.929 kasus kecelakaan sekitar 75 % melibatkan anak

8
usia di bawah umur. Angka ini bisa dilepaskan dari aspek psikologis remaja dan
peran orangtua ( DPKIT,2013)
3. Bunuh diri
Bunuh diri merupakan sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang
ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri
sebagai solusi terbaik dari sebuah isu (Schneidman dalam Adam, 2012).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 angka
bunuh diri secara global akan mencapai 2,4 persen dari 100.000 jiwa apabila tidak
mendapat perhatian serius dari berbagai pihak (Mardani, 2012). Tingginya angka
bunuh diri di dunia berbanding lurus dengan tingginya angka bunuh diri di
Indonesia setiap tahunnya. Berdasarkan data WHO tahun 2005, tingkat angka
bunuh diri di Indonesia cukup tinggi, sedikitnya sekitar 50.000 orang Indonesia
melakukan tindakan bunuh diri setiap tahunnya. Oleh sebab itu, diperkirakan
bahwa sekitar 1.500 orang Indonesia melakukan tindakan bunuh diri perharinya
(Hawari, 2010). Pada tahun 2010, WHO melaporkan angka bunuh diri di Indonesia
mencapai 1,6 hingga 1,8 persen dari 100.000 jiwa.
Angka tersebut tidaklah representatif mengingat fenomena bunuh diri ibarat
gunung es, yang tampak hanyalah puncaknya sementara yang tertutup dan ditutupi
sesungguhnya lebih besar lagi. Kenyataan ini dibuktikan dengan peningkatan
angka bunuh diri yang cukup signifikan setiap tahunnya di berbagai daerah di
Indonesia (Mardani, 2012). Kasus bunuh diri di Indonesia tertinggi berada pada
kelompok usia remaja dan dewasa muda (15 - 24 tahun) dengan mayoritas jenis
kelamin laki-laki daripada perempuan (4:1) yang melakukan tindakan bunuh diri
(Amarullah, 2009).

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut WHO usia remaja 10 sampai 19 tahun, merupakan masa peralihan
dari kanak-kanak ke masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif dan
sosio-emosional. Dimana masa ini sering terjadi kesalahan dan menimbulkan
kekhawatiran dengan adanya berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) yang semakin canggih membawa dampak pada semua kehidupan, terutama
pada generasi penerus bangsa khususnya pada remaja. Di Indonesia, angka kesakitan
pada remaja seperti merokok, narkoba, kenakalan remaja, bullying, depresi, kelainan
makan, menjadi penyebab utama morbiditas yang membawa risiko kematian pada
remaja seperti perilaku seks pra nikah, kecelakaan lalu lintas, dan bunuh diri.
Sehingga dibutuhkan bimbingan serta pendampingan dari peran orang tua dalam masa
remaja.

B. Saran
Perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih menitik beratkan pelayanan
kesehatan promotif dan preventif terutama tentang kesehatan remaja melalui
optimalisasi penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaraan
masyarakat, terhadap pemanfaatan layanan kesehatan Remaja. Upaya promotif lebih
ditingkatkan pada komunikasi budaya yang dilakukan oleh petugas kesehatan
terutama yang ditempatkan di unit pelayanan kesehatan primer (Puskesmas).
Optimalisasi pemberdayaan masyarakat melalui penguatan kelembagaan organisasi
sosial lokal dan kemitraan serta pengembangan kegiatan Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) perlu dilakukan melalui pengembangan Posyandu remaja,
peningkatan peran kader dan tokoh masyarakat dalam upaya penurunan Angka
kesakitan dan kematian pada remaja selain itu dibutuhkan bimbingan serta
pendampingan dari peran orang tua dalam masa remaja.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahiyanasari, Citra Ervina., & Nurmala, Ira. (2017). The Intention Of Female High School
Students To Prevent Premarital Sex. Jurnal Promkes, Vol. 5,( 1) : 36–47.
https://www.researchgate.net/publication/327472245_THE_INTENTION_OF_FEMA
LE_HIGH_SCHOOL_STUDENTS_TO_PREVENT_PREMARITAL_SEX . Diakses
Tanggal 26 Maret 2019.

Adam, M. (2012). Kajian Bunuh Diri. Slide Share E-book .

Amarullah, A. (2009, Desember 02). Kasus Bunuh Diri di Indonesia. Dipetik April 03, 2013,
dari Viva News:
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/110420- kasus_bunuh_diri_di_indonesia

Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Telematika Aceh : kepedulian terhadap


kecelakaan lalu lintas bagi usia remaja.
http://dishubkomintel.acehprov.go.id/berita/kepedulian-terhadapkecelakaan-lalulintas-
bagi-usiaremaja

Marela, Gitry., Wahab, Abdul., & Marchira, Carla Raymondalexas. (2017). Bullying Verbal
Menyebabkan Depresi Pada Remaja SMA Di Kota Yogyakarta. (BKM Journal of
Community Medicine and Public Health), Vol. 33, (1) : 43-48.
https://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/8183. Diakses tanggal 25 Maret 2019.

Pediatri Sari. 2001. Masalah kesehatan remaja. vol 3 (03)


Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2015. Situasi Kesehatan Reproduksi
Remaja. Dalam (InfoDATIN) 29 Juni 2015 Dalam Rangka Hari Kesehatan
Nasional (HKN). ISSN 2442-7659 (Paper). Jakarta: Kemkes R.I.

Sarwono, S.W. (2010). Psikologi Remaja : Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers
Salasa, Sehabudin, Tri Wahyu Murni, dan Etika Emaliyawati. 2017. Pemberdayaan pada
Kelompok Remaja melalui Pendekatan Contingency Planning dalam Meningkatkan
Kesiapsiagaan terhadap Ancaman Kematian Akibat Bencana. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia. Vol. 3 (2). P:154–166.

Setiawan, Agus Arif. (2017). Remaja Indonesia Dan Penyalahgunaan Narkoba. Artikel
Ilmiah.
https://www.researchgate.net/publication/315784207_Remaja_Terhadap_Penyalahgu
naan_NAPZA . Diakses tanggal 26 Maret 2019.
Triyanto, Setiyani dan Wulansari. 2014. Pengaruh Dukungan Keluarga dalam
Meningkatkan Perilaku Adaptif Remaja Pubertas. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran.Vol 2 (1).

WHO, 2011. Kecelakaan Lalu Lintas Menjadi Pembunuh Terbesar Ketiga.

WHO. 2015. WHO Information Series on School Health – Healthy Nutrition: An


Essential Element of Health-Promoting School. Geneva, Switzerland.

Anda mungkin juga menyukai