Anda di halaman 1dari 17

A.

Pengertian
Anoreksia adalah kelainan psikis yang diderita seseorang berupa kekurangan nafsu
makan meski sebenarnya lapar dan berselera terhadap makanan. Dorongan untuk makan
umumnya didasarkan pada nafsu makan dan rasa lapar. Dua hal tersebut adalah gejala
yang berhubungan tetapi memiliki arti berbeda. Nafsu makan adalah keadaan yang
mendorong seseorang untuk memuaskan keinginannya dalam hal makan, ini berhubungan
dengan konsep budaya yang berbeda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya.
Sedangkan lapar menggambarkan keadaan kekurangan gizi yang dasar dan merupakan
konsep fisiologis.
Gangguan nafsu makan umumnya dialami anak-anak usia 1-3 tahun atau usia
prasekolah. Pada usia ini anak menjadi sulit makan karena pertumbuhan fisiknya melambat
dibanding ketika ia masih bayi. Sulit makan dianggap wajar selama tidak mengganggu
kesehatan dan pertumbuhan anak dan akan hilang dengan sendirinya. Pada bayi dan anak
sehat makan merupakan kegiatan rutin sehari-hari yang sederhana yaitu mengkonsumsi
makanan dengan memasukkan makanan ke dalam mulut dan menelannya, sebagai sumber
semua jenis zat-zat gizi yang Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks
yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga, Jika dilihat dari
segi gizi anak, makan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan individu terhadap
berbagai macam zat gizi (nutrien)untuk berbagai keperluan metabolisme berkaitan dengan
kebutuhan untuk mempertahankan hidup, mempertahankan kesehatan dan untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Keadaan ini sering dialami oleh sekitar 25% pada usia
anak, jumlah akan meningkat sekitar 40-70% pada anak yang lahir prematur atau dengan
penyakit kronik. Kesulitan makan pada anak sering membuat masalah tersendiri bagi orang
tua, bahkan dokter yang merawatnya. Sebuah klinik perkembangan melaporkan jenis
kesulitan makan terbanyak adalah anak yang hanya mau makanan lumat atau cair, kesulitan
mengunyah dan menelan dan kebiasaan makan yang aneh dan ganjil. Penelitian yang
dilakukan di Jakarta menyebutkan pada anak prasekolah usia 4-6 tahun, didapatkan
prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar 79,2% telah berlangsung lebih
dari 3 bulan.Disamping itu, makan merupakan pendidikan agar anak terbiasa kebiasaan
makan yang baik dan benar dan juga untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan bagi
anak maupun bagi pemberinya terutama ibu.
Anorexia Merupakan penurunan napsu makan yang merupakan gejala umum pada
banyak penyakit dan dapat disebabakan oleh makanan, obat, emosi, ketakutan, masalah
psikologi dan infeksi.
Anorexia Nervosa adalah gangguan makanana yang ditandai dengan penolaka
mempertahankan berat badan dalam batas-batas minimal yang normal. Ciri khasnya adalah
mengurangi beratbadan dengan sengaja di pacudari atau dipertahankan oleh penderita.
Geriantri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada
lanjut usia yang menyangkut asperk promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatife serta
pisikososial yang menyertai kehidupan lanjut usia

B. Etiologi
Berbagai faktor psikologi berhubungan dengan perkembangan perilaku yang khas
dari Anoreksia Nervosa. Rasa harga diri yang rendah sering berperan penting dalam
munculnya penyakit ini. Penurunan berat badan dipandang sebagai suatu pencapaian dan
harga diri bergantung pada ukuran dan berat badannya. Ada pula hubungan antara
gangguan makan dengan gangguan alam perasaan. Dinamika keluarga juga dapat berperan
dalam perkembangan gejala anoreksia nervosa. Orangtua mungkin terlalu memegang
kendali dan terlalu melindungi anak. Faktor lain yang juga berperan dalam munculnya
gangguan ini adalah kelangsingan idealik masyarakat yang berusaha disamai atau bahkan
dilampau oleh para remaja. Individu yang terkena gangguan ini mempunyai citra tubuh yang
menyimpang menganggap dirinya obesitas atau terobsesi tentang ukuran dan bentuk bagian
tubuh tertentu.
C. Patofisiologi
Penyebab dari anoreksia hingga saat kini belum diketahui. Akan tetapi, para ahli
kesehatan berpendapat bahwa factor sosisal berperan penting dari anoreksia. Pada
beberapa penelitian terdapat faktor-faktor yang menjadi predisposisi peningkatan resiko
anoreksia nervosa meliputi factor biologi, sosiokolturan dan psikologi.
Etiologi gangguan tetap tidak jelas. Terdapat komponen pisikologis yang jelas,dan
diagnosis terutama didasarkan pada kriteria pisikologis dan prilaku .Namun demikian,
manisfestasi fisik anoreksia dapat mengarah pada kemungkinan faktor-faktor organic pada
etiologi Faktor predisposisi :
1. Biologis
Ada hubungan keluarga dengan gangguan makan. Keturunan pertama wanita pada
orang yang mengalami gangguan makan beresiko tinggi daripada populasi umum. Model
biologis etiologi gangguan makan difokuskan kepada pusat pengatur nafsu makan di
hipotalamus, yang mengendalikan mekanisme neurokimia khusus untuk makan dan
kenyang. Serotonin dianggap terlibat dalam patofisiologi gangguan makan walaupun model
biologis ini masih dalam tahap perkembangan. Studi tentang anoreksia nervosa
menunjukkan bahwa gangguan tersebut cenderung terjadi dalam keluarga. Oleh karena itu,
kerentanan genetik mungkin muncul yang dipicu oleh diet yang tidak tepat atau stress
emosional. Kerentanan genetic ini mungkin muncul karena tipe kepribadian tertentu atau
kerentaan umum terhadap gangguan jiwa atau kerentanan genetic mungkin secara
langsung mencakup disfungsi hipotalamus.( Videbeck, 2008 )
2. Perkembangan
Anoreksia nervosa biasanya terjadi selama masa remaja dan diyakini bahwa
penyebabnya berhubungan dengan antara perkembangan pada tahap kehidupan ini.
Perjuangan untuk mengembangkan otonomi dan pembentukan indentitas yang unik adalah
2 tugas yang penting. (Videbeck, 2008)
3. Lingkungan
Berbagai factor lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk mengalami
gangguan makan. Riwayat terdahulu pasien mengalami gangguan makan sering dipersulit
oleh penyakit dalam dan bedah, kematian keluarga dan lingkungan keluarga dengan konflik.
(Videbeck, 2008)
4. Psikologis
Kebanyakan pasien yang mengalami gangguan makan menunjukkan sekelompok
gejala psikologis seperti rigiditas, ritual risme, kehati – hatian , perfeksionisme serta control
infus yang buruk. (Videbeck, 2008)
5. Sosiokultural
Pada budaya yang menerima atau mengahargai kemontokkan, jarang terjadi
gangguan makan. Lingkungan sosiokultural pada remaja dan wanita muda di Amerika
Serikat juga sangat menekankan kelangsingan dan pengendalian terhadap tubuh seseorang
menjadi indikator untuk evaluasi diri. (stuart,2006). Di Amerika serikat kelebihan berat badan
dianggap sebagai tanda kemalasan, kurang control diri atau mendapatkan tubuh yang
sempurna disamakan dengan cantik. (Videbeck, 2008).
Aspek psikologis anoreksia nervosa yang mendominansi adalah keinginan yang kuat
untuk menguruskan berat badan dan takut gemuk, biasanya didahului oleh periode 1 atau 2
tahun gangguan mood dan perubahan perilaku. Penurunan berat badan biasanya dipicu
oleh krisis yang khas pada remaja seperti awitan menstruasi atau kecelakaan interpersonal
traumatic yang memicu perilaku diet yang serius dan berlanjut sampai tidak terkontrol.
Sering kali terdapat kesalahpahaman yang berlebihan terhadap penyimpanan lemak normal
yang merupakan karakteristik periode remaja awal , atau komentar orang lain bahwa remaja
putri terlihat gemuk. Penurunan berat badan mungkin merupakan respon terhadap sindiran
atau pergantian sekolah atau akan masuk kuliah. Remaja memasuki fase pertumbuhan
pubertas ketika akumulasi lemak biologis yang normal, terutama rentan untuk muncul.
Tuntutan dewasa ini untuk memiliki tubuh ramping merupakan faktor yang sangat penting.
Standar kecantikan ditunjukkan oleh tinggi badan, kerampingan, payudara yang kecil seperti
model – model yang ditampilkan oleh semua bentuk media.
Beberapa situasi remaja mengalami stress keluarga yang parah seperti perpisahan
atau perceraian orang tua. Pada kondisi ini atau lainnya remaja mengalami kehilangan
kontrol diri, keputusan untuk sabar atau tidak makan menjadi sebuah area yang dapat
melatih kontrol individu.( Wong,2008 )
Orang yang mengalami anoreksia sering kali tidak makan lebih dari 500 – 700 kalori
dalam sehari dan mungkin mencerna sebanyak 200 kalori, namun mereka merasa yang
dimakan sudah cukup memadai untuk kebutuhan hidup mereka . Beberapa indivu yang
mengalami anoreksia mungkin tidak makan selama seharian. Walaupun melakukan
pembatasan, banyak penderita anoreksia mengalami preokupasi atau terobsesi oleh
makanan dan sering masak untuk keluarga. Individu yang mengalami gangguan makan
dapat melakukan berbagai perilaku pengurasan termasuk latihan olahraga yang berlebihan.
Menggunakan diuretic yang diresepkan dan di jual bebas, pil diet, laksatif dan steroid.
Banyak pasien yang mencari bantuan untuk menangani gangguan makan juga mengalami
gangguan jiwa seperti depresi , gangguan obsesif – komflusif dan gangguan kepribadian.
( Wong,2008 )
Keterlibatan faktor kepribadian dinyatakan oleh fakta bahwa penderita anoreksia
cenderung wanita tertentu, muda, berkulit putih dan dari keluarga yang bergerak ke atas yang
menekankan pada pencapaian. Jenis latar belakang ini menyebabkan tuntutan dan harapan
keluarga yang menimbulkan stres, dan dalam konteks ini, penolakan wanita untuk makan
mungkin tanpaknya (tanpa disadari) sebagai cara menunjukan kendali. Kemungkinan lain yang
lebih jarang disebutkan adalah penderita anoreksia mewakili kenakalan seksualitas. Selain tidak
mengalami menstruasi, wanita mengalami underweight parah tidak memilki karakteristik seksual
lain, seperti feminin yang sesunguhnya. .( Wong,2008 )
Pathway

sosiokoltural Psikologis
Biologis

Hubungan dengan Fungsi sosial


Serotonin Seksual
keluarga (sejarah
(takut gemuk
keluarga, depresi, obesitaas)
akohol dan gangguan
makanan)

Anoreksia

Berkurangnya Lipolis meningkat


Kelelahan
intake Cairan dan
makanan

Berat badan Energi berkurang


Dehidrasi

Nutrisi Kurang Dari


Kebutuhan Tubuh Gangguan
aktifitas sehari-
Defisit Volume Cairan hari

Hambatan Mobilitas
Resiko Syok Hipovolemik Fisik
D. Manifestasi Klinis
1. Penurunan berat badan mendadak, tanpa penyebab yang jelas.
2. Tampilan kurus kering, hilangnya lemak subcutan
3. Perubahan kebiasaan makan, waktu makan yang tidak lazim
4. Latihan dan aktivitas fisik yang berlebihan
5. Amenorea
6. Kulit kering bersisik
7. Lanugo pada ekstremitas, punggung dan wajah
8. Kulit berubah kekuningan
9. Gangguan tidur
10. Konstipasi
11. Erosi eosopagus
12. Alam perasaan depresi
13. Fokus yang berlebihan pada pencapaian hasil yang tinggi
14. Perhatian berlebihan terhadap makanan dan penampilan tubuh
15. Erosi email dan dentin tinggi

E. Komplikasi
1. Jantung : bradikardi, tachikardi, aritmia, hipotensi, gagal jantung
2. Gastrointestinal : esofagitis, ulcus peptikum, hepatomegali
3. Ginjal : abnormalitas urea serum dan elektrolit
4. Skelet : osteoporosis, faktor patologik
5. Endokrine : penurunan fertilitas, peningkatan kadar kortisol dan hormon
pertumbuhan, peningkatan glukoneogenesis
6. Metabolik : penurunan BMR, gangguan pengaturan suhu badan, gangguan
tidur

F. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan diberikan dengan rawat jalan, kecuali muncul masalah medis yang
berat. Pengobatan rawat jalan ini mencakup:
1. Pemantauan medis
2. Rencana diet untuk memulihkan status nutrisinya
3. Psikoterapi jangka panjang untuk mengatasi penyebab dasarnya
4. Pengobatan psikofarmaka untuk mengatasi gejala depresi, kegelisahan dan
perilaku kompulsif – obsesif

Obat-obat yang dapat digunakan :


a. Antidepresan, juga dipakai SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors),
terutama bila salah satu komponen penyakitnya adalah latihan yang
dipaksakan (Imipramin, Desipramin, Fluoksetin, Sertralin).
b. Penggantian estrogen untuk amenore.

G. Penatalaksanaan Keperawatan
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
tentang data-data tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, data antropometri.
2. Kulit
tentang data hasil pengkajian sistem integumen/kulit, keadaan umum kulit,
kebersihan, integritas kulit, tekstur, kelembaban, adanya ulkus/luka, turgor, warna
kulit dan bentuk kelainan lain dari kulit.
3. Kepala dan Leher
tentang data hasil pengkajian daerah kepala, distribusi rambut, keadaan umum
kepala, kesimetrisan, adanya kelainan pada kepala secara umum.
Pengkajian leher yaitu adanya pelebaran vena jugularis, pembesaran kelenjar
tiroid, pembesaran kelenjar limfe, keterbatasan gerak leher, kelainan lain.
4. Penglihatan dan Mata
tentang data hasil penglajian daerah mata dan fungsi sistem penglihatan, keadaan
mata secara umum, konjungtiva (anemis, peradangan, trauma), adanya
abnormalitas pada mata/kelopak mata, visus,daya akomodasi mata, penggunaan
alat bantu penglihatan, kelainan/gangguan saat melihat.
5. Penciuman dan Hidung
tentang data hasil pengkajian daerah hidung dan fungsi sistem penciuman,
keadaan umum hidung, jalan nafas/adanya sumbatan pada hidung, polip,
peradangan, sekret/keluar darah, kesulitan bernafas, adanya kelainan bentuk dan
kelainan lain.
6. Pendengaran dan Telinga
tentang data hasil pengkajian daerah telinga dan fungsi sistem pendengaran,
keadaan umum telinga, gangguan saat mendengar, penggunaan alat
pendengaran, adanya, adanya kelainan bentuk dan gangguan lain.
7. Mulut dan Gigi
tentang data hasil pengkajian mulut dan fungsi pencernaan bagian atas, keadaan
umum mulut dan gigi, gangguan menelan, adanya peradangan pada mulut
(mukosa mulut, gusi, faring), adanya kelainan bentuk dan gangguan lain.
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
tentang data hasil pengkajian dada, yaitu dari hasil inspeksi
(perkembangan/ekspansi dada, kesimetrisan dada), palpasi (kesimetrisan dada,
taktil premitus), perkusi (paru: resonan, adanya penumpukan
sekret/cairan/darah),auskultasi (pernafasan: suara nafas,jantung: bunyi jantung).
Sirkulasi: perfusi darah ke perifer, warna ujung-ujung jari, bibir, kelembaban kulit,
urine output,keluhan pusing, pandangan kabur saat berubah posisi, CRT. Keluhan
lain seperti dada berdebar-debar, nyeri dada, sesak nafas
9. Abdomen
Hasil inspeksi: keadaan umum abdomen, pergerakan nafas, adanya benjolan,
warna kulit.
Palpasi: adanya massa pada abdomen, tugor kulit, adanya asites.
Perkusi: bunyi timpani, hipertimpani untuk perut kembung, pekak untuk jaringan
padat.
Auskultasi: peristaltik usus per menit.
10. Genetalia dan Reproduksi
Hasil pengkajian tentang keadaan umum alat genital dan fungsi sistem reproduksi.
Kelainan pada anatomi dan fungsi. Keluhan dan gangguan pada sistem
reproduksi.
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Hasil pengkajian ekstremitas atas dan bawah. Rentang gerak, kekuatan otot,
kemampuan melakukan mobilisasi, keterbatasan gerak, adanya trauma/kelainan
pada kaki/tangan, insersi infus, keluhan/gangguan lain.

KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL


1. Aktivitas dan Istirahat (di rumah/sebelum sakit dan di rumah sakit/saat sakit)
Di rumah : kebiasaan, aktivitas, pola istirahat, gangguan aktivitas.
Di RS: kemampuan beraktivitas, gangguan aktivitas.
2. Personal Hygiene
Di rumah : kebiasaan mandi,keramas,gosok gigi (personal hygiene)
Di RS : gambaran umum kebersihan klien, kemampuan untuk perawatan diri.
3. Nutrisi
Di rumah : kebiasaan makan, pantangan, makanan yang bisa menyebabkan
alergi.
Di RS : pola makan, gangguan makan, diit yang diberikan.
4. Eliminasi (BAB dan BAK)
Di rumah : kebiasaan/pola BAB dan BAK, keluhan/gangguan saat eliminasi.
Di RS : pola BAB dan BAK, perubahan pola eliminasi.
5. Seksualitas
Pola seksualitas, keluhan seksualitas.
6. Psikososial
Hubungan klien dengan orang lain, hubungan klien dengan keluarga, orang
terdekat, hubungan klien dengan tenaga kesehatan, keadaan psikologis klien,
penerimaan dan harapan klien tentang penyakitnya, pengetahuan klien tentang
penyakitnya.
7. Spiritual
Kepercayaan klien terhadap Tuhan, keyakinan klien tentang sakit yang
dideritanya.

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan
Ketidak Mampuan Mencerna Makanan
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen Injury Biologis
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik
4. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit berhubungan dengan Ketidakseimbangan
Intake Cairan Dengan Pengeluaran Cairan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan

1 Ketidak seimbangan Nutrisi status : food and Nutritional


nutrisi kurang dari fluid intake management
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam vital
ketidak mampuan diharapkan kebutuhan nutrisi 2. Kaji adanya alergi
mencerna makanan teratasi dengan kreteria hasil 3. Anjurkan pasien makan
: sedikit papi sering

Pemenuhan nutrisi 4. Kolaborasi dengan ahli


terpenuhi sesuai dengan gizi untuk menentukan
berat badan jumlah kalori yang

Nafsu makan meningkat dibutuhkan

Tidak terjadi mual dan
muntah

Berat badan meningkat

Tandan tanda vital dalam
rentang normal

2 Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan dengan Pain Level, Pain Management
peningkatan tekanan Pain control, 1. Lakukan
vaskuler serebral Comfort level pengkajian nyeri
Kriteria Hasil : secara
. Mampu mengontrol komprehensif
nyeri (tahu penyebab termasuk lokasi,
nyeri, mampu karakteristik,
menggunakan tehnik durasi, frekuensi,
nonfarmakologi untuk kualitas dan faktor
mengurangi nyeri, presipitasi
mencari bantuan) 2. Observasi reaksi
2. Melaporkan bahwa nonverbal dari
nyeri berkurang ketidaknyamanan
dengan menggunakan 3. Gunakan teknik
manajemen nyeri komunikasi
3. Mampu mengenali terapeutik untuk
nyeri (skala, mengetahui
intensitas, frekuensi pengalaman nyeri
dan tanda nyeri) pasien
4. Menyatakan rasa 4. Kaji kultur yang
nyaman setelah nyeri mempengaruhi
berkurang respon nyeri
5. Tandavitaldalam 5. Evaluasi
rentang normal pengalaman nyeri
masa lampau
6. Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
7. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
11.Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
12.Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
13.Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri

15. Tingkatkan istirahat


16. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi

3. Cek riwayat alergi


4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
7. Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
9. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda
dan gejala (efek
samping)

3 Intoleransi aktivitas b.d Energy conservation Activity Therapy


kelemahan fisik Activity tolerance 1. Monitoring tanda-tanda
vital
Setelah dilakukan asuhan 2. Bantu klient
keperawatan 2x24 jam mengidentifikasi
diharapkan klien aktifitas yang mampu
meningkatkan ambulasi atau dilakukan
aktifitas dengan kreteria hasil 3. Bantu untuk memilik
: aktifitas konsisten yang

Mampu meningkatkan sesuai dengan
aktifitas sehari-hari secara kemampuan fisik,
mandiri psikologi dan sosial

Mampu berpindah dengan 4. Kolaborasi dengan
atau tanpa alat bantu tenaga medisnya

Tanda-tanda vital dalam
rentang normal

4 Resiko ketidak Fluid balance Electrolyte


seimbangan lektrolit Nutritional status : food management
berhubungan dengan and fluid intake 1. Monitor tanda-tanda
ketidak seimbangan vital
intake cairan dengan Setelah dilakukan asuhan 2. Monitor intake cairan
pengeluaran cairan keperawatan 2x24 jam 3. Anjurkan pasien
diharapkan resiko ketidak meminum sediket tapi
seimbangan elektrolit tidak sering
terjadi terjadi dengan kriteria 4. Kolaborasi dengan
hasil : dokter untuk pemberian
cairan intervena

Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi

Mempertahankan urine
output sesuai dengan
intake cairan

Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
DAFTAR PUSTAKA
Cecilly L. Betz. Linda A. Sowden, Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Penerbit Buku
Kedokteran; EGC, Jakarta. 2002.
Chandrasoma,Parakrama.2005.Ringkasan Patologi Anatomi edisi 2. Jakarta: EGC
Darmawan, Bambang. 2007.gangguan penolakan makan(anoreksia nervosa) Diunduh
di:http://mediacastore.com/penyakit/67/anoreksia nervosa.html.27 1 November 2010.
pukul: 19.00 WIB
Gail,W,Stuart.2006. Buku saku keperawatan jiwa edisi 5. Jakarta:EGC
Nelson.1999.Ilmu Kesehatan Anak edisi 1. Jakarta: EGC
Sherwood, lauralee.2001. fisiologi manusia: dari sel ke system.Jakarta :EGC Videbeck,
Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:EGC. Wong,Dona,L.2008.Masalah
Kesehatan Anak usia sekolah dan remaja.Jakarta:EGC Yasmin Asih, Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa, Penerbit Buku Kedokteran; EGC,
Jakarta. 1998.

Anda mungkin juga menyukai